Dengan sangat hati-hati, pria berwajah tampan itu menarik tubuh istrinya agar menghadap ke arahnya. Setelah itu barulah dia merebahkan tubuhnya di samping Cinta sambil tersenyum. Hatinya sungguh sangat senang dan bahagia ketika menatap wajah istri yang tidak dikehendakinya. "Cantik, kamu benar-benar cantik. Apalagi sedang tidur seperti ini." Kalimat itu keluar begitu saja dari bibirnya. Rafasya diam ketika menyadari perkataannya. Ditatapnya wajah yang sangat dia rindukan. Wajah yang membuat tidurnya tidak nyenyak selama 3 bulan terakhir. Paras cantik yang selalu membuat dia ingin gila dan mengamuk karena harus bertempur dengan kata hatinya. Wajah teduh yang selalu tersenyum meskipun dia sudah bersikap sangat tidak baik dan bahkan jahat serta kejam. Ada rasa bersalah dihatinya ketika mengingat apa yang telah dia lakukan terhadap istrinya. Namun bagaimana dengan Karin. Wanita yang sudah dia nobatkan untuk menjadi pemilik hatinya. Wanita yang sudah dia janjikan kebahagiaan meskipun s
Cinta berangsur duduk dan kemudian turun dari atas tempat tidur. Bisa kembali ke rumah ini sungguh membuat hatinya senang. Meskipun perut sudah minta di isi, namun Cinta tidak buru-buru turun kebawah. Dia berdiri di depan jendela dan memandang ke luar. Dari dalam kamar ini bisa langsung melihat ke halaman depan yang sangat luas dan begitu sangat indah. Karen Sari memang memiliki pengurus taman, agar bunga-bunga serta rumput yang di tanam untuk memberikan kesan hijau itu di rawat dengan baik. Setelah puas melihat ke halaman depan, Cinta memandang setiap sudut kamar suaminya yang tertata rapi dan bersih.Tiba-tiba saja jantungnya berdebar cepat ketika mengingat kecupan yang tadi di berikan Rafasya. Ini merupakan ciuman yang begitu sangat indah. Bahkan rasa lembut dan manisnya masih terasa. "Bibirnya manis, apa dia baru habis makan yang manis-manis. Tapi aku tadi gak habis makan apa-apa, pasti rasa mulut aku gak enak. Nanti kalau ciuman mendadak lagi, aku harus izin makan permen dulu
"Menang pa? "Sari yang sudah kembali dari depan bertanya sambil memandang suaminya.Erik menggelengkan kepalanya. Pria itu terlihat kesal memandang wajah putranya yang begitu sangat bahagia karena berhasil mengalahkannya."Lihat ma, yang menang aku." Rafasya berkata dengan bangga sambil menunjuk ke layar televisi. Sudah begitu lama dia tidak bermanja seperti ini dengan kedua orang tuanya dan ternyata walaupun seperti apapun dewasanya, Rafasya tetap begitu sangat rindu dengan kebersamaan bersama kedua orang tuanya. Menyesal tentu saja menyesal karena keegoisannya dan tidak mau menerima permintaan kedua orang tuanya, sehingga membuat dia menjadi menjauh dan bahkan menjadi anak yang melawan.Kenangan bersama Karin kini melintas di ingatannya. Setelah diingat-ingat kembali tidak ada kenangan indah selama menjalani hubungan dengan Karin. Dia tetap mempertahankan wanita itu meskipun tanpa restu. Dan ternyata apa yang dijalaninya tidak membuat dia bahagia. Bahkan semakin jauh dengan orang-
Karin mencoba untuk tenang sambil terus mengemudikan mobilnya dengan sangat lambat. "Bagaimana ini?" Karin benar-benar panik. Dia terus berpikir apa yang harus dilakukannya. Hubungannya dengan Rafasya tidak boleh berakhir hanya karena sebuah video yang disebarkan oleh wartawan wanita itu."Bagaimana mungkin aku bisa melupakan hal sepele seperti ini." Karin menarik-narik rambutnya dengan keras. Kepalanya terasa akan meledak karena menahan rasa pusing. Diambilnya obat dari dalam tas. Karin mengambil 2 butir dan meminumnya dengan air mineral. Dia hanya butuh waktu beberapa menit untuk menunggu obat bekerja.Karin mulai tenang dan bisa mengendalikan emosinya. Dibukanya kaca jendela mobil sambil mengeluarkan kepala. "Pak kenapa macet?" Karin bertanya dengan pria yang berjalan kaki. "Ada cewek korban tabrak lari mbak," jawab pria yang tadi melihat kondisi korban. Mulut Karin membulat dan kembali menutup kaca mobilnya. Karin memandang ke sekeliling tempat untuk memarkirkan mobilnya.
