Share

Menemui Rin

Author: Beegumi
last update Last Updated: 2024-12-22 10:14:21

Briella menatap Bee dengan rasa tidak percaya. "Apa maksudmu, Bee? Kau tidak bisa serius!"

Bee mengangguk. "Aku serius, Briella. Kita harus menyelamatkan Rin dan mahasiswa lainnya. Aku memiliki rencana."

Briella terdiam, memahami rencana Bee. "Tidak, Bee! Kau tidak bisa melakukan itu!"

Bee tersenyum lemah. "Aku harus melakukannya, Briella. Kau harus hidup dan menyelamatkan Rin."

Briella: "Tidak, Bee! Aku tidak bisa meninggalkanmu!"

Bee: "Kau harus, Briella. Aku tidak ingin kau mati bersamaku."

Detektif Bee memeluk Briella erat. "Jangan lupa, kau harus melompat ke dinding dan menyelamatkan diri. Aku akan mengalihkan perhatian penyadap."

Bee berlari menuju penyadap, mengalihkan perhatian mereka. Briella melompat ke dinding, menyelamatkan diri. Bom meledak, menghancurkan gedung.

Briella menatap ke belakang, melihat Bee yang terjebak dalam ledakan. Air matanya mengalir, menyesali kehilangan sahabatnya.

"Terima kasih, Bee," katanya dalam hati. "Aku tidak akan melupakanmu."

***

Suara ledakan mengguncang gedung, namun ternyata itu hanya rekaman suara ledakan dari ponsel yang diputar Detektif Bee untuk menipu Alexander. Bee dan Briella bersembunyi di balik dinding, menunggu reaksi Alexander dengan napas tertahan.

"Rencana kita harus berhasil," bisik Bee kepada Briella.

Briella mengangguk, mata mereka beradu dalam kegelapan. "Kita harus menyelamatkan Rin dan mahasiswa lainnya."

Alexander masuk ke gedung, terperangkap dalam jebakan Bee. Langkahnya percaya diri, tapi matahari merah menyinari kecurigaan di wajahnya.

"Kau pikir kau bisa menipu aku, Bee?" teriak Alexander.

Bee keluar dari persembunyian, senyumnya menantang. "Kau sudah terjebak, Alexander."

Rekan polisi Briella dan Bee yang dipimpin oleh Inspektur Renji muncul dari bayangan, mengepung Alexander. Ternyata Inspektur dan yang lain hanya berakting sebelumnya. Yang pergi hanya sebagian polisi sebagai pengalihan.

Satu-satunya yang tak bisa disadap adalah pesan teks. Yah, Bee memberitahu rencananya jauh waktu sebelum menemukan kode bom di Universitas Sidney pada.

Rekan polisi Bee, Sersan Haru bersembunyi di balik dinding, menunggu sinyal dari Bee.

"Siap, Inspektur," bisik Sersan Haru kepada Inspektur Renji melalui radio. "Kami siap menangkap target."

Inspektur Renji menjawab, "Tunggu sinyal dari Detektif Bee. Jangan salah langkah."

Suara ledakan semakin keras, menutupi suara langkah Alexander yang mendekati.

"Sial! Suara darimana itu!" kesal Alexander.

Bee tertawa kecil. "Haha, kau ini lucu sekali, Alex. Bukankah itu suara bom yang kau pasang?"

"Jangan mengada-ngada! Aku tahu betul ini tipuan. Aku tidak pernah berniat menaruh bom sebenarnya di sini."

Sersan Haru dan timnya muncul dari bayangan, mengepung Alexander. "Tangan di atas kepala! Jangan bergerak!" teriak James.

Alexander berusaha melawan, tapi tidak berhasil. Tim polisi memborgol tangannya dan menyeretnya keluar gedung.

Inspektur Renji menginstruksikan, "Bawa dia ke markas besar polisi. Akhiri EVIT!"

Bee keluar secara penuh, senyumnya menantang. "Semua sudah aman, Inspektur Renji."

Mobil polisi membawa Alexander ke markas besar polisi, menandai akhir dari EVIT. Bee dan Briella berpelukan, lega dan bangga atas keberhasilan mereka.

