Delicia melihat ke dalam lemarinya. Ia mendengus ketika menyadari jika dia tidak memiliki gaun yang bagus untuk dirinya kenakan nanti untuk bertemu dengan nenek Lucio.Jika saja dia memiliki uang untuk ganti rugi. Mungkin dia tak akan sudi untuk menemani lelaki itu apalagi pura pura menjadi kekasihnya meski dalam satu hari.Namun sayangnya dia juga tak punya uang sebanyak itu untuk ganti rugi.Delicia terduduk di atas kasur. Mengamati gaun yang sama sekali tidak update dan terbilang ketinggalan zaman.Karena sejak dia tidak memiliki kekasih. Dirinya tidak pernah membeli pakaian bagus dan mahal. Uangnya kebanyakan ia tabung dan untuk membeli makanan yang enak.Bel bintu berbunyi. Ia tahu jika bukan Andres pasti si ibu ibu yang menagih uang sewa apartemennya.Namun Delicia merasa lega saat ini ketika mendapati Andres berada di depan pintu dan memperlihatkan sebuah paper bag dan ada tulisan sup ayam ibu yang memang makanan kesukaan mereka berdua.Delicia buru buru membukanya dan melihat A
“Apa aku mengganggumu?” tanya Dolores ketika dia sudah berdiri di ambang pintu ruang kerja Lucio.Lucio melepaskan kacamatanya. Ia melirik jam di laptopnya yang sudah menunjukkan pukul satu malam.“Tidak. Ada apa?” tanya Lucio. Ia bersedekap dan menatap neneknya menyelidik. “Jangan katakan kalau ini masalah makan malam akhir pekan. Aku sudah mengajak kekasihku untuk datang, oke.”“Bukan itu kok.” Dolores tersenyum. Ia duduk di sofa yang ada di tengah ruangan.“Lalu?” Melihat neneknya yang sepertinya ingin berbicara serius dengan Lucio. Lelaki itu pun berdiri dan duduk di kursi yang berbeda dari Dolores.“Masalah Rebecca,” katanya pelan.“Rebecca? Ada apa dengannya?”Dolores tampak gusar. Namun dia menyembunyikannya dengan baik di depan cucunya.“Dia akan tinggal di sini mulai hari ini. Tidak apa apa, kan?”Lucio mendengus. “Nenek bertanya kepadaku, sementara dia sudah tinggal di sini. Lalu apa gunanya menanyakan hal itu kepadaku?”Dolores mengalihkan matanya. Masalah Lucio dan Rebecca
Dua hari telah berlalu sejak kejadian hari itu. Kini Delicia telah berada di sebuah motel untuk tempat tinggalnya sementara. Setidaknya dia harus berada di sana sebelum acara makan malam itu tiba.Karena tak mungkin baginya untuk kembali pulang ke kampung halamannya dan kembali lagi ke kota hanya untuk datang ke rumah neneknya Lucio.Ponsel Delicia menyala. Kemudian mati lagi. Hal itu sudah berlalu sampai beberapa kali.Ketika ia mengintipnya. Nama Andres muncul memanggilnya. Namun Delicia tak mau berbicara dengan Andres.Entahlah, apakah dia marah pada lelaki itu hanya karna terlalu malu untuk menghadapi Andres.Meski selama ini Delicia merasa jika dia sudah terlalu banyak merepotkan Andres. Namun dia tidak menyangka jika akan mendengar hal menyakitkan itu dari mulut adiknya.Tak lama kemudian pesan muncul. Delicia membacanya.Andres: Kamu ada di mana sekarang? Apartemenmu sepi. Kata agen property kamu sudah pindah.Andres: Setidaknya katakan padaku kalau kamu baik baik saja.Delicia
“Siapa namamu?” tanya Lucio dengan dingin. “Aku bisa memecatmu besok, jika aku mau.”Maria mendelik sementara tangan temannya mencubit pinggang Maria agar segera menghentikan omong kosongnya.“Sudahlah sebaiknya kita pergi. Atau kita bisa mendapatkan masalah.”“Dengar ya, aku tak takut siapa kamu. Karena—” Maria tak melanjutkan kalimatnya. Dia sudah lebih dulu diseret pergi oleh temannya.“Sudahlah, kamu tidak tahu siapa lelaki itu?” tanya Renata.“Siapa memang dia? Aku tidak kenal.”Renata mengeluarkan ponselnya, kemudian dia mencari nama Lucio Valeega di pencarian. Dan nama itu muncul paling atas dengan jabatan yang membuat Maria menelan ludah keringnya berkali-kali.“Dia adalah cucu dari pemilik perusahaan Cortez.”“Tapi—bagaimana bisa Delicia, si gadis bodoh itu bisa—”“Maka dari itu. Kamu bisa saja dipecat kalau tadi aku tidak menarikmu ke sini.”“Itu bukan yang jadi masalah, Renata?! Tapi yang jadi masalah adalah bagaimana mungkin Delicia si gadis bodoh itu bisa mengenal Lucio?”
