Karin melajukan mobilnya menuju hotel yang sudah dipesannya. Suasana hatinya begitu sangat buruk. Di saat seperti ini dia ingin berdekatan dengan Jack. Pria yang selalu menjadi tempat pelampiasannya. Kepalanya sangat pusing bahkan seakan mau meledak saat mengingat permasalahan yang dihadapinya. Rafasya yang semakin menjauh dan wartawan wanita yang ditabraknya itu pun masih hidup sampai saat ini. Meskipun kondisinya dalam keadaan koma dan belum sadarkan diri. Sambil mengendarai mobil, Karin memikirkan apa yang harus dilakukannya dengan wanita itu.Karin tersenyum penuh bahagia ketika sebuah ide muncul di kepalanya. "Tidak akan sulit untuk melenyapkannya." Dia tertawa seperti kuntilanak yang sedang bahagia. Suasana hati yang tadi buruk kini berangsur membaik karena mengingat apa yang akan dilakukannya dengan si wartawan. Apalagi jika apa yang sudah direncanakannya berjalan mulus. Karin menghentikan Mobilnya di sebuah hotel berbintang kemudian dia masuk ke dalam hotel tersebut. Tida
Karin merasakan tubuhnya yang begitu amat lelah bahkan kepalanya juga pusing. Dia bangun dan memuntahkan seluruh isi perutnya. Setelah itu dia kembali ke kamar dan merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. "Aku lupa aku harus menyingkirkan wanita itu hari ini." Dia mencoba untuk duduk namun kepalanya sungguh sangat pusing sehingga seisi kamar ikut berputar. Karin kembali merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur sambil memejamkan mata. Rasanya tidak ada yang salah dengan makanan yang dimakannya. Dia juga tidak punya riwayat asam lambung. Apalagi Karin menerapkan Makan yang teratur. "Apakah ini ciri-ciri wanita yang sedang hamil?" Karin tersenyum bahagia ketika menyadari bahwa kondisi tubuhnya sangat normal. Namun kepala pusing dan mual, mirip seperti ciri-ciri wanita yang sedang hamil. Selama berhubungan dengan Jack, Karin tidak pernah memakai pengaman dan selalu meminta untuk dikeluarkan di dalam. Mengapa karin melakukan hal seperti ini? Bukanlah seharusnya dia takut? Tentu
Cinta tak henti-hentinya merasakan kebahagiaan. Momen seperti ini sudah begitu sangat dirindukannya. Bahkan dia beranggapan bahwa hal ini tidak mungkin pernah dia rasakan. Akan tetapi apa yang saat ini terjadi memang benar-benar nyata. Cinta bisa bertemu dengan orang-orang yang begitu sangat dia sayangi.Dengan wajah penuh bahagia, Cinta duduk di kursi makan. Sedangkan sikembar Keyzia dan Keandra duduk di sisi kiri dan kanannya. Kedua anak itu, benar-benar tidak ingin lepas darinya. "Adek Keyzia, abang Keandra, makan sop daging ya ini aunty yang masak, enak loh. "Cinta menunjukkan mangkok berisi sub daging. Mendengar Hana beserta keluarganya akan makan malam di rumah mama mertua, maka Cinta memasakkan sup daging kesukaan si kembar."Mau aunty, " Jawab Keandra dan Keyzia bersama.Cinta tersenyum dengan sangat manis sambil memberikan pipinya didekat wajah Keyzia.Keyzia yang sudah sangat tahu apa yang diinginkan oleh aunty nya dengan cepat mencium pipi Cinta. Mulai dari pipi kiri, pi
