Serena dibawa oleh Javier ke salah satu restoran untuk makan siang, mereka duduk berhadapan. Sementara Lika disuruh Vier untuk kembali ke kantor membuat surat kontrak kerja untuk entah gadis dari mana ini.
Serena masih bingung ia tiba-tiba di terima kerja oleh lelaki yang mengaku seorang ceo dari perusahaan yang awalnya menolak dirinya, baru beberapa jam lalu dia mendatangi kantor ini dan protes tak terima dengan keputusan mereka, namun kini dia berhadapan dengan lelaki yang dari tadi sibuk makan steak wagyu a5 dan segelas anggur di siang hari, bahkan tidak bertanya apakah Serena berniat memesan makanan atau tidak."Nama anda?" Tanya Javier datar."Serena." jawab Serena pelan.Javier hanya mengangguk, dia tidak tersenyum. Hanya menatap gadis itu tajam."Nih," Lika datang ke meja Serena dan Javier sambil membawa map dan pulpen. "Sumpah kamu gila." Ucapnya duduk di samping Vier."Berisik," Javier merebut map dari tangan Lika. "Tanda tangan." Javier meletakan map di depan Serena."Ini apa?" Serena membuka map itu, bodohnya dia tidak membaca sedikitpun apa isinya."Kontrak kerja" Jawab Javier. "Anda bakal saya bayar seumur hidup, terjamin semua keperluan anda dan keluarga." Ucap Javier tegas."Seumur hidup?" Serena menandatangani kontrak kerja itu dan langsung diambil kembali oleh Javier "Emang kerjaan saya apa?""Aku yakin pasti nyesel." Ucap Lika sambil bersandar di kursi, sebagai sesama wanita menikah dengan CEO mungkin adalah sebuah impian. Menikah dengan Javier? sepertinya pilihan yang sangat buruk."Jadi istri saya." Javier tetap santai."Hah?!" Serena kaget sehingga pelanggan yang ada di sana melihat kearahnya. "Saya gak mau." Serena berdiri dan berniat pergi meninggalkan Javier dan Lika.Javier tertawa kecil, "Anda udah tandatanganin kontraknya, kalau mau melakukan pembatalan kontrak secara sepihak akan denda sebesar 10jt rupiah dan jika tidak di bayar maka tahanan selama satu tahun penjara." Javier melipat tangannya di dada, mengangkat sebelah alisnya. Tersenyum kecil menunggu reaksi serena.Serena diam lalu kembali duduk dengan kesal. Mungkin itu adalah hari paling sial dalam hidup Serena, keinginannya untuk terburu mendapatkan pekerjaan malah merusak segalanya."Hidup kamu hancur udah." Lika bertopang dagu. Ikut mengasihani nasib Serena."Dengar, saya juga gak mau nikah sama anda. Tapi saya harus nikah sama orang yang keluarga saya akan gak suka dan perceraian kita bisa jadi lebih cepat. Saya jamin kita gak akan pernah jadi suami istri beneran, bahkan bersentuhan saja enggak." Javier menegakkan duduknya."Kalau misalnya saya terima tawaran anda?" Serena menatap Javier."Kayak saya bilang tadi, hidup anda dan keluarga akan terjamin. Kalau nolak ya penjara." Javier tersenyum."Saya pikir-pikir dulu." Serena langsung pergi meninggalkan Lika dan Javier."She is so dumb waktu gak baca dulu kontraknya dan langsung tanda tangan." Ucap Javier sambil tertawa melihat ke arah Lika."Oh Javier, your such an asshole." Lika menghembuskan nafasnya dan menatap Javier prihatin lalu bangkit dan keluar tak memperdulikan Javier.Javier meninggalkan beberapa lembar dollar lalu berlari mengejar Lika "Ka, ini demi perusahaan kita." Javier menarik lengan Lika."Perusahaan sih perusahaan, kalau papa sama mama kamu tau habis kita. Bukan cuman kamu yang habis Vier, aku juga." Lika masuk ke mobil Javier."Mereka gak bakal tau." Javier juga masuk ke mobil dan kembali ke kantor bersama Lika.