Apa yang dilakukannya, sungguh sangat memalukan. Dia seperti seorang pengutil yang sedang mengintai barang curiannya. Rafasya bersembunyi hanya untuk melihat istrinya dan kemudian senyum-senyum sendiri ketika melihat senyum manis yang terukir di bibir sang istri."Jantung ku kenapa seperti ini." Rafasya memegang dadanya dan merasakan degup jantung yang semakin menggila. Ingin sekali menemui wanita yang sudah sangat dia rindukan, namun dia sangat malu. Kelakuannya yang seperti ini, mirip dengan remaja yang jatuh cinta.Ini aneh, mereka sudah menikah dan bahkan tinggal juga serumah. Tidur sekamar dan di ranjang yang sama. Tapi mengapa dia merasakan perasaan yang aneh seperti sekarang."Aku harus berbicara seperti apa nanti ketika bertatapan dengan Cinta. "Sejak tadi hanya ini yang ada di pikirannya, bagaimana cara menyapa istrinya.Rafasya tidak memahami dengan apa yang saat ini dia rasakan. Ada rasa rindu yang menggebu-gebu, ada rasa malu, dan ada rasa gengsi yang membuat dirinya semak
"Pantas saja kau selalu menghindar dari ku, ternyata kau sudah membohongi aku. Kau sudah berkhianat dengan wanita itu. Aku tidak akan pernah terima dicampakkan seperti ini. Ingat kau sudah berjanji untuk menikah denganku dan kau harus menepati janjimu." Kalimat itu diucapkannya tanpa suara. Mata Karin memerah menahan rasa panas yang membakar dadanya. Dia melihat bagaimana Rafasya mencium bibir istrinya di depan umum. Dimana Rafasya yang selalu menjaga sikap sopan santun itu. Bahkan pria itu selalu menolak ketika Karin menciumnya di depan umum. Namun dengan Cinta, mengapa Rafasya melakukannya. Apa yang dia lihat, membuat hatinya terluka dan juga kecewa. Sudah beberapa bulan ini Rafasya seakan menjauh darinya. Karin selalu berpikir positif dan percaya jika pria itu benar-benar sibuk, seperti apa yang dikatakan Rafasya. Namun setelah melihat dengan mata kepalanya sendiri, hatinya sakit seperti teriris. Jika seandainya tidak ada Sari dan juga Erik di sana, dia akan mengejar istri Rafa
Ikan bakar gurame, ikan bandeng presto saus Padang, ayam bakar, undang saus tiram, kepiting asam manis, sambal terasi dan sayur cah kangkung, sudah tersaji di atas meja.Melihat menu lezat ini, membuat air liurnya seakan menetes. Tanpa ada rasa malu, Cinta memasukkan nasi kedalam piringnya dengan porsi yang banyak. Dia juga mengambil 1 piring ikan bakar gurame berukuran besar. Setelah itu memasukkan sayur cah kangkung dan sambal terasi ke dalam piringnya."Papa, mama, ayo kita makan." Cinta tersenyum manis menatap kedua mertuanya secara bergantian. Sedangkan Rafasya memandang istrinya dengan masam. "Sayang." Rafasya memanggil Cinta dengan lembut.Cinta yang sudah berniat memasukkan nasi kedalam mulutnya, terhenti ketika mendengar panggilan dari suaminya. Cinta terdiam beberapa saat untuk merespon perkataan Rafasya."Abang kenapa nggak diajak?" Rafasya berkata dengan tersenyum. Tidak terlihat kemarahan di wajahnya sedikitpun. Ya meskipun sebenarnya dia cukup kesal ketika melihat Cint
"Mau jalan-jalan dulu atau langsung pulang?" Sari tersenyum memandang menantunya yang tampak mengantuk, setelah makan banyak. "Cinta mau langsung pulang aja ma, soalnya capek." Cinta menutup mulutnya yang sedang menguap. Selalu saja seperti ini, jika perutnya sudah kenyang, mata pun mengantuk. Padahal Cinta sudah banyak tidur ketika di dalam pesawat."Ya sudah, kita pulang sekarang." Erik beranjak dari duduknya, begitu juga dengan Sari. "Iya pa," jawab Rafasya yang sudah berdiri. Dia tersenyum ketika melihat Cinta yang berdiri dengan malas. Cinta diam beberapa saat ketika Rafasya memegang tangannya. Dengan gaya sok baik membantu dia untuk berdiri. "Kok malah diam?" Rafasya tersenyum saat melihat respon istrinya. "Cinta bisa sendiri." Cinta kesal dan ingin marah ketika melihat senyum menjengkelkan di wajah tampan suaminya. Entah mengapa dia mendadak benci seperti ini.Rafasya tidak menghiraukan ucapan istrinya. Dia tetap membantu Cinta berdiri. Meskipun sadar dengan penolakan sang
