Gedung pemerintahan terguncang oleh detak jam di dinding. Detektif Bee berdiri di depan panel kontrol bom, keringat dingin membasahi dahinya. Matahari merah menyinari ruangan, menyoroti kecemasan di wajahnya.
"Bee, cepat! Waktu habis!" teriak Briella dari luar ruangan. Detektif Bee memandang panel kontrol dengan takjub. Kabel-kabel berwarna merah, biru, dan hijau terjalin seperti ular berbisa. Tombol-tombol berkedip seperti mata-mata yang mengintai. "Aku tidak tahu cara menonaktifkannya!" desahnya. Dia memeriksa panel kontrol lebih dekat. Kabel merah terhubung ke tombol hijau. Apakah itu benar? Ataukah itu jebakan? Detektif Bee menggigit bibirnya. "Aku harus berani," katanya pada dirinya sendiri. Detektif Bee menekan tombol hijau. Panel kontrol berkedip lebih cepat. Bom bergetar lebih keras. Briella menyerobot masuk, matanya terbelalak. "Bee, apa yang kau lakukan?!" Detektif Bee menutup mata, menunggu ledakan yang tak terhindarkan. Tapi, tidak ada suara. Dia membuka mata dan melihat panel kontrol berhenti berkedip. Bom dinonaktifkan. Detektif Bee dan Briella berpelukan, lega. Tapi, tiba-tiba Bee merasakan sesuatu yang tidak beres. "Briella, aku rasa ada sesuatu yang salah..." Briella menatapnya dengan khawatir. "Apa itu, Bee?" Detektif Bee tersenyum lemah. "Aku tidak tahu... Tapi aku rasa ini belum berakhir." Gedung pemerintahan terasa sunyi setelah bom dinonaktifkan. Detektif Bee memandang panel kontrol dengan rasa lega. Tapi, matanya terhenti pada kode terakhir yang muncul di layar. Kode Terakhir "EVIT-02: UNIVERSITAS SIDNEY. WAKTU: 30 MENIT." Darah Detektif Bee berhenti mengalir. Hatinya terasa terhantam palu godam. Bom di gedung pemerintahan hanya pancingan. Bom sebenarnya ada di Universitas Sidney. Bee: (membatin) "Tidak, tidak mungkin. Riin, ada Rin di sana. Rin pergi dari sana... Tolong..." Briella: "Bee, apa yang terjadi?" Bee: (tergesa-gesa) "Bom sebenarnya ada di Universitas Sidney! Kita harus segera ke sana!" Briella: "Apa? Bagaimana bisa?" Bee: "Tidak ada waktu! Kita harus berlari!" Detektif Bee dan Briella berlari menuju pintu keluar, tapi terhalang oleh pintu yang terjebak. Briella: "Pintu terjebak! Kita terjebak!" Mereka berlari mencari jalan keluar, tapi setiap pintu yang mereka temukan terjebak. Waktu terasa semakin singkat. Inspektur Renji baru tiba di lokasi, melihat gedung pemerintahan yang sunyi. Renji: "Apa yang terjadi? Detektif Bee dan Briella di mana?" Petugas Keamanan: "Mereka masih di dalam, Inspektur. Mereka mencoba keluar." Renji: "Cepat, bantu mereka! Apa yang terjadi?" Petugas Keamanan: "Bom yang sebenarnya ada di Universitas Sidney, Inspektur. Detektif Bee dan Briella mencoba berpikir cara menyelamatkan nyawa mahasiswa." Inspektur Renji berlari menuju mobil, menghubungi tim untuk segera menuju Universitas Sidney. Renji: (melalui radio) "Tim, kita memiliki situasi darurat di Universitas Sidney. Bom akan meledak dalam 20 menit. Segera ke lokasi!" *** Detektif Bee terjebak dalam keputusasaan. Waktu terasa berlari, meninggalkannya dalam kegelapan. Ia harus menghubungi Rin, menyelamatkannya dari maut yang mengintai di Universitas Sidney. Tiba-tiba, ponsel Bee bergetar. Pesan dari Alexander muncul di layar. "Sial, Ran bahkan tak bisa membawa ponselnya jika harus ke kampus. Kenapa si bajingan ini lagi yang mengirim!" Bee kesal. Tertulis: "Aku bukan ketua EVIT, Bee. Aku hanya pesuruh. Mereka sudah memasang penyadap di