Mata Rafasya melotot ketika mendengar ucapan anak dari sahabatnya. "Abang mau ya?"Cinta tersenyum sambil mengangkat alat make up di tangannya. "Tidak." Rafasya dengan cepat menolak. Wajah cantik istrinya sudah terlihat begitu sangat menyeramkan dan bahkan dia merasa takut ketika memandang Cinta. Mendengar jawaban dari Rafasya, Keyzia menangis. Putri kedua Daffin itu sangat cerdas. Bahkan di usianya yang masih dua setengah tahun, kalimat yang diucapkannya sudah terdengar jelas meskipun masih cedal. "Tuh kan karena abang, Keyzia jadi nangis." Cinta marah dan memeluk gadis bertubuh bulat dan berpipi chubby tersebut. Rafasya diam dan menelan air ludahnya. Apa salah dan dosanya sehingga nasibnya harus seperti ini. Sudahlah dikerjai oleh istrinya si suruh pakai parfum aroma strawberry, dan sekarang dia harus didandani seperti layaknya seorang Barbie. "Setelah nanti di make up, bisa langsung dibersihin kok mukanya. Kenapa coba harus nolak? Tuh jadi nangis Keyzia gara-gara kamu." Sari
Senyum di wajah cantik Cinta, seakan tidak pernah surut setelah bertemu dengan kakak angkat beserta kedua keponakannya. Rasa rindu yang selama ini dipendam, akhirnya bisa terobati. Sejak pulang dari Paris, Cinta merasa bahwa keberuntungan selalu saja mendampinginya. Bahkan sikap suaminya yang sudah jauh berubah sehingga membuat dirinya larut dalam rasa bahagia yang tiada tara. Meskipun perubahan sikap Rafasya karena ada di depan orang tuanya, Cinta tidak masalah. Dia sudah siap untuk kembali ke kehidupan normal ketika kedua mertuanya sudah berangkat ke Singapura. Rafasya duduk di atas tempat tidur dengan wajah masam. Pria itu masih menunggu Janji Cinta yang akan membersihkan sisa make up di wajahnya. Bahkan pria itu tidak ingin memandang cermin karena itu bisa menjatuhkan harga dirinya.Cinta masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan wajah serta mengganti pakaian. Setelah selesai dengan ritual mencuci wajah, gosok gigi dan berganti pakaian, Cinta keluar dari kamar mandi dengan
Cinta menghembuskan napas dengan sangat pelan. Sejak tadi dia berusaha untuk menahan napas ketika Rafasya mengusap kepalanya. Diperlakukan seperti ini sungguh membuat Cinta merasa bahagia . Apakah ini pertanda bahwa Rafasya sudah memulai membuka hati untuknya? Selama beberapa hari ini, Cinta tidak pernah melihat Rafasya menerima telepon dari Karin . Tidak seperti sebelumnya . Apakah hubungan suaminya itu sudah berakhir dengan kekasih gelapnya. Namun Cinta tidak berani bertanya karena hal ini tercantum di dalam surat perjanjian yang sudah ditandatangani.Setelah yakin bahwa Rafasya sudah tertidur, barulah Cinta merubah posisi tidurnya. Berlahan tapi pasti, tubuhnya semakin merapat dengan Rafasya.Cinta hanya berani menempelkan hidungnya di pundak suami. Setelah mencium pundak Rafasya, tidak lama kemudian Cinta tertidur. Entah apa yang terjadi dengan dirinya, yang pasti Cinta tidak bisa tidur jika tidak mencium aroma tubuh suaminya. Entah mengapa Cinta sampai seperti ini. Awalnya C
"Oh," Rafasya mengulum senyumnya. Cinta menatapnya dengan kesal. "Ingat," jawab rafasya kemudian. "Terus kenapa peluk?" Cinta bertanya dengan wajah yang tampak marah. Hal ini dilakukannya hanya untuk menutupi rasa malu. Rafasya mengulum senyumnya ketika mendengar pertanyaan dari istrinya. Cinta semakin kesal ketika melihat suaminya yang tersenyum seperti sedang mengejek. Apakah Rafasya tahu bahwa semalam dialah yang berpindah posisi. Tiba-tiba saja Cinta merasa panik ketika membayangkan hal ini. Entah ke mana wajahnya harus diletakkan. "Semalam dingin, Abang beneran kedinginan Dek, makanya peluk Adek." Rafasya sengaja mengatakan hal ini supaya Cinta merasa senang. "Pasti cari kesempatan," tuduh Cinta"Meluk istri sendiri halal nggak dosa, "jawab Rafasya. "Kita menikah di atas perjanjian, selagi pernikahan ini diikat surat perjanjian, itu artinya Abang nggak boleh seperti ini." Cinta menolak tubuh suaminya dan kemudian menjauh. Rafasya memandang Cinta. Ternyata istri cantikny
