Share

Bab 3. TTM, Tiba-Tiba Menikah

“Si—silakan, Pak Adam.” Suara Irene terdengar lemah menjawab Adam.

Adam pun menghampiri Irene yang sudah duduk di salah satu sofa yang disediakan, kemudian meletakkan beberapa berkas di hadapan gadis muda itu seraya berkata, “Background checked. Anda bermasalah di pekerjaan sebelumnya.”

Deg!

Jantung Irene seolah berhenti sesaat ketika Adam menyebut insiden yang terjadi padanya beberapa hari yang lalu. Terlebih lagi, ada foto dan data Irene di berkas yang baru saja diletakkan di depannya.

Spontan ia membantah, “Tapi saya tidak bersalah! Saya—”

“Saya tahu,” potong Adam sambil mengangkat telapak tangan ke arah Irene, memintanya untuk tenang. “Saya hanya menyebut kalau Anda bermasalah di pekerjaan sebelumnya.”

Lagi, Adam melanjutkan, “Kalau tidak bersalah, berarti maksudnya Anda dijebak?”  

Dahi Irene mengkerut, heran karena sepertinya Adam sangat mengetahui apa yang terjadi padanya di perusahaan lama. “Bagaimana Anda tahu kalau saya bermasalah di perusahaan lama saya?”

“Sepertinya Anda tidak sadar ke mana Anda mencari kerja? Anda akan bekerja di Bright Co.Ltd. Sebagai mantan sekretaris, seharusnya kamu tahu posisi saya.”

Mendengar nama perusahaan itu, Irene pun memekik, “Bright Co.Ltd?!”

Bright Co.Ltd adalah Induk perusahaan dari perusahaan lama di mana ia dipecat–D’Bright Distributor. Dan Adam Bright adalah pemilik sekaligus CEO di perusahaan itu.

Saking terlalu larut dalam masalahnya, ia menyerahkan semua begitu saja pada Giana dan sang kakek, termasuk memasukkan CV dan surat lamaran untuk didaftarkan.

“Aku bahkan tidak sadar saat menerima email dari Pak Leon. Bodoh sekali aku,” tegurnya pada diri sendiri dalam hati.

Terdengar dengusan geli dari pria di depannya. Sudah jelas sepertinya Irene tidak akan diterima di sana.

Namun, Adam berkata, “Well, selamat, kamu berhak mendapatkan imbalan satu milyar, melihat hasil tesmu.”

Rahang Irene seperti terjatuh mendengar keputusan Adam tersebut. Pikirannya masih ragu menerima kabar gembira tersebut.

“Bisa kamu pakai untuk membayar uang yang dituntut oleh perusahaan lamamu,” tambah pria yang hanya mengenakan kemeja santai itu.

“Argh! Dia bahkan tahu soal itu?!” pekik Irene dalam hati.

Namun yang terpenting saat ini adalah ia berhak mendapatkan imbalan yang disebutkan Adam barusan. 

Memberanikan diri, Irene pun bertanya, “Jadi, apa saya benar bisa mendapatkan uang satu milyar itu?”

Adam tersenyum tipis, hampir tak terlihat. “Sure. Untuk menerima uang itu, silakan Anda baca perjanjian ini.”

Tangan Irene meraih sebuah dokumen yang disodorkan padanya, kemudian membaca dengan cepat isi dari berkas itu. 

Netranya membelalak ketika ia membaca kewajiban dari pihak yang menerima uang imbalan. 

‘Menikahi pihak pemberi uang imbalan?! Apa ini?! Dia sedang cari istri?!’ pekiknya tanpa suara. 

“Pak Adam. Sepertinya ini berkas yang salah. Di sini tertulis kalau kewajiban saya adalah menikahi Anda—”

“Memberikan keturunan, tepatnya. Anda belum membaca sampai habis. Dan harus bayi laki-laki.” Adam meluruskan. 

Pandangan Irene terasa berputar-putar mendengar ucapan Adam yang menurutnya sama sekali tidak membantu meredakan kebingungannya. 

“Tu—tunggu dulu. Apa maksudnya ini, Pak? Jadi, kalau saya mau mendapatkan imbalan satu milyar itu—”

“Menikah dan memberikan keturunan untuk saya,” imbuh Adam tak sabaran. 

Pria itu juga menambahkan, “Hak asuh juga akan jatuh ke tangan saya. Setelah semua selesai, Anda bisa memilih untuk tetap bekerja di perusahaan atau mengundurkan diri.”

Dunia dan bayangan Irene seketika runtuh. ‘Ha?! Ini apa seperti pernikahan kontrak seperti yang ada di novel-novel itu?! Apa aku sudah gila kalau aku menerima semua syarat ini? Tapi aku sudah didesak untuk segera membayar uang itu.’

Irene pun mencoba peruntungannya dengan negosiasi. “Apa saya bisa meminta waktu untuk mempertimbangkan hal ini, Pak Adam? Saya tidak menyangka kalau akan ada syarat seperti ini.”

Sayangnya, tanpa jeda Adam langsung menolak permintaannya itu. 

“Syarat ini hanya akan saya berikan Selama percakapan kita berlangsung. Di luar dari pertemuan hari ini, syarat itu tidak berlaku dan tidak akan ada imbalan 1 milyar.”

