Share

5. Benar-benar Mengecewakan

Penulis: Sunny Afena
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-13 09:52:00

“Bagaimana penampilanku?” Kimi mengarahkan layar ponsel dari atas ke bawah, supaya Icha bisa memperhatikan detail penampilannya kali ini.

Dia sedang berada di salon kecantikan dan baru saja selesai dirias. Karena mendadak merasa gugup, maka ia melakukan panggilan video kepada sahabatnya. Dia tahu di jam-jam petang, toko furnitur pasti sedang santai dan tidak akan mengganggu jika ia menyita waktu Icha barang 5 menit.

“Aku tidak pernah melihatmu secantik ini, Kim,” puji Icha dengan tulus. “Kau terlihat sangat berbeda. Kau bahkan mengganti warna rambutmu. Lagi!”

Kimi mengusap rambutnya yang sekarang berwarna seperti karamel dan disanggul dengan anggun. Dia harus izin cuti dari toko hari ini, supaya bisa datang ke salon lebih awal dan mendapatkan perawatan total untuk merombak penampilannya.

Dia harus merelakan rambut merahnya dan menyerahkan pilihan kepada hairstylist untuk menentukan warna apa yang serasi untuk dirinya, sekaligus cocok untuk menghadiri sebuah pesta dari kalangan para eksekutif muda.

Satu hari sebelumnya, ia juga sudah menjelajahi seluruh butik kenamaan di penjuru kota dengan berbekal kartu kredit yang diberikan oleh Rob atas perintah Hans supaya ia bisa membeli apapun kebutuhannya.

Dia mendapatkan gaun cantik berwarna hijau zamrud dengan harga yang normalnya hanya akan bisa ia beli dengan mengumpulkan gajinya selama 4 bulan, yang petang ini sudah melekat di tubuhnya dengan sempurna.

Meski begitu, Kimi merasa perlu untuk meyakinkan diri bahwa penampilannya memang sudah sesuai, atau dalam hal ini masuk ke dalam kriteria penampilan terbaik versi Hans. Kimi menyesal tidak menanyakan secara spesifik kepada pria tersebut tentang bagaimana pastinya penampilan terbaik menurut penilaiannya.

“Tapi aku kurang suka dengan warna ini,” gerutu Kimi suram, tapi detik kemudian langsung menyesali ucapannya setelah menerima pandangan mencela dari penata rambut yang sudah menyulapnya menjadi Cinderella.

“Kau terlihat sempurna, Kim! Percayalah! Para pria di sana pasti akan terkesima melihatmu.” Cengiran Kimi menunjukkan bahwa menurutnya pujian Icha terlalu berlebihan. “Ahh, andai saja aku bisa ikut denganmu. Aku penasaran seperti apa pesta bos-bos itu. Jam berapa acaranya?”

Raut wajah Kimi seketika tampak murung. “Terus terang, aku pun sebenarnya ingin kau ikut. Tapi Rob bilang pesta itu hanya bisa dihadiri oleh si Pengusaha dan pasangannya saja. Bayangkan aku nanti  akan tampak seperti orang bodoh di sana tanpa satu orang pun yang kukenal.”

Icha terkekeh. “Kalau situasinya benar-benar membuatmu canggung, kau bisa keluar dan meneleponku nanti. Aku akan menjadi teman ngobrolmu.”

“Terima kasih, Bestie,” senyum Kimi. “Ohh, kurasa aku harus pergi sekarang, Icha. Seseorang baru saja masuk dan menyebut namaku pada karyawan di depan sana.” Setelah mendengar ucapan ‘semoga berhasil’ dari sahabatnya, Kimi mengakhiri panggilan dan bergegas menghampiri orang yang berpakaian serba hitam.

“Kau mencariku?” tanya Kimi pada pria yang kelihatannya lebih tua dari Hans, tapi lebih muda dari Rob.

