Share

6. Tipuan

Author: Intan SR
last update Last Updated: 2022-11-23 21:08:38

Delicia masuk ke ruangan interview tersebut dengan perasaan yang tak menentu. Meski Khaleed menyambutnya dengan senyuman manis, tapi hal itu tak lantas membuat hati Delicia jadi tenang.

Ia pun duduk di kursi yang berada di tengah. Menatap kursi yang tengah memunggunginya.

Dalam hati Delicia, jika ia tahu kalau Lucio yang akan mewawancarainya mungkin dia tidak akan berangkat ke perusahaan itu.

“Apa apaan sikapnya itu, kekanak-kanakan sekali,” bisik Delicia dalam hati.

Kemudian kursi itu berputar dan munculah sosok Lucio. Ia menatap Delicia dengan senyum miring yang mengesalkan.

“Bawa ke sini barangnya,” kata Lucio menyuruh Khaleed.

Khaleed pun mengambil sebuah plastik yang dimaksud oleh Lucio. Sementara Delicia bingung dengan keadaan saat ini.

Jadi dia ke sana bukan untuk diwawancara? Atau dia akan diinterogasi oleh Lucio?

“Silakan ambil ini.” Khaleed menyerahkan plastik itu pada Delicia. “Anda bisa membukanya sekarang.”

Mendengar hal itu sebenarnya sudah membuat perasaan Delicia tak enak. Dan benar saja, ketika dia membuka plastik itu bau tak sedap langsung menyeruak masuk ke dalam hidungnya.

“Kamu tahu kan aroma itu? Itu adalah pakaian yang kamu berikan muntahan beberapa hari kemarin,” ujar Lucio.

Delicia menatap Lucio dan Khaleed bergantian tak mengerti.

“Anda—Anda ingin saya mencucinya?” tanya Delicia.

“Memangnya dengan dicuci kemeja itu bisa kembali seperti semula? Kamu tahu, kemeja itu dijahit langsung oleh desainernya sendiri. Lalu sepatu itu, sol itu dijahit oleh desainernya sendiri. Jadi—kamu tahu kan apa yang harus kamu lakukan?” tanya Lucio.

“Anda menyuruh saya untuk menjahit pakaian dan sepatu ini?”

Lucio terperangah memandang Delicia. Ia menahan kegeramannya sendiri dengan mengepalkan kedua tangannya di atas meja.

“Harga pakaian dan sepatu itu hampir mencapai lima ratus juta. Jadi aku mau kamu mengganti rugi.”

Rahang Delicia menganga lebar. Lima ratus juta katanya? Bisa mendapatkan uang sebanyak itu dari mana? Sementara sewa apartemen 65 juta saja dia tidak mampu membayarnya.

“Maaf. Saya tahu jika saya salah. Tapi—saya datang ke sini untuk diwawancarai. Jika Anda ingin saya mengganti rugi, Anda bisa menyuruh saya menemui saya di waktu yang lain.”

Lucio mendecih. “Aku tidak punya waktu banyak seperti kamu.”

“Jadi? Saya diminta ke sini hanya karena urusan pakaian ini?”

Lucio mengangguk.

Delicia mendecih. “Saya baru tau kalau Anda ternyata tidak professional. Mencampuradukan masalah pekerjaan dan pribadi.”

Lucio tak dapat berkata-kata. Hingga kemudian dia berkata, “jika tidak berkata seperti itu, aku yakin kamu tidak akan berani datang menemuiku.”

Kali ini Delicia yang terdiam. Memang benar. Dia mungkin akan berpikir puluhan ribu kali jika Lucio memintanya untuk bertemu. Hanya saja—untuk sekarang bukankah dia sangat kekanak-kanakkan?

“Baiklah.” Delicia berdiri. “Saya mengerti. Saya akan mengganti rugi pakaian dan sepatu ini.”

“Kamu yakin?” tanya Lucio.

“Ten—tentu saja! Lagi pula saya harus bertanggungjawab, kan?”

“Aku akan menunggumu sampai akhir pekan. Kalau kamu tidak bisa mengganti rugi maka aku akan melaporkanmu dan menuntut mengganggu pekerjaan orang lain dan merusak fasilitas perusahaan.”

