diana sudah diijinkan untuk pulang. farhan tidak lupa memberi selamat kepada diana dengan bahasa yang ringan." selamat ya diana, sekarang kamu boleh pulang. jangan terlalu banyak bergerak karen lukamu belum sembuh benar. nanti kalau kamu ada keluhan, kamu bisa langsung menghubungi ku. "diana tersenyum dan menyambut keramahan dokter farhan. diana mengulurkan tangannya kepada farhan. " Terimakasih juga untuk dokter karena sudah bekerja begitu keras saat merawat ku."farhan pun menyambut tangan diana. " sama sama. bagiku kesehatan pasien adalah hal yang paling berharga. ""ah iya dokter. lain kali, aku akan melindungi diriku dan lebih berhati hati terhadap orang yang mempunyai perilaku jahat. "diana sengaja memberi tekanan pada kata katanya agar william bisa mendengar ny lebih jelas. " ah iya dok. boleh minta nomornya, siapa tahu nanti aku ada perlu. " "tentu saja boleh. " farhan memberi diana sebuah kartu nama. "terimakasih dok. senang bertemu dokter. " dari percakapan ini
Namanya Diana. Sejak kecil tinggal bersama nenek dan keluarga paman dari pihak ibu di kota Samarinda. awal mula nya kehidupan mereka berjalan dengan baik bahkan berkecukupan, tapi kehidupan damai hanya berjalan dalam waktu singkat. Herman di tipu oleh sahabatnya sendiri yang mengakibatkan perusahaan tambang miliknya bangkrut bahkan sampai dililit banyak hutang.Setelah itu hampir setiap hari para rentenir datang kerumah secara bergantian untuk menagih hutang. Karena sudah merasa frustasi dan malu sama tetangga bahkan sempat dikucilkan, Herman terpaksa menjual rumah dan tanah yang masih tersisa untuk melunasi semua hutang. kemudian Herman membawa semua keluarganya pindah ke kota bandung dan tinggal di sebuah rumah kecil bekas peninggalan ibu kandung diana. Rumah ini sangat sederhana dan tua. Terdiri dari dua lantai. Di lantai pertama, ada dua kamar dan tiga ruangan. Ruangan pertama adalah ruang tamu, ruang kedua dapur dan ruang terakhir hanyalah ruangan kosong yang kini sudah dii
Benar saja apa yang dikatakan mariam, Diana bisa langsung bekerja hari ini berkat koneksi yang dimiliki Mariam. diana tinggal menyerahkan berkas lamaran ke HRD, kemudian security membawanya masuk. Mariam baru bekerja satu tahun disini, namun koneksi Mariam sudah begitu luas. Gadis itu pandai bersosialisasi dan bisa membuat siapapun akan memiliki kesan yang baik tentang dia . diana semakin kagum pada mariam juga pada sebuah gedung yang berdiri kokoh di depan matanya. " aku harus melakukan yang terbaik" gumam diana. Ini adalah hari pertama Diana bekerja di catpoop multi produk atau CMP. Tapi Diana merasa tidak menemukan kesulitan apapun. ternyata pekerjaannya terlalu mudah. Tugas Diana hanyalah bersih bersih seperti nyapu sama ngepel, bahkan Diana juga tidak melakukannya sendirian, dia dibantu novi. Gadis yang cukup baik dan seketika bisa langsung nyambung dengan diana. Gadis itu lumayan cantik, rambutnya sebahu dan hari ini dia mengucirnya. Bulu mata novi terlihat len
Setibanya di bandara, William langsung di kelilingi beberapa pria dengan setelan serba hitam. Mereka adalah pengawal yang didatangkan dari pasukan khusus dengan bekal pelatihan yang ketat. William menebar pesonanya dengan setelan jas berwarna hitam dan kemeja berwarna putih, sebuah fashion dunia yang di desain secara khusus. Disampingnya berdiri seorang sekertaris perempuan dengan gaya rambut hitam sebahu. Bernama irena. Gadis itu mengenakan blazer berwarna merah senada dengan warna dress ketat yang menggantung di atas lutut, memperlihatkan lekuk tubuh yang indah dengan kaki jenjang yang mulus dan putih. Diluar bandara, Angela sudah menunggu kedatangan William dengan membawa puluhan reporter. Angela bertekad untuk menyatakan cinta lagi kepada William. Kali ini Angela yakin kalau William Johan tidak akan menolaknya lagi. Angela paham betul bagaimana keluarga Johan menjunjung tinggi sebuah reputasi. Sesuai rencana, Angela menutup tubuhnya dengan Hoodie berwarna hitam dan sebuah topi