***Serena memikirkan penawaran Javier, ia ingin menolak kontrak tak masuk akal itu. Tapi dia juga bukan orang dengan pengetahuan hukum yang bisa mengerti masalah kontrak. Serena hanya lulusan SMK dan tidak punya perlindungan siapapun selain dirinya sendiri, belum lagi dia harus melindungimu adiknya. Tidak mungkin Serena melawan orang kaya seperti Javier, tetapi menjadi istri seseorang tidak semudah itu. Apalagi istri dari lelaki sombong yang jauh dari tipe idaman Serena. "Kafeel!" Serena membuka pintu rumahnya yang sederhana namun sangat nyaman, setelah tamat SMK Serena meninggalkan panti asuhan dan tinggal berdua dengan adik angkatnya Kafeel, dia yang harus bertanggung jawab membiayai sekolah Kafeel. Sudah banyak pekerjaan kasar yang pernah Serena kerjakan dan beberapa bulan lalu dia mencoba mencari peruntungan bekerja di kantor memanfaatkan jurusan perkantoran yang dia ambilk sewaktu sekolah. Sekarang ada Javier yang menawarkannya pekerjaan tetapi pekerjaannya tidak normal."Apa?" Jawab Kafeel dari arah kamarnya."I miss you" Serena memeluk Kafeel yang sedang duduk di meja belajarnya dan menciumi pipi adiknya itu. Hanya Kafeel satu-satunya keluarga yang dia punya dari kecil, dari Kafeel bayi Serena lah yang menjaganya. Makanya itu setelah Serena keluar dari panti, dia memutuskan membawa Kafeel."Ewh," Kafeel menjauh dari pelukan kakaknya. "Nih, olimpiade sains tingkat internasional tapi biayanya pribadi dan agak mahal karena harus ke luar negeri." ia memberikan selembar kertas pada Serena.Serena membaca kertas itu, ia terdiam sesaat. Kafeel punya kemampuan di atas rata-rata untuk anak seusianya, Serena mau Kafeel bisa mencapai mimpi dan pendidikan setinggi-tingginya dan tidak harus kerepotan kerja kasar seperti Serena."Aku gak usah ikut aja." ucap Kafeel pelan."Kok gitu?" Serena mengelus kepala Kafeel."Kalau gak ada uang gakpapa kok, lagian bisa cari lomba lain biar dapet sertifikat buat beasiswa kuliah." lelaki 16 tahun itu bisa membaca dari diamnya Serena kalau kakaknya tak punya banyak biaya."Enggak, kamu harus ikut ini dek." Serena memegang pundak Kafeel. "Kakak baru aja dapat kerja kok." Serena tersenyum."Beneran?" Kafeel tak percaya.Serena mengangguk.Kafeel langsung memeluknya. "Makasih kak Rena""Sama-sama," Serena mengusap pundak Kafeel. "tapi kerjaan kakak kayaknya di luar kota deh, jadi kamu sering sendiri di rumah gakpapa 'kan?"Kafeel menghembuskan nafasnya berat, "Emang kerjaan apa?""Assisten pribadi gitu." Serena berbohong, ia tak ingin adiknya tau bahwa dirinya akan jadi istri seseorang."Kakak gak macam-macam kan?" Kafeel. menyipitkan matanya, menyelidik."Enggak lah." Serena menoyor kepala adiknya.Kafeel tertawa. "Kirain kan, sering pulang ya.""Iya adik" Serena tertawa sambil sengaja mengelus kepala Kafeel karena Serena tahu dia tidak suka diperlakuan seperti anak kecil.Walaupun ia harus jadi istri orang yang tak di kenalnya sama sekali. Tapi, demi hidupnya dan Kafeel lebih baik Serena akan menerima penawaran Javier lagi pula nanti ia akan bercerai.Keesokan harinya Serena kembali ke kantor Javier, dia bahkan tidak punya kontak Javier dan wanita yang kemarin membawakan kontrak. Jadinya dari pagi Serena hanya duduk di lobi kantor mewah itu dengan perut kosong belum sempat sarapan, menunggu