🏵️🏵️🏵️
Cuaca hari ini sangat cerah, tetapi tidak dengan hati seorang wanita yang selalu mendapatkan perlakuan kasar dari suaminya.
Usia pernikahan yang kini memasuki bulan ketiga, belum mampu mengusir bayangan wanita masa lalu Revan. Kenangan tersebut telah membuat laki-laki itu lupa akan tanggung jawab sebagai seorang suami yang harus melindungi sang istri.
Sesuatu yang keluar dari mulut Revan tidak pernah dipikirkan terlebih dahulu. Ia dengan mudah selalu melemparkan kesalahan kepada Ratu. Namun, wanita itu berusaha untuk tetap kuat dan bersabar dalam mengahadapi perlakuan sang yang kian hari makin melampaui batas kesabaran.
Seperti kejadian pagi ini, tiada angin dan hujan, tiba-tiba Revan dengan sengaja selalu berusaha membuat sang istri tetap bersalah. Sepertinya tujuannya menyetujui menikah dengan Ratu hanya untuk memberikan penderitaan dan kepedihan semata.
“Kaus kakiku di mana?” Revan berteriak kepada Ratu yang sedang menyiapkan sarapan.
“Di laci, Mas. Aku baru susun semalam.” Ratu dengan lembut menjawab suaminya.
“Tapi nggak ada!”
“Ya, udah. Aku ambilin sebentar, kamu sarapan dulu.”
“Aku malas mau sarapan, udah keburu kenyang!”
“Jangan gitu, dong, Mas. Nanti kerjanya nggak konsen.”
“Banyak ngomong dari tadi! Sana, ambilin kaus kakinya!”
Ratu akhirnya menuju kamar untuk mengambil benda yang diinginkan sang suami. Walaupun hatinya terasa perih karena pagi-pagi sudah mendapatkan perlakuan kasar dari Revan, tidak membuat Ratu menjadi lemah dan menyerah. Niatnya tetap ingin berusaha mengubah hati suaminya yang sangat membeku.
Tidak menunggu lama, Ratu kembali menuju meja makan dan memberikan kaus kaki yang diinginkan suaminya. Ia melihat menu sarapan yang sudah dihidangkan di atas meja makan, tidak tersentuh sama sekali. Ternyata Revan hanya minum teh saja.
“Kamu nggak sarapan, Mas? Nasi kamu masih utuh.” Ratu ingin tahu apa alasan yang akan diberikan suaminya.
“Aku udah bilang dari tadi nggak mau sarapan. Kamu susah banget, ya, dibilangin! Aku hanya butuh kaus kakiku. Sini!” Revan mengambil benda yang ia butuhkan dari tangan istrinya.
“Aku siapin bekal, ya, Mas. Kamu bisa sarapan di kantor.”
“Nggak perlu! Aku nggak butuh. Oh, ya, jangan sampai kamu datang ke kantor untuk nganterin bekal yang tidak kuharapkan. Ngerti!”
“Iya, Mas. Aku ngerti.”
Setelah selesai memakai kaus kaki dan sepatu, Revan melangkah. Namun, Ratu meraih tangan suaminya, ia berusaha untuk mencium punggung tangannya, tetapi dengan kasar laki-laki bertubuh tegap tersebut menepiskan tangan wanita yang berstatus sebagai pendamping hidupnya.
“Aku mau cium tangan kamu, Mas,” ucap Ratu penuh harap.
“Nggak perlu!” bentak Revan lalu meninggalkan wanita itu.
Ratu hanya mampu mengusap dada atas perlakuan suaminya. Kian hari, wanita itu makin kebal menghadapi perlakuan Revan. Ia masih tetap berusaha dan yakin bahwa suatu saat nanti, hati keras milik sang suami pasti akan lembut dan bersedia menerima kenyataan bahwa mereka sepasang suami istri.
