Share

Arini Menampar Rian

Author: Inoeng Loebis
last update Last Updated: 2022-10-08 21:30:54
"Mama!"

"Sehat kamu, Nak!"

"Alhamdulillah. Mama sama siapa ke sini?"

"Tu, sama anak mama paling ganteng sedunia."

Arini terdiam di tempatnya berdiri. Burhan yang pagi ini tidak bekerja, sama-sama seperti orang bego. Diam ambigu. Seolah merasa tidak nyaman dengan kedatangan Ilham dan Meli.

Arini yang masih memakai mukena, membuat Ilham menyipit mata. Ada Alquran kecil di tangannya.

"Ini, eh ... Burhan ngajarin Arini ngaji, ternyata suara Burhan itu merdu. Tiap magrib dia ngaji. Arini pengen diajarin ngaji juga. Udah lama ngak pegang Al-qur'an rasanya gamang."

Tanpa diminta, merasa ingin menjelaskan. Arini bercerita. Meli tersenyum mengelus pucuk kepala Arini. Tentu saja Meli tidak tahu betapa Burhan menikmati tingkah absurd hasil depresi Arini.

Menikmati dalam artian begitu sulit menyelami. Berbagai cara ia coba. Tidak hanya psikolog, Burhan sengaja selalu menghidupkan suara-suara alunan Al-Qur'an setiap Subuh hingga menjelang berangkat kerja.

Ayat-ayat rukiyah. Ternyata hasiln
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Kontrak Cinta Sang Muhallil   Apa Kalian Saling Jatuh Cinta?

    "Apa ini?" Arini membuang kertas ke wajah Rian.Surat penandatanganan pembelian bayi sebesar lima ratus juta."Kau siapa ikut campur urusanku?" teriak Rian menuding Arini. Burhan berlari tergopoh-gopoh, ia panik menelusuri seluruh cctv rumah sakit karena kehilangan Arini yang ternyata sudah sadar.Berlian membersihkan diri di kamar mandi. Setelah itu langsung pamit pulang. Ia tidak tahu ada Rian yang sedang berseteru dengan Arini. Perawat jaga ikut berlarian kawatir. Meli sampai terjatuh di tangga.Di depan lobi rumah sakit dengan begitu lantang, wanita yang baru siuman itu menampar keras wajah Rian. Mantan adik kandung mertuanya.Burhan bingung. Ada apa ini?Baru saja ia melihat sendiri bagaimana Arini menangis terisak, menyebut-nyebut nama Satya. Lalu, mendadak meminta gorengan. Meli datang menggantikan Burhan menjaga Arini.Burhan pergi untuk membeli gorengan. Sekembalinya dia, Arini sudah menghilang.Meli yang heran dan pertama kali melihat adegan Arini kumat, mengalah diam tanpa

    Last Updated : 2022-10-09
  • Kontrak Cinta Sang Muhallil   Benang Biru

    "Bu Meli, sudah pulang?" tanya Burhan celingukan ke arah kamar dan dapur tiada siapa-siapa. Mantan mertua Arini itu dari kemarin berada di rumah mereka. Burhan tidak ambil pusing entah apa maksud dan tujuan Meli seolah memata-matai aktivitas Burhan dan Arini.Meskipun rumah yang Burhan dan hari ini tempati adalah hasil pemberian Ilham tidak seharusnya Meli terlalu jauh ikut campur urusan mereka."Iya, tadi malam pas kamu kerja, mama pulang, rencana mama, mau semingguan di sini. Katanya dua hari lagi, Ilham datang. Makanya, pulang lebih awal. Seingat aku, bukannya Mama Meli bilang enam bulan, ya. Apa aku salah ingat.""Mungkin ada sesuatu yang tertinggal, atau urusan lain. Semua bisa saja terjadi, kan." Memilih memberikan jawaban seadanya meskipun Sebenarnya dia sangat mengetahui Apa tujuan Melly datang ke rumah mereka tapi Burhan tidak ingin membuat Arini memikirkan hal-hal yang membuatnya kembali sakit."Iya, juga sih. Cuma--aneh aja." Arini masih mengerjit dahinya tanda iya belum sep

