Beranda / Thriller / Kode Kematian Sidney / Pesan Terakhir Detektif Bee

Share

Pesan Terakhir Detektif Bee

Penulis: Beegumi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-22 08:10:52

Lokasi

Gudang tua di pinggiran kota Sidney, Jalan Industri No. 12.

Waktu

Malam hari, pukul 22.00.

Gudang tua yang terlantar dan kusam terlihat seperti kota mati yang membingungkan. Detektif Bee dan Briella memasuki gudang dengan hati-hati, menyinari sekitar dengan senter. Suara derak dan langkah kaki mereka memecah kesunyian.

Detektif Bee: (berbisik) "Briella, kita harus berhati-hati. Alexander bisa bersembunyi di mana saja."

Briella: (berbisik) "Saya tahu, Bee. Saya sudah siap."

Petugas Keamanan 1: "Detektif Bee, kami sudah menyisir sekitar. Tidak ada tanda-tanda kehadiran Alexander."

Detektif Bee: "Teruslah menyisir. Kita tidak bisa membiarkan kesalahan."

Detektif Bee dan Briella memeriksa kotak-kotak penyimpanan. Petugas keamanan menyisir sekitar gudang. Briella menemukan pintu tersembunyi di balik kotak.

Briella menemukan dokumen rahasia yang tersembunyi di balik pintu. Dokumen tersebut menunjukkan rencana penyerangan Alexander.

Jalan Industri No. 12, ruang penyimpanan...

Malam hari, pukul 22.05.

Briella menemukan dokumen rahasia yang tersembunyi di balik pintu. Detektif Bee mendekati Briella, melihat dokumen tersebut dengan serius.

Briella: "Bee, lihat ini! Dokumen ini menunjukkan rencana penyerangan Alexander."

Detektif Bee: "Kita harus segera memberitahu tim. Kita tidak bisa membiarkan hal ini terjadi."

Petugas Keamanan 1: "Apa yang ada di dokumen tersebut, Detektif?"

Detektif Bee: "Rencana penyerangan gedung pemerintahan."

Briella memindai dokumen tersebut untuk mencari informasi lebih lanjut. Detektif Bee menghubungi tim untuk memberitahu rencana Alexander. Petugas keamanan meningkatkan keamanan sekitar gudang.

Detektif Bee dan Briella menemukan informasi tentang waktu dan lokasi penyerangan.

Dokumen tersebut berisi rincian tentang:

- Waktu penyerangan: pukul 24.00

- Lokasi penyerangan: Gedung Pemerintahan Kota Sidney

- Jumlah anggota: 10 orang

- Detektif Bee dan Briella harus bertindak cepat untuk mencegah penyerangan tersebut.

Detektif Bee terkejut membaca isi dokumen, matanya membesar ketika melihat jumlah anggota yang terlibat. Briella menemukan petunjuk lain di sudut dokumen.

Detektif Bee: "Briella, ini tidak mungkin! Mereka memiliki 10 anggota!"

Briella: "Bee, lihat ini! Ada kata 'EVIT' di sini. Apa artinya?"

Detektif Bee: "EVIT? Saya tidak tahu. Cari informasi lebih lanjut!"

Petugas Keamanan 1: "Detektif, apakah kita harus melaporkan ini ke pusat?"

1. Briella mencari arti kata "EVIT" di komputer.

2. Detektif Bee menganalisis dokumen untuk mencari hubungan antara anggota.

3. Petugas keamanan meningkatkan keamanan sekitar gudang.

Briella menemukan arti kata "EVIT": "Operasi Vengeance" (Operasi Balas Dendam).

***

Kawasan industri yang terlantar terlihat seperti kota hantu. Detektif Bee dan Briella berjalan hati-hati, menyinari sekitar dengan senter. Suara derak dan langkah kaki mereka memecah kesunyian.

Detektif Bee: "Briella, kita harus menemukan informasi lebih lanjut tentang Operasi Vengeance."

Briella: "Saya setuju, Bee. Ini terlalu berbahaya untuk dibiarkan."

Petugas Keamanan 1: "Detektif, kita sudah menemukan jejak kecurigaan di gudang sebelah."