“Nona Kimi? Namaku Jeff. Mulai sekarang aku akan menjadi asisten pribadi Anda. Dan hari ini aku diperintahkan Tuan Hans untuk menjemput dan mengantar Anda ke Mountain View Hotel. Apakah Anda sudah siap?”

Kimi menganggukkan kepalanya dengan kaku. Dia menyadari bahwa mulai detik ini ia akan menjalani kehidupan yang jauh berbeda dari biasanya. Well, dia tak pernah tahu rasanya punya asisten pribadi sebelumnya.

“Apakah dia sudah ada di sana?” tanya Kimi begitu mereka sudah berada di dalam sebuah BMW seri terbaru, yang segera saja meluncur di jalan raya dengan kecepatan sedang.

“Tuan Hans maksud Nona? Dia juga sedang dalam perjalanan dari lokasi meeting dan mungkin akan lebih dulu sampai di Mountain View. Tuan Hans akan menunggu Anda di lounge. Setelah itu, Anda berdua bisa bersama-sama masuk ke conference hall.”

Kimi seperti anak sekolah yang mencurahkan seluruh konsentrasinya untuk menyimak setiap perkataan yang keluar dari mulut Jeff. “Sampai jam berapa acara itu berlangsung?”

Jeff melirik sekilas ke arah spion yang ada di atas kepalanya. “Tuan Hans akan menghadiri acara itu hanya sampai pukul delapan ….” Kimi mengembuskan napas lega karena berpikir dia takkan lama berada di tempat asing yang menyeramkan, sebelum kemudian Jeff melanjutkan, “— tapi setelah itu, Tuan Hans akan membawa Anda ke acara keluarga di vila mereka.”

Mata Kimi langsung melebar dengan bola mata yang hampir melompat dari rongganya, demi mendengar agenda yang sama sekali di luar perkiraannya. “Acara keluarga? Ta-tapi … Hans tidak memberitahuku tentang—”

“Yah, Anda sudah tahu sekarang,” kata Jeff sambil menahan senyum.

Kimi mengutuk CEO Wira Property itu dalam hati. Dia sama sekali belum mempersiapkan diri untuk bertemu keluarga Hans. Jadi, bagaimana ia diharapkan akan bisa berakting secara maksimal nanti?

Sepanjang perjalanan menuju Mountain View, perut Kimi terasa mulas karena beban pikiran lebih dari yang dibayangkannya. Dia tak bisa menikmati pemandangan indah dari lampion-lampion yang menghiasi keseluruhan eksterior Mountain View, yang sengaja dipasang untuk menyambut para eksekutif terbaik kota ini.

Kimi bahkan tak sadar ketika Jeff sudah memarkir kendaraan dan turun lebih dulu untuk membukakan pintu mobil baginya. “Nona Kimi? Kita sudah sampai,” tegur Jeff yang sontak menarik kembali kesadarannya ke dunia nyata.

“Ohh-ehh, baiklah.” Kimi buru-buru mengangkat bagian bawah gaunnya dan turun dari mobil. Di luar, ia mencoba untuk menghirup udara segar sebanyak-banyaknya supaya bisa mengusir kegelisahan yang sejak tadi melanda.

“Silakan,” celetukan Jeff membuat Kimi kembal fokus dan mulai mengekori langkah pria itu menuju lobi. Mereka banyak berpapasan dengan pasangan yang mengenakan setelan dan gaun yang cukup memukau bagi Kimi.

Dan satu sosok yang membuatnya benar-benar terpana adalah seorang wanita yang mengenakan gaun panjang berwarna peach, dengan gemerlap mutiara yang menghiasi bagian dada. Kilauan mutiara itu seolah semakin menambah kecantikan wanita tersebut.

Kimi secara spontan menyentuh rambutnya sendiri, karena mereka memiliki warna serta tatanan rambut yang serupa. Sebenarnya dia ingin sekali bertanya pada Jeff barangkali pria itu kenal dengan wanita berbaju peach tersebut, atau setidaknya tahu namanya.