***

Mobil Bee melaju menuju Universitas Sidney. Ia tak sabar menemui Rin. Bee mengecek ponselnya. Mengirimi pesan pada Briella.

"Beritahu aku informasi apa saja yang dikatakan Alex nantinya."

"Baik," jawab Briella singkat.

Detektif Bee sampai. Tatapannya seakan menyiratkan ia tahu harus kemana. Langkahnya menuju ruang perpustakaan Universitas Sidney, mencari Rin. Ia menemukan Rin di antara rak buku, tersenyum.

"Rin!" teriak Bee, berlari menuju gadis itu.

Rin terkejut, menatap Bee dengan rasa bingung. "Bee? Apa kau lakukan di sini? Bagaimana kau bisa tiba-tiba ada di sini?"

Bee memeluk Rin erat. "Aku menyelamatkanmu, Rin. EVIT sudah ditumbangkan."

Rin kebingungan. "Apa maksudnya EVIT? menumbangkan apa? Kau ada kasus lagi?"

Bee tersenyum mengangguk. "Iya."

"Memang apa hubungannya denganku sampai kau bahagia sekali begini, ya ampun."

***

Sementara itu, Briella menginterogasi Alexander di markas besar polisi.

"Siapa ketua EVIT sebenarnya?" tanya Briella.

Alexander tersenyum sinis. "Aku bukan ketua EVIT. James adalah ketuanya. Ia memiliki rencana besar untuk melakukan serangkaian pembunuhan."

Briella terkejut. "Apa? Berapa banyak kaki tangan James?"

Alexander menggelengkan kepala. "Aku tidak tahu pasti, tapi mereka ada di mana-mana. James ingin menciptakan kekacauan total."

Bee dan Rin berjalan di kampus, menikmati kebahagiaan bersama. Namun, Bee tidak bisa menghilangkan perasaan khawatir tentang James dan rencananya.

"Rin, aku harus melindungimu," kata Bee serius.

Rin menatap Bee dengan rasa cinta. "Aku percaya padamu, Bee."

Related chapters

  • Kode Kematian Sidney   Pembunuhan di Perpustakaan

    Cahaya senja memancar melalui jendela perpustakaan Universitas Sidney, menciptakan bayangan misterius di antara rak buku. Detektif Bee dan Rin berjalan santai, menikmati kebahagiaan baru mereka. Namun, kesenangan itu terusik oleh teriakan panik dari ruangan sebelah."Apa itu?" tanya Rin, terkejut.Bee segera berlari menuju sumber suara. Ia menemukan mahasiswi tergeletak di lantai, darah membasahi pakaian putihnya. Luka tusuk yang dalam terlihat jelas di dadanya.Selembar amplop besar tergeletak di samping korban, dengan tulisan tangan yang tidak rapi: "Dari J." Nama pengirimnya terpotong, meninggalkan misteri yang menggantung.Bee langsung beraksi, memanggil tim forensik dan polisi. Rin terlihat pucat, gemetar."Apa yang terjadi, Bee?" tanya Rin, takut.Bee menatap korban dengan serius. "Pembunuhan. Dan ini baru awalnya."Tim forensik tiba, memulai penyelidikan. Bee memeriksa lokasi kejadian, mencari petunjuk. Ia menemukan jejak kaki kecil di dekat jendela, menunjukkan pelaku melarika

    Last Updated : 2024-12-22
  • Kode Kematian Sidney   Bukan Lucas, Mesin Fax Yang Menipu

