Setelah dibawa ke ruang IGD, wartawan wanita itu kemudian dilarikan oleh dua orang perawat yang mendorong bangkar menuju ke ruang operasi. Karin diam-diam mengikuti dari belakang. Dia tidak ingin Ketinggalan informasi tentang wanita tersebut. Jika seandainya tidak ada video yang menangkap kebersamaannya bersama dengan Jack, mungkin Karin tidak akan melakukan hal ini. Namun sialnya video itu membuat dia tidak tenang. Karin duduk di tempat yang sedikit jauh dari rombongan polisi. Dia berpura-pura menjadi keluarga pasien yang sedang menunggu anggota keluarganya yang sedang operasi di ruangan yang berbeda. Agar tidak ada yang curiga, Karin duduk dan berbaur dengan keluarga pasien yang sedang menunggu. Dia melakukan interaksi dengan banyak bertanya tentang pasien. Ya, dia memang sangat cerdik dan juga pintar, sehingga apa yang dilakukannya sangat bersih dan rapi.Suasana di depan ruang operasi wartawan Wanita itu sudah mulai ramai oleh para wartawan yang berdatangan ke rumah sakit untu
Wajah Rafasya masam ketika mendengar ucapan istrinya. "Kok bisa Bener ya tebakannya, emang pada kekecilan semua." Cinta berkata dalam hati. "Yakin nggak mau yang lain? " tanya Rafasya. Cinta menggelengkan kepalanya. Dia memang hanya ingin susu rasa strawberry saja. Rafasya dengan cepat membayar agar si pemilik supermarket tidak lagi mengajaknya bergosip. Rafasya membeli cukup banyak susu, yaitu 3 dus. Pria itu kemudian menyusun kardus susu di bagian depan motornya. Dan setelah itu Cinta baru naik dan duduk di belakangnya. "Kenapa belinya banyak sekali? "tanya Cinta. "Biar badan istri Abang cepat gendut, nggak kurus kayak gini." Rafasya Berkata sambil memegang pergelangan tangan istrinya dan kemudian mencium punggung tangan Cinta dengan lembut. Cinta terdiam ketika mendengar ucapan dari suaminya hatinya merasa senang dan berbunga-bunga. Namun juga seperti perih ditusuk Duri. Entah rasa apa yang sekarang dia rasakan bahagia namun juga sakit. Tidak bisa terbayangkan olehnya
"Galak amat sejak pulang dari Paris," gerutu Rafasya."Ingat Perjanjian." Cinta memandang suaminya dengan mata yang melotot. Meskipun dia sangat gugup, namun tetap berpura-pura galak agar Rafasya tidak semena-mena. Setelah menandatangani surat perjanjian yang diberikan oleh Rafasya, Cinta bertekad untuk tidak melakukan hubungan suami istri sebelum hubungan mereka jelas.Cinta kemudian membalikkan tubuhnya ke arah dinding. Jika dulu Rafasya yang membelakangi istrinya ketika tidur, namun sekarang Cinta yang membelakanginya. Sedangkan Rafasya hanya diam sambil memandang punggung Cinta."Aku sudah terlalu kejam sama kamu. Sekarang aku baru merasakan seperti apa rasanya ketika tidur hanya bisa memandang punggung kamu tanpa bisa memeluk. Padahal aku sangat rindu dan ingin memeluk kamu." Rafasya berbicara dengan dirinya sendiri.Rafasya tidak ingin lagi melakukan kesalahan. Meskipun dia sangat merindukan istrinya dan ingin memeluk, serta mencium aroma tubuh wanita halalnya, namun dia tida