Akan tetapi, belum sempat ia melaksanakan niatnya, Jeff lebih dulu bicara, “Tuan Hans ada di sana.”

Kimi mengikuti arah pandang asistennya dan mendapati sosok pria otoriter yang dikenalnya sedang duduk bersilang kaki di salah satu sofa yang ada di lounge. Secara spontan, dia memperbaiki postur tubuh saat berjalan mendekatinya.

Kimi melirik bayangannya yang terpantul dari pintu lift dan berusaha keras mengumpulkan keyakinan bahwa ia terlihat pantas berada di sana, sebelum akhirnya keyakinan itu dipatahkan oleh Hans begitu saja dengan kata-kata dinginnya.

“Yang seperti ini kau anggap penampilan terbaikmu? Benar-benar mengecewakan!” desis Hans, kala melihat Kimi berdiri di hadapannya.

***

Bab terkait

  • Kontrak 365 Hari dengan CEO Arogan   6. Tujuan Hans

    Kimi menatap wajah Hans dengan rasa tak percaya. ‘Laki-laki ini … pasti ada yang salah dengan isi kepalanya,’ bisiknya dalam hati. Dia tentu saja merasa tersinggung dengan perkataan Hans. Kimi memang merasa gugup sebelumnya karena berada di situasi yang asing baginya. Namun, dia tak berpikir jika penampilannya seburuk itu hingga bisa disebut mengecewakan.“Kau tahu berapa yang kuhabiskan untuk terlihat seperti ini?”Hans tertawa pendek. “Ooh, itu bahkan lebih mengecewakan lagi! Mengingat akulah yang harus membayar tagihannya nanti,” tukasnya tanpa perasaan.Mendengar itu, emosi Kimi jadi ikut tersulut. “Astaga! Aku tak tahu lagi bagaimana penampilan terbaik menurut versimu, Mr. Perfect!” balas wanita tersebut, dengan masih bertahan di tempatnya berdiri. Ia tak beranjak sedikit pun, bahkan ketika Hans berdiri dari tempat duduk dan maju selangkah ke arahnya.“Kau datang ke sini sebagai pasanganku. Jadi, perhatikan kata-katamu!” desis pria berbadan jangkung dan berbahu lebar itu.Kimi me

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-14
  • Kontrak 365 Hari dengan CEO Arogan   7. Jangan Asal Bicara!

    Kimi secara diam-diam mencuri pandang ke arah kanan, di mana sosok Hans sedang duduk di sampingnya. Sementara mobil yang dikemudikan oleh Rob terus melaju melewati lampu-lampu jalan raya yang masih dipadati oleh lalu lintas malam. Sejak keluar dari Mountain View Hotel 15 menit yang lalu, Hans sama sekali belum bicara. Bahkan ketika Kimi tersandung pintu lift dan hampir membuat pria tersebut ikut jatuh, kebungkamannya masih tetap bertahan. Dan Kimi semakin yakin bahwa asumsinya benar belaka. Dia tak punya keraguan sedikit pun, tentang hati Hans saat ini. Acara pesta para eksekutif beberapa saat lalu, sudah cukup memberikan bukti. Kimi masih ingat, setelah Jessy menyebut nama Desi, Hans -dengan mengemukakan alasan hendak menemui koleganya yang lain- segera menarik Kimi ke sudut lain yang lebih sepi. Menghindari kerumunan dan mulai mengunci mulutnya. Kimi melalui 40 menit di sana dengan menjadi manekin. Para pria banyak meliriknya, tapi Hans memasang mimik sangar sehingga tak seorang

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-16
  • Kontrak 365 Hari dengan CEO Arogan   8. Sepadan (?)