    Last Updated : 2022-10-12
  • Kontrak Cinta Sang Muhallil   Kurang Menarik Jadi Selingkuhan

    Lian dan Asti saling pandang, menatap dari tempat duduk mereka, ekspresi Burhan yang senyum-senyum menghadap kaca. Memang seperti abege jatuh cinta."Ya, Aku sebenarnya udah lama mengenal Nina. Waktu masih bekerja dengan Pram. Sebelum Ilham memasukkan berkas ke bagian keamanan Pabrik Plastik. Aku terpilih menjadi kepala bagian keamanan di sana. memudahkan kami melakukan banyak hal mengetahui info perusahaan tersebut, termasuk ketika mereka menjual saham secara diam-diam tanpa diketahui pemilik modal. Aku yakin Arini mengetahui ini semua." Burhan berubah mimik suara, jika bersangkutan dengan Arini ia selalu bersemangat. Ini masalah kesumat yang bakal membawa mereka kaya."Aman terkendali, Nina sangat lihai, Yah. Ikut membantu kita." Asti menjelaskan. Selama mengenal mantan sekretaris Pram itu, Asti merasa orang yang cocok dipercaya. Tapi, Jansen sedari dulu bukan orang yang mudah memberi kepercayaan. Ilham menjadi Presdir bukan tidak jelas alasannya. Untuk itu waspada lebih baik."Ad

    Last Updated : 2022-10-16
  • Kontrak Cinta Sang Muhallil   KEHILANGAN

    {Arini, mama di rumah, kamu di mana?.}{Arini di rumah sakit, Ma}{Siapa, yang sakit?}{Ibunya Burhan}{Kalau gitu mama ke sana.}{Gak usah, Ma. Arini udah mau pulang}{Lah, Kan. Bisa sekalian, mama otewe ke sana. Rumah sakit mana? Mama jemput pokoknya}Mama! Arini mencebik kesal, dengan berat hati mengirimkan lokasi rumah sakit tempat Dena dirawat. Meli menunjukkan terang-terangan jarak dan benci pada keluarga Burhan.Perbedaan kasta--kah sebabnya?Bukankah Meli merasakan hal yang sama ketika Jansen tidak menerimanya sebagai menantu hanya karena kasta sosial.Lalu, mengapa terkesan sombong kepada keluarga Burhan?Arini sadar, Meli terlalu menyayanginya. Kata sayang itu dulu sangat membuatnya merasa dihargai tanpa sarat.Tidak memiliki ibu, rasanya dunia Arini runtuh seketika, menemukan Meli sedari pacaran dengan Ilham hingga dinyatakan lulus menjadi seorang sarjana tanpa imbalan. Telah melupakan rasa saki

    Last Updated : 2022-10-16
  • Kontrak Cinta Sang Muhallil   Sumbangan Siapa?

    Arini berkali-kali menatap lamat dari kejauhan lelahnya mata Burhan. Kasihan. Ternyata jiwa childish bisa menghinggapi siapa saja. Apalagi menyangkut kehilangan seorang ibu. Untuk pertama kali, Arini tidak menyukai Meli. Mendengar kata tandatangan membuat lidah Arini menahan mengeluarkan kalimat hujatan, apalagi pertanyaan. Kesepakatan apa antara Dena dan Meli. Apakah mengenai Arini? Menangis di depan jenazah Dena. Beribu puzzle berada di kepala Arini. Ia bingung dengan semua. Banyak pertanyaan yang ingin ia tanyakan pada Dena. Tapi, yang tertinggal hanya seonggok badan tanpa nyawa. Diabetes Melitus telah merongrong tanpa memberi celah untuk sehat. Sejatinya takdir ajal, hak veto Tuhan. "Jangan berpisah dari Burhan." Nasehat serupa perintah yang menjadi satu alasan betapa Arini bangga merasa dihargai. Selama ini ia memang dimanja oleh Meli, namun, Arini sangat merasa memiliki keluarga di tengah Berlian, Intan dan Menik yang lucu/ "Ibu ti

    Last Updated : 2022-10-16
  • Kontrak Cinta Sang Muhallil   Cari Pengkhianat di Keluarga Ini?