Aldi kembali lagi keruangan Diana. "Sudah jangan nangis, kamu tidak di pecat kok." Bujuk Aldi. "Tapi aku... huaaaaa.. nyinggung tuan muda." Suara Diana sudah serak, bahkan sekarang Diana mulai sesenggukan. Novi segera melepaskan pelukannya untuk memberi Diana ruang bernafas. "Hei ..bocah "Aldi mendekati wajah Diana kemudian memencet hidungnya tanpa aba aba. "Akhhh," Diana berteriak kesal karena hidungnya dipencet. "Kalau gak percaya, tanya sendiri tuh sama Danil." Aldi mengerucutkan bibir. Diana tidak percaya, tapi ada sebuah dorongan yang membangkitkan pergerakannya untuk mengelap air mata dan pergi mencari Danil. Sesampainya di depan ruangan Danil, Diana berusaha menenangkan diri dengan menarik nafas berulang ulang. Baru setelah merasa tenang, Diana berani mengetuk pintu. Tuk Tuk Tuk Tidak ada jawaban. Diana langsung membuka pintu dan mengintip kedalam. Ruangan nya kosong, tapi Diana mendengar suara nafas yang memburu. Diana memantapkan diri untuk masuk dan memastikan. Mat
Diana mengumpulkan semua keberanian untuk memastikan orang itu masih hidup atau tidak. Sekelebat muncul sosok zombie di pikirannya, sehingga Diana menjadi ragu. "Heh. Kau manusia atau zombie.?" Teriak diana hati hati. Rasa takutnya sedang bergelut dengan rasa simpati .Diana memang tumbuh dengan sangat baik dan memiliki empati tinggi. karena itu diana melemparkan kardigan dari jauh dan memasang kuda-kuda untuk mengantisipasi kalau pemuda itu benar sosok zombie. Hasilnya tidak ada respon. Diana kembali memberanikan diri untuk mendekati William kemudian mengambil kembali kardigannya. Masih tidak ada respon, Diana mulai mengecek leher , tangan dan kaki William memastikan bahwa pemuda itu bersih dari gigitan zombie. Diana membuang nafas lega, karena tidak ada bekas gigitan disana. Diana lanjut memeriksa denyut nadi dan jantung. "Loh kok aku gak denger suara dagdigdug, "Diana bergumam sendiri diatas dada William Kemudian lanjut menekan pergelangan tangan William. Deg..deg..deg.. 'nadi
" ada apa?" Diana kaget ketika tangannya tiba tiba di tarik oleh dewi. "Ada apa ada apa kamu yang ada apa. Nenek sedang kritis ini malah kelayapan,di hubungi gak bisa." Dewi menggertakkan giginya . "Apa?" Wajah Diana langsung memucat apa yang di dengarnya seperti Sambaran petir yang membelah langit. Diana segera berjalan ke ruangan Arumi dan mengabaikan dewi. "Bi, nenek kenapa?" Diana terisak ketika melihat kondisi Arumi yang kini tengah terbaring tidak sadarkan diri. ada selang infus terpasang di pergelangan nya. "Sebaiknya kita ngobrol di luar." Ajak Dewi. Diana mengangguk dan berjalan membuntuti Dewi. "Nenek di racun. Padahal, jelas jelas tadi aku memberinya bubur seperti biasa. Aku gak habis pikir bagaimana orang bisa keracunan dengan makanan yang selalu dimakannya tiap hari." Dewi berjalan mondar-mandir seakan frustasi. "Apa nenek mengganggumu?" .pertanyaan itu seperti tuduhan yang di lontarkan untuk Dewi secara tidak langsung "Diana." Dewi nyaris teriak dan lepas kontrol,
William tersadar setelah Diana pergi. Sakit di perutnya kini sudah hilang, hanya saja sekarang William merasa begitu lemas. William memejamkan mata untuk mengingat sosok perempuan yang menggendongnya di tengah kegelapan , kemudian menangis dan berani menciumnya. Selama ini William selalu menolak sentuhan dari siapapun, tapi ketika mengingat kembali gadis yang menciumnya, William merasa baik baik saja. Semakin malam, pikiran william semakin larut dalam bayang bayang gadis itu. William tidak bisa memejamkan mata lagi dan segera menelpon Danil. "Hallo siapa ini.." Danil masih enggan berbicara karena kantuknya "Kesini sekarang juga." Tut.. Tuan muda mengirim lokasi Melihat nama tuan muda, Danil hampir terlonjak dari tempat tidurnya. Jauh di lubuk hatinya Danil sangat senang, tapi bagaimana dengan matanya yang baru saja terpejam. 'B*sht' Danil bersungut-sungut setengah teriak untuk membangkitkan semangat nya , "aj*g.." Rian ikut berteriak dan meloncat kaget mendengar suara Danil.