Javier datang. "Javier!" Serena memanggil Javier saat laki-laki itu datang dengan setelan jas berwarna biru gelap dan dasi berwarna hitam. Javier menoleh kearah suara, ia berjalan mendekat kearah Serena. "Jadi?" Tanya Javier."Saya mau." Serena tetap datar. "Ok," Javier tersenyum. "Silahkan." ia membiarkan Serena berjalan terlebih dahulu masuk ke lift menuju ruangannya. "Telepon Lika bilang saya tunggu di ruangan!" Javier berteriak pada resepsionisnya. Dengan sigap dan takut resepsionis itu langsung menelpon Lika. Sementara Javier dan Serena menghilang naik lift bersama. "Kamu kenapa teriak-teriak sih?" Tanya Serena penasaran, bagaimana seorang dengan setelah mewah, rambut rapi, sepatu mengkilat, malah berteriak-teriak pada karyawannya. "S
Seusai dari butik Serena langsung dibawa makan malam di sebuah restoran mewah untuk menemui keluarga Javier, laki-laki itu sudah berjanji akan mengenalkan pacarnya pada seluruh anggota keluarganya malam ini. Dia memang sudah mengira Serena akan menerima tawaran pekerjaan darinya. "Di mana restorannya?" Serena turun dari mobil sport Javier yang berhenti di depan sebuah gedung mewah. Kebingungan. Javier terkekeh sambil menggeleng, "Parkir." Javier melempar kunci mobilnya pada petugas valet yang berdiri di depan mereka dengan seragam lengkap. Javier memasukan tangannya di saku, berjalan masuk ke dalam gedung itu sedangkan Serena hanya mengekor di belakang. Pintu dibukakan perlahan untuk Serena dan Javier, satu orang wanita mengarahkan mereka masuk ke dalam lift dan Javier menekan tombol paling atas. "Bilang sama mereka kamu temannya Lika, kenal sama saya dari 6 bulan yang lalu. Selanjutnya terserah." Ucap Javier datar saat di dalam Lift, memberikan arahan Serena harus seperti apa. "
Seperti yang sudah dijanjikan Javier kemarin, Serena bisa mendapatkan paspor dan berbagai hal lainnya untuk keperluan Kafeel ikut olimpiade Internasional ke Singapura. "Makasih ya, Lika." Ucap Serena pada Lika yang sudah mengurus keperluan Kafeel bahkan mengantarkan Serena dan Kafeel ke bandara. "Santai, ini kamu beneran gakpapa balik sendirian ntar?" Tanya Lika lagi memastikan, Serena memang tidak ingin terlalu merepotkan. "Iya, gakpapa kok." "Oke deh, Kafeel hati-hati ya di Singapura.""Iya, kak Lika. Makasih ya."Lika mengacungkan jempolnya ke arah Kafeel yang turun bersamaan dengan Serena. Dia hanya membawa satu tas dan koper jadi tidak perlu dimasukan ke dalam bagasi mobil Lika. "Kakak beneran gak kerja macam-macam?" Tanya Kafeel lagi memastikan, khawatir dengan kakaknya. "Engga, apaan sih." Bohong Serena, dia tidak bisa memberi tahu Kafeel tentang hubungan pura-pura nya dengan Javier. Tentu adiknya akan protes dan tidak setuju lalu membatalkan ikut olimpiade. "Soalnya tib
"Javier!!" Riuh teriakan langsung terdengar begitu Serena dan Javier memasuki area rumah keluarga Wijaya. Meja disjoki ditengah-tengah dengan musik menggema, satu meja penuh berisi berbagai minuman alkohol, berbagai orang yang Serena kenal menari bahkan ada sebagian yang berenang di kolam kediaman keluarga Wijaya. Javier melepaskan tangan Serena dan segera berlari menemui teman-temannya, sementara Serena ditinggalkan sendirian. Wanita itu hanya terdiam sendirian, dia tidak nyaman dengan musik yang terlalu nyaring. Keiza, Yara, dan Lika juga belum kelihatan. "GUYSSS!" Tiba-tiba suara Kai terdengar dari arah meja disjoki. "MY BROTHER IS GETTING MARRIED!" Riuh tepuk tangan langsung terdengar, Javier di tarik menuju meja disjoki untuk memberikan pengumuman pernikahannya yang mungkin sudah dipersiapkan oleh keluarga Wijaya yang saat ini sedang di Jogja. "Gue tahu ini berita buruk buat kalian karena the hottest man alive, Javier Wijaya finally sold out." Ungkap Javier dengan mic sambil
