Beranda / Pernikahan / Kontrak Hasrat Tuan Presdir / BAB 243 — MENEMUKANNYA

Share

BAB 243 — MENEMUKANNYA

Penulis: Sinar Rembulan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-28 22:49:18

Di sisi lain, Wira tak sadar jika di amati oleh seseorang.

Wira masih setia duduk di sana. Dengan telaten membersihkan pusaranya, mengelap setiap keramik yang terpasang dengan sebuah kain.

Saat sedang asik membersihkan pusara, ponsel yang berada di dalam sakunya bergetar. Ada panggilan dari seseorang. Saat melihat nama pemanggil, pria itu langsung menghentikan aktivitasnya.

Martha yang mrmanggilnya.

"Ya? Ada apa, Martha?"

["Kamu dimana, Mas?"]

"Aku di makam Anjani, mengirim bunga sebentar setelah itu aku ke rumah Gin, ada apa?"

["Oh, maaf kalau aku menganggu waktumu. Aku hanya ingin memberitahu kalau aku ada meeting sebentar di resto."]

"Tidak menganggu juga. Sampai jam berapa kau di sana?"

["Mungkin setengah jam lagi aku pulang. Sore ini Yura harus cek jahitan jadi aku tak bisa meninggalkan mereka lama-lama.Aku juga hanya membahas booking tempat untuk acara temanku saja."]

"Kalau begitu aku jemput, Martha."

["Mas memangnya sedang buru-buru atau tidak? Dan jam berapa pulangnya? Kal
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (10)
goodnovel comment avatar
Desni Walti
Udah senen lho......
goodnovel comment avatar
maritza khanza
blm ada juga dh bolak balik liat...
goodnovel comment avatar
Desni Walti
Kalo updatenya senen berarti 2 bab............
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 244 — PUTAR BALIK

    Sarah menggelengkan kepalanya beberapa kali. Ia tetap tak percaya, tetapi tanggal lahir dan foto yang terpampang nyata dalam batu nisan itu benar-benar identitas putrinya. "Tidak! Ini tidak mungkin!" teriaknya sekali lagi.Ia hendak menyangkal tetapi kepalanya tiba-tiba terasa sakit. Lalu ingatan-ingatan akan kejadian buruk waktu itu terputar lagi di kepalanya. Sarah akhirnya menemukan memori dimana ia hendak merayakan ulang tahun, tetapi mendapatkan kabar bahwa putrinya mengalami kecelakaan.Entah bagaimana caranya pula, Ia bisa mengingat kembali peti jenazah yang bersemayam dan Putrinya terbaring kaku di dalamnya.Tidak hanya itu, suara-suara tangisan pecah memenuhi gendang telinganya."Oh, tidak!"Seketika dunia Sarah terasa berputar. Kakinya terasa lemas dan bergetar, seolah tak memiliki kekuatan untuk menopang berat badannya. Tubuh wanita itu terhuyung ke depan hingga kakinya berlutut tepat di depan pusara Anjani. Dadanya bergemuruh dan napasnya berubah sesak."Anjani .... Anj

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-01
  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 245 — KESAL

    Sarah jatuh sakit setelah hari itu. Keadaannya menjadi tidak baik, ia sering demam akibat stress yang berlebihan. Dia telah kembali mengingat kenyataan jika Anjani telah tiada. Rasa sedih dan kehilangan kembali menyelimuti hidupnya meski Anjani sudah pergi bertahun-tahun yang lalu.Memang benar pepatah yang selama ini kita dengar, terkadang rasa ingin tahu bisa membunuhmu.Terbukti saat Sarah selalu merasa ingin tahu tentang Wira, tetapi justru berdampak buruk untuknya. Wira yang tadinya sempat berjuang optimis bisa mengobati Sarah dengan terus berada di sampingnya, kembali lesu dan putus harap. Memangnya siapa yang bisa terus optimis dalam keadaan seperti ini?Sarah seperti menceburkan diri dalam lingkaran setan yang ia buat sendiri. "Apa yang sedang kau buat di dapur ini, Sayang?" Wira menyapa seraya membuka pintu kulkas untuk mengambil air mineral dingin. Sementara Martha yang berkutat dengan kompornya hanya menoleh sekilas ke arah sang suami. Wanita itu sesekali membantu me