Rafasya masih diam dan mencerna apa yang dikatakan oleh istrinya.Mimpi atau nyata, masih belum bisa dibedakannya. Karena otaknya yang belum mampu bekerja dengan sempurna. Baru saja dia dikejutkan oleh permintaan aneh dari Cinta, kini pria itu tampak panik ketika melihat tubuh istrinya yang bergetar. "Cinta." Rafasya menarik tangan istrinya hingga tubuh Cinta kini menghadap ke arahnya. Cinta hanya diam tanpa berkata apa-apa. Rasa takut tidak bisa di sembunyikan dari wajah polosnya. "Kenapa nangis?"Cinta tidak menjawab Dia terus saja menangis meluapkan kesedihan yang menyesakkan dadanya. Selama menikah dengan Rafasya, ini adalah permintaannya. Permintaan sederhana yang begitu mudah untuk dipenuhi. Hal ini yang membuat Cinta tidak bisa menerima ketika Rafasya menolak keinginannya. "Sayang Jangan nangis. Abang Beneran nggak bisa masak." Rafasya benar-benar shock dengan permintaan yang dia anggap aneh. Diusapnya pipi Cinta yang sudah basah karena air mata. Cinta hanya diam dan beg
Setelah menyiapkan bahan untuk bumbu. Kini Rafasya dipusingkan dengan bahan yang lainnya. Seperti garam, penyedap makan, kecap, saus sambal dan minyak goreng. Hanya membuat 1 piring nasi goreng saja, sudah membuatnya ingin gila. Tapi mengapa istrinya justru meminta hal yang seperti ini. Rafasya memutar kepalanya ke belakang dan melihat Cinta yang duduk di kursi dengan kepala tertunduk di atas meja. Sedangkan tangannya menjadi bantal untuk menyanggah kepala. Lagi-lagi dia tidak tega jika gagal memasakkan nasi goreng untuk Cinta. Rafasya membuka lemari khusus bumbu. Agar tidak keliru, dia mencicipi dulu rasa garam serta penyedap makanan. Setelah semua bahan yang dibutuhkan sudah disiapkan. Rafasya berdiri di depan kompor. Bagaimana cara menghidupkan kompor. Pria itu tidak mengerti. "Menyala, menyala, menyala." Rafasya berpikir menghidupkan kompor bisa dengan sensor suara. Namun ternyata api kompor tidak menyala seperti harapannya. Apakah sensor suara sudah mulai rusak, pikir Raf
Pagi ini suasana di dapur begitu ricuh, para asisten rumah tangga dikejutkan dengan kondisi dapur yang seperti habis di maling. Bi Surti yang merupakan kepala asisten rumah tangga begitu sangat panik bahkan wajah wanita paruh baya itu pucat. Dia tidak mengerti dengan apa yang terjadi saat ini. "Bik Surti, ini bagaimana? "tanya salah seorang asisten rumah tangga yang bernama Ani. "Saya juga tidak tahu, sudah lebih 20 tahun saya bekerja disini, kejadian seperti ini baru pertama kali ini terjadi dalam sejarah." Bik Surti menjawab dengan wajah frustrasinya. "Bik Surti, Coba kasih tahu nyonya," usul l Art yang bernama Mila. "Kenapa saya bisa lupa untuk memberitahukan hal ini kepada Nyonya." Bik Surti menepuk keningnya. Dalam keadaan panik seperti ini, otak selalu saja sulit untuk di suruh berpikir. Itulah yang dirasakan bik Surti. "Tunggu sebentar, saya akan langsung menemui Nyonya. "Bi Surti pergi meninggalkan dapur dengan sedikit berlari. Lebih dari 20 tahun bekerja di kediaman Er
"Cinta sangat suka dengan aroma parfumnya. Cinta mau Abang pakai ini ya." Cinta tersenyum dengan begitu sangat manis.Entah mengapa cinta begitu sangat menyukai aroma parfum yang dibelinya untuk Rafasya. Dia begitu sangat berharap Rafasya menerima parfum yang diberikannya dan mau memakainya setiap hari. "Ini parfum wangi cewek." Rafasya sangat hafal wangi parfum yang seperti ini. sering tercium ketika"Wangi strawberry." Cinta tersenyum nyengir. Rafasya memandang Cinta dengan mata terbuka lebar. Dia memang berminat dan untuk memakai barang yang dibelikan oleh istrinya. Namun tidak menyangka bahwa apa yang diberikan Cinta adalah sebuah parfum yang beraroma strawberry. "Ini parfum cewek?" Rafasya meyakinkan bahwa parfum yang saat ini dipegangnya, merupakan parfum wanita. "Cinta suka wanginya, Abang pakai ya." Cinta berkata dengan mata berkaca-kaca.Rafasya diam ketika mendengar ucapan istrinya. Begitu sangat sulit baginya untuk memakai parfum ini namun melihat wajah Cinta serta t
