Layla berlutut di depan lemari dan menatap dua buku yang dibelinya kemarin, menimbang-nimbang untuk menyimpannya di mana.Semalam, ia tetap menyimpannya di dalam tas, tetapi ia tidak bisa terus menyembunyikannya di sana untuk jangka panjang. Layla belum sempat membacanya. Ia hanya membuka buku kedua sebentar, rupanya berisi tips-tips untuk menyenangkan hati para suami.Jenis baju seksi seperti jaring laba-laba yang pernah disarankan Kiran, tidak luput dari daftar isi buku tersebut.Tetapi tetap saja Layla tidak bisa membayangkan dirinya memakai pakaian seperti itu.Ya ampun. Memangnya ia memiliki kesempatan untuk memakai itu?Layla membaca bagian pertama tentang bagaimana seorang pria bisa menjadi orang yang sangat pencemburu, terutama jika sang istri membicarakan pria lain (meskipun tidak sengaja) di depan wajahnya.Mungkin ada yang pandai menyembunyikan kecemburuannya, tetapi lambat laun hal itu akan tetap kentara untuk dilihat. Sikapnya terkadang akan berubah, seperti dia menjadi t
Rinai hujan terdengar berdebam keras di luar.Layla memandang ranting pohon angsana yang bergoyang karena tertiup angin kencang. Bunga-bunganya gugur, jatuh memenuhi halaman belakang rumah.Udara dingin kembali berembus melewati tubuhnya. Ia menatap hujan yang mulai mereda, lantas menutup pintu halaman belakang. Tadinya, ia ingin bersantai di dekat danau buatan, tetapi hujan tiba-tiba mengguyur di pagi hari yang cerah.Layla berjalan ke dapur dan memutuskan untuk menyeduh teh dan kopi. Teh untuk dirinya sendiri, sementara kopi untuk Arsen. Pria itu ingin pergi menemui asistennya di sebuah restoran, katanya ingin berbicara mengenai masalah perusahaan yang tidak bisa Arsen tangani secara langsung waktu itu.Karena aku sakit, batinnya.Arsen membatalkan penerbangannya keluar kota demi merawat Layla yang sedang demam.Ia berharap ia bisa membantu, tetapi Arsen bilang tidak ada lagi yang perlu dicemaskan.Layla mengaduk-ngaduk kedua cangkir dan segera membawanya ke beranda depan. Arsen dudu
Tidak pernah sekalipun Layla mengira bahwa Olivia akan datang menemuinya.Seperti apa yang terjadi sore ini.Bukankah Arsen mengatakan bahwa Olivia tidak akan datang ke rumah ini, tetapi kenapa dia di sini?Awalnya, Layla mencoba berpikir positif. Olivia mungkin saja memiliki keperluan mendesak atau membutuhkan bantuan Arsen sampai datang ke sini, tetapi setelah memperhatikan penampilannya yang luar biasa, pikiran itu langsung sirna.Wanita itu memang sengaja datang ke sini.Dia memakai dress ketat berwarna merah cerah yang memperlihatkan dengan jelas belahan dadanya. Rambut pirangnya diikat tinggi. Sepatu runcing ber-hak tinggi membungkus kakinya. Tidak lupa lipstik merah yang sama dengan warna bajunya.Salah satu sudut bibir Olivia terangkat, menatap Layla dengan senyum yang terkesan merendahkan. Layla balas menatapnya, sama sekali tidak terpengaruh dengan perilaku wanita itu.Olivia dengan terang-terangan meneliti penampilan Layla, lalu terlihat seolah ingin tertawa. Layla mengenaka
Layla terbangun dengan bagian belakang kepala yang berkedut nyeri. Irisnya memperhatikan sekeliling ruangan, menyadari bahwa ia telah berada di kamar. Kilasan kejadian sebelumnya berputar-putar di kepalanya.Kedatangan Olivia, hinaannya, pertengkarannya dengan Arsen, Layla yang menangis, Arsen yang mencoba menenangkannya, dan kemudian, ia tidak ingat lagi.Sepertinya kepalanya sakit dan ia pingsan?Layla melirik jam dinding yang menunjukkan pukul dua dini hari. Ia meraba sisi tempat tidur yang terasa hangat, yang berarti kalau Arsen belum lama meninggalkan kasur.Apakah dia pergi ke ruang kerjanya?Layla tidak ingin mengganggu, jadi ia kembali berbaring di kasur. Ia berbaring miring dan mencoba untuk tidur, tetapi setelah beberapa saat, kantuk tak kunjung membuatnya terlelap.Layla mengubah posisi hingga enam kali, tetapi tetap saja ia masih tidak bisa tidur. Sepertinya, ia butuh udara segar atau mungkin teh sebelum mencoba untuk tidur lagi.Beranjak dari tempatnya, Layla berjalan tanp