Detektif Bee dan Briella memasuki gudang tersebut. Di ujung dinding tertulis simbol setengah lingkaran dengan tulisan 'EVIT' yang besar.

Detektif Bee: "Kita harus bertindak cepat! Mereka tidak akan menunggu lama."

Briella: "Saya sudah menghubungi tim. Mereka siap untuk bertindak."

Petugas Keamanan 2: "Detektif, kita harus meningkatkan keamanan sekitar gedung pemerintahan."

Detektif Bee dan Briella berlari menuju gedung pemerintahan, hati mereka dipenuhi kecemasan dan tekad. Mereka harus menghentikan Operasi Vengeance sebelum terlambat.

***

Gedung pemerintahan terlihat seperti medan perang. Detektif Bee dan Briella berhadapan dengan Alexander dan anggota Operasi Vengeance yang keluar dari kegelepaan.

Alexander: "Kalian terlambat. Operasi Vengeance sudah dimulai."

Detektif Bee: "Tidak, Alexander. Kita tidak akan membiarkan kau melakukannya."

Briella: "Kita harus menghentikan kau sebelum terlambat."

"Silahkan hentikan, kami pergi dulu," ucap Alexander lalu menghilang seperti pesulap bersama ke sembilan anggota EVIT lainnya.

"Aku tidak melihatnya," Bee berkeringat.

"Maksudmu, James?" tanya Briella peka.

Bee hanya mengangguk.

Petugas keamanan lalu mengatakan jika mereka sudah menghubungi Inspektur Renji. Ia berkata mereka akan segera tiba.

Bee mendekati ujung puncak gedung, ia meminta petugas keamanan memeriksa keadaan luar supaya tidak ada satupun orang yang dekat dengan gedung. Ucapan Bee membuat Briella sedikit panik.

Briella bingung. "Kau tidak seperti biasanya, Bee."

Bee tersenyum membelakangi. "Jika aku hanya punya sisa satu menit lagi nantinya, tolong sampaikan pesanku pada Rin, Briel. Kau juga harus segera keluar dari sini. Aku punya firasat buruk tentang bom ini jika nantinya berhasil atau tidak aku hentikan."

Briella berkeringat dingin, matanya menyalak. "Bee... jangan membuatku takut. Aku tak ingin kehilanganmu."

Fajar mulai mendekat. Tak terasa malam lari-larian itu terasa begitu singkat.

Bee tersenyum. "Katakan pada Rin, aku mencintainya."

Bab terkait

  • Kode Kematian Sidney   Tipuan, Lokasi Berpindah

    Gedung pemerintahan terguncang oleh detak jam di dinding. Detektif Bee berdiri di depan panel kontrol bom, keringat dingin membasahi dahinya. Matahari merah menyinari ruangan, menyoroti kecemasan di wajahnya."Bee, cepat! Waktu habis!" teriak Briella dari luar ruangan.Detektif Bee memandang panel kontrol dengan takjub. Kabel-kabel berwarna merah, biru, dan hijau terjalin seperti ular berbisa. Tombol-tombol berkedip seperti mata-mata yang mengintai."Aku tidak tahu cara menonaktifkannya!" desahnya.Dia memeriksa panel kontrol lebih dekat. Kabel merah terhubung ke tombol hijau. Apakah itu benar? Ataukah itu jebakan?Detektif Bee menggigit bibirnya. "Aku harus berani," katanya pada dirinya sendiri.Detektif Bee menekan tombol hijau. Panel kontrol berkedip lebih cepat. Bom bergetar lebih keras.Briella menyerobot masuk, matanya terbelalak. "Bee, apa yang kau lakukan?!"Detektif Bee menutup mata, menunggu ledakan yang tak terhindarkan. Tapi, tidak ada suara. Dia membuka mata dan melihat p

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-22
  • Kode Kematian Sidney   Menemui Rin