Rafasya diam ketika mendengar pertanyaan dari mamanya. Sepertinya hal itu tidak mungkin, mengingat Dia hanya melakukan satu kali hubungan dengan istrinya."Kenapa diam? " Tanya Sari. "Sepertinya ngga Ma," jawab Rafasya yang tidak ingin memberikan harapan semu. "Oh mama kirain istri kamu sedang hamil. Apa sudah kamu bawa periksa?" tanya Sari lagi Pertanyaan seperti ini tidak pernah terlintas oleh Rafasya, sehingga dia bingung untuk memilih jawaban yang tepat. "Belum.""Kapan Cinta Terakhir kali datang bulan?" Sari berkata dengan wajah serius. Pertanyaan yang dilontarkan Sari membuat Rafasya semakin bingung untuk menjawab. Karena dia memang tidak tahu hal ini sama sekali. Sedangkan Erik hanya memilih diam sambil menunggu jawaban dari putranya. "Bulan semalam Apa masih dapat?" Sari sudah seperti polisi yang sedang melakukan interogasi terhadap tersangka. "Masih." Rafasya berkata asal, yang penting mamanya tidak curiga. "Ya sudah kalau begitu, tapi jika bulan depan Cinta tidak
Rafasya harus menahan rasa sakit di kulit kepalanya, karena Cinta yang terus-menerus menarik rambutnya. Jika tahu kondisinya akan seperti ini dia pasti akan memotong rambutnya hingga 2 cm sebelum Cinta melakukan persalinan. "Mama sakit banget mah." Cinta kembali menangis dan dia pun menarik rambut suaminya dengan keras. "Iya nak tahanan ya." Sari kembali menguatkan menantunya."Anto cepat." Rafasya berkata dengan keras ketika istrinya kembali menarik rambutnya dengan kuat. "Iya Bos, ini jalanan macet," kata Anto. "Kenapa harus pilih jalan yang ini," kata Erik yang menyalahkan sopir sekaligus Bodyguard putranya itu. "Hanya satu jalan menuju ke rumah sakit Pak," jawab Anto gugup. Meskipun yang akan melahirkan istri dari bosnya namun Anto juga merasa panik dan gugup. Apalagi mendengar suara Cinta yang terus saja menangis karena kesakitan. Dia tidak bisa membayangkan ketika Nanti istrinya ada mengalami hal seperti ini.Jika dalam kondisi panik seperti ini semua orang pasti tidak akan
Cahaya dan juga Cinta sedang bersantai di taman belakang.Sejak pagi Cahaya sudah di rumah Cinta. Istri Anto itu pun akan pulang ketika suaminya sudah kembali bekerja."Lihat, ini cantik kan?" Cinta begitu bersemangat ketika menunjukkan gambar desain Baby Doll untuk bayi perempuannya. "Cantik sekali, lihat ini keren gak?" Cahaya dengan bangganya menunjukkan sweater untuk bayi laki-laki. "Keren, buatin untuk calon baby Aku juga ya," kata Cinta yang begitu sangat senang. "Siap, sebelum kamu minta aku sudah minta tukang jahit untuk membuat dua. Satu berwarna biru pekat dan satu lagi berwarna pink." "Pasti lucu ketika mereka memakai baju couple. "Kita bakal buat mereka foto bareng ya." Cahaya tersenyum dan tidak sabar menunggu kelahiran putranya.Sepertinya apa yang didoakan oleh suaminya memang terkabulkan. Karena Cahaya mengandung anak laki-laki. Kedua Wanita itu sudah berniat untuk membuka baby shop setelah mereka melahirkan nanti. Bahkan semua koleksi baju-baju bayi untuk calon