Delicia bisa saja langsung mengiyakan ajakan Lucio untuk menikah kontrak. Apalagi waktunya yang terbilang singkat. Hanya saja, dia tak mungkin memnbuat ayahnya khawatir kan?Dia menikah hanya dua tahun lebih beberapa bulan kemudian bercerai. ia pun menjadi janda. Dan hal itu pasti akan membuat ayahnya syok melihat nasib anaknya menjadi janda seperti itu.Tetapi, di sisi lain. Delicia merasa jika tawaran Lucio sangatlah menarik. Apalagi ketika mendengar kalau dia akan diberikan apartemen yang lebih bagus dari sebelumnya.Tidak hanya itu, dia bahkan akan diberikan pekerjaan setelah mereka bercerai. Pun dengan tunjangan perceraian, Lucio sudah menyanggupi hal itu. Dan itu semua sudah tertulis di surat kontrak tadi.Delicia memiringkan tubuhnya. Motel itu sangat pengap. Ia mengambil motel kelas bawah di mana tak ada jendela selain ventilasi udara di atas pintu.“Haruskah kuterima saja?” gumam Delicia. Dia pasti tidak akan tinggal di motel lagi.“Tapi—” Suara langkah kaki yang diseret terd
Lucio masuk ke motel tempat tinggal sementara Delicia. Dia mendapatkan firasat buruk setelah teringat dengan apa yang dikatakan oleh Delicia tadi siang.Seharusnya dia percaya saja pada wanita itu. Karena Delicia adalah seseorang yang bisa menyelamatkannya dari perjodohan tak masuk akal itu dan juga ancaman dari neneknya.Masuk ke dalam motel. Lucio dan Khaleed diteriaki oleh petugas yang berjaga di depan.Ia berlari ke arah Lucio kemudian menahan lelaki itu untuk masuk ke dalam."Anda siapa? Kenapa menerobos masuk seperti ini?" Lucio menatap Khaleed memerintah asistennya itu agar membereskan masalah tersebut. Sementara itu Lucio mencari keberadaan Delicia. Ia turun ke lantai paling bawah di mana Delicia tinggal di sana beberapa hari ini. Ketika Lucio mendapati tempat itu. Ia benar benar merasa bersalah pada Delicia karena telah membiarkannya tinggal di tempat seperti itu. Tempat yang sangat pengap dan minim cahaya matahari. Yang tinggal di sana pun sepertinya hanya Delicia dan le
Khaleed menatap ke arah pintu. Tak lama kemudian terdengar suara langkah kaki yang masuk.Tidak mungkin jika dia adalah Lucio. Sebab Lucio pasti masih di kantornya saat ini. Makanya dia menyerahkan Delicia pada Khaleed.Hingga sebuah bayangan perempuan terkejut melihat Delicia dan Khaleed sedang ada di ruang tengah."Aku—tidak salah masuk apartemen orang, kan?" Rebeca melihat di sekitarnya. Namun dia merasa yakin jika apartemen itu adalah apartemen Lucio."Kamu tidak pindah ke kamar ini kan, Khaleed?""Tidak. Sementara waktu, nona ini akan tinggal di sini." Khaleed menunjuk Delicia dengan kedua tangannya."Dia memangnya siapa? Kenapa harus tinggal di apartemen Lucio?""Dia adalah kekasih tuan Lucio," jawab Khaleed.Mata Rebeca sontak menatap ke arah Delicia. Ia langsung memindai tubuh wanita itu dari atas sampai bawah.Mata dan ekspresinya langsung menjelaskan jika dia tidak menyukai wanita yang ada di depannya saat ini. Apalagi Delicia adalah kekasih Lucio."Lucio sudah memiliki keka
Beberapa tahun yang lalu …Lucio yang waktu itu baru saja keluar dari ruangan rapat mendapatkan telepon dari Rebecca.Wanita itu sedang menangis. Membuat Lucio mencemaskan Rebecca."Kamu ada di mana sekarang?" tanya Lucio ia setengah berlari apalagi ketika mendengar Rebecca mengatakan yang tidak tidak."Ada di apartemenku. Aku harus bagaimana Lucio? Dia memutuskanku, padahal pernikahanku sudah dibicarakan dengan keluarga besarku," katanya dengan terisak."Bagaimana bisa dia memutuskanmu?""Aku tidak tahu! Aku—rasanya aku ingin mati saja!" teriaknya. Kemudian ponsel itu terputus begitu saja.Lucio langsung masuk ke mobilnya, menyuruh supir pribadinya untuk kembali duluan.Ketika dia mengendarai mobil menuju apartemen Rebecca, Lucio hampir saja mengalami kecelakaan. Beruntungnya, dia lolos dari kecelakaan itu.Lucio mengambil napasnya dalam dalam untuk melegakan kegelisahan hatinya.Ia mencoba menghubungi Rebeca namun tidak diangkat oleh wanita itu. Membuat Lucio kembali panik.Ketika s