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-03
  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 246 — NAMA PANGGILAN

    Gin, Yura, dan juga bayi mereka kompak menggunakan baju serba biru dan telah berdiri di ambang pintu.Raut masam Wira lantas berubah drastis menyambut kedatangan mereka."Aku pikir kalian datang sore hari," ujar Wira seraya melebarkan pintunya. "Tadinya kami berencana begitu, tetapi kami pikir datang sejak pagi saja dan bisa membantu banyak hal.""Bagaimana dengan keadaan ibu? Maaf, aku baru sempat berkunjung, pekerjaanku sedang padat, dan beberapa hari ini setiap malam Raya sering rewel," ujar Gin setelah menyalami ayahnya sendiri. Diikuti dengan Yura yang sedang menggendong putrinya."Tidak apa, Gin, aku mengerti," jawab Wira seraya menghempas napas panjang, "seperti itu keadaan ibumu. Sepanjang hari waktunya hanya habis untuk melamun dan menangis.""Hasil pemeriksaan dari Arum sudah dikirimkan?""Belum. Nanti sore setelah praktek dia akan ke sini dan menjelaskan. Dia hanya bilang ada sesuatu yang harus di sampaikan. Ku harap kalian bisa menunggu sampai Arum datang, agar kita bisa b

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-04
  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 247 — BUKAN SALAH IBU

    "Apa maksud ibu?"Sarah gelagapan ditanya seperti itu. Wajahnya terlihat menegang. Ia segera membuang pandangan dan menghindar dari tatapan sang putra. Tak sadar, ia telah mengungkap sebuah hal yang seharusnya tak pernah diketahui oleh Gin. Dalam hati ia merutuk, mengapa bibirnya itu terlalu cepat bergerak untuk menanyakan keberadaan Yura. Sarah yang masih bergeming membuat Gin semakin penasaran. "Bu? Ada apa? Janji apa yang Yura buat dengan ibu?""Tidak. Lupakan. Kau mungkin salah dengar.""Salah dengar? Aku bahkan mendengar ucapan ibu dengan jelas kalau Yura seharusnya sudah pergi. Dia berjanji sesuatu pada ibu?"Gin tak melepaskan pandangannya dari wanita tua itu, sengaja pergerakan Sarah dan menuntut jawab. Ia tak ingin kecolongan lagi kali ini. Sudah beberapa kali Yura selalu mampu mengelabuinya. Jangan-jangan, kecurigaannya beberapa waktu lalu berkaitan dengan apa yang dikatakan ibunya hari ini?"Tidak. Aku bahkan tak punya waktu peduli dengannya.""Aku tidak tahu mengapa be

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-10
  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 248 — SARAH'S SECRET

    Sore hari setelah menguping pembicaraan putra dan menantunya, Sarah telah mendengar kabar jika Arum datang. Meski ia tak tahu pasti perihal apa yang akan mereka bahas, tetapi jika psikiater itu hadir, maka sudah pasti akan membahas masalah serius.Mungkin saja, penyakit yang sedang dideritanya. "Wira, aku ingin keluar! Aku harus bertemu Arum!"Sarah bangkit berdiri sebelum Wira menutup pintu kamarnya. Lelaki itu pun berbalik badan dengan cepat dan melayangkan kerutan dahinya."Ada perlu apa? Arum datang hanya ingin berdiskusi denganku, bukan memeriksamu."Sarah semakin gelisah. Ia tak ingin semua keluarganya tahu, terutama Wira tentang apa yang selama ini ia sembunyikan rapat-rapat. Sebuah penyakit yang perlahan mengikis tubuh juga usianya."Ada hal yang ingin bicarakan dengan Arum dulu tentang jadwal check up dan obatku.""Nanti aku yang aturkan." Wira ingin kembali melangkah, tetapi Sarah tetap memperjuangkan keinginannya. "Aku bertemu sendiri saja.""Biasanya aku juga yang menga