Hari ini Serena bisa istirahat sejenak dirumahnya, Kafeel yang sedang di Singapura membuatnya bisa menikmati waktu sendirian bersantai menonton televisi dan mungkin makan mie ayam favoritnya. "Serena." Ketukan pintu terdengar dari arah luar beserta suara memanggil Serena, dia sudah tahu suara itu. Entah kegiatan apalagi yang harus Serena lakukan untuk memenuhi tugas sebagai calon istri seorang Javier Wijaya. "Serena!" Panggilnya lagi."Sebentar!" Balas Serena ketus sambil berjalan ke pintu depan. Saat Serena membuka pintu laki-laki itu sudah bersandar di dinding memakai kacamata hitam, tubuhnya lemas karena akibat pengar semalam yang belum sepenuhnya hilang."Lama banget sih buka pintunya." Ucapnya lalu berjalan masuk tanpa Serena persilahkan lebih dulu. Javier langsung menuju kursi tamu di rumah Serena, kursi yang tidak sebanding dengan sofa di rumah keluarga Wijaya. Namun laki-laki itu sudah merebahkan badannya di sana. "Sana siap-siap." Ucapnya pelan sambil memejamkan mata, k
"Serena, ayo sini liat dress nya." Panggil Mira saat sudah menyadari kedatangan Serena yang berdiri terpaku bersama Yara dan Keiza.Gadis itu menghembuskan nafasnya sekali lagi, menampilkan seutas senyum penuh paksaan berjalan menuju Mira. Javier tengah duduk mengobrol santai dengan Kai, dia tidak memperhatikan Serena. "Kamu suka yang ini gak? coba deh. Kayanya cocok di kamu." Mira menarik Serena berdiri berdampingan dengan manequin, mencocokan Serena dengan gaun pengantin putih panjang yang elegan disampingnya. "Ah kayanya too much ya," Ucap Mira pada dirinya sendiri. "Coba pindah ke sini." Tariknya lagi Serena agar berdiri ke manequin satunya.Serena tidak mengatakan apapun dia hanya mengikuti kehendak Mira, melakukan apapun yang disuruh oleh ibunda Javier tersebut. "Eh kamu udah cobain wedding cake nya belum? yang ini tante suka banget." Tangan Serena ditarik lagi, menuju meja yang penuh dengan berbagai wedding cake.Dia mencoba beberapa kue tersebut dan Serena merasa semuanya s
Serena, Javier dan Lika memilih diam saja selama di mobil. Ketiganya berputar-putar keliling Jakarta tanpa tahu ingin kemana, Lika dan Javier enggan membuka topik obrolan karena takut Serena masih merasa tidak nyaman setelah ditanyai banyak pertanyaan oleh Mira dan anggota keluarga Wijaya saat di rumah tadi. "Makan mie ayam aja yuk, aku tau tempat yang enak." Serena mengeluarkan suaranya setelah lama dia diam mengikuti Javier dan Lika. Wanita itu sadar Javier dan Lika sengaja diam karena takut menyinggung perasaan Serena. Padahal dia sama sekali tidak masalah dengan pertanyaan yang dilontarkan keluarga Wijaya padanya. Lika mengangguk sementara Javier langsung bertanya arah tempat pada Serena, dia melajukan mobilnya mengikuti petunjuk dari Serena.Mie ayam favorit Serena letaknya tidak juh dari panti asuhan, dia sudah sering makan di sana sejak SMP."Maaf ya kalian harus makan pinggir jalan, tapi ini enak kok." Ungkap Serena saat ketiganya turun dari mobil. Lika dan Javier beradu t