    Kimi merinding di bawah tatapan wanita yang lebih jangkung darinya. Dia seakan-akan dibuat membeku oleh kata-kata dingin yang baru saja meluncur dari mulutnya. Sehingga saat Hans meraih pinggang kecilnya, Kimi oleng begitu saja ke pelukan pria tersebut.“Tidak. Aku tidak memilihnya secara acak, Ibu. Aku sudah mengenalnya beberapa waktu dan berpikir kalau dia sangat cocok menjadi pendamping hidupku.”Ibu Hans memicingkan matanya hingga membentuk garis sabit. “Kau pikir pernikahan itu seperti acara sulap? Yang bisa kau mainkan sesuka hatimu? Kami bahkan belum mengenalnya.”Tanpa rasa gentar sedikit pun, bahkan cenderung terlihat santai, Hans membalas, “Yah, Ibu, itulah kenapa aku membawanya ke acara kita malam ini. Supaya kalian semua bisa mengenalnya.”Ibu Hans membuka mulut hendak menimpali ucapan anaknya, ketika seorang wanita lain yang tampak jauh lebih sepuh ikut angkat bicara, “Ira, Ira … sudahlah, mereka baru saja datang. Jangan mendebatnya seperti itu!”“Tapi, Ibu—”Decakan kasa

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-18
  • Kontrak 365 Hari dengan CEO Arogan   9. Masih Membutuhkanmu

    Kimi tersenyum geli, kala melihat sahabatnya terkesima dengan kafe miliknya. Icha mendesah kagum setiap kali melihat perabot atau peralatan kafe yang semuanya tampak unik dan estetik.“Aku yakin di kehidupan sebelumnya kau adalah putri raja yang dikorbankan, Kim. Itulah kenapa di kehidupan sekarang kau begitu beruntung.”Kimi tertawa pendek, lalu menimpali, “Kau lupa 18 tahun yang kulalui dalam kesengsaraan di rumah bibiku?”Icha mencubit lengan Kimi dengan lembut, kemudian memeluknya. “Ohh, ayolah, aku tidak bermaksud begitu, Kim. Aku hanya mengungkapkan betapa kehidupanmu sekarang tampak begitu … sempurna. Keluarga bibimu tentu saja masih sialan di mataku.”Ketika mereka saling melepaskan pelukan, Kimi tersenyum kecil. “Bagaimana kabar di toko?”Icha menjatuhkan diri di salah satu kursi yang ada di depan meja bar, begitu juga dengan Kimi. “Manajer terus mengeluh. Katanya tidak ada karyawan yang cekatan sepertimu. Kau seharusnya tahu bagaimana aku dan si Keriting Layla mencoba menghi

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-19
  • Kontrak 365 Hari dengan CEO Arogan   10. Terpangkas

    Kimi seolah tak berani menggerakkan otot lehernya, bahkan ketika tangan yang berotot itu semakin kuat mengunci pinggangnya. Belum lagi kulit lututnya yang menggesek paha Hans yang berbalut celana gelap. Wajah pria itu begitu dekat dengan dadanya. Kimi bahkan bisa merasakan embusan napasnya menerpa lengan. Dia hanya bisa duduk di sana, dalam pangkuan Hans, dengan tatapan yang hanya bisa ia tujukan kepada Desi. Bukan karena ia ingin begitu, tapi karena ia memang tak sanggup memandang wajah di dekatnya, terutama dengan jantung yang mendadak berdegup kencang. “Begitu tidak bekerja di sini, kau melupakan etikamu, Desi?” Suara dingin Hans semakin meningkatkan keinginan Kimi untuk bergidik. Namun, ia berhasil menahannya. Apalagi saat dilihatnya sosok Desi tetap melenggang ke arah sofa dan duduk di sana. “Maaf, Hans. Ini hampir jam makan siang. Jadi, kupikir kau sedang senggang seperti biasanya dan—” “Seperti biasanya,” ulang Hans yang diakhiri dengan tawa pendek. “Well, mulai sekarang kau

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-20
  • Kontrak 365 Hari dengan CEO Arogan   11. Membelanya