Rafasya sedikit berlari ketika turun dari dalam mobilnya. Namun langkahnya terhenti ketika seorang wanita memanggil namanya. Jantungnya berdegup dengan cepat ketika melihat kearah sumber suara. Namun ini bukan petanda dia senang, justru merasa takut ketika melihat wanita cantik itu berlari ke arahnya. "Bang, aku sejak tadi nungguin abang."Karin berkata sambil memeluk Rafasya. Dia sudah tidak tahu malu lagi. Bahkan dia tidak perduli jika dicap pelakor. Karin sengaja melakukan hal ini agar semua orang melihat bahwa dia masih menjadi kekasihnya Rafasya. "Apa yang kau lakukan di sini Karin?" Rafasya mendorong tubuh wanita itu cukup kuat hingga pelukan mereka terlerai. Bahkan Karin sampai hampir terjatuh kebelakang."Abang, kenapa kasar seperti ini?" Karin berkata dengan mata berkaca-kaca. Karin tidak menyangka bahwa kekasihnya yang dulu selalu lembut terhadapnya, kini berubah kasar. "Aku sudah katakan, jangan pernah datang ke sini." Rafasya berkata dengan suara yang sangat pelan.
Rafasya harus menahan rasa sakit di kulit kepalanya, karena Cinta yang terus-menerus menarik rambutnya. Jika tahu kondisinya akan seperti ini dia pasti akan memotong rambutnya hingga 2 cm sebelum Cinta melakukan persalinan. "Mama sakit banget mah." Cinta kembali menangis dan dia pun menarik rambut suaminya dengan keras. "Iya nak tahanan ya." Sari kembali menguatkan menantunya."Anto cepat." Rafasya berkata dengan keras ketika istrinya kembali menarik rambutnya dengan kuat. "Iya Bos, ini jalanan macet," kata Anto. "Kenapa harus pilih jalan yang ini," kata Erik yang menyalahkan sopir sekaligus Bodyguard putranya itu. "Hanya satu jalan menuju ke rumah sakit Pak," jawab Anto gugup. Meskipun yang akan melahirkan istri dari bosnya namun Anto juga merasa panik dan gugup. Apalagi mendengar suara Cinta yang terus saja menangis karena kesakitan. Dia tidak bisa membayangkan ketika Nanti istrinya ada mengalami hal seperti ini.Jika dalam kondisi panik seperti ini semua orang pasti tidak akan
Cahaya dan juga Cinta sedang bersantai di taman belakang.Sejak pagi Cahaya sudah di rumah Cinta. Istri Anto itu pun akan pulang ketika suaminya sudah kembali bekerja."Lihat, ini cantik kan?" Cinta begitu bersemangat ketika menunjukkan gambar desain Baby Doll untuk bayi perempuannya. "Cantik sekali, lihat ini keren gak?" Cahaya dengan bangganya menunjukkan sweater untuk bayi laki-laki. "Keren, buatin untuk calon baby Aku juga ya," kata Cinta yang begitu sangat senang. "Siap, sebelum kamu minta aku sudah minta tukang jahit untuk membuat dua. Satu berwarna biru pekat dan satu lagi berwarna pink." "Pasti lucu ketika mereka memakai baju couple. "Kita bakal buat mereka foto bareng ya." Cahaya tersenyum dan tidak sabar menunggu kelahiran putranya.Sepertinya apa yang didoakan oleh suaminya memang terkabulkan. Karena Cahaya mengandung anak laki-laki. Kedua Wanita itu sudah berniat untuk membuka baby shop setelah mereka melahirkan nanti. Bahkan semua koleksi baju-baju bayi untuk calon