    "Arini aku ingin bicara?" Mira menghampiri Arini yang baru saja tiba berdua dengan Burhan ke kediaman mereka."Bicaralah! Di sini saja." Arini menahan kakinya di teras rumah. Burhan menatap Arini meminta pendapat tanpa mengeluarkan suara. Arini paham, ia menganggukkan kepala pertanda menyuruh Burhan masuk saja."Apa kau mengharamkan aku masuk ke rumahmu?" tanya Mira hati-hati karena penasaran. Mengapa Arini menyuruhnya di teras. Mira sangat tahu Arini bukan wanita pendendam."Kau bukan najis, bukan pula salah satu binatang yang harus diharamkan. Untuk apa aku melarang," jawab Arini lugas dan pedas. Mira justru tersenyum menanggapi."Arini, aku ke sini ingin meminta maaf padamu. Demi Allah. Aku janji, setelah melahirkan tidak akan pernah menemui Ilham lagi. Aku akan pulang ke kampung halaman. Percayalah! Ilham sebenarnya lelaki yang baik. Akulah yang jahat." Mira menyeka sudut matanya, tampak lingkaran hitam, sedikit bengkak pada kelopak bawah, kode bahwa ia kerap begadang, atau menan

    Last Updated : 2022-10-21
  • Kontrak Cinta Sang Muhallil   Dobrak Saja Pintunya!

    "Lari pagi? sendiri?" Lelaki itu menyodorkan botol minuman cantik berwarna pink."Berdua," jawab perempuan yang tengah mengelap bulir keringat yang jatuh dari dahinya.Semenjak Morela menyarankan olahraga, ia sering berolahraga pagi walau hanya sekadar berjalan tanpa tujuan, menatap rumput yang menghijau. Di sebelah Utara perumahan mereka ada lapangan golf. Hamparan hijau itu mampu mengubah rasa sakit yang setiap detik ia olah untuk dinikmati. Berangsur lukanya memupus.Juga berangsur dalam dirinya lahir penerimaan yang positif. Hatinya mulai menerima takdir. Pedih dikhianati, mulai terobati. Perih yang merongrong--pudar sedikit demi sedikit, hingga hampir kandas, rasanya tak lagi sakit. Sebab terbiasa disakiti, menjadikan seseorang tak akan berharap dari orang yang menyakiti. Luka itu sudah mulai mengering. Entah sebab apa. Apakah perban pembebatnya memakai anti biotik kelas atas. Atau, cintanya pada sang pencipta mulai kembali berbunga-bunga. Arini kini mulai berhijab. Meski tidak

    Last Updated : 2022-11-02
  • Kontrak Cinta Sang Muhallil   Aku Kasihan!

    "Arini ... Arini ... ini Paman!" Lian menggedor pintu, menekan bel berulang-ulang. Tidak ada suara apapun. Lian berencana mendobrak pintu.Satu ... dua ... tiga. "Ayok serentak, Umar. Kita hitung sampai tiga, belum ada jawaban dari dalam!" perintah Lian Tiga, dua, satu. Brak Pintu depan terbuka akibat tendangan Lian dan Umar. Sepi. Lian tergesa masuk ke dalam, di susul kecemasan wajah Asti, Umar yang jantungnya sudah tak karuan. Kikik ... kikik. Kakakak. Suara orang tertawa terpingkal-pingkal. Saling bersusulan. Lian, Umar dan Asti. Kini, kaki mereka bagai diberi perekat. Di areal halaman belakang, duduk lesehan di tanah. Burhan dan Arini sedang tertawa bersama. Tawa yang menghilangkan kesadaran suara-suara sekitarnya. Arini siap-siap mengoles lipstik ke wajah Burhan. Sedangkan Burhan mengelak sambil menutupi wajahnya. Keduanya bercengkrama bahagia. "Kau curang, Burhan. Waktu aku kalah, rela ni wajah penuh lipstik. Sekarang giliranmu kalah. Gak aci gitu ... ih .... "