🏵️🏵️🏵️
Kampus merupakan rumah kedua bagi Ratu. Di tempat itu, ia mendapatkan ketenangan dan kedamaian karena memiliki dua sahabat yang sangat baik dan penuh pengertian. Cinta selalu mengeluarkan cerita-cerita lucu yang mampu mengocok perut Ratu dan Bimo. Sangat berbeda dengan Bimo yang terkesan lebih pendiam, tetapi penuh perhatian.
Ratu tidak pernah mengetahui sikap pendiam Bimo yang sebenarnya. Ia menjadi seperti itu karena masih tetap menyimpan rasa kepada wanita yang sudah lama ia kagumi. Besarnya cinta Ratu kepada Revan hingga mampu menutupi perasaan yang sangat mendalam dari Bimo untuknya.
Saat ini, Bimo hanya terus berusaha agar mampu membuang perasaan yang sangat susah ia keluarkan dari lubuk hati yang paling dalam. Ia selalu berharap agar Ratu menemukan kebahagiaan bersama laki-laki yang telah mempersunting dirinya.
Akan tetapi, akhir-akhir ini Bimo sangat heran melihat sikap Ratu yang kadang menunjukkan wajah sedih. Ia tidak ingin berprasangka buruk atas apa yang ditunjukkan oleh wanita pemilik senyum manis itu. Bimo juga merasa tidak kuasa menanyakan apa penyebab Ratu seperti itu.
“Cin … kamu merasa, nggak, kalau akhir-akhir ini Ratu sedikit berubah?” Bimo akhirnya menyampaikan kekhawatirannya terhadap Ratu kepada Cinta.
“Iya. Tapi kemarin aku pernah nanya, katanya dia baik-baik aja.” Cinta memberikan jawaban yang membuat hati Bimo merasa lega.
“Oh … bagus, deh. Aku takut dia kenapa-kenapa.”
“Cie, perhatian banget, sih. Ingat, Bim … sekarang dia udah milik orang lain. Kamu udah telat.”
“Iya, Cin, semua sudah terlambat.”
“Makanya kalau memang suka jangan dipendam, ngomong langsung. Sekarang kamu hanya bisa melihat dia yang akhirnya menikah dengan orang lain.”
“Anggap aja nggak jodoh.”
Cinta masih terus berusaha menggoda Bimo karena sahabatnya tersebut tidak berani mengungkapkan perasaannya sejak dulu kepada Ratu. Sekarang penyesalan itu datang menghantui. Bimo hanya berusaha ikhlas demi kebahagiaan sang pujaan hati.
Setelah mata kuliah usai, Ratu seperti biasa mengantarkan Cinta pulang ke rumahnya. Akhirnya, Cinta sampai di depan rumah lalu turun, kemudian Ratu kembali meluncurkan mobilnya menyusuri jalan. Hari ini sebelum pulang, wanita itu ingin mampir ke supermarket untuk membeli persediaan kebutuhan yang diperlukan.
Saat Ratu hampir tiba di supermarket yang ia tuju, tiba-tiba dirinya melihat pemandangan yang tidak diharapkan sama sekali. Dari jauh, berdiri laki-laki dan perempuan di samping mobil. Pria itu tidak lain adalah Revan.
Ternyata Revan dan Lani hari ini berjanji untuk bertemu. Tujuan pertemuan itu untuk menyelesaikan masalah yang pernah ada di antara mereka. Mantan kekasih Revan ingin memberikan penjelasan kepada laki-laki itu agar tidak memikirkan dirinya lagi.
“Please, Van. Tolong ikhlas dengan kehidupan yang sudah kita jalani. Kita ditakdirkan tidak untuk berjodoh.” Lani mencoba memberikan pengertian kepada Revan.
“Semudah itu kamu melupakan cinta kita, Lan? Apa kamu tidak ingat dengan semua yang pernah kita jalani?” Revan tetap tidak mengerti dengan kenyataan yang sebenarnya.