Rafasya berkunjung ke Rumah Sakit Bhayangkara tempat di mana anak Karin dirawat. Disini dia bertemu dengan wanita yang mengadopsi anak Karin. "Apa kamu yang akan mengadopsi anak dari almarhumah Karin?" tanya Rafasya "Iya mas, saya Mayra yang akan merawatnya dan ini sesuai dengan amanah dari almarhumah sebelum beliau meninggal," kata berliana dengan suara yang sehalus mungkin. Dia juga mengganti logat bahasanya agar tidak ada yang curiga dengan jati dirinya."Sejak kapan kenal dengan Karin?" Tanya Rafasya. Sekian lama menjadi kekasih karin, Rafasya sangat tahu siapa-siapa saja teman dari mantannya itu. "Sejak Mbak Karin tersandung kasus di tahanan, dan saya yang ngambil job pekerjaannya sebagai Artis. Awal berjumpa mbak Karin ketika saya bekerja di restoran. Mungkin mas Rafasya tahu tentang video viral itu. Saya tidak enak hati karena mengambil pekerjaan almarhumah, jadi karena itu saya datang ke tahan." Mayra berbicara dengan menundukkan kepalanya."Mbak Karin merupakan orang yang
Cinta berjalan sambil memegang tangan suaminya dengan mesra. Kini mereka sudah berada di taman dan melakukan jalan paginya."Abang, Cinta takut." Cinta memandang Rafasya. "Takut kenapa?" tanya Rafasya. "Takut melahirkan." Rafasya diam ketika mendengar jawaban istrinya. Jujur saja dia juga begitu sangat takut ketika mendengar kabar bahwa Karin meninggal karena pendarahan."Adek jangan takut, Abang bakalan terus ada jagain adek. Adek pasti bisa, adek pasti kuat." Rafasya mencoba untuk menenangkan istrinya. "Janji ya." Cinta memandang Rafasya. "Iya sayang." Rafasya memeluk istrinya dan kemudian mencium keningnya.Sedangkan Sari dan Erik memilih duduk di kursi taman sambil mengambil video anak dan menantunya. Setelah mengambil rekaman video anak serta menantunya, Sari membuka Instagram miliknya. Dan di sana banyak muncul berita tentang kematian Karin. Hal ini yang membuat wanita itu terkejut."Pah, apa berita ini Benar?" tanya Sari sambil menunjukkan berita yang sedang dibacanya."C
Rafasya terdiam saat menerima telepon dari pengacaranya. "Pak Efendi yakin?" Tanya Rafasya untuk memastikan bahwa informasi ini tidak salah. "Yakin pak, karena pihak polisi langsung yang menginformasikan berita ini kepada saya," jawab pengacara Effendi. "Jam berapa meninggalnya?" Rafasya masih tidak percaya dengan apa yang dia denger. "Jam 2 dini hari, saudari Karin meninggal setelah melahirkan anaknya. Almarhumah mengalami pendarahan dan menyebabkan harus menjalani operasi jam 9 malam." Pengacara Effendi menjelaskan secara detail. "Urus semuanya, setahu saya almarhumah tidak memiliki keluarga di sini. Karena itu antarakan jenazah ke kampung halamannya. Informasikan juga kabar duka ini kepada kedua orang tuanya."Meskipun Karin sudah melakukan kesalahan yang fatal, namun Rafasya tetap perduli dan mau mengurus jenazah mantan kekasihnya itu. "Kedua orang tuanya meninggal kecelakaan lalu lintas jam 09.00 pagi. Dan saat ini jenazahnya masih ada di rumah sakit, karena tidak ada piha
Berliana merasakan kakinya lemas setelah mendengar jawaban dari dokter. Dia kemudian kembali duduk di depan ruang persalinan tersebut. Melihat bayi di dalam box didorong keluarga. Berliana langsung berdiri. "Mau dibawa ke mana sus?" Tanya Berliana yang mengikuti perawat tersebut."Mau dipindahkan ruang Icu," jawab perawat. "Oh, saya boleh ikut sus?" Tanya Berliana sambil memandang ke dalam box bayi. "Boleh, hanya saja tidak boleh masuk ke dalam ruang icu," jawabnya. "Iya sus, bayinya perempuan atau laki-laki sus?" Berliana ikut mengantarkan bayi malang itu hingga ke depan ruangannya. "Laki-laki," jawab suster yang kemudian membuka pintu ruang ICU. Berliana memandang perawat itu masuk ke ruang ICU dan kemudian menutup pintu. Berliana berusaha mengintip ke dalam lewat kaca transparan berukuran kecil. Setelah bayi itu masuk ke dalam ruangan, Berliana pergi meninggalkan ruang Icu tersebut. Berliana kembali lagi ke ruang operasi. Dia duduk di kursi tunggu.Berliana dengan sangat sab