    Briella menatap Bee dengan rasa tidak percaya. "Apa maksudmu, Bee? Kau tidak bisa serius!" Bee mengangguk. "Aku serius, Briella. Kita harus menyelamatkan Rin dan mahasiswa lainnya. Aku memiliki rencana." Briella terdiam, memahami rencana Bee. "Tidak, Bee! Kau tidak bisa melakukan itu!" Bee tersenyum lemah. "Aku harus melakukannya, Briella. Kau harus hidup dan menyelamatkan Rin." Briella: "Tidak, Bee! Aku tidak bisa meninggalkanmu!" Bee: "Kau harus, Briella. Aku tidak ingin kau mati bersamaku." Detektif Bee memeluk Briella erat. "Jangan lupa, kau harus melompat ke dinding dan menyelamatkan diri. Aku akan mengalihkan perhatian penyadap." Bee berlari menuju penyadap, mengalihkan perhatian mereka. Briella melompat ke dinding, menyelamatkan diri. Bom meledak, menghancurkan gedung. Briella menatap ke belakang, melihat Bee yang terjebak dalam ledakan. Air matanya mengalir, menyesali kehilangan sahabatnya. "Terima kasih, Bee," katanya dalam hati. "Aku tidak akan melupakanmu.

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-22
  • Kode Kematian Sidney   Pembunuhan di Perpustakaan

    Cahaya senja memancar melalui jendela perpustakaan Universitas Sidney, menciptakan bayangan misterius di antara rak buku. Detektif Bee dan Rin berjalan santai, menikmati kebahagiaan baru mereka. Namun, kesenangan itu terusik oleh teriakan panik dari ruangan sebelah."Apa itu?" tanya Rin, terkejut.Bee segera berlari menuju sumber suara. Ia menemukan mahasiswi tergeletak di lantai, darah membasahi pakaian putihnya. Luka tusuk yang dalam terlihat jelas di dadanya.Selembar amplop besar tergeletak di samping korban, dengan tulisan tangan yang tidak rapi: "Dari J." Nama pengirimnya terpotong, meninggalkan misteri yang menggantung.Bee langsung beraksi, memanggil tim forensik dan polisi. Rin terlihat pucat, gemetar."Apa yang terjadi, Bee?" tanya Rin, takut.Bee menatap korban dengan serius. "Pembunuhan. Dan ini baru awalnya."Tim forensik tiba, memulai penyelidikan. Bee memeriksa lokasi kejadian, mencari petunjuk. Ia menemukan jejak kaki kecil di dekat jendela, menunjukkan pelaku melarika

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-22
  • Kode Kematian Sidney   Bukan Lucas, Mesin Fax Yang Menipu

    Rin mendatangi perpustakaan, mencari mahasiswa pertama dalam daftar, Alex. Ia menemukan Alex di antara rak buku, terfokus pada buku psikologi. "Hey, Alex. Bisa bicara sebentar?" tanya Rin dengan ramah. Alex menoleh, terkejut. "Rin! Ada apa?" Rin duduk di sebelah Alex. "Aku ingin tahu tentang Proyek J. Apa kau tahu sesuatu?" Alex ragu-ragu sejenak. "Aku... tidak tahu apa-apa tentang pembunuhan. Tapi, aku tahu Proyek J adalah riset tentang perilaku manusia." Rin mendengarkan dengan saksama. "Apa kau kenal James?" Alex menggelengkan kepala cepat. "Tidak, aku tidak kenal." Rin memperhatikan reaksi Alex, mencari tanda-tanda kebohongan. Rin memandang Alex dengan curiga, mencari tanda-tanda kebohongan. Namun, sebelum ia bisa melanjutkan pertanyaannya, Bee muncul di belakang mereka dengan ekspresi serius. "Rin, aku sudah menemukan sesuatu yang penting," kata Bee, suaranya penuh ketegangan. Rin berpaling, penasaran. "Apa itu, Bee? Apakah kamu sudah menemukan petunjuk?" Bee menatap A

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-22
  • Kode Kematian Sidney   Operasi Phoenix