    Rin mendatangi perpustakaan, mencari mahasiswa pertama dalam daftar, Alex. Ia menemukan Alex di antara rak buku, terfokus pada buku psikologi. "Hey, Alex. Bisa bicara sebentar?" tanya Rin dengan ramah. Alex menoleh, terkejut. "Rin! Ada apa?" Rin duduk di sebelah Alex. "Aku ingin tahu tentang Proyek J. Apa kau tahu sesuatu?" Alex ragu-ragu sejenak. "Aku... tidak tahu apa-apa tentang pembunuhan. Tapi, aku tahu Proyek J adalah riset tentang perilaku manusia." Rin mendengarkan dengan saksama. "Apa kau kenal James?" Alex menggelengkan kepala cepat. "Tidak, aku tidak kenal." Rin memperhatikan reaksi Alex, mencari tanda-tanda kebohongan. Rin memandang Alex dengan curiga, mencari tanda-tanda kebohongan. Namun, sebelum ia bisa melanjutkan pertanyaannya, Bee muncul di belakang mereka dengan ekspresi serius. "Rin, aku sudah menemukan sesuatu yang penting," kata Bee, suaranya penuh ketegangan. Rin berpaling, penasaran. "Apa itu, Bee? Apakah kamu sudah menemukan petunjuk?" Bee menatap A

    Last Updated : 2024-12-22
  • Kode Kematian Sidney   Operasi Phoenix

    Bee menatap layar komputer dengan serius, matanya menyempit mempelajari pesan tersembunyi. "Operasi Phoenix? Apa maksudnya?" tanyanya pada Briella dan Rin. Briella menggelengkan kepala. "Tidak ada catatan tentang operasi tersebut dalam database kami." Rin memperhatikan tanggal pada pesan. "24 Desember, hari sebelum pembunuhan Sarah. Ini pasti terkait." Bee menekan tombol keyboard, mencari informasi lebih lanjut. "Kita perlu mengetahui apa yang direncanakan James. Apakah ini serangan teroris atau konspirasi?" Briella memanggil tim forensik. "Kita perlu menggeledah ruangan Lucas lagi. Cari bukti tentang Operasi Phoenix." Rin memperhatikan kode pada pesan. "Kode ini menggunakan teknik kriptografi canggih. Mungkin ada petunjuk lain." Bee menatap Briella. "Kita harus bekerja cepat. James bisa melancarkan serangan lain kapan saja." Briella: "Apakah kita sudah menghubungi universitas tentang ancaman ini?" Rin: "Belum. Kita perlu memastikan keamanan sebelum mengumumkan." Bee: "Benar.

    Last Updated : 2025-01-18
  • Kode Kematian Sidney   Pertanyaan Mengganjal Bagi Rin

    Bee dan tim membawa Dr. Taylor ke kantor polisi untuk interogasi. Bee memulai pertanyaan.Bee: "Dr. Taylor, ceritakan tentang Operasi Phoenix. Apa tujuannya?"Dr. Taylor: "Operasi Phoenix bertujuan menghancurkan universitas ini karena kegagalan mereka dalam mengembangkan proyek kami."Briella: "Proyek apa?"Dr. Taylor: "Proyek psikologi eksperimental. Kami ingin menguji perilaku manusia di bawah tekanan."Rin: "Dan James terlibat dalam proyek ini?"Dr. Taylor: "Ya, James adalah asisten kami. Dia menjadi tidak stabil setelah eksperimen gagal."Bee memperhatikan ekspresi Dr. Taylor. "Apa yang membuat James begitu dendam?"Dr. Taylor: "James merasa universitas ini telah menghancurkan hidupnya. Dia ingin balas dendam."Briella mencatat informasi. "Kita perlu menemukan bukti tentang proyek ini. Apakah ada dokumen atau rekaman?"Dr. Taylor: "Semua dokumen ada di laboratorium psikologi. Tapi, James sudah memusnahkan sebagian besar bukti."Bee memutuskan. "Kita harus segera menuju laboratoriu

    Last Updated : 2025-01-18
  • Kode Kematian Sidney   Mayat di Ruangan Terkunci Museum