Javier pulang ke rumahnya setelah mengantarkan Lika dan Serena pulang, dia tahu seluruh anggota keluarganya masih ada di rumah utama, apalagi waktu sudah menjelang sore, tentunya Aidan dan Devandra sudah ikut berkumpul di rumah. Ketika laki-laki itu sampai dia melihat Jaden yang berlari sendirian di halaman depan mengejar-ngejar anjing peliharaan keluarga mereka, babysitter anak itu hanya memandangi dari jauh. Javier tersenyum mendekat ke arah Jaden, cucu pertama sekaligus keponakan pertama keluarga Wijaya. Anak itu akan hidup dengan pressure yang lebih berat daripada dirinya dan saudara-saudaranya. "Jaden mau main kejar-kejaran sama uncle?" Javier berlutut mensejajarkan tingginya untuk berbicara pada anak kecil berumur 4 tahun itu. "Mau mau." Jawab Jaden bersemangat. Javier mulai mengejar Jaden di halaman depan rumah bersama dengan anjing mereka yang juga ikut main, sesekali dia menggendong anak itu membuatnya seolah pesawat kecil yang dia pegang. Jaden tertawa merentangkan ked
Javier pulang ke rumahnya setelah mengantarkan Lika dan Serena pulang, dia tahu seluruh anggota keluarganya masih ada di rumah utama, apalagi waktu sudah menjelang sore, tentunya Aidan dan Devandra sudah ikut berkumpul di rumah. Ketika laki-laki itu sampai dia melihat Jaden yang berlari sendirian di halaman depan mengejar-ngejar anjing peliharaan keluarga mereka, babysitter anak itu hanya memandangi dari jauh. Javier tersenyum mendekat ke arah Jaden, cucu pertama sekaligus keponakan pertama keluarga Wijaya. Anak itu akan hidup dengan pressure yang lebih berat daripada dirinya dan saudara-saudaranya. "Jaden mau main kejar-kejaran sama uncle?" Javier berlutut mensejajarkan tingginya untuk berbicara pada anak kecil berumur 4 tahun itu. "Mau mau." Jawab Jaden bersemangat. Javier mulai mengejar Jaden di halaman depan rumah bersama dengan anjing mereka yang juga ikut main, sesekali dia menggendong anak itu membuatnya seolah pesawat kecil yang dia pegang. Jaden tertawa merentangkan ked
Serena, Javier dan Lika memilih diam saja selama di mobil. Ketiganya berputar-putar keliling Jakarta tanpa tahu ingin kemana, Lika dan Javier enggan membuka topik obrolan karena takut Serena masih merasa tidak nyaman setelah ditanyai banyak pertanyaan oleh Mira dan anggota keluarga Wijaya saat di rumah tadi. "Makan mie ayam aja yuk, aku tau tempat yang enak." Serena mengeluarkan suaranya setelah lama dia diam mengikuti Javier dan Lika. Wanita itu sadar Javier dan Lika sengaja diam karena takut menyinggung perasaan Serena. Padahal dia sama sekali tidak masalah dengan pertanyaan yang dilontarkan keluarga Wijaya padanya. Lika mengangguk sementara Javier langsung bertanya arah tempat pada Serena, dia melajukan mobilnya mengikuti petunjuk dari Serena.Mie ayam favorit Serena letaknya tidak juh dari panti asuhan, dia sudah sering makan di sana sejak SMP."Maaf ya kalian harus makan pinggir jalan, tapi ini enak kok." Ungkap Serena saat ketiganya turun dari mobil. Lika dan Javier beradu t