Universitas Sidney untuk memantau percakapan. Tidak ada yang akan berhasil menyelamatkan Rin. Waktu habis." Bee merasa darahnya membeku. Alexander telah memainkan permainan kotor. Bee: (membatin) "Rin, aku tidak bisa menyelamatkanmu... Maafkan aku..." Briella: "Bee, jangan menyerah! Kita harus mencoba!" Bee: "Tidak ada cara, Briella. Mereka tahu semua rencana kita." Briella: "Kita harus mencari cara menghancurkan bom tersebut!" Detektif Bee dan Briella berlari mencari cara menghancurkan bom. Tapi, waktu terus berlari. Bom akan meledak dalam 10 menit. Bee dan Briella terjebak dalam keputusasaan. Mereka tidak bisa menyelamatkan Rin. Bom akan meledak, menghancurkan segalanya. Bee: (membatin) "Rin, aku mencintaimu... Maafkan aku..." Inspektur Renji berlari menuju mobil, menghubungi tim untuk segera menuju Universitas Sidney. Bee mencoba tenang. Ia melihat ke arah rekannya Briella yang nampak sangat panik. Bee bergumam, "Kau harus melompat ke setiap dinding, Briell. Aku tetap ingin kau hidup." "Apa maksudmu?" "Aku punya ide. Tapi satu orang harus mengorba kan nyawanya. Inj demi kelangsungan nyawa orang banyak, para generasi muda yang sedang berpendidikan itu. Termasuk Rin, aku tidak ingin ia mati. Ia bahkan memiliki cita-cita yang manis."Briella menatap Bee dengan rasa tidak percaya. "Apa maksudmu, Bee? Kau tidak bisa serius!" Bee mengangguk. "Aku serius, Briella. Kita harus menyelamatkan Rin dan mahasiswa lainnya. Aku memiliki rencana." Briella terdiam, memahami rencana Bee. "Tidak, Bee! Kau tidak bisa melakukan itu!" Bee tersenyum lemah. "Aku harus melakukannya, Briella. Kau harus hidup dan menyelamatkan Rin." Briella: "Tidak, Bee! Aku tidak bisa meninggalkanmu!" Bee: "Kau harus, Briella. Aku tidak ingin kau mati bersamaku." Detektif Bee memeluk Briella erat. "Jangan lupa, kau harus melompat ke dinding dan menyelamatkan diri. Aku akan mengalihkan perhatian penyadap." Bee berlari menuju penyadap, mengalihkan perhatian mereka. Briella melompat ke dinding, menyelamatkan diri. Bom meledak, menghancurkan gedung. Briella menatap ke belakang, melihat Bee yang terjebak dalam ledakan. Air matanya mengalir, menyesali kehilangan sahabatnya. "Terima kasih, Bee," katanya dalam hati. "Aku tidak akan melupakanmu.
Cahaya senja memancar melalui jendela perpustakaan Universitas Sidney, menciptakan bayangan misterius di antara rak buku. Detektif Bee dan Rin berjalan santai, menikmati kebahagiaan baru mereka. Namun, kesenangan itu terusik oleh teriakan panik dari ruangan sebelah."Apa itu?" tanya Rin, terkejut.Bee segera berlari menuju sumber suara. Ia menemukan mahasiswi tergeletak di lantai, darah membasahi pakaian putihnya. Luka tusuk yang dalam terlihat jelas di dadanya.Selembar amplop besar tergeletak di samping korban, dengan tulisan tangan yang tidak rapi: "Dari J." Nama pengirimnya terpotong, meninggalkan misteri yang menggantung.Bee langsung beraksi, memanggil tim forensik dan polisi. Rin terlihat pucat, gemetar."Apa yang terjadi, Bee?" tanya Rin, takut.Bee menatap korban dengan serius. "Pembunuhan. Dan ini baru awalnya."Tim forensik tiba, memulai penyelidikan. Bee memeriksa lokasi kejadian, mencari petunjuk. Ia menemukan jejak kaki kecil di dekat jendela, menunjukkan pelaku melarika
