Ikan bakar gurame, ikan bandeng presto saus Padang, ayam bakar, undang saus tiram, kepiting asam manis, sambal terasi dan sayur cah kangkung, sudah tersaji di atas meja.Melihat menu lezat ini, membuat air liurnya seakan menetes. Tanpa ada rasa malu, Cinta memasukkan nasi kedalam piringnya dengan porsi yang banyak. Dia juga mengambil 1 piring ikan bakar gurame berukuran besar. Setelah itu memasukkan sayur cah kangkung dan sambal terasi ke dalam piringnya."Papa, mama, ayo kita makan." Cinta tersenyum manis menatap kedua mertuanya secara bergantian. Sedangkan Rafasya memandang istrinya dengan masam. "Sayang." Rafasya memanggil Cinta dengan lembut.Cinta yang sudah berniat memasukkan nasi kedalam mulutnya, terhenti ketika mendengar panggilan dari suaminya. Cinta terdiam beberapa saat untuk merespon perkataan Rafasya."Abang kenapa nggak diajak?" Rafasya berkata dengan tersenyum. Tidak terlihat kemarahan di wajahnya sedikitpun. Ya meskipun sebenarnya dia cukup kesal ketika melihat Cint
"Mau jalan-jalan dulu atau langsung pulang?" Sari tersenyum memandang menantunya yang tampak mengantuk, setelah makan banyak. "Cinta mau langsung pulang aja ma, soalnya capek." Cinta menutup mulutnya yang sedang menguap. Selalu saja seperti ini, jika perutnya sudah kenyang, mata pun mengantuk. Padahal Cinta sudah banyak tidur ketika di dalam pesawat."Ya sudah, kita pulang sekarang." Erik beranjak dari duduknya, begitu juga dengan Sari. "Iya pa," jawab Rafasya yang sudah berdiri. Dia tersenyum ketika melihat Cinta yang berdiri dengan malas. Cinta diam beberapa saat ketika Rafasya memegang tangannya. Dengan gaya sok baik membantu dia untuk berdiri. "Kok malah diam?" Rafasya tersenyum saat melihat respon istrinya. "Cinta bisa sendiri." Cinta kesal dan ingin marah ketika melihat senyum menjengkelkan di wajah tampan suaminya. Entah mengapa dia mendadak benci seperti ini.Rafasya tidak menghiraukan ucapan istrinya. Dia tetap membantu Cinta berdiri. Meskipun sadar dengan penolakan sang
Dengan sangat hati-hati, pria berwajah tampan itu menarik tubuh istrinya agar menghadap ke arahnya. Setelah itu barulah dia merebahkan tubuhnya di samping Cinta sambil tersenyum. Hatinya sungguh sangat senang dan bahagia ketika menatap wajah istri yang tidak dikehendakinya. "Cantik, kamu benar-benar cantik. Apalagi sedang tidur seperti ini." Kalimat itu keluar begitu saja dari bibirnya. Rafasya diam ketika menyadari perkataannya. Ditatapnya wajah yang sangat dia rindukan. Wajah yang membuat tidurnya tidak nyenyak selama 3 bulan terakhir. Paras cantik yang selalu membuat dia ingin gila dan mengamuk karena harus bertempur dengan kata hatinya. Wajah teduh yang selalu tersenyum meskipun dia sudah bersikap sangat tidak baik dan bahkan jahat serta kejam. Ada rasa bersalah dihatinya ketika mengingat apa yang telah dia lakukan terhadap istrinya. Namun bagaimana dengan Karin. Wanita yang sudah dia nobatkan untuk menjadi pemilik hatinya. Wanita yang sudah dia janjikan kebahagiaan meskipun s
Cinta berangsur duduk dan kemudian turun dari atas tempat tidur. Bisa kembali ke rumah ini sungguh membuat hatinya senang. Meskipun perut sudah minta di isi, namun Cinta tidak buru-buru turun kebawah. Dia berdiri di depan jendela dan memandang ke luar. Dari dalam kamar ini bisa langsung melihat ke halaman depan yang sangat luas dan begitu sangat indah. Karen Sari memang memiliki pengurus taman, agar bunga-bunga serta rumput yang di tanam untuk memberikan kesan hijau itu di rawat dengan baik. Setelah puas melihat ke halaman depan, Cinta memandang setiap sudut kamar suaminya yang tertata rapi dan bersih.Tiba-tiba saja jantungnya berdebar cepat ketika mengingat kecupan yang tadi di berikan Rafasya. Ini merupakan ciuman yang begitu sangat indah. Bahkan rasa lembut dan manisnya masih terasa. "Bibirnya manis, apa dia baru habis makan yang manis-manis. Tapi aku tadi gak habis makan apa-apa, pasti rasa mulut aku gak enak. Nanti kalau ciuman mendadak lagi, aku harus izin makan permen dulu