Rafasya berkunjung ke Rumah Sakit Bhayangkara tempat di mana anak Karin dirawat. Disini dia bertemu dengan wanita yang mengadopsi anak Karin. "Apa kamu yang akan mengadopsi anak dari almarhumah Karin?" tanya Rafasya "Iya mas, saya Mayra yang akan merawatnya dan ini sesuai dengan amanah dari almarhumah sebelum beliau meninggal," kata berliana dengan suara yang sehalus mungkin. Dia juga mengganti logat bahasanya agar tidak ada yang curiga dengan jati dirinya."Sejak kapan kenal dengan Karin?" Tanya Rafasya. Sekian lama menjadi kekasih karin, Rafasya sangat tahu siapa-siapa saja teman dari mantannya itu. "Sejak Mbak Karin tersandung kasus di tahanan, dan saya yang ngambil job pekerjaannya sebagai Artis. Awal berjumpa mbak Karin ketika saya bekerja di restoran. Mungkin mas Rafasya tahu tentang video viral itu. Saya tidak enak hati karena mengambil pekerjaan almarhumah, jadi karena itu saya datang ke tahan." Mayra berbicara dengan menundukkan kepalanya."Mbak Karin merupakan orang yang
Cinta berjalan sambil memegang tangan suaminya dengan mesra. Kini mereka sudah berada di taman dan melakukan jalan paginya."Abang, Cinta takut." Cinta memandang Rafasya. "Takut kenapa?" tanya Rafasya. "Takut melahirkan." Rafasya diam ketika mendengar jawaban istrinya. Jujur saja dia juga begitu sangat takut ketika mendengar kabar bahwa Karin meninggal karena pendarahan."Adek jangan takut, Abang bakalan terus ada jagain adek. Adek pasti bisa, adek pasti kuat." Rafasya mencoba untuk menenangkan istrinya. "Janji ya." Cinta memandang Rafasya. "Iya sayang." Rafasya memeluk istrinya dan kemudian mencium keningnya.Sedangkan Sari dan Erik memilih duduk di kursi taman sambil mengambil video anak dan menantunya. Setelah mengambil rekaman video anak serta menantunya, Sari membuka Instagram miliknya. Dan di sana banyak muncul berita tentang kematian Karin. Hal ini yang membuat wanita itu terkejut."Pah, apa berita ini Benar?" tanya Sari sambil menunjukkan berita yang sedang dibacanya."C
Rafasya terdiam saat menerima telepon dari pengacaranya. "Pak Efendi yakin?" Tanya Rafasya untuk memastikan bahwa informasi ini tidak salah. "Yakin pak, karena pihak polisi langsung yang menginformasikan berita ini kepada saya," jawab pengacara Effendi. "Jam berapa meninggalnya?" Rafasya masih tidak percaya dengan apa yang dia denger. "Jam 2 dini hari, saudari Karin meninggal setelah melahirkan anaknya. Almarhumah mengalami pendarahan dan menyebabkan harus menjalani operasi jam 9 malam." Pengacara Effendi menjelaskan secara detail. "Urus semuanya, setahu saya almarhumah tidak memiliki keluarga di sini. Karena itu antarakan jenazah ke kampung halamannya. Informasikan juga kabar duka ini kepada kedua orang tuanya."Meskipun Karin sudah melakukan kesalahan yang fatal, namun Rafasya tetap perduli dan mau mengurus jenazah mantan kekasihnya itu. "Kedua orang tuanya meninggal kecelakaan lalu lintas jam 09.00 pagi. Dan saat ini jenazahnya masih ada di rumah sakit, karena tidak ada piha
Berliana merasakan kakinya lemas setelah mendengar jawaban dari dokter. Dia kemudian kembali duduk di depan ruang persalinan tersebut. Melihat bayi di dalam box didorong keluarga. Berliana langsung berdiri. "Mau dibawa ke mana sus?" Tanya Berliana yang mengikuti perawat tersebut."Mau dipindahkan ruang Icu," jawab perawat. "Oh, saya boleh ikut sus?" Tanya Berliana sambil memandang ke dalam box bayi. "Boleh, hanya saja tidak boleh masuk ke dalam ruang icu," jawabnya. "Iya sus, bayinya perempuan atau laki-laki sus?" Berliana ikut mengantarkan bayi malang itu hingga ke depan ruangannya. "Laki-laki," jawab suster yang kemudian membuka pintu ruang ICU. Berliana memandang perawat itu masuk ke ruang ICU dan kemudian menutup pintu. Berliana berusaha mengintip ke dalam lewat kaca transparan berukuran kecil. Setelah bayi itu masuk ke dalam ruangan, Berliana pergi meninggalkan ruang Icu tersebut. Berliana kembali lagi ke ruang operasi. Dia duduk di kursi tunggu.Berliana dengan sangat sab