Delicia menelan ludah keringnya. Mendadak ia ingin pindah saja ke Mars jika begini jadinya.

“Baiklah,” sahut Delicia dengan percaya diri. Ia lantas keluar dari sana dan menutup pintu itu hingga menimbulkan suara berdebam.

Setelah pintu itu ditutup. Delicia bersandar di dinding dan punggungnya merosot jatuh.

“Gila, lima ratus juta dari mana? Dasar mulut tidak berguna!” Delicia menampar mulutnya sendiri. Tepat pada saat itu Andres meneleponnya.

“Bagaimana? Kamu lolos?” tanya Andres tak sabar.

“Andres—kira kira aku harus menjual apa agar mendapatkan uang lima ratus juta?” tanya Delicia frustrasi.

“Hah? Kamu kenapa? Apa ada hal lain terjadi?”

“Nanti aku akan menceritakannya kepadamu.”

**

Lucio tersenyum puas usai melihat kepergian Delicia dari ruangan itu. Sementara Khaleed menggelengkan kepalanya tak percaya jika bosnya itu tega melakukan hal seperti itu pada Delicia.

“Bukankah Anda sudah keterlaluan? Setidaknya beri dia pekerjaan.”

“Pekerjaan? Aku kan memanggilnya karena ingin menyelesaikan masalah kemeja dan sepatuku.”

“Padahal di perusahaan sebelumnya dia bekerja sangat baik. Tapi karena perusahaan itu bangkrut terpaksa dia diberhentikan sebelum waktunya.

“Ayahnya baru saja operasi jantung. Dan uang yang seharusnya untuk menyewa apartemen digunakan untuk membiayai operasi tersebut. Ia masih memiliki adik. Tapi tidak berguna, selalu membuat masalah di kampung halamannya.”

Kening Lucio mengernyit—ia menatap Khaleed dengan tatapan mengejek.

“Kamu sengaja ingin membuatku merasa bersalah ya?”

“Tidak. Saya hanya ingin memberitahu saja jika jika sebenarnya hidupnya malang. Apalagi setelah bertemu dengan An—”

“Kamu menuduhku membuat malang hidupnya?”

Khaleed menaikkan kedua bahunya.

“Lima ratus juta. Bagaimana jika dia nanti mengakhiri hidup karena tekanan yang ia dapatkan dari Anda. Orangtua sakit, tidak dapat menyewa apartemen kemudian Anda menekannya.”

Mata Lucio mendelik. Diam diam dia memikirkan ucapan asisten sekaligus sahabatnya tersebut.

“Setidaknya—Anda tidak perlu—”

“Cukup.” Lucio berdiri. “Lama lama kamu mirip sekali dengan nenekku. Aku akan pulang, aku sudah lelah hari ini. Kita pikirkan itu besok.”

“Baiklah,” sahut Khaleed.

Lucio berjalan ke arah pintu. Ketika dia hendak memegang handle pintu tersebut, Khaleed tiba tiba bicara lagi.

“Ketika Anda dapat tidur dengan nyenyak. Wanita itu pasti tak dapat hidup dengan tenang selama berhari-hari.”

Lucio memutar tubuhnya. “Ada apa denganmu? Kenapa kamu peduli padanya?” tanya Lucio menyelidik.

Lucio mengamati wajah Khaleed. Ekspresi wajahnya berubah. Dan dia tahu kapan sahabatnya itu bercanda dan berkata serius. Kemudian Lucio baru teringat jika ayah Khaleed meninggal di rumah sakit ketika dia sibuk bekerja di perusahaan itu.

Ayah Khaleed yang menderita penyakit jantung menyembunyikan dari anaknya. Ia tak ingin membebani anaknya. Namun ayahnya berakhir seperti itu.

Memahami apa yang dirasakan oleh Khaleed, membuat Lucio hatinya sedikit luluh.

“Baiklah baiklah. Aku hanya bercanda. Besok aku akan bilang padanya untuk tidak mengganti pakaian itu.”

Khaleed pun tersenyum.