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-21
  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 249 — TERLAMBAT UNTUK MARAH

    Usai meninggalkan ruang tamu, Wira bergegas menuju kamar Sarah. Seperti yang ia katakan kepada sang putra, ingin bertemu dengan istrinya.Ia harus meminta penjelasan tentang semua yang ia dengar beberapa saat yang lalu.Mengapa Sarah menyembunyikan permasalahan besar dan serius semacam ini?Tiba di depan kamar Sarah, Wira langsung memutar kunci dan membuka papannya dengan kasar. Dada pria itu bergemuruh, entah apa sebabnya. Biasanya ia tak peduli dengan apa yang akan terjadi dengannya. Tetapi kali ini, hati Wira rasanya sakit sekali. Brak!Gebrakan itu membuat Sarah yang sedang duduk menghadap jendela menoleh pelan. Tampak tenang melihat Wira datang dengan tangan mengepal dan mata memerah."Apa-apaan ini, Sarah! Kenapa kau tak pernah berterus terang tentang penyakitmu?"Sarah membuang napas pelan. Lalu, mengembalikan pandangannya ke titik semula. "Jadi, Arum sudah mengatakan semuanya padamu?" jawabnya dengan nada lirih. Arum dan Sarah pernah membuat sebuah perjanjian. Penyakit itu

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-23
  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 250 — APA KURANGKU?

    Bunyi bara yang menyulut tembakau diikuti dengan asap putih yang meluncur dari bibirnya sedikit memberikan penghiburan bagi Wira saat ini. Permintaan Sarah sungguh menguras pikiran. Meski demikian, Adhiwira belum memberikan keputusan, ia hanya memberikan jawaban pasti kepada Sarah jika akan bicara dengan Martha terlebih dahulu.Bagaimana bisa ia mengabaikan Martha, sementara saat ini kekuatan dan semangatnya bertumpu pada wanita itu?"Sepertinya Mas sedang banyak pikiran," tegur suara lembut seorang wanita dari arah belakang. Detik setelahnya secangkir kopi di letakkan di meja kecil.Martha, wanita yang sedang Wira pertimbangkan nasibnya sejak tadi."Dalam kondisi seperti ini kau pasti tahu seberapa penat kepalaku."Martha mengangguk. Ia menyusul duduk di sebuah kursi kosong di sebelah Wira. Ada hempasan napas panjang dari bibirnya. "Ya. Aku tahu. Kabar Mbak Sarah sakit memukul perasaan banyak orang. Tetapi, kita juga harus berpikir untuk ke depannya, Mas. Kalau Mbak Sarah berobat,

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-26
  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 251 — JANGAN PISAHKAN MEREKA

    Wira baru saja kembali dari mengantar Martha. Dadanya masih terasa berat meninggalkan wanita itu sendirian. Kini, komunikasi yang mereka lakukan sebatas dunia maya. Pun itu saat ia tak bersama Sarah. Entah akan serenggang apa hubungannya dengan Martha nantinya, Wira tak bisa membayangkan itu. Saat tiba di kamar, ia melihat Sarah sedang fokus mengamati sebuah benda. semacam buku juga selembar foto berukuran 10 x 15 cm. Dan tampaknya, Sarah tak menyadari jika ia berada di ruangan ini."Kau belum tidur?" tegurnya kemudian.Sarah langsung menoleh. Entah sejak kapan lelaki itu datang, tetapi Sarah tak mendengar seseorang datang sama sekali. Bahkan kertap pintu yang menjadi penanda datangnya seseorang tak menggema di telinganya."Wi—wira ...."Wanita itu kelabakan. Dia ingin menyembunyikan buku yang sedang dibawanya tetapi kalah cepat dengan mata elang Wira."Buku siapa itu?" tanyanya seraya mendekat ke arah Sarah yang berkali-kali menelan ludah."Bukan buku siapa-siapa. Ini buku baruku!