    Rin memutuskan kembali menjalani kuliah seperti biasanya. Kesimpulan kasus kematian di ruang perpustakaan itu memang ulah James."Sementara ini kau boleh kabur, James," ujar Bee. Sementara itu...Briella menerima informasi tentang cincin misterius yang dilihat Bee. Dia memutuskan untuk menyelidiki lebih lanjut tentang Ordo Phoenix.Briella menemukan dokumen rahasia tentang cincin tersebut, yang terhubung dengan organisasi rahasia Ordo Phoenix. Dia menyadari bahwa Operasi Phoenix hanya salah satu bagian dari rencana besar mereka.Briella memutuskan untuk menyelidiki lebih lanjut tentang Ordo Phoenix. Dia menghubungi atasan polisi untuk meminta bantuan.Briella: "Saya perlu akses ke database internasional untuk melacak jejak Ordo Phoenix."Atasan Polisi: "Saya akan memberikan akses tersebut. Berhati-hatilah, Briella."Siapa pemimpin Ordo Phoenix? ***Hari yang cerah di Sidney, Bee, Briella, dan Rin memutuskan untuk mengunjungi Museum Seni Sidney. Mereka berjalan-jalan, menikmati peman

    Last Updated : 2025-01-18
  • Kode Kematian Sidney   Alex?

    Inspektur Renji memeriksa korban lebih dekat. "Korban memiliki luka tusuk di dada dan perut. Pembunuhnya pasti memiliki keahlian."Briella memperhatikan posisi pedang. "Pedang ini tertancap dengan sudut yang tepat. Pembunuhnya pasti memiliki pengalaman."Rin mengamati tangan korban. "Tidak ada cincin atau jam tangan. Apakah pembunuhnya mengambilnya?"Tim forensik menemukan sebuah kertas kecil di saku korban. "Ini adalah tiket masuk museum," kata salah satu anggota tim.Inspekture memperhatikan tanggalnya. "Tiket ini dikeluarkan hari ini. Korban baru saja masuk museum."Bee memulai daftar tersangka:1. Alex (penjaga museum)2. Sophia (kurator museum)3. Emily (staf kebersihan)4. Jack (pengunjung museum)Dalam pikiran Bee: Siapa yang memiliki motif untuk membunuh korban?Bagaimana pembunuhnya menghindari kamera pengawas? Apa hubungan korban dengan staf museum?Bee, Briella, dan Rin memutuskan untuk memeriksa rekaman kamera pengawas dan wawancara dengan staf museum lebih lanjut. Mereka j

    Last Updated : 2025-01-24
  • Kode Kematian Sidney   Pertemuan Kembali

    Moskow, Polandia. Pagi hari yang cerah. Detektif Bee berdiri di depan jendela apartemennya, memandang kota Moskow yang sibuk. Dia mengenakan piyama putih dan rambutnya masih acak-acakan. Teleponnya berdering. Detektif Bee: (mengangkat telepon) "Halo?" Inspektur Renji: (suara dari seberang) "Bee, saya butuh bantuanmu. Kasus pengeboman misterius terjadi di Sidney. Saya membutuhkan keahlianmu." Detektif Bee: "Apa yang terjadi?" Inspektur Renji: "Tiga ledakan dalam seminggu. Tidak ada korban jiwa, tapi kerusakan parah. Saya percaya Anda dapat memecahkan kasus ini." Detektif Bee memandang jam dinding, 06:00 pagi. Dia mengambil secarik kertas dan pena, mulai mencatat detail kasus. "Apa yang terjadi di Sidney? Siapa di balik serangkaian pengeboman ini?" Detektif Bee berpikir dalam diam, matanya menyala dengan semangat. Detektif Bee memandang kertas catatannya, pikirannya sudah terfokus pada kasus pengeboman di Sidney. Dia mengambil secangkir kopi dan duduk di meja kerja. Dete

    Last Updated : 2024-12-21
  • Kode Kematian Sidney   Labirin Kekeliruan

    Kantor polisi Sidney terasa seperti labirin yang mempesona, dengan koridor-koridor panjang yang tersembunyi di balik pintu-pintu tertutup. Detektif Bee dan Briella berjalan dengan langkah yang pasti, mencari petunjuk yang tersembunyi. Detektif Bee: "Briella, kita harus mencari saksi yang melihat sesuatu. Mungkin ada yang tahu tentang pelaku." Briella: "Saya sudah menghubungi beberapa saksi, Bee. Tapi mereka tidak melihat apa-apa yang mencurigakan." Detektif Bee memandang foto korban dengan mata yang tajam. "Ada sesuatu yang tidak beres, Briella. Korban pertama adalah mahasiswa, kedua pegawai pemerintah, ketiga pengunjung pusat perbelanjaan. Pola ini tidak jelas." Briella: "Mungkin kita harus mencari hubungan antara korban dan lokasi ledakan. Apakah ada sesuatu yang sama?" Detektif Bee: "Itu ide yang baik, Briella. Mari kita cari." Mereka berdua duduk di ruang penyelidikan, membahas data dan foto-foto. Udara kantor terasa berat dengan misteri yang belum terpecahkan. Detektif Bee

    Last Updated : 2024-12-21

Latest chapter

  • Kode Kematian Sidney   Alex?