“Sudah puas?”

Khaleed mengangguk.

**

“Ada yang ingin bertemu denganmu.” Nenek Lucio berkata ketika cucunya itu baru saja selesai mandi.

“Siapa? Khaleed?” tanya Lucio sambil menyisir rambutnya dengan tangan.

“Kamu temui saja. Dia ada di bawah.”

Lucio tan banyak bertanya. Lagi pula neneknya sejak awal tak akan mengatakan padanya siapa yang ingin menemuinya saat ini.

Ia pun menuruni tangga dan melihat bayangan wanita seksi dengan rambut panjang cokelat sedang menunggunya di ruang tamu.

“Dia siapa? Aku tak mengenal wanita itu,” kata Lucio pada neneknya.

“Kamu akan kenal setelah ini.”

Setelah Lucio melangkah mendekat. Ia pun menelengkan kepalanya mengingat wajah yang cukup familier itu.

“Kamu siapa?” tanya Lucio heran.

Wanita itu terkejut karena Lucio telah melupakan dirinya begitu saja. Padahal tadi siang dia sudah bertemu dengannya.

“Aku Bellinda. Kamu lupa?” tanya Bellinda. Ia langsung mencium pipi kiri dan kanan Lucio tanpa izin. “Aku Bellinda, calon istrimu,” kata Bellinda dengan percaya diri.

Related chapters

  • Kontrak Cinta Seribu Hari   7. Usaha Terakhir Delicia

    “Calon istri katamu?” tanya Lucio tak percaya. Sejak kapan dia setuju untuk menikah dengan Bellinda.Ketika dia diserang rasa penasaran, neneknya muncul dengan senyum seperti malaikat.“Sepertinya Bellinda sangat cocok untukmu. Meski tadi siang kamu sudah melakukan hal buruk padanya. Tapi dia masih menghubungiku untuk dapat bertemu denganmu secara langsung.”Lucio tak tahu apa maksud neneknya. Apa yang neneknya rencanakan pun dia tidak mengerti.“Maksud nenek?”“Tadi siang, aku datang ke interview itu karena nenekmu menyuruhku datang ke sana. Tapi kamu tidak tertarik padaku. Maka dari itu. Aku datang ke sini, mungkin perasaanmu sudah berubah,” jawab Bellinda.“Bagaimana? Bellinda cantik kan?”Lucio menatap Bellinda. Wanita itu sama sekali bukan tipe idelnya.“Kenapa wajahmu seperti itu?” Neneknya bertanya pada Lucio setelah melihat cucunya memasang wajah tak suka. “Aku—aku belum ingin menikah.”“Belum ingin menikah? Memangnya mau sampai kapan kamu mau menikah? Kamu saja tidak ada kein

    Last Updated : 2022-11-23
  • Kontrak Cinta Seribu Hari   8. Latihan Pura-pura

    “Sial aku terlambat!” Delicia mengutuk dirinya sendiri ketika melihat jarum jam sudah menujukkan di angka dua.Padahal mereka akan berjanji bertemu di restoran itu pada jam dua siang ini. Namun dia malah membuat kesalahan besar karena sudah membuat lelaki itu menunggu di restoran.Tak mau membuang waktunya. Delicia langsung mengganti pakaiannya. Dia mencuci muka dan menggosok gigi tanpa mandi.Rambut yang berantakan dan lepek dia sisir dan diikat cepol ke atas. Setidaknya itu dapat menutupi jika sudah satu minggu ini dia tidak keramas.Karena tak mungkin naik bus. Akhirnya Delicia sengaja memesan taksi agar dia tidak terlalu banyak menghabiskan waktu di jalan.Sementara itu di tempat lain dan di waktu yang sama.Lucio sudah menghabiskan tiga gelas air putih yang ada di meja. Hingga ia merasa malu pada karyawan restoran yang bertanya padanya apakah sudah siap memesan makanan atau belum.Ia melirik ke arah Khaleed yang juga gusar menunggu kedatangan Delicia.“Bagaimana kalau kita makan s

    Last Updated : 2022-11-23
  • Kontrak Cinta Seribu Hari   9. Cepatlah Menikah!