    Kimi bisa bernapas lega kali ini, karena Hans tidak melontarkan kritik pedas terhadap dirinya. Itu semua berkat Rob yang memberinya saran dan membantunya memilihkan pakaian serta detail lain yang sebelumnya terlewatkan.Sekarang setelah ia tahu apa yang membuat Hans waktu itu mengkritik penampilannya, ia merasa lelaki tersebut benar-benar sentimental. Bagaimana tidak? Saat menemuinya diam-diam kemarin, Rob berkata, “Nona, jadilah dirimu sendiri! Tuan Hans memilihmu karena dia sudah melihat karaktermu. Jadi, jangan mengubahnya! Apalagi berpenampilan seperti di acara tahunan di Mountain View tempo hari. Anda hanya akan mengingatkannya pada sakit hati yang dirasakannya, karena penampilan Anda saat itu mirip dengan seseorang.”Kimi jadi tersenyum-senyum sendiri setiap kali teringat perkataan Rob itu. Seperti sekarang, ketika ia dan Hans duduk berdampingan di dalam mobil yang dikemudikan oleh asisten tuanya. Dia beberapa kali tersenyum pada bayangannya sendiri yang terpantul di jendela mob

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-23
  • Kontrak 365 Hari dengan CEO Arogan   12. Tabiat Buruk

    “Akhir bulan ini?” celetuk Violetta, yang pertama kali tergugah dari kebisuan. Pertanyaannya itu dijawab Kimi dengan anggukan yang disertai senyuman malu-malu. “Wah … ini benar-benar seperti mimpi di siang bolong. Hans akhirnya akan menikah!” imbuh Vio sembari menoleh ke semua temannya.“Tanpa acara tunangan? Langsung menikah saja?” timpal yang lain tak kalah terkejut.Hans tersenyum, lalu mengusap puncak kepala Kimi dengan penuh kelembutan. “Kami sepakat untuk tidak membuang-buang waktu.”Pria yang duduk di sebelah Hans, menyikut perutnya. “Hei hei … acara seperti ini tidak bisa disebut membuang waktu. Orang-orang seperti kita selalu melewatinya tahap demi tahap. Kau ingin melanggar tradisi?”Hans mengedikkan bahunya acuh tak acuh. “Keluarga kami sudah setuju untuk mempercepat acara pernikahan,” pungkasnya, membuat semua orang kembali saling melempar pandang.Tak ingin tamunya terlalu banyak menyita perhatian tamu lainnya, Victor pun berkata, “Kau memang menyebalkan, Hans. Bisa-bisan

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-24
  • Kontrak 365 Hari dengan CEO Arogan   13. Parasit

    Setelah puluhan gaun yang ia lihat dan coba, akhirnya pilihan Kimi jatuh kepada gaun pengantin warna fuchsia, yang alih-alih menggembung layaknya gaun pengantin pada umumnya, tapi justru menempel sempurna di tubuh Kimi, sehingga menonjolkan lekuk pinggangnya yang seksi."Aku suka yang ini. Bagaimana menurutmu?" tanya Kimi pada karyawan butik yang sejak tadi sudah bersabar melayaninya."Itu sempurna, Nona Kimi. Anda memiliki bentuk tubuh yang diimpikan oleh sebagian besar wanita di dunia ini, sehingga gaun dengan model seperti itu melekat di tubuh Anda, benar-benar menciptakan aura yang menawan."Kimi tahu ucapan si Karyawan hanyalah template yang memang sudah biasa mereka katakan pada para pelanggan, tapi tetap saja dia merasa puas.Meski begitu, ia tak bisa memutuskannya sendiri. Kimi tak mau di hari pernikahannya -meskipun ini hanya pernikahan kontrak- mendengar seseorang memprotes penampilannya. Oleh karena itu, ia mengambil ponsel dari dalam tas dan menyodorkannya pada karyawan ya