    Inspektur Renji memeriksa korban lebih dekat. "Korban memiliki luka tusuk di dada dan perut. Pembunuhnya pasti memiliki keahlian."Briella memperhatikan posisi pedang. "Pedang ini tertancap dengan sudut yang tepat. Pembunuhnya pasti memiliki pengalaman."Rin mengamati tangan korban. "Tidak ada cincin atau jam tangan. Apakah pembunuhnya mengambilnya?"Tim forensik menemukan sebuah kertas kecil di saku korban. "Ini adalah tiket masuk museum," kata salah satu anggota tim.Inspekture memperhatikan tanggalnya. "Tiket ini dikeluarkan hari ini. Korban baru saja masuk museum."Bee memulai daftar tersangka:1. Alex (penjaga museum)2. Sophia (kurator museum)3. Emily (staf kebersihan)4. Jack (pengunjung museum)Dalam pikiran Bee: Siapa yang memiliki motif untuk membunuh korban?Bagaimana pembunuhnya menghindari kamera pengawas? Apa hubungan korban dengan staf museum?Bee, Briella, dan Rin memutuskan untuk memeriksa rekaman kamera pengawas dan wawancara dengan staf museum lebih lanjut. Mereka j

  • Kode Kematian Sidney   Mayat di Ruangan Terkunci Museum

    Rin memutuskan kembali menjalani kuliah seperti biasanya. Kesimpulan kasus kematian di ruang perpustakaan itu memang ulah James."Sementara ini kau boleh kabur, James," ujar Bee. Sementara itu...Briella menerima informasi tentang cincin misterius yang dilihat Bee. Dia memutuskan untuk menyelidiki lebih lanjut tentang Ordo Phoenix.Briella menemukan dokumen rahasia tentang cincin tersebut, yang terhubung dengan organisasi rahasia Ordo Phoenix. Dia menyadari bahwa Operasi Phoenix hanya salah satu bagian dari rencana besar mereka.Briella memutuskan untuk menyelidiki lebih lanjut tentang Ordo Phoenix. Dia menghubungi atasan polisi untuk meminta bantuan.Briella: "Saya perlu akses ke database internasional untuk melacak jejak Ordo Phoenix."Atasan Polisi: "Saya akan memberikan akses tersebut. Berhati-hatilah, Briella."Siapa pemimpin Ordo Phoenix? ***Hari yang cerah di Sidney, Bee, Briella, dan Rin memutuskan untuk mengunjungi Museum Seni Sidney. Mereka berjalan-jalan, menikmati peman

  • Kode Kematian Sidney   Pertanyaan Mengganjal Bagi Rin

    Bee dan tim membawa Dr. Taylor ke kantor polisi untuk interogasi. Bee memulai pertanyaan.Bee: "Dr. Taylor, ceritakan tentang Operasi Phoenix. Apa tujuannya?"Dr. Taylor: "Operasi Phoenix bertujuan menghancurkan universitas ini karena kegagalan mereka dalam mengembangkan proyek kami."Briella: "Proyek apa?"Dr. Taylor: "Proyek psikologi eksperimental. Kami ingin menguji perilaku manusia di bawah tekanan."Rin: "Dan James terlibat dalam proyek ini?"Dr. Taylor: "Ya, James adalah asisten kami. Dia menjadi tidak stabil setelah eksperimen gagal."Bee memperhatikan ekspresi Dr. Taylor. "Apa yang membuat James begitu dendam?"Dr. Taylor: "James merasa universitas ini telah menghancurkan hidupnya. Dia ingin balas dendam."Briella mencatat informasi. "Kita perlu menemukan bukti tentang proyek ini. Apakah ada dokumen atau rekaman?"Dr. Taylor: "Semua dokumen ada di laboratorium psikologi. Tapi, James sudah memusnahkan sebagian besar bukti."Bee memutuskan. "Kita harus segera menuju laboratoriu