    Delicia melihat ke dalam lemarinya. Ia mendengus ketika menyadari jika dia tidak memiliki gaun yang bagus untuk dirinya kenakan nanti untuk bertemu dengan nenek Lucio.Jika saja dia memiliki uang untuk ganti rugi. Mungkin dia tak akan sudi untuk menemani lelaki itu apalagi pura pura menjadi kekasihnya meski dalam satu hari.Namun sayangnya dia juga tak punya uang sebanyak itu untuk ganti rugi.Delicia terduduk di atas kasur. Mengamati gaun yang sama sekali tidak update dan terbilang ketinggalan zaman.Karena sejak dia tidak memiliki kekasih. Dirinya tidak pernah membeli pakaian bagus dan mahal. Uangnya kebanyakan ia tabung dan untuk membeli makanan yang enak.Bel bintu berbunyi. Ia tahu jika bukan Andres pasti si ibu ibu yang menagih uang sewa apartemennya.Namun Delicia merasa lega saat ini ketika mendapati Andres berada di depan pintu dan memperlihatkan sebuah paper bag dan ada tulisan sup ayam ibu yang memang makanan kesukaan mereka berdua.Delicia buru buru membukanya dan melihat A

    Last Updated : 2022-11-23
  • Kontrak Cinta Seribu Hari   10. Permintaan yang tak sulit

    “Apa aku mengganggumu?” tanya Dolores ketika dia sudah berdiri di ambang pintu ruang kerja Lucio.Lucio melepaskan kacamatanya. Ia melirik jam di laptopnya yang sudah menunjukkan pukul satu malam.“Tidak. Ada apa?” tanya Lucio. Ia bersedekap dan menatap neneknya menyelidik. “Jangan katakan kalau ini masalah makan malam akhir pekan. Aku sudah mengajak kekasihku untuk datang, oke.”“Bukan itu kok.” Dolores tersenyum. Ia duduk di sofa yang ada di tengah ruangan.“Lalu?” Melihat neneknya yang sepertinya ingin berbicara serius dengan Lucio. Lelaki itu pun berdiri dan duduk di kursi yang berbeda dari Dolores.“Masalah Rebecca,” katanya pelan.“Rebecca? Ada apa dengannya?”Dolores tampak gusar. Namun dia menyembunyikannya dengan baik di depan cucunya.“Dia akan tinggal di sini mulai hari ini. Tidak apa apa, kan?”Lucio mendengus. “Nenek bertanya kepadaku, sementara dia sudah tinggal di sini. Lalu apa gunanya menanyakan hal itu kepadaku?”Dolores mengalihkan matanya. Masalah Lucio dan Rebecca

    Last Updated : 2022-11-23
  • Kontrak Cinta Seribu Hari   11. Pindah ke Motel

    Dua hari telah berlalu sejak kejadian hari itu. Kini Delicia telah berada di sebuah motel untuk tempat tinggalnya sementara. Setidaknya dia harus berada di sana sebelum acara makan malam itu tiba.Karena tak mungkin baginya untuk kembali pulang ke kampung halamannya dan kembali lagi ke kota hanya untuk datang ke rumah neneknya Lucio.Ponsel Delicia menyala. Kemudian mati lagi. Hal itu sudah berlalu sampai beberapa kali.Ketika ia mengintipnya. Nama Andres muncul memanggilnya. Namun Delicia tak mau berbicara dengan Andres.Entahlah, apakah dia marah pada lelaki itu hanya karna terlalu malu untuk menghadapi Andres.Meski selama ini Delicia merasa jika dia sudah terlalu banyak merepotkan Andres. Namun dia tidak menyangka jika akan mendengar hal menyakitkan itu dari mulut adiknya.Tak lama kemudian pesan muncul. Delicia membacanya.Andres: Kamu ada di mana sekarang? Apartemenmu sepi. Kata agen property kamu sudah pindah.Andres: Setidaknya katakan padaku kalau kamu baik baik saja.Delicia

    Last Updated : 2022-11-24
  • Kontrak Cinta Seribu Hari   12. Lelaki yang Berkuasa