“Kamu harus ingat, Van. Cinta kita tidak akan mungkin bisa bersatu, selamanya akan tetap menjadi masa lalu. Sekarang kamu harus terima kenyataan itu.”
“Kamu tega, Lan. Aku tidak mampu mengeluarkan bayanganmu dari lubuk hatiku yang paling dalam, sedangkan kamu dengan mudahnya melupakan semua yang pernah ada di antara kita.”
“Kamu harus bangkit, Van. Berbahagialah bersama istrimu. Kamu harus tahu bahwa saat ini aku sedang mengandung anak suamiku. Dan itu sudah menjadi bukti nyata bahwa aku tercipta hanya untuknya.”
“Kamu kejam, Lani. Aku membencimu!”
“Mungkin itu lebih baik jika kamu harus membenciku.”
Revan merasa kesal dan kecewa atas apa yang telah Lani sampaikan. Ia segera memasuki mobil lalu meninggalkan sang mantan kekasih. Wanita itu sungguh tidak mengerti dengan jalan pikiran laki-laki yang pernah mengisi hati dan hari-harinya.
Sementara itu, Ratu yang menyaksikan Revan bersama Lani dari kejauhan tidak mengerti kenapa suaminya terlihat emosi setelah bertemu dengan wanita itu. Sekarang Ratu hanya bisa menebak-nebak bahwa perempuan itu merupakan masa lalu yang tidak mampu keluar dari pikiran Revan.
Akan tetapi, Ratu tidak terlalu memikirkan apa yang telah ia lihat. Ratu tetap merasa yakin bahwa dirinya sudah terpilih menjadi pemenang. Kenyataan sekarang, ia yang telah berhasil menjadi istri Revan, bukan orang lain, walaupun sampai sekarang, sang suami belum menganggapnya sebagai pendamping hidup yang diinginkan.
================
🏵️🏵️🏵️ Waktu telah menunjukkan pukul 23.31 WIB, Ratu mondar-mandir di ruang tamu rumahnya. Dia masih setia menunggu kedatangan sang suami yang belum kembali hingga larut malam. Wanita berhati lembut itu sangat bingung karena tidak pernah mengalami hal ini sebelumnya. Biasanya sebelum waktu azan Magrib berkumandang, Revan sudah tiba di rumah. Namun hari ini, laki-laki itu belum juga pulang hingga membuat Ratu khawatir dan juga panik. Dia sudah menghubungi suaminya itu berkali-kali, tetapi tidak ada jawaban. Kegelisahan dan keresahan Ratu akhirnya terjawab, terdengar suara bel yang menandakan ada seseorang di luar rumah. Ratu segera melangkah ke arah pintu bercat cokelat itu. Setelah memastikan siapa yang menekan bel dari balik jendela, dia langsung membukakan pintu tersebut. “Astagfirullah. Kamu kenapa seperti ini, Mas?” Ratu sangat terkejut melihat keadaan suaminya. Ternyata seseorang yang menekan bel di depan pintu rumah Ratu mengaku sebagai salah satu karyawan di kantor Revan
🏵️🏵️🏵️ Kejadian malam itu masih tidak dapat Revan percaya. Minuman memabukkan yang ia tenggak telah membuatnya tidak sadarkan diri hingga melakukan hubungan yang sebelumnya tidak pernah ia inginkan sama sekali. Bagi Revan, semua itu terjadi karena unsur ketidaksengajaan. Revan masih sangat ingat kenapa dirinya harus berada di bar malam itu. Ia tidak terima kalau Lani—sang mantan kekasih, benar-benar telah jatuh dalam pelukan laki-laki lain hingga mengandung. Dirinya merasa tidak memiliki harapan lagi untuk memperjuangkan wanita tersebut. Kini, Revan hanya ingin mencoba untuk melupakan wanita yang dulu selalu mengisi hari-harinya. Cinta mereka tidak dapat bersatu karena takdir tidak mempertemukannya dalam ikatan sakral. Kini, Lani sudah hidup bahagia bersama laki-laki pilihannya. Bayangan Lani kembali memasuki pikiran Revan saat mereka masih berstatus sebagai sepasang kekasih. Hubungan kala itu masih sangat harmonis dan penuh dengan kebahagiaan, juga keromantisan. Dua insan yang