  • Kode Kematian Sidney   Operasi Phoenix

    Bee menatap layar komputer dengan serius, matanya menyempit mempelajari pesan tersembunyi. "Operasi Phoenix? Apa maksudnya?" tanyanya pada Briella dan Rin. Briella menggelengkan kepala. "Tidak ada catatan tentang operasi tersebut dalam database kami." Rin memperhatikan tanggal pada pesan. "24 Desember, hari sebelum pembunuhan Sarah. Ini pasti terkait." Bee menekan tombol keyboard, mencari informasi lebih lanjut. "Kita perlu mengetahui apa yang direncanakan James. Apakah ini serangan teroris atau konspirasi?" Briella memanggil tim forensik. "Kita perlu menggeledah ruangan Lucas lagi. Cari bukti tentang Operasi Phoenix." Rin memperhatikan kode pada pesan. "Kode ini menggunakan teknik kriptografi canggih. Mungkin ada petunjuk lain." Bee menatap Briella. "Kita harus bekerja cepat. James bisa melancarkan serangan lain kapan saja." Briella: "Apakah kita sudah menghubungi universitas tentang ancaman ini?" Rin: "Belum. Kita perlu memastikan keamanan sebelum mengumumkan." Bee: "Benar.

  • Kode Kematian Sidney   Bukan Lucas, Mesin Fax Yang Menipu

    Rin mendatangi perpustakaan, mencari mahasiswa pertama dalam daftar, Alex. Ia menemukan Alex di antara rak buku, terfokus pada buku psikologi. "Hey, Alex. Bisa bicara sebentar?" tanya Rin dengan ramah. Alex menoleh, terkejut. "Rin! Ada apa?" Rin duduk di sebelah Alex. "Aku ingin tahu tentang Proyek J. Apa kau tahu sesuatu?" Alex ragu-ragu sejenak. "Aku... tidak tahu apa-apa tentang pembunuhan. Tapi, aku tahu Proyek J adalah riset tentang perilaku manusia." Rin mendengarkan dengan saksama. "Apa kau kenal James?" Alex menggelengkan kepala cepat. "Tidak, aku tidak kenal." Rin memperhatikan reaksi Alex, mencari tanda-tanda kebohongan. Rin memandang Alex dengan curiga, mencari tanda-tanda kebohongan. Namun, sebelum ia bisa melanjutkan pertanyaannya, Bee muncul di belakang mereka dengan ekspresi serius. "Rin, aku sudah menemukan sesuatu yang penting," kata Bee, suaranya penuh ketegangan. Rin berpaling, penasaran. "Apa itu, Bee? Apakah kamu sudah menemukan petunjuk?" Bee menatap A

  • Kode Kematian Sidney   Pembunuhan di Perpustakaan

    Cahaya senja memancar melalui jendela perpustakaan Universitas Sidney, menciptakan bayangan misterius di antara rak buku. Detektif Bee dan Rin berjalan santai, menikmati kebahagiaan baru mereka. Namun, kesenangan itu terusik oleh teriakan panik dari ruangan sebelah."Apa itu?" tanya Rin, terkejut.Bee segera berlari menuju sumber suara. Ia menemukan mahasiswi tergeletak di lantai, darah membasahi pakaian putihnya. Luka tusuk yang dalam terlihat jelas di dadanya.Selembar amplop besar tergeletak di samping korban, dengan tulisan tangan yang tidak rapi: "Dari J." Nama pengirimnya terpotong, meninggalkan misteri yang menggantung.Bee langsung beraksi, memanggil tim forensik dan polisi. Rin terlihat pucat, gemetar."Apa yang terjadi, Bee?" tanya Rin, takut.Bee menatap korban dengan serius. "Pembunuhan. Dan ini baru awalnya."Tim forensik tiba, memulai penyelidikan. Bee memeriksa lokasi kejadian, mencari petunjuk. Ia menemukan jejak kaki kecil di dekat jendela, menunjukkan pelaku melarika