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-25

Bab terbaru

  • Kontrak 365 Hari dengan CEO Arogan   14. Seperti Amatir

    Kimi teringat akan ucapan Icha, yang pernah mengatakan bahwa mungkin dirinya pernah melakukan suatu kebaikan di kehidupan sebelumnya, sehingga ia kini bisa menikmati hasil dari karma baiknya.Megahnya dekorasi yang dibuat oleh tim wedding organiser benar-benar membuat Luke Downtown Hotel seperti istana di negeri dongeng. Mereka memasang hiasan mulai dari pintu masuk hotel hingga ke conference hall yang kini sudah disulap menjadi kolam bunga berhiaskan lilin-lilin gantung.Kimi sudah bisa merasakan tarikan napas takjub sejak dari kamar 5017, di mana ia dikerumuni empat orang yang masing-masing mengurus riasan, rambut, gaun dan tetek bengek lainnya. Hanya melihat para pengiringnya saja -yang semuanya adalah teman kerja di toko furnitur-, Kimi tak henti-hentinya tersenyum. Semua temannya menyanjung keluarga Hans, yang dengan royalnya memberikan pernikahan semegah itu. Mereka juga tak habis pikir, bagaimana seorang Kimi bisa menjadi pasangan salah satu taipan di kota ini. Tanpa mereka sa

  • Kontrak 365 Hari dengan CEO Arogan   13. Parasit

    Setelah puluhan gaun yang ia lihat dan coba, akhirnya pilihan Kimi jatuh kepada gaun pengantin warna fuchsia, yang alih-alih menggembung layaknya gaun pengantin pada umumnya, tapi justru menempel sempurna di tubuh Kimi, sehingga menonjolkan lekuk pinggangnya yang seksi."Aku suka yang ini. Bagaimana menurutmu?" tanya Kimi pada karyawan butik yang sejak tadi sudah bersabar melayaninya."Itu sempurna, Nona Kimi. Anda memiliki bentuk tubuh yang diimpikan oleh sebagian besar wanita di dunia ini, sehingga gaun dengan model seperti itu melekat di tubuh Anda, benar-benar menciptakan aura yang menawan."Kimi tahu ucapan si Karyawan hanyalah template yang memang sudah biasa mereka katakan pada para pelanggan, tapi tetap saja dia merasa puas.Meski begitu, ia tak bisa memutuskannya sendiri. Kimi tak mau di hari pernikahannya -meskipun ini hanya pernikahan kontrak- mendengar seseorang memprotes penampilannya. Oleh karena itu, ia mengambil ponsel dari dalam tas dan menyodorkannya pada karyawan ya

  • Kontrak 365 Hari dengan CEO Arogan   12. Tabiat Buruk

    “Akhir bulan ini?” celetuk Violetta, yang pertama kali tergugah dari kebisuan. Pertanyaannya itu dijawab Kimi dengan anggukan yang disertai senyuman malu-malu. “Wah … ini benar-benar seperti mimpi di siang bolong. Hans akhirnya akan menikah!” imbuh Vio sembari menoleh ke semua temannya.“Tanpa acara tunangan? Langsung menikah saja?” timpal yang lain tak kalah terkejut.Hans tersenyum, lalu mengusap puncak kepala Kimi dengan penuh kelembutan. “Kami sepakat untuk tidak membuang-buang waktu.”Pria yang duduk di sebelah Hans, menyikut perutnya. “Hei hei … acara seperti ini tidak bisa disebut membuang waktu. Orang-orang seperti kita selalu melewatinya tahap demi tahap. Kau ingin melanggar tradisi?”Hans mengedikkan bahunya acuh tak acuh. “Keluarga kami sudah setuju untuk mempercepat acara pernikahan,” pungkasnya, membuat semua orang kembali saling melempar pandang.Tak ingin tamunya terlalu banyak menyita perhatian tamu lainnya, Victor pun berkata, “Kau memang menyebalkan, Hans. Bisa-bisan