🏵️🏵️🏵️ Hari ini, Ratu tidak dapat mengikuti mata kuliah di kampus, sebab mual yang ia rasakan justru makin membuatnya tidak berdaya. Ratu kembali ke kamar mandi dan berusaha mengeluarkan apa yang akan keluar dari perutnya, tetapi tidak berhasil karena hanya air liur saja. Bi Inah merasa kasihan menyaksikan majikannya. Ia yang sudah berpengalaman mencoba menjelaskan apa yang terjadi terhadap Ratu. Asisten rumah tangga tersebut ingin berbagi pengalaman kepada wanita yang telah mempekerjakan dirinya. “Sepertinya mual Ibu makin sering, ya,” ucap Bi Inah kepada Ratu. “Iya, Bik. Saya capek dan semakin lemas.” “Saya boleh kasih minyak angin di leher Ibu?” “Boleh, deh, Bik.” Ratu beranjak dari kamar mandi lalu mereka menuju ruang TV. “Kalau menurut pengalaman saya, sepertinya ini bukan mual biasa, Bu.” Bi Inah mulai berbicara pada topik yang sesuai dengan pengalamannya, sambil memberikan pijatan di leher sang majikan. “Maksudnya apa, Bik?” tanya Ratu penasaran. “Menurut pengalaman
🏵️🏵️🏵️ Menyadari waktu yang makin sore, Revan mencoba membangunkan Ratu. Ia ingin mengetahui keadaannya. Laki-laki itu tidak pernah melihat pendamping hidupnya tidur saat ia pulangkantor. Revan tersenyum memandang wajah cantik wanita yang dulu paling ia benci. “Ratu ... bangun. Ini udah sore.” Revan menggoyang-goyang pelan tubuh istrinya. Ratu langsung terbangun setelah mendengar suara suaminya. “Maaf, Mas … aku ketiduran. Ternyata kamu udah pulang.” Ia pun duduk. “Kenapa tidurnya di sini?” tanya Revan kepada istrinya. “Tadi rencana mau istirahat sebentar aja, Mas. Ternyata malah kebablasan sampai sore.” “Gimana perasaan kamu hari ini? Masih mual?” Ratu makin terharu dengan perhatian yang Revan tunjukkan. “Masih, Mas. Aku sengaja bawa tidur supaya mualnya hilang.” “Oh. Btw, kamu udah makan?” Ratu makin terpesona melihat suaminya. “Nggak selera, Mas. Nanti aja kalau udah lapar.” “Walaupun hanya sedikit harus tetap makan. Nanti masuk angin dan makin mual.” “Terima kasih ata
🏵️🏵️🏵️ Waktu menunjukkan pukul 04.46 WIB, dan ini waktu yang Ratu tunggu-tunggu. Ia terbangun lebih awal karena tidak sabar untuk mengetahui apa hasil dari mual yang ia rasakan akhir-akhir ini. Ia melihat Revan masih terlelap di sampingnya. Dirinya menggunakan kesempatan itu untuk keluar kamar. Ratu sangat bersyukur karena tubuhnya hari ini lebih kuat dibandingkan kemarin. Ratu melangkah menuju ruang TV untuk mengambil alat tes kehamilan yang sengaja ia simpan dalam laci lemari televisi. Sekilas, ia melihat map berwarna kuning, berisi surat perjanjian yang Revan berikan beberapa bulan lalu. Ratu sedih membaca isi dan syarat dalam surat itu. Di sana juga terdapat tanda tangannya yang menyatakan telah menyetujui perjanjian yang Revan berikan. Ratu kembali tersadar dan mengingat tujuannya untuk menggunakan benda yang kini dalam genggamannya. Ia kembali menyimpan surat perjanjian yang membuat hati dan perasaanya sangat sakit. Ratu berjalan memasuki kamar mandi. Setelah mengunci pin