Irene semakin panik. Ia mencoba berbincang dengan Adam sambil menimbang keputusannya untuk menerima atau menolak syarat tersebut. Dan tentu saja, melakukan dua hal berat dalam waktu bersamaan tidak akan bisa membuatnya tenang dalam mengambil keputusan.  

Mulai tidak sabar, Adam mencoba menyudahi percakapan mereka, “Kalau Anda keberatan, saya bisa mencari kandidat lain—”

“Saya setuju!” seru Irene tanpa berpikir panjang lagi. Ia takut kehilangan kesempatan untuk menyelesaikan satu masalah jika tidak menyetujuinya saat ini.

Adam yang sudah setengah berdiri dari tempat duduknya, kembali ke posisi semula dengan raut wajah penuh kemenangan. 

“Anda bisa menandatangani dokumen itu sekarang, kemudian saya akan meminta sekretaris untuk mentransfer uangnya.” Kini Adam terlihat memamerkan senyum lebarnya pada Irene. 

Namun, Irene tidak bermaksud begitu saja menerima syarat tersebut. 

“Pak Adam, sebelum saya menandatangani, apakah saya boleh menambahkan syarat dari saya?” tanya Irene memberanikan diri bersikap tak pantas. 

Gadis muda yang memang tak bisa diremehkan itu hanya tiba-tiba melihat adanya celah untuk bisa mendapatkan kembali harta warisan yang direbut paksa dari tangannya itu.

Senyum di wajah Adam menghilang berganti lengkung tak setuju dengan kerutan di dahi. 

Pikirnya, ‘Perempuan ini berani sekali. Tapi hasil tesnya yang paling tinggi. 98% bisa melahirkan anak pertama laki-laki. Dibanding yang lainnya, dibawah 60%. Makan waktu lebih lama kalau mencari kandidat lain.’

Dengan berat Adam kemudian bertanya, “Saya dengarkan dulu apa syaratnya.”

Wajah Irene terlihat sumringah. Baginya mendapat kesempatan Adam mau mendengarkannya lebih dari apa yang ia bayangkan. Ia sudah berpikir kalau dalam sekejap ia akan diusir dari sana tanpa mendapatkan sepeserpun imbalan.

“Pernikahan adalah hal besar untuk perempuan. Apalagi sampai harus mengandung dan melahirkan anak, Pak Adam. Sejujurnya bahkan 1 milyar pun tidak bisa membayar semua keputusan berat itu.” 

Adam terlihat mengerutkan dahinya, merasa kesal karena ia seperti sedang diceramahi oleh seorang ahli agama. Namun, karena ia sudah berkata bahwa ia akan mendengarkan permintaan Irene, tak ada niat darinya untuk membantah.

Kemudian Irene melanjutkan dengan memberitahu syarat yang ingin dimintanya dari Adam ganti pernikahan dan kehamilan yang akan ia jalani. 

“Tapi kalau Anda bisa membantu saya mengambil kembali harta warisan yang direbut paksa oleh teman saya, saya akan melakukan semuanya itu.”

Kerutan di dahi Adam pun menghilang. Ia kemudian bertanya, “Apa saja warisannya?” 

“Sebuah rumah, sebidang tanah dan 1 unit mobil tipe city car.”

Adam terkekeh singkat. “Relakan saja mobilmu. Saya bisa membelikan mobil lain kalau hanya city car. Sebutkan saja merek yang Anda inginkan.”

Wajah Irene semakin berbinar mendengarnya. Ia sangat ingin memiliki mobil keluaran mitzubizi terbaru itu. 

Lagi, Adam melanjutkan, “Akan saya minta sekretaris saya mengganti isi perjanjiannya sesuai syarat yang Anda sebutkan.”

Irene tak bisa lebih senang dari sekarang. Ia tidak menyangka keberaniannya berbuah manis. 

Segera Adam menelepon seseorang dan memerintahkan untuk mengganti beberapa klausul sesuai permintaan Irene.

Ia bahkan menambahkan beberapa kewajiban terkait pemenuhan kebutuhan hidup Irene di Italia. Termasuk mobil yang diinginkan dan juga supir yang akan mengantarnya dari dan ke kantor. 

Tak lama kemudian, seorang pria muda berpakaian rapi memasuki ruangan itu dan memberikan dokumen perjanjian yang sudah diubah. 

“Ini permintaan Anda, Nona Irene. Dan ini tambahan dari Tuan Adam,” staf sekretaris itu menjelaskan sambil menunjukkan bagian yang sudah diubah sesuai kebutuhan.

Irene cukup terkejut karena Adam bahkan menambahkan akan memenuhi semua kebutuhan hidup sehari-harinya.

Setelah meyakinkan dirinya sendiri bahwa semua ini akan resmi setelah tanda tangannya tersemat di atas dokumen itu, Irene pun melakukan bagiannya. 

Menandatangani perjanjian kontrak rahasia tersebut. 

“Sudah saya tanda tangani,” ujar Irene sambil menyerahkan dokumen itu kepada staf yang menunggu di sebelahnya. 

Adam turut mengangguk sambil menurunkan perintah, “Segera transfer uangnya.”

Pria itu menunggu sampai sekretarisnya keluar dari ruangan, kemudian menatap Irene sambil berkata, “Mulai hari ini kamu tinggal di rumah saya.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status