Layla baru selesai membersihkan pagi itu, tepat di jam sembilan ketika mendengar berita buruk dari ibunya.Ayahnya mengalami kecelakaan.Ibunya mengatakan bahwa ayahnya berencana untuk pergi ke pelabuhan, tetapi kondisinya sedang tidak fit. Ayahnya memaksakan diri dan akhirnya kecelakaan itu terjadi. Untungnya tidak parah. Hanya saja, tangan ayahnya yang terjepit kursi mobil nyaris mengalami patah tulang sehingga harus dipasangi gips selama proses penyembuhan. Dokter bilang tidak ada cedera lain, ayahnya hanya perlu beristirahat karena kelelahan.Melissa baru menghubungi putrinya ketika sang suami telah mendapat penanganan. Ia tidak mau membuat Layla khawatir, apalagi jarak menuju rumah sakit terbilang jauh.Ayah Layla dilarikan ke rumah sakit terdekat dari pelabuhan, satu-satunya rumah sakit di kota itu, sudah tua, dan jauh dari keramaian.Jalan menuju pelabuhan sendiri cukup sepi. Sepanjang perjalanan hanya terlihat pohon-pohon akasia yang berjejer di pinggir jalan. Dahangnya saling
"Kak Layla, Sayangku. Halo!"Layla menjauhkan sejenak ponselnya mendengar suara teriakan Kiran di seberang sana. Seperti biasa, gadis itu selalu heboh sekali.Layla sebenarnya tidak bermaksud untuk menelepon, ia hanya mengirim pesan mengenai apa yang ia lihat tadi pagi, tetapi Kiran katanya ingin bicara secara langsung."Pelankan suaramu, Kiran," ucapnya.Gadis itu terdengar cengengesan, kemudian bicara dengan suara sangat pelan, "Jadi bagaimana kejadian lengkapnya? Kakak hanya melihat wanita licik itu sebentar? Kak Arsen tidak melihatnya?""Ya, hanya sebentar, tapi aku melihatnya dengan jelas. Dia bersama pria yang merangkulnya dengan mesra, lalu mereka memasuki kafe. Arsen tidak sempat melihatnya.""Kakak tidak memberitahunya?""Tidak," jawab Layla. Ia melirik ke dalam kamar ayahnya, Arsen terlihat masih tidur pulas di atas sofa. "Dia tidak akan percaya jika tidak melihatnya secara langsung."Kiran menghela napas. "Hm, benar juga," gumamnya, berdecak pelan. "Tapi wanita licik itu, h
Layla menatap mesin cuci yang berputar dan menghela napas panjang. Ia beralih menatap dinding, kemudian meja setrika, lalu keranjang berisi pakaian suaminya.Tidak ada apa pun yang bisa mengalihkan perhatiannya di sini.Layla tidak bisa berhenti memikirkan kejadian satu jam yang lalu, ketika Arsen menangkap celana dalamnya dan memberikannya padanya.Kemudian ekspresi pria itu ...Kalau Layla bisa menyembunyikan wajahnya, maka ia akan melakukannya. Ia merasa sangat malu. Entah bagaimana ia menatap wajah pria itu saat makan malam nanti.Ia harap Arsen mengabaikan kejadian itu dan bersikap seolah tidak ada yang terjadi. Layla juga akan bersikap seperti itu.'Bukankah bagus kalau kak Arsen melihat celana dalam Kakak? Itu hal wajar untuk suami-istri, bukan?'Kata-kata Kiran malah ikut terngiang. Gadis itu kabur setelah puas menertawai Layla dan memberi saran-saran yang aneh. Selain gila, Kiran rupanya juga orang yang pantang menyerah jika ingin mewujudkan sesuatu, seperti keinginannya untu
Layla menata piring, sendok, dan gelas di atas meja makan setelah memasak sup. Ia mencuci tangan, lalu melangkah ke ambang pintu.Lorong menuju ruang kerja Arsen terasa sepi, ia tidak tahu apa Arsen masih bicara dengan asistennya atau sudah selesai?Dia sangat sibuk sejak pagi. Arsen mengatakan bahwa cutinya terpaksa harus dikurangi. Dia akan pergi ke kantor mulai besok, tepat di hari Senin.Dia memang tipe direktur workaholic yang gila kerja.Layla bisa memaklumi hal itu, apalagi Arsen terbiasa bekerja keras. Dia telah menjadi direktur dan sangat penting untuk mengawasi kinerja para karyawan secara langsung.Dari apa yang Layla perhatikan, Arsen sangat kompeten dalam pekerjaannya. Dia mampu menyelesaikan masalah dengan baik, tanpa harus bertele-tele dalam mengecek ini-itu.Arsen menguasai benar bidang pekerjaannya, jadi dia selalu tahu apa yang harus dilakukan agar performa perusahaan bisa meningkat. Jika ada kecurangan seperti penggelapan dana, Arsen langsung bertindak dan tidak memb