"Menang pa? "Sari yang sudah kembali dari depan bertanya sambil memandang suaminya.Erik menggelengkan kepalanya. Pria itu terlihat kesal memandang wajah putranya yang begitu sangat bahagia karena berhasil mengalahkannya."Lihat ma, yang menang aku." Rafasya berkata dengan bangga sambil menunjuk ke layar televisi. Sudah begitu lama dia tidak bermanja seperti ini dengan kedua orang tuanya dan ternyata walaupun seperti apapun dewasanya, Rafasya tetap begitu sangat rindu dengan kebersamaan bersama kedua orang tuanya. Menyesal tentu saja menyesal karena keegoisannya dan tidak mau menerima permintaan kedua orang tuanya, sehingga membuat dia menjadi menjauh dan bahkan menjadi anak yang melawan.Kenangan bersama Karin kini melintas di ingatannya. Setelah diingat-ingat kembali tidak ada kenangan indah selama menjalani hubungan dengan Karin. Dia tetap mempertahankan wanita itu meskipun tanpa restu. Dan ternyata apa yang dijalaninya tidak membuat dia bahagia. Bahkan semakin jauh dengan orang-
Karin mencoba untuk tenang sambil terus mengemudikan mobilnya dengan sangat lambat. "Bagaimana ini?" Karin benar-benar panik. Dia terus berpikir apa yang harus dilakukannya. Hubungannya dengan Rafasya tidak boleh berakhir hanya karena sebuah video yang disebarkan oleh wartawan wanita itu."Bagaimana mungkin aku bisa melupakan hal sepele seperti ini." Karin menarik-narik rambutnya dengan keras. Kepalanya terasa akan meledak karena menahan rasa pusing. Diambilnya obat dari dalam tas. Karin mengambil 2 butir dan meminumnya dengan air mineral. Dia hanya butuh waktu beberapa menit untuk menunggu obat bekerja.Karin mulai tenang dan bisa mengendalikan emosinya. Dibukanya kaca jendela mobil sambil mengeluarkan kepala. "Pak kenapa macet?" Karin bertanya dengan pria yang berjalan kaki. "Ada cewek korban tabrak lari mbak," jawab pria yang tadi melihat kondisi korban. Mulut Karin membulat dan kembali menutup kaca mobilnya. Karin memandang ke sekeliling tempat untuk memarkirkan mobilnya.
Rafasya diam dengan jantung yang berdegup dengan cepat ketika melihat aksi menantang qistrinya. Dia ingin berbicara namun mulutnya seakan terkunci. Matanya hanya terfokus memandang makhluk tuhan yang begitu sangat sempurna. Apakah Cinta sengaja melakukan ini untuk menyiksanya. Ya dia sekarang begitu sangat tersiksa melihat pemandangan indah namun tidak bisa untuk disentuhnya. Untuk pertama kalinya Rafasya marah dan kesal dengan surat perjanjian yang sudah dia buat. Setelah diam beberapa saat, akhirnya Rafasya mengikuti langkah istrinya yang berjalan seperti maling. Kini pasangan suami istri itu sudah sama-sama seperti maling yang saling membuntuti. "Untung aja bang Rafa sudah nggak ada." Cinta mengusap dadanya dan berjalan ke arah lemari untuk mengambil handuk."Tadi ngajak abang mandi, sekarang sengaja keluar dari kamar mandi tanpa pakai apa-apa," ucapan Rafasya mampu membuat Cinta terkejut bahkan menjerit seperti melihat hantu.Dengan cepat dia mencari handuk untuk diambilnya.
"Dia." Cinta menutup mulutnya terbuka dengan telapak tangannya. "Kerasukan apa dia?" Tanyanya yang masih tidak percaya. Apa lagi ketika mengingat ekspresi suaminya yang menurut tanpa protes."Terus aku, kenapa berani nyuruh bang Rafa."Cinta masih tidak percaya dengan apa yang terjadi. Dia ingin tertawa ngakak ketika mengingat ekspresi wajah suaminya tadi."Ya sudahlah, ini kebetulan saja. Pasti karena takut dimarahin mama." Cinta tersenyum.Dia begitu sangat bingung untuk mengeluarkan oleh-oleh yang sudah dibelinya. Oleh-oleh itu tidak ada yang memiliki harga tinggi sedangkan mertuanya berasal dari kalangan berduit. Sudah pasti mereka dapat menilai harga barang yang akan diberikan oleh Cinta.Jika Cinta masih berada dalam kebingungan berbeda dengan Rafasya. Bagaikan kerbau yang di cucuk hidungnya, dia begitu sangat menurut. Sikapnya yang seperti ini tentu membuat Cinta yang melihat, merasa terheran-heran. Tidak ada kemarahan yang dia rasakan ketika menuruti perintah istrinya. Bahka