Mata Layla melebar ketika Arsen mulai melumat bibirnya.Arsen memiringkan kepalanya, sementara tangannya turun menuju punggungnya, merabanya dengan lembut. Napas mereka menyatu dan Arsen menekan bibirnya lebih kuat, lalu mendorong lidahnya ke dalam mulut Layla.Layla menekan tangannya ke paha, jantungnya memukul dengan sangat keras layaknya genderang. Bibir Arsen tak meninggalkan mulutnya sedikit pun, bahkan sampai napas Layla mulai terengah."Balas ciumanku, Layla," gumam Arsen serak, suaranya terdengar putus asa.Layla menatap ke dalam mata Arsen dan menemukan hasrat yang membara di sana, perutnya terasa melilit.Tatapan mereka terkunci satu sama lain ketika Arsen kembali menciumnya. Layla dirundung perasaan bingung, tetapi ciuman Arsen terasa menenggelamkannya. Lidah Arsen bergerak menyapu langit-langit hingga renten giginya, membuat Layla tanpa sadar melenguh.Arsen mengubah sudut ciumannya, dan gerakannya menjadi lebih terburu-buru, seolah dia tidak bisa menahan diri untuk mencic
Layla menatap bunga-bunga segar yang tumbuh subur dalam rumah kaca dengan senyum lebar.Ia memutuskan untuk singgah di toko bunga setelah mengantar ibunya kembali ke rumah. Arsen harus mengurus sesuatu, jadi ia pikir ini waktu yang tepat untuk membeli apa yang ia rencanakan selama ini.Layla mendapat beberapa rekomendasi dari pemilik toko, jadi ia membeli beberapa bunga tambahan selain bunga mawar dan bunga bakung. Seperti bunga kertas yang sudah cukup besar dalam pot, bunga kembang sepatu, bunga seruni dan bunga matahari.Ia merasa sangat bersemangat untuk menanam bunganya besok pagi."Nona, saya sudah membungkus semuanya." Pemilik toko—Risa—menghampiri Layla dan menunjuk seluruh tanaman yang telah dibungkus dengan plastik."Ah, terima kasih. Apakah boleh diletakkan di depan saja? Jadi suami saya bisa langsung mengambilnya nanti," kata Layla, menjelaskan.Wanita itu terlihat terkejut saat Layla menyebut kata 'suami'. Layla sudah tidak terlalu terkejut dengan hal itu. Mengingat umur d
Layla keluar dari kamar mandi setelah membersihkan diri sebentar. Ia menggosok rambutnya dengan handuk dan melangkah ke depan meja rias. Ia menatap pantulannya cukup lama di cermin, lalu beralih ke sekeliling kamar Arsen.Atau, haruskah ia menyebutnya kamar mereka?Walaupun keluarga mereka telah meninggalkan rumah ini setelah perayaan ulang tahun Arsen, Layla masih tidak bisa kembali ke kamarnya yang berada di lantai dua. Mengingat bahwa nenek dan Kiran bisa datang sewaktu-waktu setelah berkemas di desa, Arsen meminta agar mereka tetap satu kamar sampai dia bisa memastikan segalanya.Layla tidak memprotes karena memindahkan seisi kamar bukan hal yang mudah, apalagi dalam situasi yang mengejutkan. Waktu itu, mereka hanya beruntung.Jika keluarga tahu mereka tidak sekamar, Layla tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi mereka. Ia tidak akan bisa menjelaskan apa pun, terutama pada kedua orang tuanya.Meskipun, tinggal sekamar dengan Arsen juga bukan sesuatu yang mudah? Atau indah? Bagaim
Layla berlutut di depan lemari dan menatap dua buku yang dibelinya kemarin, menimbang-nimbang untuk menyimpannya di mana.Semalam, ia tetap menyimpannya di dalam tas, tetapi ia tidak bisa terus menyembunyikannya di sana untuk jangka panjang. Layla belum sempat membacanya. Ia hanya membuka buku kedua sebentar, rupanya berisi tips-tips untuk menyenangkan hati para suami.Jenis baju seksi seperti jaring laba-laba yang pernah disarankan Kiran, tidak luput dari daftar isi buku tersebut.Tetapi tetap saja Layla tidak bisa membayangkan dirinya memakai pakaian seperti itu.Ya ampun. Memangnya ia memiliki kesempatan untuk memakai itu?Layla membaca bagian pertama tentang bagaimana seorang pria bisa menjadi orang yang sangat pencemburu, terutama jika sang istri membicarakan pria lain (meskipun tidak sengaja) di depan wajahnya.Mungkin ada yang pandai menyembunyikan kecemburuannya, tetapi lambat laun hal itu akan tetap kentara untuk dilihat. Sikapnya terkadang akan berubah, seperti dia menjadi t
