SEBUAH bangunan kusam dan tak terawat terlihat dihadapan Bintang, semak belukar tampak tumbuh subur disekitar bangunan tua tersebut, bahkan sebagian dinding dan atap bangunan tersebut tampak sudah ditutupi oleh tanaman rambat yang tumbuh dimana-mana. Bahkan halaman luas bangunan tersebut sudah hampir tak terlihat lagi karena sudah ditumbuhi oleh berbagai macam tumbuhan liar.
Bintang hanya terlihat menarik nafas panjang melihat hal, banyak kenangan Bintang dirumah yang Bintang dan Bujang Sakti sebut dengan gubuk itu saat masih menimba ilmu dari sesepuh Raja Penidur. Bintang mengangkat tangannya satu tangannya didepan dada, kedua mata Bintang terpejam, dan ;
“Mustofa.. Datanglah!” terdengar suara pelan Bintang menyebut satu nama. Tiba-tiba saja aura ditempat itu terasa berubah.
Bleepp!!
Tiba-tiba saja dihadapan Bintang muncul sosok seorang laki-laki tua yang mungkin sudah berusia 70 tahunan, mengenakan pakaian yang serba putih, dari jub
Pagi-pagi sekali, Bintang sudah mengajak Bujang Sakti dan keluarganya untuk menuju ke puncak Lembah Sunyi, dengan menggunakan gerobak kuda yang sama saat Bintang menuju Lembah Sunyi, tapi kali ini Bruce dan William duduk dibelakang, karena didepan, Bintang dan Bujang Sakti yang duduk, sosok besar Bujang Sakti tampak duduk dengan santainya diatas pedal gerobak kuda tersebut, tapi anehnya, kuda yang membawa gerobak kuda tersebut seperti tidak merasa berat sedikitpun, padahal berat tubuh Bujang Sakti setara dengan 10 orang biasa. Hal ini tentu saja mengherankan semua orang yang menaiki gerobak kuda tersebut, kecuali Bintang karena Bintang tau saat ini Bujang Sakti tengah menggunakan ilmu peringan tubuhnya yang sudah terbilang sempurna, sehingga kuda yang menarik gerobak kuda tersebut tidak kepayahan membawanya.Sepanjang perjalanan menuju puncak, Bujang Sakti dikejutkan dengan jalanan yang sudah rapi dan bersih, biasanya jalan menuju puncak Lembah Sunyi
“Benar, indah sekali.” ucap Putri Rawan yang tengah menggendong bayi mungilnya ikut tersenyum. Bintang ikut tersenyum mendengar hal itu, kedua tangan Bintang tampak meraih kedua pinggang Sarah dan Putri Rawan.“Ayo kita lihat-lihat isi bangunan ini!” ucap Bintang mengajak keduanya, dengan tersenyum Sarah dan Putri Rawan mengikuti ajakan Bintang. Sementara Bruce, William dan Bujang Sakti mengikuti dari belakang. Di dalam bangunan juga tak kalah menakjubkan, ada 5 kamar tidur, 1 kamar untuk Sarah, 1 kamar untuk Putri Rawan, 1 kamar lagi untuk Bujang, 1 kamar lagi untuk Bruce dan William, sedangkan 1 kamar lagi dibuat Bintang bila ada tamu yang datang berkunjung.Putri Rawan sampai tak mampu menahan air matanya, saat melihat kamar yang telah dipersiapkan oleh Bintang untuk dirinya dan Rara Kadita, putri kecilnya, karena Bintang juga ternyata menyiapkan sebuah box kecil untuk tempat kadita. Dengan terharu, Putri Rawan meletakkan Rara Kadita mungilny
BUJANG SAKTI membawa Bruce dan William jauh kedalam lembah, sesekali Bujang tampak memberikan petunjuk untuk keduanya untuk memilih jalan agar tidak jatuh tergelincir, karena memang jalan lembah cukup licin. Untuk anak sekecil Bruce dan William memang sangat susah, apalagi harus mengikuti gerakan Bujang Sakti yang gesit dan lincah, inilah yang mengherankan Bruce dan William, padahal Bujang Sakti tubuhnya besar dan gemuk. Bujang Sakti sendiri geram melihat kedua calon muridnya yang sangat kesusahan mengikutinya, makanya ;Serr...!!!Bujang Sakti menyambar tubuh keduanya kedalam gendongannya, lalu berkelebat cepat.“Nah... coba dari tadi seperti ini guru, kamikan tidak capek” ucap William bersungut-sungut.“Jangan banyak bacot, aku menyuruh kalian melewati tempat ini juga untuk melatih kuda-kuda dan keseimbangan kalian!” teriak Bujang Sakti keras diantara lesatan tubuhnya. Setelah tiba disebuah tempat yang banyak pohon besarnya, Buja
“Kita tunggu saja... Kalian mundur kebelakangku!” ucap Bujang Sakti memberikan perintah, tanpa banyak tanya Bruce dan William segera bergerak kebelakang Bujang Sakti, ketiganya kini tampak menatap kedepan.Dari kejauhan terlihat sebuah bayangan melesat dengan cepat kearah mereka bertiga.Serrr...Dalam sekejap sosok bayangan itu sudah berada dihadapan mereka. Sosok seorang laki-laki yang bertubuh besar, tapi tidak gemuk seperti Bujang Sakti, mengenakan pakaian putih dengan ikat kepala putih, tubuhnya tampak besar, kekar dan berotot, kedua pergelangan tangannya yang besar tampak dihiasi oleh 2 gelang akar bahar yang juga besar.“Liman Perkasa” ucap Bujang Sakti pelan.“Bujang Sakti.. Seperti janjiku 3 bulan yang lalu, hari ini aku datang lagi untuk menantangmu” ucap lelaki yang disebut sebagai Liman Perkasa oleh Bujang Sakti. (Liman artinya Gajah)“Hahaha... Hasilnya akan tetap sama, Liman Perkasa&rdq