    “Siapa namamu?” tanya Lucio dengan dingin. “Aku bisa memecatmu besok, jika aku mau.”Maria mendelik sementara tangan temannya mencubit pinggang Maria agar segera menghentikan omong kosongnya.“Sudahlah sebaiknya kita pergi. Atau kita bisa mendapatkan masalah.”“Dengar ya, aku tak takut siapa kamu. Karena—” Maria tak melanjutkan kalimatnya. Dia sudah lebih dulu diseret pergi oleh temannya.“Sudahlah, kamu tidak tahu siapa lelaki itu?” tanya Renata.“Siapa memang dia? Aku tidak kenal.”Renata mengeluarkan ponselnya, kemudian dia mencari nama Lucio Valeega di pencarian. Dan nama itu muncul paling atas dengan jabatan yang membuat Maria menelan ludah keringnya berkali-kali.“Dia adalah cucu dari pemilik perusahaan Cortez.”“Tapi—bagaimana bisa Delicia, si gadis bodoh itu bisa—”“Maka dari itu. Kamu bisa saja dipecat kalau tadi aku tidak menarikmu ke sini.”“Itu bukan yang jadi masalah, Renata?! Tapi yang jadi masalah adalah bagaimana mungkin Delicia si gadis bodoh itu bisa mengenal Lucio?”

    Last Updated : 2022-11-24
  • Kontrak Cinta Seribu Hari   13. Ajakan Menikah

    Delicia bisa saja langsung mengiyakan ajakan Lucio untuk menikah kontrak. Apalagi waktunya yang terbilang singkat. Hanya saja, dia tak mungkin memnbuat ayahnya khawatir kan?Dia menikah hanya dua tahun lebih beberapa bulan kemudian bercerai. ia pun menjadi janda. Dan hal itu pasti akan membuat ayahnya syok melihat nasib anaknya menjadi janda seperti itu.Tetapi, di sisi lain. Delicia merasa jika tawaran Lucio sangatlah menarik. Apalagi ketika mendengar kalau dia akan diberikan apartemen yang lebih bagus dari sebelumnya.Tidak hanya itu, dia bahkan akan diberikan pekerjaan setelah mereka bercerai. Pun dengan tunjangan perceraian, Lucio sudah menyanggupi hal itu. Dan itu semua sudah tertulis di surat kontrak tadi.Delicia memiringkan tubuhnya. Motel itu sangat pengap. Ia mengambil motel kelas bawah di mana tak ada jendela selain ventilasi udara di atas pintu.“Haruskah kuterima saja?” gumam Delicia. Dia pasti tidak akan tinggal di motel lagi.“Tapi—” Suara langkah kaki yang diseret terd

    Last Updated : 2022-11-24
  • Kontrak Cinta Seribu Hari   14. Tinggal Bersama

    Lucio masuk ke motel tempat tinggal sementara Delicia. Dia mendapatkan firasat buruk setelah teringat dengan apa yang dikatakan oleh Delicia tadi siang.Seharusnya dia percaya saja pada wanita itu. Karena Delicia adalah seseorang yang bisa menyelamatkannya dari perjodohan tak masuk akal itu dan juga ancaman dari neneknya.Masuk ke dalam motel. Lucio dan Khaleed diteriaki oleh petugas yang berjaga di depan.Ia berlari ke arah Lucio kemudian menahan lelaki itu untuk masuk ke dalam."Anda siapa? Kenapa menerobos masuk seperti ini?" Lucio menatap Khaleed memerintah asistennya itu agar membereskan masalah tersebut. Sementara itu Lucio mencari keberadaan Delicia. Ia turun ke lantai paling bawah di mana Delicia tinggal di sana beberapa hari ini. Ketika Lucio mendapati tempat itu. Ia benar benar merasa bersalah pada Delicia karena telah membiarkannya tinggal di tempat seperti itu. Tempat yang sangat pengap dan minim cahaya matahari. Yang tinggal di sana pun sepertinya hanya Delicia dan le