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-03

Bab terbaru

  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 271 — TULANG RUSUK YANG TERTUKAR

    Tenggorokan Yura terasa kering. Sebenarnya, tidak masalah jika Rama berkenalan dengan putrinya. Tetapi, bukan itu yang menjadi kekhawatirannya. Semua itu tergantung dengan tanggapan Gin. Bagaimana pun juga, pria itu yang bisa menentukan keputusannya."Berikan saja, Sayang. Biarkan Pak Rama mengenal putri kita." Gin menyahut dari arah belakang. Entah kapan pria itu kembali, kini Gin sudah berdiri di sampingnya."Tapi—""Aku tidak keberatan. Tidak ada salahnya," sahut Gin kembali.Yura kemudian mengangguk dan memberikan Raya kepada mantan suaminya. Rama tampak berbinar melihat Raya dalam pangkuannya. Pria itu bahkan tersenyum sendiri.Sebagai mantan istri, Yura paham betul bahwa semenjak pernikahan mereka dulu, Rama selalu mendambakan kehadiran seorang anak. Namun, harapan mereka pupus kala mendapatkan hasil pemeriksaan medis yang menyatakan bahwa Rama tak bisa memiliki keturunan.Yura berharap, kehadiran Raya bisa sedikit mengobati rasa sakit Rama.Cukup lama Rama menimang Raya. Hingga

  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 270 — AKU TIDAK PERNAH MENYESAL

    Sosok itu adalah Rama. Pria yang pernah menjadi suaminya selama kurang lebih lima tahun. Orang yang pernah ia perjuangkan dengan segenap jiwa dan raganya.Yura sudah tidak peduli padanya. Bahkan, dia tidak ingin tahu tentang apa yang dilakukan lelaki itu, hanya tidak menyangka akan bertemu dengan Rama kembali saat ini, di rumah mertuanya sendiri. Dan, Yura melihat perubahan yang sangat besar.Wajah Rama tampak lebih tua dan badannya sedikit kurus. Kumis dan jambangnya terlihat lebih lebat. Penampilannya pun jauh berbeda dengan pertemuan terakhir mereka dahulu. Ia sempat tak percaya bahwa orang yang kini berdiri di hadapannya ini adalah Rama. "Salam kenal, Bu Shinta." Yura menyapa Bu Shinta terlebih dahulu, kemudian mengarahkan padangannya kepada Rama. Ada kecanggungan yang kentara saat Yura bertatap muka dengan Rama, ia tampak ragu saat ingin menyapanya. Demikian halnya dengan Rama yang terlihat menelan ludahnya kasar. Untungnya, interaksi kaku mereka terbaca oleh Bu Shinta. Wanita

  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 269 — SANG PEMILIK MASA LALU

    Suasana kediaman utama sore hari ini sedikit lebih ramai dari biasanya. Ketika Gin dan Yura sampai di sana, beberapa mobil jasa angkut berada di sana membawa beberapa paket barang. Gin bertanya kepada beberapa satu asisten rumah tangga yang berjaga di sana dan mereka mengatakan bahwa barang yang dibeli oleh sang ayah adalah lukisan yang secara khusus telah dipesan sejak berbulan-bulan lalu."Kenapa Ayah membeli banyak lukisan?" tanya Yura ketika sudah menjauh dari para asisten rumah tangga. "Maksudku, tumben sekali pesan sebanyak ini. Biasanya hanya satu atau dua untuk ganti properti kantor."Ya. Memesan lukisan bukan sesuatu yang tabu di keluarga Satwika. Sebagai menantu, Yura kerap membantu Wira atau pun Gin mencarikan seniman untuk membeli atau membuat lukisan. Namun, untuk kali ini, tampaknya Wira mencari tanpa bantuannya. Bahkan Gin, putranya sendiri, tidak tahu-menahu tentang ini.Gin yang sedang menggendong putrinya juga mengamati keadaan sekitar selama beberapa saat. Kemudian