    Bee menatap layar komputer dengan serius, matanya menyempit mempelajari pesan tersembunyi. "Operasi Phoenix? Apa maksudnya?" tanyanya pada Briella dan Rin. Briella menggelengkan kepala. "Tidak ada catatan tentang operasi tersebut dalam database kami." Rin memperhatikan tanggal pada pesan. "24 Desember, hari sebelum pembunuhan Sarah. Ini pasti terkait." Bee menekan tombol keyboard, mencari informasi lebih lanjut. "Kita perlu mengetahui apa yang direncanakan James. Apakah ini serangan teroris atau konspirasi?" Briella memanggil tim forensik. "Kita perlu menggeledah ruangan Lucas lagi. Cari bukti tentang Operasi Phoenix." Rin memperhatikan kode pada pesan. "Kode ini menggunakan teknik kriptografi canggih. Mungkin ada petunjuk lain." Bee menatap Briella. "Kita harus bekerja cepat. James bisa melancarkan serangan lain kapan saja." Briella: "Apakah kita sudah menghubungi universitas tentang ancaman ini?" Rin: "Belum. Kita perlu memastikan keamanan sebelum mengumumkan." Bee: "Benar.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18
  • Kode Kematian Sidney   Pertanyaan Mengganjal Bagi Rin

    Bee dan tim membawa Dr. Taylor ke kantor polisi untuk interogasi. Bee memulai pertanyaan.Bee: "Dr. Taylor, ceritakan tentang Operasi Phoenix. Apa tujuannya?"Dr. Taylor: "Operasi Phoenix bertujuan menghancurkan universitas ini karena kegagalan mereka dalam mengembangkan proyek kami."Briella: "Proyek apa?"Dr. Taylor: "Proyek psikologi eksperimental. Kami ingin menguji perilaku manusia di bawah tekanan."Rin: "Dan James terlibat dalam proyek ini?"Dr. Taylor: "Ya, James adalah asisten kami. Dia menjadi tidak stabil setelah eksperimen gagal."Bee memperhatikan ekspresi Dr. Taylor. "Apa yang membuat James begitu dendam?"Dr. Taylor: "James merasa universitas ini telah menghancurkan hidupnya. Dia ingin balas dendam."Briella mencatat informasi. "Kita perlu menemukan bukti tentang proyek ini. Apakah ada dokumen atau rekaman?"Dr. Taylor: "Semua dokumen ada di laboratorium psikologi. Tapi, James sudah memusnahkan sebagian besar bukti."Bee memutuskan. "Kita harus segera menuju laboratoriu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18
  • Kode Kematian Sidney   Mayat di Ruangan Terkunci Museum

    Rin memutuskan kembali menjalani kuliah seperti biasanya. Kesimpulan kasus kematian di ruang perpustakaan itu memang ulah James."Sementara ini kau boleh kabur, James," ujar Bee. Sementara itu...Briella menerima informasi tentang cincin misterius yang dilihat Bee. Dia memutuskan untuk menyelidiki lebih lanjut tentang Ordo Phoenix.Briella menemukan dokumen rahasia tentang cincin tersebut, yang terhubung dengan organisasi rahasia Ordo Phoenix. Dia menyadari bahwa Operasi Phoenix hanya salah satu bagian dari rencana besar mereka.Briella memutuskan untuk menyelidiki lebih lanjut tentang Ordo Phoenix. Dia menghubungi atasan polisi untuk meminta bantuan.Briella: "Saya perlu akses ke database internasional untuk melacak jejak Ordo Phoenix."Atasan Polisi: "Saya akan memberikan akses tersebut. Berhati-hatilah, Briella."Siapa pemimpin Ordo Phoenix? ***Hari yang cerah di Sidney, Bee, Briella, dan Rin memutuskan untuk mengunjungi Museum Seni Sidney. Mereka berjalan-jalan, menikmati peman

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18
  • Kode Kematian Sidney   Alex?

    Inspektur Renji memeriksa korban lebih dekat. "Korban memiliki luka tusuk di dada dan perut. Pembunuhnya pasti memiliki keahlian."Briella memperhatikan posisi pedang. "Pedang ini tertancap dengan sudut yang tepat. Pembunuhnya pasti memiliki pengalaman."Rin mengamati tangan korban. "Tidak ada cincin atau jam tangan. Apakah pembunuhnya mengambilnya?"Tim forensik menemukan sebuah kertas kecil di saku korban. "Ini adalah tiket masuk museum," kata salah satu anggota tim.Inspekture memperhatikan tanggalnya. "Tiket ini dikeluarkan hari ini. Korban baru saja masuk museum."Bee memulai daftar tersangka:1. Alex (penjaga museum)2. Sophia (kurator museum)3. Emily (staf kebersihan)4. Jack (pengunjung museum)Dalam pikiran Bee: Siapa yang memiliki motif untuk membunuh korban?Bagaimana pembunuhnya menghindari kamera pengawas? Apa hubungan korban dengan staf museum?Bee, Briella, dan Rin memutuskan untuk memeriksa rekaman kamera pengawas dan wawancara dengan staf museum lebih lanjut. Mereka j