🏵️🏵️🏵️ “Aku sehat-sehat aja, kok, Mas. Mungkin kemarin-kemarin kecapekan ngerjain tugas kampus.” Ia tetap berusaha memberikan alasan kepada suaminya. “Udah seminggu kamu nggak ngampus. Coba dokter memeriksa keadaan kamu, jadi tahu apa penyebab mual yang kamu rasakan. Apa kamu nggak merasa capek dengan kondisi seperti ini?” Ratu makin bingung dengan pertanyaan Revan. “Aku nggak apa-apa, Mas. Santai aja. Sekarang kamu berangkat aja ke kantor, sarapannya juga udah kelar.” Wanita itu berusaha mengalihkan pembicaraan. “Ya, udah. Aku berangkat, ya. Kalau ada apa-apa, langsung telpon.” Revan meraih tasnya yang telah dipersiapkan di kursi meja makan. Sebelum berangkat, Ratu mencium punggung tangan Revan. Sekarang, laki-laki tersebut tidak merasa keberatan jika sang istri melakukan hal itu. Hatinya makin terbuka untuk menerima keberadaan Ratu sebagai pendamping hidup. Saat melangkah dan akan meninggalkan meja makan, perut Ratu tiba-tiba sakit. Ia tidak mengerti dengan keadaannya semenj
🏵️🏵️🏵️ Bu Bella tidak pernah menyangka kalau putri yang sangat ia sayangi telah mendapatkan perlakuan yang sulit diterima akal. Revan dengan tega mempermainkan hati seorang istri yang sangat mencintainya. Bu Bella sangat terharu melihat pengorbanan anak tersayangnya. Sekarang Ratu harus mengikuti kemauan sang ibu untuk meninggalkan rumah tanpa sepengetahuan suaminya. Bu Bella telah memaksa dirinya agar pergi dari istana cinta yang sangat ia dambakan selama ini. Ratu tidak dapat menolak keputusan Bu Bella sekarang. Sementara itu, Revan sengaja meminta pada ayahnya agar pulang lebih awal dari kantor karena masih memikirkan kondisi Ratu tadi pagi. Ia tidak fokus melakukan pekerjaan, sebab yang ada dalam pikirannya hanya Ratu. Sebelum istirahat makan siang, Revan segera bergegas agar segera tiba di rumah. Setelah Revan sampai di istana cinta miliknya dan Ratu, ia tidak mendapati Ratu di ruang TV. Revan mencoba mencari ke kamar, terapi tetap tidak menemukan wanita yang ia pikirkan it
🏵️🏵️🏵️ Tidak sampai dua puluh menit, Dokter Aliyah akhirnya tiba. Ia merupakan dokter keluarga Bu Bella telah bertahun-tahun lamanya. Wanita cantik itu sudah dianggap seperti keluarga oleh orang tua Ratu. “Apa kabar, Dok?” Bu Bella dan Dokter Aliyah saling merangkul. “Alhamdulillah baik, Bu.” Mereka pun melepas rangkulan. “Ternyata Ratu juga di sini.” Dokter Aliyah menyalami Ratu yang sedang berbaring. “Iya, Dok,” jawab Ratu kemudian melepaskan jabatan tangan. “Karena dia di sini, makanya saya menghubungi Dokter. Dia terlihat lemah, wajah pucat, juga mual. Coba periksa kondisinya, Dok.” Dokter Aliyah segera memeriksa keadaan Ratu. Ia melihat ke arah wanita itu dengan wajah berseri-seri lalu mengembangkan senyum. Bu Bella yang melihat reaksi Dokter Aliyah merasa sangat heran. “Ratu baik-baik aja, kok,” ujar Dokter Aliyah sambil tersenyum, setelah selesai memeriksa keadaan Ratu. “Kenapa Dokter tersenyum?” Bu Bella penasaran. “Ratu, kapan terakhir datang bulan?” tanya Dokter