    Last Updated : 2022-11-02

Latest chapter

  • Kontrak Cinta Sang Muhallil   Ilham Terbelalak

    Binar seribu bintang berloncatan dari mata Arini. "Terimakasih."Kata tak perlu terucap apapun. Karena sikap lebih terlihat dari sekadar kata.Bahagia lebih dari sejuta kali bahagia. Terkadang hanya menunggu jalan takdir. Bahagia di ujung segera menanti.*“Kakek masuk rumah sakit, segera ke sana!” Suara Ronald terburu menelpon putra semata wayangnya--Ilham. "Siapa yang sakit?" tanya Mira melihat suaminya terburu-buru. "Kakek," jawab Ilham singkat. "Kamu sarapan dulu. Kalau aku ngak salah Bu Meli sudah sedari subuh ke rumah Kakek.""Kenapa ngak bilang?""Kamu ngak nanya," ucap Mira sambil merapikan meja makan. Wangi soto kesukaan Ilham menguar menggugah selera. "Kamu pintar masak? Sotonya wangi, tapi aku harus cepat. Dari nada suara papi sepertinya kesehatan Kakek tidak bisa dianggap enteng.""Hanya memasak yang bisa membuatmu tetap memperlakukan aku selayaknya istri. Hati dan pikiranmu sudah dipenuhi nama Arini." Ilham terdiam mendengar kata-kata Mira."Kita akan nikah resmi. Ak

  • Kontrak Cinta Sang Muhallil   Cincin Cantik

    Terimakasih Burhan. Aku bahagia," ucapnya terisak-isak. Meski menangis. Binar bintang berloncatan dari mata indah milik Arini."Kita akan menikah secara sah setelah bayi ini lahir. Kita besarkan bersama-sama dengan Satya."Cinta itu tidak bersyarat apapun. Takdir akan berpihak pada kuasa sang pemiliknya. Manusia hanya bisa menjalani tanpa bisa mencegah apalagi mengubah skenario takdir itu.*"Aku tidak akan menceraikanmu Arini! Kau dengar. Kita tidak akan bercerai. Anak itu anak yang kutunggu-tunggu. Artinya kau bahagia saat kita bulan madu kembali waktu itu. Berhasil bukan? Aku mohon! Kita akan belajar bersama memperbaiki segalanya."Suara Ilham di depan ranjang pasien saat Arini diperbolehkan pulang, masih meracau. Burhan membiarkan saja. Tak ada gunanya melarang. Ia percaya pada Arini.Pengadilan sudah menerima segala berkas Arini. Talak tiga bukan decapan lidah saat merasakan perisa makanan. Ikatan sakral bukan mainan. Jangan pernah bermain pada kata talak. Satu-satunya kalimat

  • Kontrak Cinta Sang Muhallil   Binar Bahagia

    "Cek USG hari ini.""Siap, Dok!" Para perawat lalu lalang mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan.Arini dibawa ke tempat tidur khusus. Setelah cairan berupa gel dioles oleh salah satu perawat di sekitar rahimnya. Terlihat jelas di layar ada yang berbeda di rahim itu.Jiya ditahan Burhan dalam ruang dokter Wiguna.Dokter menerima hasil USG, setelah mencatat semua hasil test. Ia kembali ke ruangannya, Arini dibawa ke kamar inap lagi."Pak Burhan.""Ya, Pak. bagaimana hasilnya?""Anda sepertinya sangat menyayangi istri anda. Sampai tidak sabaran menunggu hasil."Kikuk Burhan tertawa pelan. Memasang senyum tipis. Sedangkan Jiya menahan jantungnya untuk tidak emosi."Saya akan jelaskan sedikit tentang kehamilan pada anda sebelum kita masuk menyimpulkan keadaan istri anda. Ini tujuannya agar anda paham situasi dan kondisi wanita hamil itu bermacam-macam.""Terimakasih, Pak. Saya siap mendengar."Dokter itu tersenyum lalu mengambil hasil uSG."Sebenarnya normal kondisi seorang ibu hami