Rin mendatangi perpustakaan, mencari mahasiswa pertama dalam daftar, Alex. Ia menemukan Alex di antara rak buku, terfokus pada buku psikologi. "Hey, Alex. Bisa bicara sebentar?" tanya Rin dengan ramah. Alex menoleh, terkejut. "Rin! Ada apa?" Rin duduk di sebelah Alex. "Aku ingin tahu tentang Proyek J. Apa kau tahu sesuatu?" Alex ragu-ragu sejenak. "Aku... tidak tahu apa-apa tentang pembunuhan. Tapi, aku tahu Proyek J adalah riset tentang perilaku manusia." Rin mendengarkan dengan saksama. "Apa kau kenal James?" Alex menggelengkan kepala cepat. "Tidak, aku tidak kenal." Rin memperhatikan reaksi Alex, mencari tanda-tanda kebohongan. Rin memandang Alex dengan curiga, mencari tanda-tanda kebohongan. Namun, sebelum ia bisa melanjutkan pertanyaannya, Bee muncul di belakang mereka dengan ekspresi serius. "Rin, aku sudah menemukan sesuatu yang penting," kata Bee, suaranya penuh ketegangan. Rin berpaling, penasaran. "Apa itu, Bee? Apakah kamu sudah menemukan petunjuk?" Bee menatap A
Bee menatap layar komputer dengan serius, matanya menyempit mempelajari pesan tersembunyi. "Operasi Phoenix? Apa maksudnya?" tanyanya pada Briella dan Rin. Briella menggelengkan kepala. "Tidak ada catatan tentang operasi tersebut dalam database kami." Rin memperhatikan tanggal pada pesan. "24 Desember, hari sebelum pembunuhan Sarah. Ini pasti terkait." Bee menekan tombol keyboard, mencari informasi lebih lanjut. "Kita perlu mengetahui apa yang direncanakan James. Apakah ini serangan teroris atau konspirasi?" Briella memanggil tim forensik. "Kita perlu menggeledah ruangan Lucas lagi. Cari bukti tentang Operasi Phoenix." Rin memperhatikan kode pada pesan. "Kode ini menggunakan teknik kriptografi canggih. Mungkin ada petunjuk lain." Bee menatap Briella. "Kita harus bekerja cepat. James bisa melancarkan serangan lain kapan saja." Briella: "Apakah kita sudah menghubungi universitas tentang ancaman ini?" Rin: "Belum. Kita perlu memastikan keamanan sebelum mengumumkan." Bee: "Benar.
Bee dan tim membawa Dr. Taylor ke kantor polisi untuk interogasi. Bee memulai pertanyaan.Bee: "Dr. Taylor, ceritakan tentang Operasi Phoenix. Apa tujuannya?"Dr. Taylor: "Operasi Phoenix bertujuan menghancurkan universitas ini karena kegagalan mereka dalam mengembangkan proyek kami."Briella: "Proyek apa?"Dr. Taylor: "Proyek psikologi eksperimental. Kami ingin menguji perilaku manusia di bawah tekanan."Rin: "Dan James terlibat dalam proyek ini?"Dr. Taylor: "Ya, James adalah asisten kami. Dia menjadi tidak stabil setelah eksperimen gagal."Bee memperhatikan ekspresi Dr. Taylor. "Apa yang membuat James begitu dendam?"Dr. Taylor: "James merasa universitas ini telah menghancurkan hidupnya. Dia ingin balas dendam."Briella mencatat informasi. "Kita perlu menemukan bukti tentang proyek ini. Apakah ada dokumen atau rekaman?"Dr. Taylor: "Semua dokumen ada di laboratorium psikologi. Tapi, James sudah memusnahkan sebagian besar bukti."Bee memutuskan. "Kita harus segera menuju laboratoriu
Rin memutuskan kembali menjalani kuliah seperti biasanya. Kesimpulan kasus kematian di ruang perpustakaan itu memang ulah James."Sementara ini kau boleh kabur, James," ujar Bee. Sementara itu...Briella menerima informasi tentang cincin misterius yang dilihat Bee. Dia memutuskan untuk menyelidiki lebih lanjut tentang Ordo Phoenix.Briella menemukan dokumen rahasia tentang cincin tersebut, yang terhubung dengan organisasi rahasia Ordo Phoenix. Dia menyadari bahwa Operasi Phoenix hanya salah satu bagian dari rencana besar mereka.Briella memutuskan untuk menyelidiki lebih lanjut tentang Ordo Phoenix. Dia menghubungi atasan polisi untuk meminta bantuan.Briella: "Saya perlu akses ke database internasional untuk melacak jejak Ordo Phoenix."Atasan Polisi: "Saya akan memberikan akses tersebut. Berhati-hatilah, Briella."Siapa pemimpin Ordo Phoenix? ***Hari yang cerah di Sidney, Bee, Briella, dan Rin memutuskan untuk mengunjungi Museum Seni Sidney. Mereka berjalan-jalan, menikmati peman