  • Kontrak 365 Hari dengan CEO Arogan   11. Membelanya

    Kimi bisa bernapas lega kali ini, karena Hans tidak melontarkan kritik pedas terhadap dirinya. Itu semua berkat Rob yang memberinya saran dan membantunya memilihkan pakaian serta detail lain yang sebelumnya terlewatkan.Sekarang setelah ia tahu apa yang membuat Hans waktu itu mengkritik penampilannya, ia merasa lelaki tersebut benar-benar sentimental. Bagaimana tidak? Saat menemuinya diam-diam kemarin, Rob berkata, “Nona, jadilah dirimu sendiri! Tuan Hans memilihmu karena dia sudah melihat karaktermu. Jadi, jangan mengubahnya! Apalagi berpenampilan seperti di acara tahunan di Mountain View tempo hari. Anda hanya akan mengingatkannya pada sakit hati yang dirasakannya, karena penampilan Anda saat itu mirip dengan seseorang.”Kimi jadi tersenyum-senyum sendiri setiap kali teringat perkataan Rob itu. Seperti sekarang, ketika ia dan Hans duduk berdampingan di dalam mobil yang dikemudikan oleh asisten tuanya. Dia beberapa kali tersenyum pada bayangannya sendiri yang terpantul di jendela mob

  • Kontrak 365 Hari dengan CEO Arogan   10. Terpangkas

    Kimi seolah tak berani menggerakkan otot lehernya, bahkan ketika tangan yang berotot itu semakin kuat mengunci pinggangnya. Belum lagi kulit lututnya yang menggesek paha Hans yang berbalut celana gelap. Wajah pria itu begitu dekat dengan dadanya. Kimi bahkan bisa merasakan embusan napasnya menerpa lengan. Dia hanya bisa duduk di sana, dalam pangkuan Hans, dengan tatapan yang hanya bisa ia tujukan kepada Desi. Bukan karena ia ingin begitu, tapi karena ia memang tak sanggup memandang wajah di dekatnya, terutama dengan jantung yang mendadak berdegup kencang. “Begitu tidak bekerja di sini, kau melupakan etikamu, Desi?” Suara dingin Hans semakin meningkatkan keinginan Kimi untuk bergidik. Namun, ia berhasil menahannya. Apalagi saat dilihatnya sosok Desi tetap melenggang ke arah sofa dan duduk di sana. “Maaf, Hans. Ini hampir jam makan siang. Jadi, kupikir kau sedang senggang seperti biasanya dan—” “Seperti biasanya,” ulang Hans yang diakhiri dengan tawa pendek. “Well, mulai sekarang kau

  • Kontrak 365 Hari dengan CEO Arogan   9. Masih Membutuhkanmu

    Kimi tersenyum geli, kala melihat sahabatnya terkesima dengan kafe miliknya. Icha mendesah kagum setiap kali melihat perabot atau peralatan kafe yang semuanya tampak unik dan estetik.“Aku yakin di kehidupan sebelumnya kau adalah putri raja yang dikorbankan, Kim. Itulah kenapa di kehidupan sekarang kau begitu beruntung.”Kimi tertawa pendek, lalu menimpali, “Kau lupa 18 tahun yang kulalui dalam kesengsaraan di rumah bibiku?”Icha mencubit lengan Kimi dengan lembut, kemudian memeluknya. “Ohh, ayolah, aku tidak bermaksud begitu, Kim. Aku hanya mengungkapkan betapa kehidupanmu sekarang tampak begitu … sempurna. Keluarga bibimu tentu saja masih sialan di mataku.”Ketika mereka saling melepaskan pelukan, Kimi tersenyum kecil. “Bagaimana kabar di toko?”Icha menjatuhkan diri di salah satu kursi yang ada di depan meja bar, begitu juga dengan Kimi. “Manajer terus mengeluh. Katanya tidak ada karyawan yang cekatan sepertimu. Kau seharusnya tahu bagaimana aku dan si Keriting Layla mencoba menghi

  • Kontrak 365 Hari dengan CEO Arogan   8. Sepadan (?)