Dengan sangat hati-hati, pria berwajah tampan itu menarik tubuh istrinya agar menghadap ke arahnya. Setelah itu barulah dia merebahkan tubuhnya di samping Cinta sambil tersenyum. Hatinya sungguh sangat senang dan bahagia ketika menatap wajah istri yang tidak dikehendakinya. "Cantik, kamu benar-benar cantik. Apalagi sedang tidur seperti ini." Kalimat itu keluar begitu saja dari bibirnya. Rafasya diam ketika menyadari perkataannya. Ditatapnya wajah yang sangat dia rindukan. Wajah yang membuat tidurnya tidak nyenyak selama 3 bulan terakhir. Paras cantik yang selalu membuat dia ingin gila dan mengamuk karena harus bertempur dengan kata hatinya. Wajah teduh yang selalu tersenyum meskipun dia sudah bersikap sangat tidak baik dan bahkan jahat serta kejam. Ada rasa bersalah dihatinya ketika mengingat apa yang telah dia lakukan terhadap istrinya. Namun bagaimana dengan Karin. Wanita yang sudah dia nobatkan untuk menjadi pemilik hatinya. Wanita yang sudah dia janjikan kebahagiaan meskipun s
Cinta berangsur duduk dan kemudian turun dari atas tempat tidur. Bisa kembali ke rumah ini sungguh membuat hatinya senang. Meskipun perut sudah minta di isi, namun Cinta tidak buru-buru turun kebawah. Dia berdiri di depan jendela dan memandang ke luar. Dari dalam kamar ini bisa langsung melihat ke halaman depan yang sangat luas dan begitu sangat indah. Karen Sari memang memiliki pengurus taman, agar bunga-bunga serta rumput yang di tanam untuk memberikan kesan hijau itu di rawat dengan baik. Setelah puas melihat ke halaman depan, Cinta memandang setiap sudut kamar suaminya yang tertata rapi dan bersih.Tiba-tiba saja jantungnya berdebar cepat ketika mengingat kecupan yang tadi di berikan Rafasya. Ini merupakan ciuman yang begitu sangat indah. Bahkan rasa lembut dan manisnya masih terasa. "Bibirnya manis, apa dia baru habis makan yang manis-manis. Tapi aku tadi gak habis makan apa-apa, pasti rasa mulut aku gak enak. Nanti kalau ciuman mendadak lagi, aku harus izin makan permen dulu
"Menang pa? "Sari yang sudah kembali dari depan bertanya sambil memandang suaminya.Erik menggelengkan kepalanya. Pria itu terlihat kesal memandang wajah putranya yang begitu sangat bahagia karena berhasil mengalahkannya."Lihat ma, yang menang aku." Rafasya berkata dengan bangga sambil menunjuk ke layar televisi. Sudah begitu lama dia tidak bermanja seperti ini dengan kedua orang tuanya dan ternyata walaupun seperti apapun dewasanya, Rafasya tetap begitu sangat rindu dengan kebersamaan bersama kedua orang tuanya. Menyesal tentu saja menyesal karena keegoisannya dan tidak mau menerima permintaan kedua orang tuanya, sehingga membuat dia menjadi menjauh dan bahkan menjadi anak yang melawan.Kenangan bersama Karin kini melintas di ingatannya. Setelah diingat-ingat kembali tidak ada kenangan indah selama menjalani hubungan dengan Karin. Dia tetap mempertahankan wanita itu meskipun tanpa restu. Dan ternyata apa yang dijalaninya tidak membuat dia bahagia. Bahkan semakin jauh dengan orang-
Karin mencoba untuk tenang sambil terus mengemudikan mobilnya dengan sangat lambat. "Bagaimana ini?" Karin benar-benar panik. Dia terus berpikir apa yang harus dilakukannya. Hubungannya dengan Rafasya tidak boleh berakhir hanya karena sebuah video yang disebarkan oleh wartawan wanita itu."Bagaimana mungkin aku bisa melupakan hal sepele seperti ini." Karin menarik-narik rambutnya dengan keras. Kepalanya terasa akan meledak karena menahan rasa pusing. Diambilnya obat dari dalam tas. Karin mengambil 2 butir dan meminumnya dengan air mineral. Dia hanya butuh waktu beberapa menit untuk menunggu obat bekerja.Karin mulai tenang dan bisa mengendalikan emosinya. Dibukanya kaca jendela mobil sambil mengeluarkan kepala. "Pak kenapa macet?" Karin bertanya dengan pria yang berjalan kaki. "Ada cewek korban tabrak lari mbak," jawab pria yang tadi melihat kondisi korban. Mulut Karin membulat dan kembali menutup kaca mobilnya. Karin memandang ke sekeliling tempat untuk memarkirkan mobilnya.