Rafasya diam dengan jantung yang berdegup dengan cepat ketika melihat aksi menantang qistrinya. Dia ingin berbicara namun mulutnya seakan terkunci. Matanya hanya terfokus memandang makhluk tuhan yang begitu sangat sempurna. Apakah Cinta sengaja melakukan ini untuk menyiksanya. Ya dia sekarang begitu sangat tersiksa melihat pemandangan indah namun tidak bisa untuk disentuhnya. Untuk pertama kalinya Rafasya marah dan kesal dengan surat perjanjian yang sudah dia buat. Setelah diam beberapa saat, akhirnya Rafasya mengikuti langkah istrinya yang berjalan seperti maling. Kini pasangan suami istri itu sudah sama-sama seperti maling yang saling membuntuti. "Untung aja bang Rafa sudah nggak ada." Cinta mengusap dadanya dan berjalan ke arah lemari untuk mengambil handuk."Tadi ngajak abang mandi, sekarang sengaja keluar dari kamar mandi tanpa pakai apa-apa," ucapan Rafasya mampu membuat Cinta terkejut bahkan menjerit seperti melihat hantu.Dengan cepat dia mencari handuk untuk diambilnya.
"Dia." Cinta menutup mulutnya terbuka dengan telapak tangannya. "Kerasukan apa dia?" Tanyanya yang masih tidak percaya. Apa lagi ketika mengingat ekspresi suaminya yang menurut tanpa protes."Terus aku, kenapa berani nyuruh bang Rafa."Cinta masih tidak percaya dengan apa yang terjadi. Dia ingin tertawa ngakak ketika mengingat ekspresi wajah suaminya tadi."Ya sudahlah, ini kebetulan saja. Pasti karena takut dimarahin mama." Cinta tersenyum.Dia begitu sangat bingung untuk mengeluarkan oleh-oleh yang sudah dibelinya. Oleh-oleh itu tidak ada yang memiliki harga tinggi sedangkan mertuanya berasal dari kalangan berduit. Sudah pasti mereka dapat menilai harga barang yang akan diberikan oleh Cinta.Jika Cinta masih berada dalam kebingungan berbeda dengan Rafasya. Bagaikan kerbau yang di cucuk hidungnya, dia begitu sangat menurut. Sikapnya yang seperti ini tentu membuat Cinta yang melihat, merasa terheran-heran. Tidak ada kemarahan yang dia rasakan ketika menuruti perintah istrinya. Bahka
Setelah dibawa ke ruang IGD, wartawan wanita itu kemudian dilarikan oleh dua orang perawat yang mendorong bangkar menuju ke ruang operasi. Karin diam-diam mengikuti dari belakang. Dia tidak ingin Ketinggalan informasi tentang wanita tersebut. Jika seandainya tidak ada video yang menangkap kebersamaannya bersama dengan Jack, mungkin Karin tidak akan melakukan hal ini. Namun sialnya video itu membuat dia tidak tenang. Karin duduk di tempat yang sedikit jauh dari rombongan polisi. Dia berpura-pura menjadi keluarga pasien yang sedang menunggu anggota keluarganya yang sedang operasi di ruangan yang berbeda. Agar tidak ada yang curiga, Karin duduk dan berbaur dengan keluarga pasien yang sedang menunggu. Dia melakukan interaksi dengan banyak bertanya tentang pasien. Ya, dia memang sangat cerdik dan juga pintar, sehingga apa yang dilakukannya sangat bersih dan rapi.Suasana di depan ruang operasi wartawan Wanita itu sudah mulai ramai oleh para wartawan yang berdatangan ke rumah sakit untu
Wajah Rafasya masam ketika mendengar ucapan istrinya. "Kok bisa Bener ya tebakannya, emang pada kekecilan semua." Cinta berkata dalam hati. "Yakin nggak mau yang lain? " tanya Rafasya. Cinta menggelengkan kepalanya. Dia memang hanya ingin susu rasa strawberry saja. Rafasya dengan cepat membayar agar si pemilik supermarket tidak lagi mengajaknya bergosip. Rafasya membeli cukup banyak susu, yaitu 3 dus. Pria itu kemudian menyusun kardus susu di bagian depan motornya. Dan setelah itu Cinta baru naik dan duduk di belakangnya. "Kenapa belinya banyak sekali? "tanya Cinta. "Biar badan istri Abang cepat gendut, nggak kurus kayak gini." Rafasya Berkata sambil memegang pergelangan tangan istrinya dan kemudian mencium punggung tangan Cinta dengan lembut. Cinta terdiam ketika mendengar ucapan dari suaminya hatinya merasa senang dan berbunga-bunga. Namun juga seperti perih ditusuk Duri. Entah rasa apa yang sekarang dia rasakan bahagia namun juga sakit. Tidak bisa terbayangkan olehnya