    Kimi merinding di bawah tatapan wanita yang lebih jangkung darinya. Dia seakan-akan dibuat membeku oleh kata-kata dingin yang baru saja meluncur dari mulutnya. Sehingga saat Hans meraih pinggang kecilnya, Kimi oleng begitu saja ke pelukan pria tersebut.“Tidak. Aku tidak memilihnya secara acak, Ibu. Aku sudah mengenalnya beberapa waktu dan berpikir kalau dia sangat cocok menjadi pendamping hidupku.”Ibu Hans memicingkan matanya hingga membentuk garis sabit. “Kau pikir pernikahan itu seperti acara sulap? Yang bisa kau mainkan sesuka hatimu? Kami bahkan belum mengenalnya.”Tanpa rasa gentar sedikit pun, bahkan cenderung terlihat santai, Hans membalas, “Yah, Ibu, itulah kenapa aku membawanya ke acara kita malam ini. Supaya kalian semua bisa mengenalnya.”Ibu Hans membuka mulut hendak menimpali ucapan anaknya, ketika seorang wanita lain yang tampak jauh lebih sepuh ikut angkat bicara, “Ira, Ira … sudahlah, mereka baru saja datang. Jangan mendebatnya seperti itu!”“Tapi, Ibu—”Decakan kasa

  • Kontrak 365 Hari dengan CEO Arogan   7. Jangan Asal Bicara!

    Kimi secara diam-diam mencuri pandang ke arah kanan, di mana sosok Hans sedang duduk di sampingnya. Sementara mobil yang dikemudikan oleh Rob terus melaju melewati lampu-lampu jalan raya yang masih dipadati oleh lalu lintas malam. Sejak keluar dari Mountain View Hotel 15 menit yang lalu, Hans sama sekali belum bicara. Bahkan ketika Kimi tersandung pintu lift dan hampir membuat pria tersebut ikut jatuh, kebungkamannya masih tetap bertahan. Dan Kimi semakin yakin bahwa asumsinya benar belaka. Dia tak punya keraguan sedikit pun, tentang hati Hans saat ini. Acara pesta para eksekutif beberapa saat lalu, sudah cukup memberikan bukti. Kimi masih ingat, setelah Jessy menyebut nama Desi, Hans -dengan mengemukakan alasan hendak menemui koleganya yang lain- segera menarik Kimi ke sudut lain yang lebih sepi. Menghindari kerumunan dan mulai mengunci mulutnya. Kimi melalui 40 menit di sana dengan menjadi manekin. Para pria banyak meliriknya, tapi Hans memasang mimik sangar sehingga tak seorang

  • Kontrak 365 Hari dengan CEO Arogan   6. Tujuan Hans

    Kimi menatap wajah Hans dengan rasa tak percaya. ‘Laki-laki ini … pasti ada yang salah dengan isi kepalanya,’ bisiknya dalam hati. Dia tentu saja merasa tersinggung dengan perkataan Hans. Kimi memang merasa gugup sebelumnya karena berada di situasi yang asing baginya. Namun, dia tak berpikir jika penampilannya seburuk itu hingga bisa disebut mengecewakan.“Kau tahu berapa yang kuhabiskan untuk terlihat seperti ini?”Hans tertawa pendek. “Ooh, itu bahkan lebih mengecewakan lagi! Mengingat akulah yang harus membayar tagihannya nanti,” tukasnya tanpa perasaan.Mendengar itu, emosi Kimi jadi ikut tersulut. “Astaga! Aku tak tahu lagi bagaimana penampilan terbaik menurut versimu, Mr. Perfect!” balas wanita tersebut, dengan masih bertahan di tempatnya berdiri. Ia tak beranjak sedikit pun, bahkan ketika Hans berdiri dari tempat duduk dan maju selangkah ke arahnya.“Kau datang ke sini sebagai pasanganku. Jadi, perhatikan kata-katamu!” desis pria berbadan jangkung dan berbahu lebar itu.Kimi me

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status