  • Kontrak Cinta Sang Muhallil   DNA yang Tak disangka

    "Ya Dokter, Bagaimana hasilnya?" Burhan tidak sabar saat dokter jaga masuk ke ruang inap Arini. "Positif. Selamat Pak Burhan istri anda hamil."Glek Burhan maupun Arini sama-sama terdiam pilu."Bulan lalu saya menstruasi, Dok?" Arini menyangkal. Apa hasil testpack itu salah."Menstruasi?" Kening dokter mengerjit. Menatap perawat yang ikut bersamanya. "Cek urine bHCG segera!" Perintah penuh pada perawat."Dok, apa tidak sebaiknya menunggu besok pagi. Urine pagi hari setelah pasien bangun tidur tingkat keakuratannya lebih sempurna."Dokter serba salah. Ia segan pada Burhan karena telah lama menunggu. Apamyanh dikatakan perawat ada benarnya. Pagi hari setelah bangun dari tidur. Kadar hormon bHCG akan terkumpul sempurna."Urine baru, hari ini juga!" Perintah sang dokter.Akhirnya perawat mengangguk. Keluar sebentar lalu memberikan onemed urine pada Burhan."Silakan ditampung kembali urine pasien, Pak. Kita akan melakukan test urine ulang."Burhan menerima wadah kecil yang diberikan pe

  • Kontrak Cinta Sang Muhallil   Arini Hamil

    Menyambar tas, masih dengan terburu memasang sepatu, dan wanita itu sibuk mengikutinya dari belakang, berbalik ke dalam rumah dengan sepatu yang sudah terpasang, ternyata kunci mobil tertinggal di meja makan, perempuan bertubuh semampai itu turut ikut maju mundur dengan kesibukan dadakan.Semua karena sesosok wanita sempurna yang baru saja datang membuyarkan segala angan. Entah mengapa hati Mira sedikit bahagia. Tapi, lelaki di depannya kehilangan fokus pikiran sebab, kedatangan wanita sempurna yang telah memberi map tebal.Salahkah Mira bahagia?Apa aku sejahat itu, bahagia di atas penderitaan wanita lain, ah, tidak. Terlihat Arini lebih dari kata bahagia bersama BurhanSeolah dikejar deadline entah karena apa, Mira tak bertanya. Ilham tergesa membuka pintu mobil, masuk ke dalam, menyalakan mobil. Berpaling menatap wanita yang mendadak raut wajahnya ikut cemas.Wanita itu berusaha menahan sesuatu agar tidak terjatuh di hadapan. Pun menahan tanya ada apa dengan kepergian mendadak sua

  • Kontrak Cinta Sang Muhallil   Perjanjian Selesai

    "Itu urusan asisten saya, sudah saya katakan--tenang saja. Hasilnya 99% akurat dan valid.""Oke. Saya ke sana sekarang." "Apa ini, Nak?" Meli melihat Map yang di bawa Arini."Maafin Arini, Ma. Arini tidak bisa mengabulkan permintaan mama."Meli mengambil map yang lumayan tebal itu.Sertifikat rumah atas nama Burhan, Villa pemberian Ilham atas nama Arini. Beserta kunci-kuncinya.Dan ...Surat cerai resmi dari pengadilan agama."Arini!" Suara Ilham bergetar menahan jantungnya yang detaknya kini bermasalah. "Arini sudah siapkan notaris untuk membalikkan nama atas nama mama atau nama Ilham."Arini sama sekali tidak menggubris Ilham yang menatapnya begitu intens. Gejolak amarah, emosi bercampur rasa harga diri yang terinjak-injak. "Arini, kamu?" Air mata Meli merebak. Tidak menyangka sama sekali gadis yang selama ini ia puja, sedari remaja ia curahkan kasih sayang, dengan begitu berani menolak dan merenggangkan tali kekeluargaan."Jika suatu hari Arini memilih pergi, mau kah mama mengan