"Galak amat sejak pulang dari Paris," gerutu Rafasya."Ingat Perjanjian." Cinta memandang suaminya dengan mata yang melotot. Meskipun dia sangat gugup, namun tetap berpura-pura galak agar Rafasya tidak semena-mena. Setelah menandatangani surat perjanjian yang diberikan oleh Rafasya, Cinta bertekad untuk tidak melakukan hubungan suami istri sebelum hubungan mereka jelas.Cinta kemudian membalikkan tubuhnya ke arah dinding. Jika dulu Rafasya yang membelakangi istrinya ketika tidur, namun sekarang Cinta yang membelakanginya. Sedangkan Rafasya hanya diam sambil memandang punggung Cinta."Aku sudah terlalu kejam sama kamu. Sekarang aku baru merasakan seperti apa rasanya ketika tidur hanya bisa memandang punggung kamu tanpa bisa memeluk. Padahal aku sangat rindu dan ingin memeluk kamu." Rafasya berbicara dengan dirinya sendiri.Rafasya tidak ingin lagi melakukan kesalahan. Meskipun dia sangat merindukan istrinya dan ingin memeluk, serta mencium aroma tubuh wanita halalnya, namun dia tida
Rafasya masih diam dan mencerna apa yang dikatakan oleh istrinya.Mimpi atau nyata, masih belum bisa dibedakannya. Karena otaknya yang belum mampu bekerja dengan sempurna. Baru saja dia dikejutkan oleh permintaan aneh dari Cinta, kini pria itu tampak panik ketika melihat tubuh istrinya yang bergetar. "Cinta." Rafasya menarik tangan istrinya hingga tubuh Cinta kini menghadap ke arahnya. Cinta hanya diam tanpa berkata apa-apa. Rasa takut tidak bisa di sembunyikan dari wajah polosnya. "Kenapa nangis?"Cinta tidak menjawab Dia terus saja menangis meluapkan kesedihan yang menyesakkan dadanya. Selama menikah dengan Rafasya, ini adalah permintaannya. Permintaan sederhana yang begitu mudah untuk dipenuhi. Hal ini yang membuat Cinta tidak bisa menerima ketika Rafasya menolak keinginannya. "Sayang Jangan nangis. Abang Beneran nggak bisa masak." Rafasya benar-benar shock dengan permintaan yang dia anggap aneh. Diusapnya pipi Cinta yang sudah basah karena air mata. Cinta hanya diam dan beg
Setelah menyiapkan bahan untuk bumbu. Kini Rafasya dipusingkan dengan bahan yang lainnya. Seperti garam, penyedap makan, kecap, saus sambal dan minyak goreng. Hanya membuat 1 piring nasi goreng saja, sudah membuatnya ingin gila. Tapi mengapa istrinya justru meminta hal yang seperti ini. Rafasya memutar kepalanya ke belakang dan melihat Cinta yang duduk di kursi dengan kepala tertunduk di atas meja. Sedangkan tangannya menjadi bantal untuk menyanggah kepala. Lagi-lagi dia tidak tega jika gagal memasakkan nasi goreng untuk Cinta. Rafasya membuka lemari khusus bumbu. Agar tidak keliru, dia mencicipi dulu rasa garam serta penyedap makanan. Setelah semua bahan yang dibutuhkan sudah disiapkan. Rafasya berdiri di depan kompor. Bagaimana cara menghidupkan kompor. Pria itu tidak mengerti. "Menyala, menyala, menyala." Rafasya berpikir menghidupkan kompor bisa dengan sensor suara. Namun ternyata api kompor tidak menyala seperti harapannya. Apakah sensor suara sudah mulai rusak, pikir Raf
Pagi ini suasana di dapur begitu ricuh, para asisten rumah tangga dikejutkan dengan kondisi dapur yang seperti habis di maling. Bi Surti yang merupakan kepala asisten rumah tangga begitu sangat panik bahkan wajah wanita paruh baya itu pucat. Dia tidak mengerti dengan apa yang terjadi saat ini. "Bik Surti, ini bagaimana? "tanya salah seorang asisten rumah tangga yang bernama Ani. "Saya juga tidak tahu, sudah lebih 20 tahun saya bekerja disini, kejadian seperti ini baru pertama kali ini terjadi dalam sejarah." Bik Surti menjawab dengan wajah frustrasinya. "Bik Surti, Coba kasih tahu nyonya," usul l Art yang bernama Mila. "Kenapa saya bisa lupa untuk memberitahukan hal ini kepada Nyonya." Bik Surti menepuk keningnya. Dalam keadaan panik seperti ini, otak selalu saja sulit untuk di suruh berpikir. Itulah yang dirasakan bik Surti. "Tunggu sebentar, saya akan langsung menemui Nyonya. "Bi Surti pergi meninggalkan dapur dengan sedikit berlari. Lebih dari 20 tahun bekerja di kediaman Er