Deesss! Deesss! Deesss!Serangan beruntun yang dilancarkan Liman Perkasa terlihat menghantam dengan bertubi-tubi tubuh Bujang Sakti, dan terlihat Bujang Sakti harus terseret mundur hingga beberapa langkah kebelakang.Bujang Sakti seakan sengaja membiarkan saja tubuhnya menjadi sasaran empuk serangan Liman Perkasa yang terus melancarkan serangannya secara bertubi-tubi, hingga akhirnya Liman Perkasa menyudahi serangannya dengan bersalto tinggi kebelakang. Tatapan Liman Perkasa tampak kembali mengarah kearah sosok tubuh Bujang Sakti yang berada jauh didepannya karena terseret oleh serangannya tadi.“Serangan yang hebat!”. ucap Bujang Sakti tiba-tiba dengan mengibas-ngibaskan tangannya disekujur tubuhnya seakan ingin membuang debu kotoran.Liman Perkasa benar-benar dibuat terkejut atas apa yang dilihatnya, sosok Bujang Sakti yang tadi terkena dengan telak oleh serangannya tidak mengalami luka sedikitpun bahkan serangan Liman Perkasa dianggapnya se
LEMBAH SUNYI. Lembah yang menjadi tempat kediaman mendiang sesepuh Raja Penidur terlihat sepi malam itu, tapi dipuncak lembah tidak sesepi seperti biasanya, terdengar suara tawa dan canda didalam sebuah bangunan indah yang berada dipuncak Lembah Sunyi. Tawa canda itu berasal dari bocah-bocah kecil yang tampak asyik bermain dengan bayi mungil cantik yang ada didekat mereka. Sementara tiga sosok dewasa yang tak lain adalah Bintang, Sarah dan Putri Rawan hanya tersenyum melihat tingkah mereka.Tidak terlihat Bujang Sakti ditempat itu, karena saat ini Bujang Sakti sudah terlelap dalam tidurnya dikamar yang indah dan dikasur yang empuk. Sudah lama sekali Bujang Sakti tidak merasakan empuknya kasur. Makanya begitu bertemu dengan kasur empuk, Bujang Sakti langsung terlena dan terlelap.Bintang sendiri yang duduk diatas sofa besar dengan ditemani kedua istrinya yang cantik jelita tampak terus tersenyum memperhatikan tingkah Bruce dan William yang tengah bermain bersam
Menjelang tengah malam, Bintangpun keluar dari kamar Sarah. Sebelum keluar kamar, Bintang sempat menoleh kearah Sarah yang tampak tertidur pulas diatas ranjang, lalu Bintangpun meninggalkan kamar itu menuju ke kamar yang tak berada jauh dari kamar Sarah. Kamar Putri Rawan.Sesampai dikamar, terlihat Putri Rawan yang sedang mendampingi putrinya yang tertidur di box bayi yang ada dikamar itu, sambil sesekali memberikan ASI kepada anaknya. Putri Rawan tersenyum melihat kedatangan Bintang. Bintang menghampiri Putri Rawan, lalu memberikan kecupan hangat dirambut Putri Rawan, Putri Rawan menyambutnya dengan tersenyum. Setelah melakukan itu, Bintang merebahkan tubuhnya yang lelah keatas ranjang. Bintangpun memejamkan mata sebentar mengistirahatkan persendian ditubuhnya, namun baru saja akan terlelap Bintang lihat dicermin yang mengarah kekamar mandi Putri Rawan sedang membuka pakaiannya, sosok telanjang Putri Rawan tengah membersihkan tubuhnya. Setelah itu Putri Rawan mengambil hand
EMPAT Ekor kuda dipacu dengan cepat melewati jalan berdebu yang tampak mengepul tinggi diudara. Ke-4 sosok penunggang kuda tersebut dapat dipastikan adalah para pendekar. Hal ini dapat terlihat dari pakaian yang mereka kenakan, juga senjata yang ada dipunggung kuda-kuda mereka, kecuali sosok yang berkuda paling depan, pedangnya tampak disampirkan dipunggung. Wajah ke-4nya tertutup oleh caping bambu, tapi dari pakaian yang mereka kenakan, dapat dipastikan kalau sosok berkuda paling depan adalah laki-laki, sedangkan tiga penunggang kuda lainnya adalah perempuan.Saat ke-4nya tiba dikaki sebuah bukit, ke-4 penunggang kuda tampak menghentikan lari kuda mereka, wajah-wajah yang ada dibalik caping terangkat dan kini terlihatlah raut-raut wajah itu yang ternyata adalah Bintang dan ketiga istrinya, Ahisma, Yuan Ming Zhu dan Kim si hyang. Dihadapan ke-4nya tampak Bukit Bayangan yang terbentang.“Ayo!” ucap Bintang seraya kembali memacu kudanya menaiki B