    Last Updated : 2022-11-25

Latest chapter

  • Kontrak Cinta Seribu Hari   bab 121. lelaki yang aku kenal

    Lordes mendengar pertengkaran antara ayah dan ibunya. Dan secara tidak langsung dia tahu bagaimana sifatnya selama ini yang memang kurang baik.Setengah jam berlalu, ibu Lordes membawa makanan bersama dengan pelayan di belakangnya.Ada banyak makanan yang terhidang hingga membuat Lordes bingung.“Kamu sebelumnya tidak mau makan selama lima hari, makanya ibu khawatir,” kata ibu Lordes.“Kenapa? Kenapa aku tidak mau makan?”Ibunya diam saja.“Sudahlah, itu sudah berlalu, yang penting kamu mau makan sekarang,” kata ibu Lordes.Lordes pun menelan makanannya pelan pelan, setiap sendok makanan yang masuk ke dalam mulutnya membuat ibu Lordes merasa tenang dan lega.“Ibu tidak makan?”“Tidak, melihatmu makan sudah membuat ibu kenyang.”Lordes tersenyum.“Bu, kenapa aku asing berada di kamar ini?” tanya Lordes.“Itu karena kamu kehilangan ingatan kamu, Lordes. Tapi kata dokter ingatan itu akan kembali, karena bukan amnesia permanen.”“Begitu?”“Setidaknya, kamu bisa melupakan hal yang menyakit

  • Kontrak Cinta Seribu Hari   bab 120. hidup yang baru

    “Bagaimana dengan urusanmu? Sudah selesai?” tanya Lucio ketika melihat Khaleed menyusulnya ke kantin di kantor.“Sebentar lagi akan selesai,” desahnya kemudian duduk.“Kenapa wajahmu murung?”Khaleed menggeleng.“Harusnya yang murung sekarang bukan kamu tapi aku,” keluh Lucio.“Kenapa? Masalah Delicia bukankah sudah selesai? Dia sudah pulang dan kesehatannya semakin membaik.”“Bukan seperti itu.”Lucio kemudian menceritakan semuanya kepada Khaleed, bahwa sejak kecelakaan Delicia menjadi sedikit berbeda. Delicia seperti jauh dari anaknya tapi perasaan untuk dirinya sama saja.“Bukannya kamu bilang kalau dia mengalami hilang ingatan sebagian? Mungkin karena itu, kan?”“Tapi, kenapa sifatnya bisa berubah? Aku sempat memergokinya berteriak pada Jose. Apakah Delicia seperti itu sebelum menikah denganku? Aku bertanya pada Jose, dan Delicia tidak pernah membentaknya meskipun sangat marah.”“Apakah karena efek kecelakaan?” tanya Khaleed.“Aku tidak tahu, aku bingung,” jawab Lucio yang dia sen

  • Kontrak Cinta Seribu Hari   Bab 119. Aku menyukaimu Om

    Sudah bermenit menit yang lalu, Nina hanya diam saja. Dia duduk di kursi sofa dengan tubuh menghadap ke arah jendela.Khaleed sudah memesan pizza, tapi sampai pizza itu dingin, Nina tak mau menyentuhnya sama sekali.“Aku sudah menghubungi ibumu, dan mengatakan untuk sementara kamu ada di sini,” kata Khaleed.Nina hanya mengangguk.“Kamu kenapa?”Khaleed duduk di sebelah Nina, tapi yang dia lihat hanyalah punggung Nina yang menyedihkan.Belum ada satu hari, Nina sudah berubah menjadi murung begitu.“Besok pagi, aku akan temani kamu ke kantor polisi,” kata Khaleed.“Pekerjaanmu bagaimana?”“Aku akan datang sedikit terlambat, aku sudah izin pada bosku.”Nina kemudian diam.“Kalau kamu diam, aku tidak tahu harus berkata apa lagi padamu. Aku tidak pandai menghibur, katakan padaku. Aku harus bagaimana?”“Terima kasih,” kata Nina pelan.Mata Khaleed melebar.“Karena sudah mau menolongku dan berkorban untuk gadis hina sepertiku.” Nina menenggelamkan wajahnya di antara kedua kakinya. “Aku malu