  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 268 — TEMPAT TERNYAMAN

    Beberapa minggu setelah kepergian Sarah.Mendengar suara tangisan bayi yang begitu kencang, Yura mematikan kompornya dan segera berlari ke lantai atas untuk memeriksa. Saat membuka pintu kamar ruang bayi, tubuhnya sejenak terpaku ketika menemukan Gin sedang menimang putrinya.Wanita itu menghela napas panjang. Sejak tadi, ia sibuk di dapur menyiapkan sarapan. Saking sibuknya, sampai lupa dengan Raya. Namun, ketika kembali di sini, ia justru dibuat kagum dengan sikap sang suami. Pria itu bahkan belum berganti baju, masih mengenakan handuk mandi untuk menutupi tubuhnya.“Kenapa wajahmu tampak tegang seperti itu?” tegur Gin dengan suara beratnya."Ah, tidak, aku hampir lupa kalau meninggalkan Raya. Aku pikir kau masih mandi atau siap-siap, tapi ternyata kau sudah di sini."Gin hanya merespon dengan sebuah tawa pelan. "Apa aku tidak boleh menimang putriku sendiri?""Bukan seperti itu, Gin. Aku hanya terkejut saja," tutur Yura usai menggeleng sebagai respon.Gin kembali menarik kedua sudut

  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 267 — MARTHA, SANG PENAWAR DUKA

    Meskipun ada kelegaan dalam hati karena telah menemukan Martha, Wira tetap tak bisa menyembunyikan dukanya. Kepergian Sarah meninggalkan luka mendalam dan penyesalan dalam dirinya. Semua juga tahu, tak ada yang bahagia saat ditinggalkan selamanya. Sejak tadi, pria itu memilih menyendiri di balkon kamar, merenungkan masa lalunya dan memikirkan masa depannya bersama Martha. Bahkan saat doa bersama di gelar di rumah untuk mengenang Sarah, Wira tak ingin bergabung dengan mereka. Ia lebih memilih untuk menikmati kesunyian dan keheningan di balkon kamarnya."Sudah hampir larut, Mas. Mau sampai kapan melamun di situ?"Suara Martha memecah keheningan di balkon. Malam ini, Wira langsung membawa Martha ke kediaman utama malam itu juga. Ia tidak ingin kehilangan jejak Martha lagi, wanita yang telah membawa secercah cahaya di tengah kesedihannya.Ketika tangan Martha menyentuh pundaknya, Wira menoleh. Ia menurunkan kaki dan mematikan puntung rokoknya. "Sudah selesai?" tanyanya, bermaksud menany

  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 266 — JANGAN BIARKAN AKU KEHILANGANMU

    Setelah tiga puluh menit berkendara, mobil berwarna hitam milik Wira terparkir rapi di halaman sebuah rumah beraksen kayu. Rumah modern yang sebenarnya biasa saja dan jauh dari kota, tetapi begitu berarti untuk Martha, wanita yang kini menjadi istri satu-satunya. Rumah ini satu-satunya harapan Wira. Walau tak bisa memastikan apakah wanita itu benar-benar ke rumah ini atau tidak, pria tua berkemeja hitam itu hanya mengikuti kata hati. Gantungan kunci yang terlepas, menjadi satu-satunya petunjuk yang ingin ia buktikan.Dan semoga saja, Martha bisa ia temukan di sini.Ting Tong! Ting Tong! Wira menekan bel dan menanti beberapa saat. Hingga akhirnya terdengar suara pintu terbuka, Wira menoleh dengan cepat. Sayangnya, yang ia temukan bukan Martha, tetapi seorang pembantu di rumah itu.“Bapak?” sapa wanita itu kepada Wira. Rupanya, meski pertemuan mereka dulu hanya beberapa kali, tetapi wanita itu masih ingat bahwa Wira adalah suami majikannya.“Ibu pulang ke sini?” tanya Wira tanpa basa-