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-24

Bab terbaru

  • Kode Kematian Sidney   Alex?

    Inspektur Renji memeriksa korban lebih dekat. "Korban memiliki luka tusuk di dada dan perut. Pembunuhnya pasti memiliki keahlian."Briella memperhatikan posisi pedang. "Pedang ini tertancap dengan sudut yang tepat. Pembunuhnya pasti memiliki pengalaman."Rin mengamati tangan korban. "Tidak ada cincin atau jam tangan. Apakah pembunuhnya mengambilnya?"Tim forensik menemukan sebuah kertas kecil di saku korban. "Ini adalah tiket masuk museum," kata salah satu anggota tim.Inspekture memperhatikan tanggalnya. "Tiket ini dikeluarkan hari ini. Korban baru saja masuk museum."Bee memulai daftar tersangka:1. Alex (penjaga museum)2. Sophia (kurator museum)3. Emily (staf kebersihan)4. Jack (pengunjung museum)Dalam pikiran Bee: Siapa yang memiliki motif untuk membunuh korban?Bagaimana pembunuhnya menghindari kamera pengawas? Apa hubungan korban dengan staf museum?Bee, Briella, dan Rin memutuskan untuk memeriksa rekaman kamera pengawas dan wawancara dengan staf museum lebih lanjut. Mereka j

  • Kode Kematian Sidney   Mayat di Ruangan Terkunci Museum

    Rin memutuskan kembali menjalani kuliah seperti biasanya. Kesimpulan kasus kematian di ruang perpustakaan itu memang ulah James."Sementara ini kau boleh kabur, James," ujar Bee. Sementara itu...Briella menerima informasi tentang cincin misterius yang dilihat Bee. Dia memutuskan untuk menyelidiki lebih lanjut tentang Ordo Phoenix.Briella menemukan dokumen rahasia tentang cincin tersebut, yang terhubung dengan organisasi rahasia Ordo Phoenix. Dia menyadari bahwa Operasi Phoenix hanya salah satu bagian dari rencana besar mereka.Briella memutuskan untuk menyelidiki lebih lanjut tentang Ordo Phoenix. Dia menghubungi atasan polisi untuk meminta bantuan.Briella: "Saya perlu akses ke database internasional untuk melacak jejak Ordo Phoenix."Atasan Polisi: "Saya akan memberikan akses tersebut. Berhati-hatilah, Briella."Siapa pemimpin Ordo Phoenix? ***Hari yang cerah di Sidney, Bee, Briella, dan Rin memutuskan untuk mengunjungi Museum Seni Sidney. Mereka berjalan-jalan, menikmati peman

  • Kode Kematian Sidney   Pertanyaan Mengganjal Bagi Rin

    Bee dan tim membawa Dr. Taylor ke kantor polisi untuk interogasi. Bee memulai pertanyaan.Bee: "Dr. Taylor, ceritakan tentang Operasi Phoenix. Apa tujuannya?"Dr. Taylor: "Operasi Phoenix bertujuan menghancurkan universitas ini karena kegagalan mereka dalam mengembangkan proyek kami."Briella: "Proyek apa?"Dr. Taylor: "Proyek psikologi eksperimental. Kami ingin menguji perilaku manusia di bawah tekanan."Rin: "Dan James terlibat dalam proyek ini?"Dr. Taylor: "Ya, James adalah asisten kami. Dia menjadi tidak stabil setelah eksperimen gagal."Bee memperhatikan ekspresi Dr. Taylor. "Apa yang membuat James begitu dendam?"Dr. Taylor: "James merasa universitas ini telah menghancurkan hidupnya. Dia ingin balas dendam."Briella mencatat informasi. "Kita perlu menemukan bukti tentang proyek ini. Apakah ada dokumen atau rekaman?"Dr. Taylor: "Semua dokumen ada di laboratorium psikologi. Tapi, James sudah memusnahkan sebagian besar bukti."Bee memutuskan. "Kita harus segera menuju laboratoriu