Rinai hujan terdengar berdebam keras di luar.Layla memandang ranting pohon angsana yang bergoyang karena tertiup angin kencang. Bunga-bunganya gugur, jatuh memenuhi halaman belakang rumah.Udara dingin kembali berembus melewati tubuhnya. Ia menatap hujan yang mulai mereda, lantas menutup pintu halaman belakang. Tadinya, ia ingin bersantai di dekat danau buatan, tetapi hujan tiba-tiba mengguyur di pagi hari yang cerah.Layla berjalan ke dapur dan memutuskan untuk menyeduh teh dan kopi. Teh untuk dirinya sendiri, sementara kopi untuk Arsen. Pria itu ingin pergi menemui asistennya di sebuah restoran, katanya ingin berbicara mengenai masalah perusahaan yang tidak bisa Arsen tangani secara langsung waktu itu.Karena aku sakit, batinnya.Arsen membatalkan penerbangannya keluar kota demi merawat Layla yang sedang demam.Ia berharap ia bisa membantu, tetapi Arsen bilang tidak ada lagi yang perlu dicemaskan.Layla mengaduk-ngaduk kedua cangkir dan segera membawanya ke beranda depan. Arsen dudu
Tidak pernah sekalipun Layla mengira bahwa Olivia akan datang menemuinya.Seperti apa yang terjadi sore ini.Bukankah Arsen mengatakan bahwa Olivia tidak akan datang ke rumah ini, tetapi kenapa dia di sini?Awalnya, Layla mencoba berpikir positif. Olivia mungkin saja memiliki keperluan mendesak atau membutuhkan bantuan Arsen sampai datang ke sini, tetapi setelah memperhatikan penampilannya yang luar biasa, pikiran itu langsung sirna.Wanita itu memang sengaja datang ke sini.Dia memakai dress ketat berwarna merah cerah yang memperlihatkan dengan jelas belahan dadanya. Rambut pirangnya diikat tinggi. Sepatu runcing ber-hak tinggi membungkus kakinya. Tidak lupa lipstik merah yang sama dengan warna bajunya.Salah satu sudut bibir Olivia terangkat, menatap Layla dengan senyum yang terkesan merendahkan. Layla balas menatapnya, sama sekali tidak terpengaruh dengan perilaku wanita itu.Olivia dengan terang-terangan meneliti penampilan Layla, lalu terlihat seolah ingin tertawa. Layla mengenaka
Layla terbangun dengan bagian belakang kepala yang berkedut nyeri. Irisnya memperhatikan sekeliling ruangan, menyadari bahwa ia telah berada di kamar. Kilasan kejadian sebelumnya berputar-putar di kepalanya.Kedatangan Olivia, hinaannya, pertengkarannya dengan Arsen, Layla yang menangis, Arsen yang mencoba menenangkannya, dan kemudian, ia tidak ingat lagi.Sepertinya kepalanya sakit dan ia pingsan?Layla melirik jam dinding yang menunjukkan pukul dua dini hari. Ia meraba sisi tempat tidur yang terasa hangat, yang berarti kalau Arsen belum lama meninggalkan kasur.Apakah dia pergi ke ruang kerjanya?Layla tidak ingin mengganggu, jadi ia kembali berbaring di kasur. Ia berbaring miring dan mencoba untuk tidur, tetapi setelah beberapa saat, kantuk tak kunjung membuatnya terlelap.Layla mengubah posisi hingga enam kali, tetapi tetap saja ia masih tidak bisa tidur. Sepertinya, ia butuh udara segar atau mungkin teh sebelum mencoba untuk tidur lagi.Beranjak dari tempatnya, Layla berjalan tanp
Layla baru selesai membersihkan pagi itu, tepat di jam sembilan ketika mendengar berita buruk dari ibunya.Ayahnya mengalami kecelakaan.Ibunya mengatakan bahwa ayahnya berencana untuk pergi ke pelabuhan, tetapi kondisinya sedang tidak fit. Ayahnya memaksakan diri dan akhirnya kecelakaan itu terjadi. Untungnya tidak parah. Hanya saja, tangan ayahnya yang terjepit kursi mobil nyaris mengalami patah tulang sehingga harus dipasangi gips selama proses penyembuhan. Dokter bilang tidak ada cedera lain, ayahnya hanya perlu beristirahat karena kelelahan.Melissa baru menghubungi putrinya ketika sang suami telah mendapat penanganan. Ia tidak mau membuat Layla khawatir, apalagi jarak menuju rumah sakit terbilang jauh.Ayah Layla dilarikan ke rumah sakit terdekat dari pelabuhan, satu-satunya rumah sakit di kota itu, sudah tua, dan jauh dari keramaian.Jalan menuju pelabuhan sendiri cukup sepi. Sepanjang perjalanan hanya terlihat pohon-pohon akasia yang berjejer di pinggir jalan. Dahangnya saling