🏵️🏵️🏵️ “Iya, Mas. Aku hanya sekadar mengenang masa itu. Aku percaya kalau sekarang kamu mencintaiku. Kamu sudah membuktikannya padaku.” Ratu mengembangkan senyuman. Dua insan itu sangat bahagia. Revan dan Ratu akhirnya menjalankan tugas sebagai sepasang suami istri. Tidak ada obrolan lagi selain desahan dan bunyi ranjang tempat mereka memadu kasih. Revan dan Ratu menikmati indahnya bercinta di malam pertama. “Terima kasih, Sayang,” ucap Revan kepada Ratu setelah selesai menjalankan hasrat suami istri tersebut. Laki-laki itu mendaratkan ciuman di kening sang istri. “Itu sudah menjadi kewajibanku, Mas.” “Aku ingin agar Andra secepatnya punya adik. Seorang adik perempuan yang cantik seperti mamanya.” “Iya, Mas. Semoga harapan kita segera terkabul.” Hubungan suami istri yang Revan dan Ratu jalani saat ini, tidak hanya tertulis di atas kertas seperti sebelumnya. Dua insan itu menjalani pernikahan dengan ikhlas dan sepenuh hati. Dasar dari ikatan sakral mereka adalah cinta, bukan k
🏵️🏵️🏵️Setelah beberapa hari berlalu, Revan dan kedua orang tuanya pun berkunjung ke rumah orang tua Ratu. Tujuannya untuk menyampaikan keinginan yang selama ini mereka nantikan, mengajukan lamaran agar Ratu kembali menjadi istri Revan.Pak Wijaya dan Bu Sandra sangat bahagia karena harapan mereka akan segera terwujud. Kedua orang tua itu dari dulu tidak pernah menginginkan perpisahan Ratu dan Revan. Mereka selalu berharap agar hubungan orang yang mereka sayangi tetap langgeng selamanya.“Apa kabar, Man?” tanya Pak Wijaya kepada Pak Arman. Saat ini, kedua keluarga itu sedang duduk di ruang keluarga rumah orang tua Ratu.“Alhamdulillah, kabar baik, Jay.” Pak Arman menepuk-nepuk pundak sahabatnya.Sementara Bu Sandra memilih menikmati bermain dengan cucunya. Wanita paruh baya tersebut tidak sabar ingin melihat Revan dan Ratu kembali bersama dan memberikan cucu yang banyak untuknya. Dulu, ia sangat sedih karena tidak dapat mencegah perpisahan sang anak dengan wanita yang ia cintai.Ak
🏵️🏵️🏵️ “Maksudku bukan seperti itu, Mas. Tapi nggak enak sama tetangga.” “Kalau kamu merasa nggak enak sama tetangga, kita pulang ke rumah, yuk.” Ratu terkejut mendengar ajakan Revan. “Ke rumah mana?” tanya Ratu penasaran. “Ke rumah kita.” Revan memainkan alisnya. “Kamu bisa aja. Keadaannya nggak seperti dulu lagi, Mas. Kita sudah menjalani hidup masing-masing.” “Tapi aku ingin kita kembali seperti dulu. Membina keluarga yang bahagia. Kita belum pernah merasakan hidup bersama di istana cinta kita setelah Andra lahir. Aku sudah lama menantikan saat indah itu.” “Aku ….” “Apa lagi yang kamu tunggu, Sayang? Kita sudah jujur dengan perasaan masing-masing. Kita saling mencintai. Bukankah sudah sewajarnya kita kembali mengikat hubungan kita dalam pernikahan?” “Kasih aku waktu untuk berpikir, Mas.” “Berapa lama lagi kamu menggantung perasaanku, Sayang?” “Beri aku waktu seminggu lagi. Aku pasti akan memberikan jawaban.” “Aku ingin seperti keluarga yang lain. Hidup bersama dengan