  • Kontrak Cinta Seribu Hari   Bab 118. Antara hidup dan mati

    Khaleed berlari menuju rumah Nina, tahu bahwa pasti akan ada hal yang buruk akan terjadi.Dengan napas yang tersengal, Khaleed terus berlari agar tidak terlambat untuk menyelamatkan Nina.**Nina mendengar suara bel pintu berbunyi berkali-kali. Ia pikir Khaleed kembali karena ketinggalan barangnya.Akan tetapi, ketika Nina membuka pintu. Dia melihat suaminya sudah berada di depan pintu dengan senyum menyeringai.Nina mencoba untuk menutup pintu, tapi tenaganya tidak lebih besar daripada suaminya.“Biarkan aku masuk!” ujarnya dengan geram. “Kamu sudah membuatku menjadi bulan bulanan oleh rentenir!”Suami Nina masuk kemudian mendorong gadis itu sampai terjatuh di atas sofa.“Harusnya kamu menurutiku! Tak ada yang salah karena kamu membantu suamimu!”Suami Nina menamparnya membuat gadis itu takut gemetaran. Bayangan bayangan buruk itu telah terhempas sejak dia bersama dengan Khaleed. Sejak dia mengenal lelaki itu, dia merasa bahwa dirinya berharga.Namun, kini… saat dia bersama dengan su

  • Kontrak Cinta Seribu Hari   Bab 117. Dalam bahaya

    Lima hari berlalu, Delicia yang tak lain adalah Lordes akhirnya bisa pulang ke rumah Lucio yang selama ini begitu dia inginkan.Pagi pagi sekali Lucio sudah menjemput istrinya dari rumah sakit.“Akhirnya aku bisa pulang,” kata Lordes dengan senang.“Pasti sangat membosankan di sini, kan?”Lordes mengangguk.“Oh ya, Lordes… dia sudah siuman. Tapi dia belum bisa banyak bergerak.”Bibir Lordes tiba tiba berkedut. Ia pikir Delicia akan koma untuk waktu yang lama agar dia bisa menikmati waktunya bersama dengan Lucio. Jika Delicia sadar, bagaimana jika wanita itu mengaku sebagai Delicia?Lucio yang melihat istrinya berhenti menoleh ke belakang.“Ada apa?”Lordes dengan tangan gemetar mencoba meraih tangan Lucio.“Aku tahu, kamu pasti takut dengan Lordes. Dia sangat nekat,” kata Lucio menambahkan.“Ya… ya.. aku sangat takut setelah tahu penyebab kecelakaanku adalah dia.”“Tak apa apa, ada aku di sini,” kata Lucio menenangkan.Ketika mereka melewati koridor. Tanpa sengaja melihat ibunya dari

  • Kontrak Cinta Seribu Hari   Bab 116. Seperti keponakan

    Saat ini Lucio sedang berada di atas ranjang rumah sakit bersama dengan Delicia di mana jiwanya adalah milik Lordes. Lordes meminta Lucio agar menemaninya sampai dia pulang dari rumah sakit.“Bagaimana dengan anak anak tadi? Apakah mereka kecewa padaku?” tanya Lordes.“Tidak, mereka mengerti keadaanmu. Mereka mungkin masih kecil, tapi sifat mereka sudah dewasa,” jelas Lucio. “Jangan khawatir.” Lucio mengusap kepala Lordes dengan lembut.“Setelah keluar dari rumah sakit. Aku ingin kita berbulan madu,” ajak Lordes.Lucio diam.“Apa ada yang salah?”Lucio menggeleng. “Kamu kemarin menolak ajakanku berbulan madu karena ingin bersama dengan anak anak.”“Benarkah?”“Tapi kalau kamu ingin kita berbulan madu tak masalah.”“Aku ingin menghabiskan waktu berdua denganmu.”Lucio tersenyum.“Aku akan mengaturnya nanti.”Lordes tidur memeluk Lucio. Dia merasa sangat bahagia karena setidaknya dia bersama dengan lelaki yang sangat dia inginkan selama ini.Meski berada di dalam tubuh Delicia, tapi dia