Rafasya diam dengan jantung yang berdegup dengan cepat ketika melihat aksi menantang qistrinya. Dia ingin berbicara namun mulutnya seakan terkunci. Matanya hanya terfokus memandang makhluk tuhan yang begitu sangat sempurna. Apakah Cinta sengaja melakukan ini untuk menyiksanya. Ya dia sekarang begitu sangat tersiksa melihat pemandangan indah namun tidak bisa untuk disentuhnya. Untuk pertama kalinya Rafasya marah dan kesal dengan surat perjanjian yang sudah dia buat. Setelah diam beberapa saat, akhirnya Rafasya mengikuti langkah istrinya yang berjalan seperti maling. Kini pasangan suami istri itu sudah sama-sama seperti maling yang saling membuntuti. "Untung aja bang Rafa sudah nggak ada." Cinta mengusap dadanya dan berjalan ke arah lemari untuk mengambil handuk."Tadi ngajak abang mandi, sekarang sengaja keluar dari kamar mandi tanpa pakai apa-apa," ucapan Rafasya mampu membuat Cinta terkejut bahkan menjerit seperti melihat hantu.Dengan cepat dia mencari handuk untuk diambilnya.
"Dia." Cinta menutup mulutnya terbuka dengan telapak tangannya. "Kerasukan apa dia?" Tanyanya yang masih tidak percaya. Apa lagi ketika mengingat ekspresi suaminya yang menurut tanpa protes."Terus aku, kenapa berani nyuruh bang Rafa."Cinta masih tidak percaya dengan apa yang terjadi. Dia ingin tertawa ngakak ketika mengingat ekspresi wajah suaminya tadi."Ya sudahlah, ini kebetulan saja. Pasti karena takut dimarahin mama." Cinta tersenyum.Dia begitu sangat bingung untuk mengeluarkan oleh-oleh yang sudah dibelinya. Oleh-oleh itu tidak ada yang memiliki harga tinggi sedangkan mertuanya berasal dari kalangan berduit. Sudah pasti mereka dapat menilai harga barang yang akan diberikan oleh Cinta.Jika Cinta masih berada dalam kebingungan berbeda dengan Rafasya. Bagaikan kerbau yang di cucuk hidungnya, dia begitu sangat menurut. Sikapnya yang seperti ini tentu membuat Cinta yang melihat, merasa terheran-heran. Tidak ada kemarahan yang dia rasakan ketika menuruti perintah istrinya. Bahka
Setelah dibawa ke ruang IGD, wartawan wanita itu kemudian dilarikan oleh dua orang perawat yang mendorong bangkar menuju ke ruang operasi. Karin diam-diam mengikuti dari belakang. Dia tidak ingin Ketinggalan informasi tentang wanita tersebut. Jika seandainya tidak ada video yang menangkap kebersamaannya bersama dengan Jack, mungkin Karin tidak akan melakukan hal ini. Namun sialnya video itu membuat dia tidak tenang. Karin duduk di tempat yang sedikit jauh dari rombongan polisi. Dia berpura-pura menjadi keluarga pasien yang sedang menunggu anggota keluarganya yang sedang operasi di ruangan yang berbeda. Agar tidak ada yang curiga, Karin duduk dan berbaur dengan keluarga pasien yang sedang menunggu. Dia melakukan interaksi dengan banyak bertanya tentang pasien. Ya, dia memang sangat cerdik dan juga pintar, sehingga apa yang dilakukannya sangat bersih dan rapi.Suasana di depan ruang operasi wartawan Wanita itu sudah mulai ramai oleh para wartawan yang berdatangan ke rumah sakit untu
Wajah Rafasya masam ketika mendengar ucapan istrinya. "Kok bisa Bener ya tebakannya, emang pada kekecilan semua." Cinta berkata dalam hati. "Yakin nggak mau yang lain? " tanya Rafasya. Cinta menggelengkan kepalanya. Dia memang hanya ingin susu rasa strawberry saja. Rafasya dengan cepat membayar agar si pemilik supermarket tidak lagi mengajaknya bergosip. Rafasya membeli cukup banyak susu, yaitu 3 dus. Pria itu kemudian menyusun kardus susu di bagian depan motornya. Dan setelah itu Cinta baru naik dan duduk di belakangnya. "Kenapa belinya banyak sekali? "tanya Cinta. "Biar badan istri Abang cepat gendut, nggak kurus kayak gini." Rafasya Berkata sambil memegang pergelangan tangan istrinya dan kemudian mencium punggung tangan Cinta dengan lembut. Cinta terdiam ketika mendengar ucapan dari suaminya hatinya merasa senang dan berbunga-bunga. Namun juga seperti perih ditusuk Duri. Entah rasa apa yang sekarang dia rasakan bahagia namun juga sakit. Tidak bisa terbayangkan olehnya