“Seperti yang pernah kukatakan pada kakak, jadi istri gelap atau kekasih gelappun aku bersedia," kata Adriana lagi dengan serius. "Asal selalu tetap bersama kakak” sambung Adriana lagi.
Bintang semakin terdiam mendengar hal itu, keduanya saling bertatapan cukup lama satu sama lain.
“Aku kangen sama kakak” ucap Adriana seraya mendekatkan dirinya kembali kepada Bintang, dipeluknya kembali leher Bintang, kali ini tidak ada penolakan dari Bintang.
Adriana menatap Bintang dengan mata yang seolah-olah ingin menerkam Bintang. Akhirnya Adriana melumat kembali bibir Bintang dan kali ini Bintang membalas lumatan bibirnya dengan hisapan-hisapan kecil di bibir bawah dan atasnya. Lama keduanya berciuman dan kemudian Adriana merebahkan dirinya kebelakang seraya menarik leher Bintang, Bintang mengikutinya dan terus saling berciuman mesra, seakan saling mengerti, keduanya segera saling melepas pakaian, tubuh indah, putih dan mulus Adriana kini terpampang
“Tuan putri” seorang jenderal angkat bicara. “Pertempuran darat sepertinya masih bisa kita atasi, lalu bagaimana dengan pertempuran laut?” tanya jenderal tersebut lagi. “Infanteri bawah tanah akan melakukan pertempuran didarat, sedangkan infanteri udara akan membantu di pertempuran laut. Bila pertempuran laut berhasil kita menangkan, maka infnteri udara akan langsung membantu pertempuran darat.” ucap Bintang menjawab pernyataan jenderal tersebut. “25.000 pasukan laut musuh akan menghadapi 10.500 pasukan kita.” ulang jenderal tersebut lagi. “Tenang saja, untuk pertempuran laut, aku akan meminta bantuan sahabat-sahabatku untuk menanganinya. Mudah-mudahan kemenangan akan bisa kita raih baik didarat dan dilaut” ucap Bintang lagi hingga membuat wajah-wajah yang ada ditempat itu berubah berseri penuh semangat. “Akan kita menangkan peperangan ini dan membuat sejarah” ucap Maharaja Harihara Raya dengan penuh semangat. Putri Ahisma Raya ikut bangkit be
Dua sosok tampak duduk bersimpuh dengan sangat anggunnya di aula agung istana Wijayanagara, di aula agung itu pula tampak sudah duduk para pejabat dan petinggi istana Wijayanagara.Semua pandangan tampak tengah tertuju pada dua sosok anggun tersebut, yang satu tampak mengenakan cadar sari kerudung yang menutupi kepala hingga wajahnya, tapi sosok yang satu lagi ini yang sangat memancing perhatian. Wajahnya yang tidak tertutup oleh cadar tampak begitu sangat cantik jelita. Kecantikannya inilah yang membuat semua orang-orang yang ada ditempat itu yang rata-rata adalah laki-laki harus menegukkan ludah ditenggorokan mereka yang kering, begitu cantik dan sangat memukau pandangan sekali bagaikan seorang dewi. Dugaan orang-orang ditempat itu memang tak salah, karena sosok itu memanglah seorang dewi. Dewi Awatara.“MAHARAJA DAN ROMBONGAN TELAH TIBA!” sebuah suara terdengar keras dan nyaring ditempat itu, seketika semua orang yang ada ditem
“Mudah-mudahan dengan pernikahan ini, bisa menyatukan Ahmadnagar dan Wijayanagara” ucap Putri Jodhaa Rai lagi. Semua tetap terdiam mendengar hal itu. Maharaja Harihara Raya terlihat menatap kearah Pangeran Harihara Akbar.“Bagaimana menurutmu Akbar?” tanya Maharaja Harihara Raya kepada Pangeran Harihara Akbar.“Saya terserah ayahanda. Apapun yang ayahanda putuskan. Saya yakin itu yang terbaik” ucap Pangeran Harihara Akbar lagi.Maharaja Harihara Raya kali ini terdiam cukup lama. Lalu mengalihkan pandangannya kearah Putri Ahisma Raya yang terlihat menganggukkan kepalanya. Maharaja Harihara Raya kembali mengalihkan pandangannya kearah Perdana Menteri Bukka Raya yang juga terlihat menganggukkan kepalanya. Hingga ;“Putri Jodhaa Rai. Demi perdamaian kedua kesultanan. Baiklah, aku restui pernikahan kalian berdua” ucap Maharaja Harihara Raya akhirnya, terlihat semua yang hadir ditempat itu melepas nafas l