Menjalani kehamilan di dalam tahanan seperti ini terasa begitu sangat berat. Di saat para wanita yang sedang hamil menikmati momen berharga bersama dengan suaminya, dan merasakan perhatian serta kasih sayang dari seluruh keluarganya. Namun tidak untuk Karin. Dia melewati semua masa ini seorang diri. Di dalam tahanan ini waktu begitu lambat berlalu. Bersyukur dia memiliki seorang sahabat yang bernama Berliana. Sahabatnya itulah yang setiap saat selalu mengunjunginya dan memberikan dia berbagai macam vitamin serta susu untuk ibu hamil. Sejak tadi Karin merasa gelisah. Seharusnya kedua orangtuanya sudah datang siang ini. Namun mengapa sampai sore, kedua orangtuanya belum datang juga. Apa mereka tidak jadi berangkat hari ini? "Karin ada telepon untuk kamu." Sipir wanita itu berkata setelah membukakan pintu besi tersebut.Karin dengan cepat beranjak dari duduknya. Saat ini perutnya sudah besar. Karena usia kehamilannya yang sudah memasuki bulan ke-7.Karin berjalan dengan pelan mengik
Cahaya tidak bisa menolak paksaan dari suaminya. Dan wanita itu akhirnya memilih untuk menurut. Dan kini pasangan pengantin baru itu sedang berdiri di bawah cucuran air shower. Namun ternyata kamar mandi Bukan tempat yang menyenangkan untuk pasangan yang baru Sah menikah tersebut. Anto kembali menggendong tubuh istrinya dan membawanya ke kamar."Kenapa sudah keluar Mas? Kita belum selesai mandi," Kata Cahaya. Wanita berwajah manis itu sedang berusaha mengatur napasnya yang sejak tadi sudah dibuat ngos-ngosan oleh sang suami."Nanti mandinya kita lanjut lagi. Sayang, Mas pengen lihat anak kita." Anto tersenyum dan kemudian mencium bibir istrinya."Tapi Aya lagi hamil, apa boleh mas?" tanya Cahaya. Melihat benda keramat sang suami, membuat bulu kutuk Cahaya merinding. "Boleh sayang yang penting mainnya jangan keras. Mas bakal pelan-pelan," jawab Anto. Pasangan pengantin baru itu sudah sama-sama polos sejak dari kamar mandi tadi. Cahaya tidak menyangka bahwa suaminya seagresif ini. Pa
"Sayang, bagaimana kondisi anak hari ini?" Rafasya tersenyum dan mengusap perut istrinya. Rafasya sangat cemas ketika Cinta memaksa untuk datang ke acara ijab Kabul Cahaya. Dia takut jika hal buruk terjadi terhadap istri dan calon anaknya."Baik, sangat baik." jawab Cinta. Karena hari ini Cinta tidak merasakan perut yang sakit atau kram. Bahkan gerak bayinya terasa semakin kuat."Anak gadis daddy pintar sekali." Rafasya tersenyum dan mengusap perut istrinya."Sayang Abang rindu." Rafasya berkata dengan wajah serius. "Sudah sedekat ini masih bilang rindu?" Cinta memandang Rafasya dengan sedikit memicingkan matanya. Rasanya sungguh sangat aneh ketika mendengar ucapan dari suaminya itu. Padahal mereka sangat dekat tanpa ada jarak yang memisahkan. Karena Rafasya yang sedang memeluk tubuhnya dengan erat. "Rindu sama ini Dek." Rafasya menyentuh bagian yang dia maksud. Dia sudah sangat menginginkan apam legit yang menggiurkan. Selama di rumah sakit, Rafasya selalu mengurus semua kebutu