Menjalani kehamilan di dalam tahanan seperti ini terasa begitu sangat berat. Di saat para wanita yang sedang hamil menikmati momen berharga bersama dengan suaminya, dan merasakan perhatian serta kasih sayang dari seluruh keluarganya. Namun tidak untuk Karin. Dia melewati semua masa ini seorang diri. Di dalam tahanan ini waktu begitu lambat berlalu. Bersyukur dia memiliki seorang sahabat yang bernama Berliana. Sahabatnya itulah yang setiap saat selalu mengunjunginya dan memberikan dia berbagai macam vitamin serta susu untuk ibu hamil. Sejak tadi Karin merasa gelisah. Seharusnya kedua orangtuanya sudah datang siang ini. Namun mengapa sampai sore, kedua orangtuanya belum datang juga. Apa mereka tidak jadi berangkat hari ini? "Karin ada telepon untuk kamu." Sipir wanita itu berkata setelah membukakan pintu besi tersebut.Karin dengan cepat beranjak dari duduknya. Saat ini perutnya sudah besar. Karena usia kehamilannya yang sudah memasuki bulan ke-7.Karin berjalan dengan pelan mengik
Cahaya tidak bisa menolak paksaan dari suaminya. Dan wanita itu akhirnya memilih untuk menurut. Dan kini pasangan pengantin baru itu sedang berdiri di bawah cucuran air shower. Namun ternyata kamar mandi Bukan tempat yang menyenangkan untuk pasangan yang baru Sah menikah tersebut. Anto kembali menggendong tubuh istrinya dan membawanya ke kamar."Kenapa sudah keluar Mas? Kita belum selesai mandi," Kata Cahaya. Wanita berwajah manis itu sedang berusaha mengatur napasnya yang sejak tadi sudah dibuat ngos-ngosan oleh sang suami."Nanti mandinya kita lanjut lagi. Sayang, Mas pengen lihat anak kita." Anto tersenyum dan kemudian mencium bibir istrinya."Tapi Aya lagi hamil, apa boleh mas?" tanya Cahaya. Melihat benda keramat sang suami, membuat bulu kutuk Cahaya merinding. "Boleh sayang yang penting mainnya jangan keras. Mas bakal pelan-pelan," jawab Anto. Pasangan pengantin baru itu sudah sama-sama polos sejak dari kamar mandi tadi. Cahaya tidak menyangka bahwa suaminya seagresif ini. Pa
"Sayang, bagaimana kondisi anak hari ini?" Rafasya tersenyum dan mengusap perut istrinya. Rafasya sangat cemas ketika Cinta memaksa untuk datang ke acara ijab Kabul Cahaya. Dia takut jika hal buruk terjadi terhadap istri dan calon anaknya."Baik, sangat baik." jawab Cinta. Karena hari ini Cinta tidak merasakan perut yang sakit atau kram. Bahkan gerak bayinya terasa semakin kuat."Anak gadis daddy pintar sekali." Rafasya tersenyum dan mengusap perut istrinya."Sayang Abang rindu." Rafasya berkata dengan wajah serius. "Sudah sedekat ini masih bilang rindu?" Cinta memandang Rafasya dengan sedikit memicingkan matanya. Rasanya sungguh sangat aneh ketika mendengar ucapan dari suaminya itu. Padahal mereka sangat dekat tanpa ada jarak yang memisahkan. Karena Rafasya yang sedang memeluk tubuhnya dengan erat. "Rindu sama ini Dek." Rafasya menyentuh bagian yang dia maksud. Dia sudah sangat menginginkan apam legit yang menggiurkan. Selama di rumah sakit, Rafasya selalu mengurus semua kebutu