“Tapi aku ingin meminta bantuanmu untuk membantu Wijayanagara dalam perang kali ini, Dewi” ucap Putri Ahisma Raya lagi.“Bantuan apa yang putri inginkan?”“Suamiku sudah menceritakan tentang semua kemampuanmu. Aku ingin kau membantu infanteri laut Wijayanagara untuk menghadapi infanteri laut musuh” ucap Putri Ahisma Raya lagi. Dewi Awatara terlihat terdiam sejenak.“Baik. Akan kubantu Wijayanagara!” ucap Dewi Awatara lagi tanpa ragu. Hal ini membuat Putri Ahisma Raya tersenyum senang mendengarnya.“Ingat dewi. Sampai kau dan suamiku resmi menikah. Aku melarang kalian melakukan hubungan itu..” ucap Putri Ahisma Raya lagi dengan tegas. Lagi-lagi wajah Bintang dan Dewi Awatara berubah mendengar hal itu. Tentu keduanya faham dan mengerti maksud ucapan Putri Ahisma Raya. Bintangpun tak bisa berbicara apa-apa lagi. Ketegasan Putri Ahisma Raya membua
“Karena kita akan menikah.” ucap Bintang hingga membuat Dewi Awatara tersenyum mendengarnya.“Tuan... benar-benar mau mengambilku sebagai istri?” tanya Dewi Awatara.“Apa kau benar-benar ingin menjadi istriku Shorouq?!” tanya Bintang akhirnya. Dewi Awatara terlihat kembali tersenyum dan menganggukkan wajahnya.“Seumur hidup... Aku belum pernah menikah” ucap Dewi Awatara lagi, kali ini Bintang yang tersenyum mendengar hal itu.“Sebentar lagi, kau akan merasakan hal itu Shorouq, menjadi seorang istri” ucap Bintang lembut dan tersenyum. Dewi Awatara membalasnya dengan senyuman lembut.Bintang bangkit berdiri dan menghadapkan tubuhnya kearah Dewi Awatara, Bintang terlihat mengembangkan kedua tangannya kearah Dewi Awatara. Dewi Awatara terlihat tersenyum melihat hal itu, lalu bangkit berdiri dan berjalan perlahan kearah Bin
“Lalu bagaimana dengan persiapan Maharatu Chayma Sultan Malik Shah?” tanya Sulthan Fathullah.“Dari informasi yang kudapat, besok Maharatu Chayma akan segera berangkat memimpin infanteri lautnya..” ucap Sultan Malik Shah lagi. Rupanya Maharatu Chayma dipercaya untuk memimpin infanteri armada laut mereka untuk menyerang dari arah laut. Itulah kenapa Maharatu Chayma tidak hadir dalam pertemuan itu.“Dengan kekuatan besar yang kita miliki, kita tak boleh kalah.” ucap Sultan Amir Qasim.“Benar. Aku sudah mempertaruhkan seluruh kekuatan pasukanku dalam peperangan kali ini” sambung Sultan Adilshahi.“Jangan khawatir tuan-tuan, dengan perhitungan dan perencanaan yang tepat, kita akan memenangkan perang ini.” ucap Sulthan Fathullah dengan mantap.-o0o-Malam itu. Di sebuah kamar megah di istana Wijayanagara, terlihat satu sosok tengah duduk termangu menghadap sebuah k
“Oh ya, apa kakak dan Putri Ahisma Raya...” Putri Jodhaa Rai tak meneruskan ucapannya, Bintang tersenyum dan mengangguk.“Ya. Dia istriku, Jodhaa” jawab Bintang pelan.“Betapa beruntungnya Putri Ahisma Raya.. bisa menikah dengan orang yang dicintainya” ucap Putri Jodhaa Rai lagi.“Kau tak harus melakukan ini Jodhaa, bila memang hatimu tak mau.” ucap Bintang lagi. Dengan tersenyum Putri Jodhaa Rai menggelengkan kepalanya.“Ini demi negara dan rakyat yang akan menderita karena peperangan ini kak. Jodhaa harus melakukannya.” ucap Putri Jodhaa Rai lagi, sehingga membuat Bintang semakin menarik nafas panjang.“Kau memang wanita yang sangat baik Jodhaa, mengorbankan hati dan perasaanmu demi negara” ucap Bintang lagi.“Itulah nasib seorang putri kerajaan kak” ucap Putri Jodhaa Rai lagi. Bintang menggenggam lembut kedua tangan halus Putri Jodhaa Rai. Putri Jodhaa Rai
Tangan kiri Bintang terangkat kearah nampan yang dibawa oleh Putri Jodhaa Rai. Tapi bukannya mewarnai jarinya dengan pewarna merah yang ada diatas nampan, Bintang justru mengambil belati kecil yang disebelahnya. Dengan belati itu Bintang menyayat tipis ibu jari jempolnya, hingga merembeskan darah. Putri Jodhaa Rai tersenyum melihat hal itu, Dengan jempol berdarah tersebut tangan Bintang terangkat kearah kepala Putri Jodhaa Rai, Putri Jodhaa Rai menurunkan sari selendang diatas kepalanya dan langsung merendahkan wajahnya seakan ingin menyambut uluran ibu jempol berdarah milik Bintang.Dengan penuh khidmat, Bintang usapkan ujung jari jempolnya yang berdarah tersebut pada belahan rambut kepala atas Putri Jodhaa Rai. Putri Jodhaa Rai terlihat memejamkan kedua matanya meresapi apa yang Bintang lakukan padanya. Ritual suci yang menandakan bahwa Putri Jodhaa Rai sudah menjadi istri Bintang dalam adat dan kebiasaan wanita india.Putri Jodhaa Rai kembali membuka kedua matanya s