🏵️🏵️🏵️ “Hai, Neng.” Bimo langsung menyapa setelah Ratu duduk. “Hai juga.” Ratu berusaha tersenyum. “Maaf, aku mengganggu.” “Nggak, kok.” Ratu terpaksa mengatakan kebohongan di depan Bimo, padahal hati kecilnya mengatakan kalau dirinya tidak suka melihat kedatangan laki-laki itu. “Aku ingin ngomong penting sama kamu.” Ratu melihat keseriusan di wajah Bimo. “Mau ngomong apa?” tanya Ratu penasaran. “Aku udah cerita pada orang tuaku kalau aku mencintaimu. Mereka meminta agar aku secepatnya melamar kamu.” Ratu sangat terkejut mendengar penjelasan Bimo. “Itu nggak mungkin, Bimo. Udah berapa kali aku bilang ke kamu kalau aku menganggap kamu itu tetap sebagai teman, nggak lebih.” Ratu kembali mengatakan penolakan di depan Bimo. “Tapi aku sangat mencintaimu, Neng. Apa yang kurang dariku? Bertahun-tahun lamanya aku memendam rasa dan tetap setia mencintaimu. Setelah kamu berpisah dengan mantan suamimu, aku merasa kalau itu suatu pertanda kalau kamu ditakdirkan untukku.” Ratu makin tid
🏵️🏵️🏵️ Revan berdiri lalu menarik kaus yang Bimo gunakan. Ratu yang menyaksikan hal itu segera meminta mantan suaminya untuk tidak melakukan kekerasan. Ratu sangat tahu seperti apa rasa tidak suka Revan terhadap Bimo sejak dulu. Ayah dari anaknya itu tidak rela melihat keberadaan sahabatnya. Bimo sosok yang sangat Revan benci. Ratu tidak tahu kenapa tebakan mantan suaminya sangat tepat tentang perasaan Bimo yang sudah lama terpendam untuk dirinya. Kebenaran itu terungkap ketika akhirnya teman yang telah lama ia kenal itu mengungkapkan perasaannya. “Aku mencintaimu, Neng,” ungkap Bimo beberapa bulan yang lalu. “Aku minta maaf karena belum dapat membalas perasaanmu.” Ratu kala itu memberikan penolakan. “Aku akan sabar menunggu saat kamu akhirnya akan membalas cintaku.” “Jangan, Bim. Selama ini aku menganggapmu hanya sebagai teman, nggak lebih.” “Aku akan sabar menunggu sampai kamu membuka hati untukku.” Ratu saat ini dihadapkan pada dua laki-laki yang memiliki perasaan cinta u
🏵️🏵️🏵️ Waktu terus berlalu, hari ini Andra genap berusia dua tahun. Ratu dengan semangat mengadakan perayaan bertambahnya usia putra semata wayangnya. Ia tetap menghargai Revan sebagai ayah dari anaknya. Oleh karena itu, laki-laki tersebut turut hadir beserta anggota keluarganya. Kebencian Ratu kepada Revan tidak seperti dulu lagi. Ia mulai membuka diri untuk memberikan maaf terhadap mantan suaminya itu. Ratu sadar, bahwa kebencian yang ada dalam hatinya tidak membawa ketenangan, tetapi justru sakit yang mendalam. Walaupun Revan dan Ratu bukan pasangan suami istri lagi, Revan masih tetap setia hanya mencintai mantan istrinya seorang. Ia selalu berusaha agar Ratu kembali menerima dirinya seperti dulu lagi. Kemajuan itu telah ia rasakan saat ini. “Terima kasih, Sayang, karena kamu bersedia mengundangku dan keluarga.” Revan berbincang berdua bersama Ratu setelah acara selesai. Sebutan 'Sayang' untuk Ratu masih tetap tidak berubah dari Revan. “Kalian juga keluarga Andra. Kamu sebag