  • Kode Kematian Sidney   Menemui Rin

    Briella menatap Bee dengan rasa tidak percaya. "Apa maksudmu, Bee? Kau tidak bisa serius!" Bee mengangguk. "Aku serius, Briella. Kita harus menyelamatkan Rin dan mahasiswa lainnya. Aku memiliki rencana." Briella terdiam, memahami rencana Bee. "Tidak, Bee! Kau tidak bisa melakukan itu!" Bee tersenyum lemah. "Aku harus melakukannya, Briella. Kau harus hidup dan menyelamatkan Rin." Briella: "Tidak, Bee! Aku tidak bisa meninggalkanmu!" Bee: "Kau harus, Briella. Aku tidak ingin kau mati bersamaku." Detektif Bee memeluk Briella erat. "Jangan lupa, kau harus melompat ke dinding dan menyelamatkan diri. Aku akan mengalihkan perhatian penyadap." Bee berlari menuju penyadap, mengalihkan perhatian mereka. Briella melompat ke dinding, menyelamatkan diri. Bom meledak, menghancurkan gedung. Briella menatap ke belakang, melihat Bee yang terjebak dalam ledakan. Air matanya mengalir, menyesali kehilangan sahabatnya. "Terima kasih, Bee," katanya dalam hati. "Aku tidak akan melupakanmu.

  • Kode Kematian Sidney   Tipuan, Lokasi Berpindah

    Gedung pemerintahan terguncang oleh detak jam di dinding. Detektif Bee berdiri di depan panel kontrol bom, keringat dingin membasahi dahinya. Matahari merah menyinari ruangan, menyoroti kecemasan di wajahnya."Bee, cepat! Waktu habis!" teriak Briella dari luar ruangan.Detektif Bee memandang panel kontrol dengan takjub. Kabel-kabel berwarna merah, biru, dan hijau terjalin seperti ular berbisa. Tombol-tombol berkedip seperti mata-mata yang mengintai."Aku tidak tahu cara menonaktifkannya!" desahnya.Dia memeriksa panel kontrol lebih dekat. Kabel merah terhubung ke tombol hijau. Apakah itu benar? Ataukah itu jebakan?Detektif Bee menggigit bibirnya. "Aku harus berani," katanya pada dirinya sendiri.Detektif Bee menekan tombol hijau. Panel kontrol berkedip lebih cepat. Bom bergetar lebih keras.Briella menyerobot masuk, matanya terbelalak. "Bee, apa yang kau lakukan?!"Detektif Bee menutup mata, menunggu ledakan yang tak terhindarkan. Tapi, tidak ada suara. Dia membuka mata dan melihat p

  • Kode Kematian Sidney   Pesan Terakhir Detektif Bee

    Lokasi Gudang tua di pinggiran kota Sidney, Jalan Industri No. 12. Waktu Malam hari, pukul 22.00. Gudang tua yang terlantar dan kusam terlihat seperti kota mati yang membingungkan. Detektif Bee dan Briella memasuki gudang dengan hati-hati, menyinari sekitar dengan senter. Suara derak dan langkah kaki mereka memecah kesunyian. Detektif Bee: (berbisik) "Briella, kita harus berhati-hati. Alexander bisa bersembunyi di mana saja." Briella: (berbisik) "Saya tahu, Bee. Saya sudah siap." Petugas Keamanan 1: "Detektif Bee, kami sudah menyisir sekitar. Tidak ada tanda-tanda kehadiran Alexander." Detektif Bee: "Teruslah menyisir. Kita tidak bisa membiarkan kesalahan." Detektif Bee dan Briella memeriksa kotak-kotak penyimpanan. Petugas keamanan menyisir sekitar gudang. Briella menemukan pintu tersembunyi di balik kotak. Briella menemukan dokumen rahasia yang tersembunyi di balik pintu. Dokumen tersebut menunjukkan rencana penyerangan Alexander. Jalan Industri No. 12, ruang penyimpanan.

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status