  • Kode Kematian Sidney   Operasi Phoenix

    Bee menatap layar komputer dengan serius, matanya menyempit mempelajari pesan tersembunyi. "Operasi Phoenix? Apa maksudnya?" tanyanya pada Briella dan Rin. Briella menggelengkan kepala. "Tidak ada catatan tentang operasi tersebut dalam database kami." Rin memperhatikan tanggal pada pesan. "24 Desember, hari sebelum pembunuhan Sarah. Ini pasti terkait." Bee menekan tombol keyboard, mencari informasi lebih lanjut. "Kita perlu mengetahui apa yang direncanakan James. Apakah ini serangan teroris atau konspirasi?" Briella memanggil tim forensik. "Kita perlu menggeledah ruangan Lucas lagi. Cari bukti tentang Operasi Phoenix." Rin memperhatikan kode pada pesan. "Kode ini menggunakan teknik kriptografi canggih. Mungkin ada petunjuk lain." Bee menatap Briella. "Kita harus bekerja cepat. James bisa melancarkan serangan lain kapan saja." Briella: "Apakah kita sudah menghubungi universitas tentang ancaman ini?" Rin: "Belum. Kita perlu memastikan keamanan sebelum mengumumkan." Bee: "Benar.

  • Kode Kematian Sidney   Bukan Lucas, Mesin Fax Yang Menipu

    Rin mendatangi perpustakaan, mencari mahasiswa pertama dalam daftar, Alex. Ia menemukan Alex di antara rak buku, terfokus pada buku psikologi. "Hey, Alex. Bisa bicara sebentar?" tanya Rin dengan ramah. Alex menoleh, terkejut. "Rin! Ada apa?" Rin duduk di sebelah Alex. "Aku ingin tahu tentang Proyek J. Apa kau tahu sesuatu?" Alex ragu-ragu sejenak. "Aku... tidak tahu apa-apa tentang pembunuhan. Tapi, aku tahu Proyek J adalah riset tentang perilaku manusia." Rin mendengarkan dengan saksama. "Apa kau kenal James?" Alex menggelengkan kepala cepat. "Tidak, aku tidak kenal." Rin memperhatikan reaksi Alex, mencari tanda-tanda kebohongan. Rin memandang Alex dengan curiga, mencari tanda-tanda kebohongan. Namun, sebelum ia bisa melanjutkan pertanyaannya, Bee muncul di belakang mereka dengan ekspresi serius. "Rin, aku sudah menemukan sesuatu yang penting," kata Bee, suaranya penuh ketegangan. Rin berpaling, penasaran. "Apa itu, Bee? Apakah kamu sudah menemukan petunjuk?" Bee menatap A

  • Kode Kematian Sidney   Pembunuhan di Perpustakaan

    Cahaya senja memancar melalui jendela perpustakaan Universitas Sidney, menciptakan bayangan misterius di antara rak buku. Detektif Bee dan Rin berjalan santai, menikmati kebahagiaan baru mereka. Namun, kesenangan itu terusik oleh teriakan panik dari ruangan sebelah."Apa itu?" tanya Rin, terkejut.Bee segera berlari menuju sumber suara. Ia menemukan mahasiswi tergeletak di lantai, darah membasahi pakaian putihnya. Luka tusuk yang dalam terlihat jelas di dadanya.Selembar amplop besar tergeletak di samping korban, dengan tulisan tangan yang tidak rapi: "Dari J." Nama pengirimnya terpotong, meninggalkan misteri yang menggantung.Bee langsung beraksi, memanggil tim forensik dan polisi. Rin terlihat pucat, gemetar."Apa yang terjadi, Bee?" tanya Rin, takut.Bee menatap korban dengan serius. "Pembunuhan. Dan ini baru awalnya."Tim forensik tiba, memulai penyelidikan. Bee memeriksa lokasi kejadian, mencari petunjuk. Ia menemukan jejak kaki kecil di dekat jendela, menunjukkan pelaku melarika