  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 265 — AKU TAHU DIMANA DIA

    “Dimana Martha?”Wira menatap lurus dua orang binatu perempuan yang baru saja membukakan pintu. Mereka tampak gagap dengan kemunculan sosok Wira yang tidak terduga. Mungkin, mereka mengira Wira tak akan datang ke tempat ini karena sedang berduka. Dan, saat lelaki itu melempar pertanyaan, mereka semua hanya saling melempar tatap, seolah bingung dengan jawaban apa yang harus diberikan kepada sang majikan. “Saya yakin kalian tidak tuli. Dimana Martha?” Sekali lagi Wira bertanya dengan nada lebih tinggi. Tidak peduli dengan dengan mata yang sembab dan wajah kuyu sehabis dari pemakaman, ia mencecar pegawainya. Dua wanita di hadapannya serentak menunduk. Salah seorang memberanikan diri untuk bicara. “Maaf, Bapak, Ibu …. Sedang pergi.”“I—ibu pergi sejak tiga hari yang lalu dan belum pulang, Pak,” timpal pembantu yang satunya. Wira memijat pelipisnya. Kini kecurigaannya terbukti. Hatinya merasa ada yang tidak beres. Sebab sejak semalam wanita itu tak bisa dihubungi dan ketika dijemput,

  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 264 — TURUT BERDUKACITA

    Turut Berduka Cita atas meninggalnya Ibu Sarah Gharvita.Puluhan papan karangan bunga berlatar hitam berjajar rapi di sepanjang halaman kediaman keluarga Satwika. Saking banyaknya, sampai harus turun ke bahu jalan. Tak lain halnya dengan pusara, ucapan belasungkawa tak henti mengalir di tempat itu. Sarah tidak tertolong. Setelah jatuh, Wira segera membawa Sarah ke rumah sakit, ia pikir masih ada waktu lebih lama lagi untuk Sarah bertahan, akan tetapi Tuhan menghendaki takdir yang lain.Sarah meninggal dunia tepat dalam pelukan Wira. Setelah semalam di semayamkan, hari ini, jenazahnya dikebumikan.“Istirahatlah dengan tenang,” bisik Wira seraya menabur bunga mawar merah di gundukan tanah yang masih basah. Sebasah wajahnya yang dibanjiri air mata.Semua itu terjadi dengan tiba-tiba. Tidak ada yang menduga kepergian Sarah, bahkan ini lebih cepat dari vonis dokter. Wira orang yang paling terpukul. Meski bertahun-tahun hubungannya dengan Sarah tak baik, sempat pisah ranjang bahkan merasa

  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 263 — SALAM PERPISAHAN

    “Untuk apa kau mengundang Martha datang?” Wira bertanya dengan sedikit nada panik. Takut, bila Sarah memintanya melakukan hal yang tidak-tidak. Mengingat beberapa teror yang pernah dilakukannya, Wira tak bisa berpikir positif lagi tentang Sarah, sekalipun wanita itu telah banyak berubah. Dan, perihal bertemu Martha itu adalah hal yang kedengarannya mustahil.“Bukan untuk apa-apa. Kau bisa bertanya kepada Yura jika kau tidak percaya.” Sarah tersenyum singkat. Nada bicaranya juga pelan. Tidak ada penekanan sama sekali. “Aku hanya ingin mengenal dia lebih dekat saja. Selama ini, kami belum pernah bicara langsung. Sekarang aku mengerti, mengapa kau lebih memilih dia. Kau bisa mendapatkan apa yang tidak bisa aku berikan darinya.” Tidak banyak yang dilakukan oleh Wira. Hanya menghempas napas panjang setelah istrinya bicara. “Apa tujuanmu ke sini hanya untuk membahas itu? Jika iya, ayo kita pulang saja.”Sarah menolak ajakan itu. “Mengapa di hadapanku kau seolah tidak peduli dengan Marth

DMCA.com Protection Status