  • Kontrak Cinta Seribu Hari   Bab 115. Jangan panggil aku om

    Khaleed membuka matanya perlahan. Kepalanya terasa sakit ketika dia mencoba untuk memegangnya.Kamar yang dia tempati tidak mirip seperti kamarnya. Apalagi ada sosok bayangan yang membuatnya terkejut.“Lucio? Kenapa kamu ada di sini?” tanya Khaleed bingung.“Harusnya aku yang bertanya padamu. Kenapa kamu ada di sini. Bukankah seharusnya kamu pulang ke rumah?”Khaleed diam.“Aku langsung datang ke sini waktu perawat menemukan nomor kontakku sebagai nomor darurat.”Khaleed tersenyum.“Jadi, siapa yang sudah membuatmu begini?” tanya Lucio.“Orang gila,” jawab Khaleed. “Dia memukulku dengan tongkat, di mana dia sekarang?”Lucio menaikkan bahunya. “Aku tidak tahu siapa yang kamu maksud. Tapi tadi di sini ada gadis yang menemanimu, saat aku datang dia langsung pergi. Dia siapa?”“Oh dia, dia istri dari laki laki yang memukulku.”Lucio membulatkan matanya. “Jangan berurusan dengan istri orang lagi, Khaleed. Aku sudah memperingatkanmu.”“Ini beda.”“Bagaimana jika kamu ditipu lagi?”“Sepertin

  • Kontrak Cinta Seribu Hari   Bab 114. Wanita Pilihan

    Suara ribut berasal dari bangsal yang dilewati oleh Khaleed. Awalnya dia ingin mengabaikannya dan terus berjalan saja. Akan tetapi dia tidak bisa diam saja ketika melihat seorang perempuan menjadi sandera seorang pasien menggunakan pisau buah.“Jangan mendekat atau kubunuh wanita ini!” ujarnya.Khaleed yang melihatnya menjadi jengkel. Apalagi lelaki itu hanya berani terhadap perempuan saja.“Jangan mendekat!” Bahkan petugas keamanan seakan tak mampu menangani preman tengik tersebut.Khaleed menggulung kemejanya sampai ke siku. Dia memutar jalan kemudian menjegal kaki lelaki tersebut hingga terjatuh. Pisau yang ia bawa terpental jauh darinya. Khaleed langsung meringkus lelaki yang ternyata tak ada apa apanya itu.Kepala dengan perban dan juga wajah penuh memar. Khaleed yakin jika lelaki itu bisa jadi baru saja dipukuli oleh orang orang yang membencinya.“Siapa kamu!” bentaknya sambil berusaha melarikan diri.“Aku? Aku manusia yang membenci laki laki sepertimu.”“Sialan! Lepaskan!”“Co

  • Kontrak Cinta Seribu Hari   Bab 113. Sikap aneh Delicia

    Delicia benar benar tidak senang melihat kedatangan Martin dan Jose. Karena dia sendiri bukanlah Delicia yang asli. Diam diam Lordes memikirkan cara bagaimana caranya agar tidak mengurus anak anak itu. Karena baginya yang terpenting adalah bersama dengan Lucio.“Sapa mama kalian,” kata Lucio.Martin dan Jose langsung menghampiri Delicia kemudian memeluknya.“Mama gak apa apa kan Pa?” tanya Martin.“Mama kapan bisa pulang?” kali ini Jose yang bertanya.Lucio pun menjelaskan pada mereka berdua bahwa mama mereka akan berada di sana selama lima hari.Lordes hanya diam saja, merasa asing dengan pemandangan itu. Dia benar benar tidak memikirkan jauh ke belakang bahwa Lucio dan Delicia sudah memiliki anak.“Mama masih sakit?” tanya Martin.Lordes memandang Lucio seakan meminta bantuan pada lelaki itu.“Apa kamu tidak ingat siapa mereka, Delicia?Lordes menggeleng pelan. Lucio terkejut.“Dia adalah Martin, dan sebelah Martin Jose. Kamu lupa?”Lordes tanpa ragu mengingat.“Tapi kamu ingat aku?

DMCA.com Protection Status