🏵️🏵️🏵️ Setelah mendengar apa yang keluar dari mulut Revan, dada Ratu terasa sesak dan tidak ingin percaya dengan pengakuan suaminya itu. Ia merasa seperti orang yang kehilangan arah mengetahui ayah dari anaknya telah menikah lagi tanpa sepengetahuan dirinya. Ratu pun makin memantapkan diri agar segera berpisah dengan Revan. Pengakuan Revan membuatnya seperti berada dalam mimpi buruk yang dengan sengaja memasuki alam bawah sadar. “Apa? Keterlaluan kamu, Van. Mama berusaha memberimu kesempatan kedua, tapi justru ini yang kamu berikan. Ternyata kamu sama sekali tidak ingin memperbaiki hubungan kalian. Mama tidak percaya dengan apa yang kamu pikirkan.” Bu Bella sangat terkejut mendengar pengakuan menantunya. Revan akhirnya menjelaskan kenyataan yang sebenarnya kepada istri dan ibu mertuanya. Ia tidak tega melihat isakan tangis Ratu karena perbuatannya. Dirinya mencoba mendekati wanita itu dan berharap tidak mendapat penolakan. Akan tetapi, Ratu tetap tidak terima dengan tindakan la
🏵️🏵️🏵️ “Dia merawat wanita masa lalunya yang sedang sakit.” “Apa?” Bu Bella terkejut mendengar penjelasan putrinya. “Iya, Mah. Ratu akhirnya meminta cerai dari dia. Ratu udah nggak kuat, Mah. Ratu capek menjalani hubungan seperti ini.” “Kamu yang sabar, ya, Sayang.” Bu Bella mencium kepala anaknya. “Ratu akan tetap kuat dan semangat untuk Andra, Mah. Sekarang harapan Ratu hanya Andra.” “Mama dan papa secepatnya akan membicarakan ini dengan orang tua Revan. Kamu jangan larut dalam kesedihan. Mungkin dia bukan suami terbaik untukmu.” “Iya, Mah. Ratu harus tetap tegar menghadapi semua ini.” “Mama nggak habis pikir, ternyata Revan tega berbuat seperti itu. Dia tidak berusaha memanfaatkan kesempatan kedua yang Mama berikan. Justru perbuatannya semakin sulit diterima akal dan pikiran.” “Dia tidak berniat untuk memperbaiki hubungan kami, Mah.” “Sekarang, pilihan ada di tangan kamu. Ikuti kata hatimu, semoga pilihanmu yang terbaik.” Bu Bella menggenggam jemari putrinya. Ratu tela
🏵️🏵️🏵️ Hari ini, Ratu ingin membuktikan kebenaran dari apa yang telah ia dengar dari sahabat dan suaminya. Ia meminta Bu Bella untuk menjaga Andra. Ia merasa tidak kuat untuk tetap berdiam diri di rumah hingga tidak tahu apa yang dilakukan suaminya. “Ratu titip Andra, ya, Mah.” “Sebenarnya kamu mau ke mana, sih, Sayang?” Bu Bella penasaran. “Ini benar-benar penting banget, Mah “ “Sepenting apa, sih. Cerita, dong, sama Mama.” “Nanti kalau jawabannya sudah Ratu dapatkan, pasti cerita ke Mama. Oh, ya, Ratu pinjam mobil Mama, ya.” “Iya, deh. Mama tunggu cerita kamu.” “Ratu pergi, ya, Mah. Assalamualaikum.” Ratu beranjak meninggalkan ibu dan anaknya. “Waalalikumsalam.” Bu Bella membalas salam sambil memandang kepergian Ratu. Ia heran dengan sikap putrinya yang tidak seperti biasanya. Ratu kembali melihat pemandangan di sepanjang jalan. Semenjak kehamilannya setahun yang lalu, ini pertama kali ia mengendarai kendaraan sendiri. Selama ini, ia lebih banyak menghabiskan waktu di ru