  • Kode Kematian Sidney   Menemui Rin

    Briella menatap Bee dengan rasa tidak percaya. "Apa maksudmu, Bee? Kau tidak bisa serius!" Bee mengangguk. "Aku serius, Briella. Kita harus menyelamatkan Rin dan mahasiswa lainnya. Aku memiliki rencana." Briella terdiam, memahami rencana Bee. "Tidak, Bee! Kau tidak bisa melakukan itu!" Bee tersenyum lemah. "Aku harus melakukannya, Briella. Kau harus hidup dan menyelamatkan Rin." Briella: "Tidak, Bee! Aku tidak bisa meninggalkanmu!" Bee: "Kau harus, Briella. Aku tidak ingin kau mati bersamaku." Detektif Bee memeluk Briella erat. "Jangan lupa, kau harus melompat ke dinding dan menyelamatkan diri. Aku akan mengalihkan perhatian penyadap." Bee berlari menuju penyadap, mengalihkan perhatian mereka. Briella melompat ke dinding, menyelamatkan diri. Bom meledak, menghancurkan gedung. Briella menatap ke belakang, melihat Bee yang terjebak dalam ledakan. Air matanya mengalir, menyesali kehilangan sahabatnya. "Terima kasih, Bee," katanya dalam hati. "Aku tidak akan melupakanmu.

  • Kode Kematian Sidney   Tipuan, Lokasi Berpindah

    Gedung pemerintahan terguncang oleh detak jam di dinding. Detektif Bee berdiri di depan panel kontrol bom, keringat dingin membasahi dahinya. Matahari merah menyinari ruangan, menyoroti kecemasan di wajahnya."Bee, cepat! Waktu habis!" teriak Briella dari luar ruangan.Detektif Bee memandang panel kontrol dengan takjub. Kabel-kabel berwarna merah, biru, dan hijau terjalin seperti ular berbisa. Tombol-tombol berkedip seperti mata-mata yang mengintai."Aku tidak tahu cara menonaktifkannya!" desahnya.Dia memeriksa panel kontrol lebih dekat. Kabel merah terhubung ke tombol hijau. Apakah itu benar? Ataukah itu jebakan?Detektif Bee menggigit bibirnya. "Aku harus berani," katanya pada dirinya sendiri.Detektif Bee menekan tombol hijau. Panel kontrol berkedip lebih cepat. Bom bergetar lebih keras.Briella menyerobot masuk, matanya terbelalak. "Bee, apa yang kau lakukan?!"Detektif Bee menutup mata, menunggu ledakan yang tak terhindarkan. Tapi, tidak ada suara. Dia membuka mata dan melihat p

  • Kode Kematian Sidney   Pesan Terakhir Detektif Bee

    Lokasi Gudang tua di pinggiran kota Sidney, Jalan Industri No. 12. Waktu Malam hari, pukul 22.00. Gudang tua yang terlantar dan kusam terlihat seperti kota mati yang membingungkan. Detektif Bee dan Briella memasuki gudang dengan hati-hati, menyinari sekitar dengan senter. Suara derak dan langkah kaki mereka memecah kesunyian. Detektif Bee: (berbisik) "Briella, kita harus berhati-hati. Alexander bisa bersembunyi di mana saja." Briella: (berbisik) "Saya tahu, Bee. Saya sudah siap." Petugas Keamanan 1: "Detektif Bee, kami sudah menyisir sekitar. Tidak ada tanda-tanda kehadiran Alexander." Detektif Bee: "Teruslah menyisir. Kita tidak bisa membiarkan kesalahan." Detektif Bee dan Briella memeriksa kotak-kotak penyimpanan. Petugas keamanan menyisir sekitar gudang. Briella menemukan pintu tersembunyi di balik kotak. Briella menemukan dokumen rahasia yang tersembunyi di balik pintu. Dokumen tersebut menunjukkan rencana penyerangan Alexander. Jalan Industri No. 12, ruang penyimpanan.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status