  • Kontrak Cinta Sang Muhallil   Hasil Test DNA

    "Issh genit. Mesum. Dasar lelaki!" umpat Arini berkali-kali.Burhan tertawa terbahak-bahak melihat bibir Arini yang mengerucut merajuk, akibat selalu diganggu Burhan. "Kemarin sok sokan godain, sekarang malah takut, bilangin suami sendiri mesum.""Kemarin otakku belum dirukiyah, he." Arini tertawa ngakak, pinggangnya masih digelitiki Burhan."Masih mual?" Burhan menghentikan tangannya. Arini berpaling menatap wajah Burhan. Mengangguk kecil."Sedikit, kadang tengkuk terasa berat."Burhan menghela napasnya berat. "Bolehkah aku bertanya sesuatu?"Arini mengerjit. Mengapa tiba-tiba Burhan berubah serius. Menyandarkan kepalanya di bahu Burhan memberi kode ia tidak keberatan."Kau tidak keberatan tinggal di gubuk begini?"Arini tersenyum tipis mendengar pertanyaan Burhan. "Kirain mau nanya apa-an, rumah ini bisa kita pugar lebih besar.""Ya, kau tidak keberatan dengan adik-adikku.""Aku hidup sendirian, mana mungkin keberatan, aku tau rasanya begitu sakit hidup sendiri, makanya aku mener

  • Kontrak Cinta Sang Muhallil   Dia istriku, kau mau apa?

    "Kakak udah sholat?" Berlian menghampiri ranjang Arini, Satya terlelap di sampingnya."Ya, solat duduk aja, Ber, mana Burhan?" Arini menyapu sekitar. Ia mendapat Burhan yang sedang khusuk sholat. Senyumnya mengembang. Sudah berapa lama ia lalai terhadap ibadah pada Tuhan.Burhan dan Berlian orang yang selalu membantunya mengingat maha kuasa. Akhir-akhir ini hatinya tenang, setelah beberapa hari terakhir tidak meninggalkan ibadah wajib itu. Ia salut, Menik yang kakinya tidak sempurna saja bisa rutin menunaikan ibadah, masa ia yang sempurna lupa siapa pemilik kesempurnaan itu.Setelah selesai ibadah menghadap Tuhan Burhan menghampiri ranjang Arini. Memasang senyum tipis-nya. Mengedikkan bahu."Apa kau terlalu merindukan suamimu ini sampai bangun tidur dan mau tidur lagi kau harus menyebut namaku," ucap Burhan menggoda Arini, menaik turunkan satu alisnya."Astaghfirullah, apa tadi sholatmu tidak khusuk sampai-sampai mendengar suara tanyaku?""Hei, sholat khusuk itu bukan tentang mendeng

  • Kontrak Cinta Sang Muhallil   Otewe Tes DNA

    Perihal wanita yang bersama Ilham. Meskipun tidak dicintai, Mira Aruna, nekad ke rumah sakit untuk menjenguk Arini.Selain ia sendiri harus cek kontrol, sekalian berkunjung rasanya tidak masalah,tapi, Mira terngiang kalimat pertemuannya dengan Rian di depan rumah sendiri. Saat kaki Mira baru saja melangkah. Rian berdiri dengan arogan di depan pagar rumah Ilham."Hei, Gundik! Bagaimana nikmatnya hidupmu masuk ke keluargaku," ucapan tajam itu tidak lagi mengiris hati Mira. Ia sudah kebal."Kau mau apa Rian?""Kau tau bocah kecil di rumah sakit yang kini menjadi kelemahan Arini, aku yakin itu bayi kita, sayang. Bagaimana? Apa kau ingin bersua sebagai ibu yang tidak bertanggungjawab?""Apa?" Mata Mira terbelalak kaget. Benarkah yang diucapkan Rian. Anak yang selama ini diasuh oleh Arini adalah anak mereka.Artinya kurun waktu dia menjadi budak Rian ternyata anak itu tidak ada pada Rian, ia hanya sapi peras, kambing congek yang mau diperalat oleh Rian. Andai Mira tau di mana bayinya, tent

DMCA.com Protection Status