"Serena, ayo sini liat dress nya." Panggil Mira saat sudah menyadari kedatangan Serena yang berdiri terpaku bersama Yara dan Keiza.Gadis itu menghembuskan nafasnya sekali lagi, menampilkan seutas senyum penuh paksaan berjalan menuju Mira. Javier tengah duduk mengobrol santai dengan Kai, dia tidak memperhatikan Serena. "Kamu suka yang ini gak? coba deh. Kayanya cocok di kamu." Mira menarik Serena berdiri berdampingan dengan manequin, mencocokan Serena dengan gaun pengantin putih panjang yang elegan disampingnya. "Ah kayanya too much ya," Ucap Mira pada dirinya sendiri. "Coba pindah ke sini." Tariknya lagi Serena agar berdiri ke manequin satunya.Serena tidak mengatakan apapun dia hanya mengikuti kehendak Mira, melakukan apapun yang disuruh oleh ibunda Javier tersebut. "Eh kamu udah cobain wedding cake nya belum? yang ini tante suka banget." Tangan Serena ditarik lagi, menuju meja yang penuh dengan berbagai wedding cake.Dia mencoba beberapa kue tersebut dan Serena merasa semuanya s
Hari ini Serena bisa istirahat sejenak dirumahnya, Kafeel yang sedang di Singapura membuatnya bisa menikmati waktu sendirian bersantai menonton televisi dan mungkin makan mie ayam favoritnya. "Serena." Ketukan pintu terdengar dari arah luar beserta suara memanggil Serena, dia sudah tahu suara itu. Entah kegiatan apalagi yang harus Serena lakukan untuk memenuhi tugas sebagai calon istri seorang Javier Wijaya. "Serena!" Panggilnya lagi."Sebentar!" Balas Serena ketus sambil berjalan ke pintu depan. Saat Serena membuka pintu laki-laki itu sudah bersandar di dinding memakai kacamata hitam, tubuhnya lemas karena akibat pengar semalam yang belum sepenuhnya hilang."Lama banget sih buka pintunya." Ucapnya lalu berjalan masuk tanpa Serena persilahkan lebih dulu. Javier langsung menuju kursi tamu di rumah Serena, kursi yang tidak sebanding dengan sofa di rumah keluarga Wijaya. Namun laki-laki itu sudah merebahkan badannya di sana. "Sana siap-siap." Ucapnya pelan sambil memejamkan mata, k
"Javier!!" Riuh teriakan langsung terdengar begitu Serena dan Javier memasuki area rumah keluarga Wijaya. Meja disjoki ditengah-tengah dengan musik menggema, satu meja penuh berisi berbagai minuman alkohol, berbagai orang yang Serena kenal menari bahkan ada sebagian yang berenang di kolam kediaman keluarga Wijaya. Javier melepaskan tangan Serena dan segera berlari menemui teman-temannya, sementara Serena ditinggalkan sendirian. Wanita itu hanya terdiam sendirian, dia tidak nyaman dengan musik yang terlalu nyaring. Keiza, Yara, dan Lika juga belum kelihatan. "GUYSSS!" Tiba-tiba suara Kai terdengar dari arah meja disjoki. "MY BROTHER IS GETTING MARRIED!" Riuh tepuk tangan langsung terdengar, Javier di tarik menuju meja disjoki untuk memberikan pengumuman pernikahannya yang mungkin sudah dipersiapkan oleh keluarga Wijaya yang saat ini sedang di Jogja. "Gue tahu ini berita buruk buat kalian karena the hottest man alive, Javier Wijaya finally sold out." Ungkap Javier dengan mic sambil
Seperti yang sudah dijanjikan Javier kemarin, Serena bisa mendapatkan paspor dan berbagai hal lainnya untuk keperluan Kafeel ikut olimpiade Internasional ke Singapura. "Makasih ya, Lika." Ucap Serena pada Lika yang sudah mengurus keperluan Kafeel bahkan mengantarkan Serena dan Kafeel ke bandara. "Santai, ini kamu beneran gakpapa balik sendirian ntar?" Tanya Lika lagi memastikan, Serena memang tidak ingin terlalu merepotkan. "Iya, gakpapa kok." "Oke deh, Kafeel hati-hati ya di Singapura.""Iya, kak Lika. Makasih ya."Lika mengacungkan jempolnya ke arah Kafeel yang turun bersamaan dengan Serena. Dia hanya membawa satu tas dan koper jadi tidak perlu dimasukan ke dalam bagasi mobil Lika. "Kakak beneran gak kerja macam-macam?" Tanya Kafeel lagi memastikan, khawatir dengan kakaknya. "Engga, apaan sih." Bohong Serena, dia tidak bisa memberi tahu Kafeel tentang hubungan pura-pura nya dengan Javier. Tentu adiknya akan protes dan tidak setuju lalu membatalkan ikut olimpiade. "Soalnya tib
Seusai dari butik Serena langsung dibawa makan malam di sebuah restoran mewah untuk menemui keluarga Javier, laki-laki itu sudah berjanji akan mengenalkan pacarnya pada seluruh anggota keluarganya malam ini. Dia memang sudah mengira Serena akan menerima tawaran pekerjaan darinya. "Di mana restorannya?" Serena turun dari mobil sport Javier yang berhenti di depan sebuah gedung mewah. Kebingungan. Javier terkekeh sambil menggeleng, "Parkir." Javier melempar kunci mobilnya pada petugas valet yang berdiri di depan mereka dengan seragam lengkap. Javier memasukan tangannya di saku, berjalan masuk ke dalam gedung itu sedangkan Serena hanya mengekor di belakang. Pintu dibukakan perlahan untuk Serena dan Javier, satu orang wanita mengarahkan mereka masuk ke dalam lift dan Javier menekan tombol paling atas. "Bilang sama mereka kamu temannya Lika, kenal sama saya dari 6 bulan yang lalu. Selanjutnya terserah." Ucap Javier datar saat di dalam Lift, memberikan arahan Serena harus seperti apa. "
Keesokan harinya Serena kembali ke kantor Javier, dia bahkan tidak punya kontak Javier dan wanita yang kemarin membawakan kontrak. Jadinya dari pagi Serena hanya duduk di lobi kantor mewah itu dengan perut kosong belum sempat sarapan, menunggu Javier datang. "Javier!" Serena memanggil Javier saat laki-laki itu datang dengan setelan jas berwarna biru gelap dan dasi berwarna hitam. Javier menoleh kearah suara, ia berjalan mendekat kearah Serena. "Jadi?" Tanya Javier."Saya mau." Serena tetap datar. "Ok," Javier tersenyum. "Silahkan." ia membiarkan Serena berjalan terlebih dahulu masuk ke lift menuju ruangannya. "Telepon Lika bilang saya tunggu di ruangan!" Javier berteriak pada resepsionisnya. Dengan sigap dan takut resepsionis itu langsung menelpon Lika. Sementara Javier dan Serena menghilang naik lift bersama. "Kamu kenapa teriak-teriak sih?" Tanya Serena penasaran, bagaimana seorang dengan setelah mewah, rambut rapi, sepatu mengkilat, malah berteriak-teriak pada karyawannya. "S
Serena dibawa oleh Javier ke salah satu restoran untuk makan siang, mereka duduk berhadapan. Sementara Lika disuruh Vier untuk kembali ke kantor membuat surat kontrak kerja untuk entah gadis dari mana ini. Serena masih bingung ia tiba-tiba di terima kerja oleh lelaki yang mengaku seorang ceo dari perusahaan yang awalnya menolak dirinya, baru beberapa jam lalu dia mendatangi kantor ini dan protes tak terima dengan keputusan mereka, namun kini dia berhadapan dengan lelaki yang dari tadi sibuk makan steak wagyu a5 dan segelas anggur di siang hari, bahkan tidak bertanya apakah Serena berniat memesan makanan atau tidak. "Nama anda?" Tanya Javier datar. "Serena." jawab Serena pelan. Javier hanya mengangguk, dia tidak tersenyum. Hanya menatap gadis itu tajam. "Nih," Lika datang ke meja Serena dan Javier sambil membawa map dan pulpen. "Sumpah kamu gila." Ucapnya duduk di samping Vier. "Berisik," Javier merebut map dari tangan Lika. "Tanda tangan." Javier meletakan map di depan Serena."