Inspektur Renji memeriksa korban lebih dekat. "Korban memiliki luka tusuk di dada dan perut. Pembunuhnya pasti memiliki keahlian."Briella memperhatikan posisi pedang. "Pedang ini tertancap dengan sudut yang tepat. Pembunuhnya pasti memiliki pengalaman."Rin mengamati tangan korban. "Tidak ada cincin atau jam tangan. Apakah pembunuhnya mengambilnya?"Tim forensik menemukan sebuah kertas kecil di saku korban. "Ini adalah tiket masuk museum," kata salah satu anggota tim.Inspekture memperhatikan tanggalnya. "Tiket ini dikeluarkan hari ini. Korban baru saja masuk museum."Bee memulai daftar tersangka:1. Alex (penjaga museum)2. Sophia (kurator museum)3. Emily (staf kebersihan)4. Jack (pengunjung museum)Dalam pikiran Bee: Siapa yang memiliki motif untuk membunuh korban?Bagaimana pembunuhnya menghindari kamera pengawas? Apa hubungan korban dengan staf museum?Bee, Briella, dan Rin memutuskan untuk memeriksa rekaman kamera pengawas dan wawancara dengan staf museum lebih lanjut. Mereka j
Saat Alex sudah selesai menemui psikolog forensik, sebuah informasi baru atas kematian terkait langsung tiba di telinga Inspektur Renji."Apa-apaan ini?" Bee bingung apa yang sebetulnya terjadi.Tim penyelidik dipanggil ke sebuah restoran mewah di pusat kota. Mereka tiba di tempat kejadian sekitar pukul 22.00, ketika restoran sudah tutup dan hanya beberapa staf yang masih berada di dalam. Inspektur Renji, Briella, Rin, dan Bee langsung menuju ke tempat mayat ditemukan.Ketika mereka tiba, mereka melihat mayat seorang pria yang tergeletak di lantai, dengan luka tusuk di dada. Mayat tersebut mengenakan setelan bisnis yang mewah dan jam tangan yang berkilau. Inspektur Renji memeriksa korban dan menemukan bahwa korban adalah seorang pengusaha sukses yang bernama Richard Langley."Korban memiliki luka tusuk di dada dan perut," kata Inspektur Renji. "Pembunuhnya pasti memiliki keahlian."Briella memperhatikan posisi mayat. "Mayat ini ditemukan di dekat pintu masuk restoran. Apakah pembunuhn
Bee, Briella, dan Renji memutuskan untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut tentang latar belakang penumpang dan awak pesawat. Mereka ingin menemukan beberapa petunjuk yang menarik dan mengungkap identitas pembunuh. Mereka memulai dengan mengumpulkan informasi tentang penumpang yang duduk di sekitar Madame Kuznetsova. Mereka menemukan bahwa salah satu penumpang, seorang pria bernama Sergei, memiliki alibi yang tidak kuat. Sergei mengatakan bahwa ia sedang tidur saat pembunuhan terjadi, tetapi Bee dan timnya menemukan bahwa Sergei memiliki riwayat konflik dengan Madame Kuznetsova. Mereka memutuskan untuk melakukan wawancara lebih lanjut dengan Sergei. Selain itu, Bee dan timnya juga menemukan bahwa salah satu awak pesawat, seorang pramugari bernama Natalia, memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Madame Kuznetsova. Mereka memutuskan untuk melakukan wawancara lebih lanjut dengan Natalia. Dengan informasi yang mereka kumpu
Bee merasa terkejut dengan berita tersebut. Ia tidak mengerti mengapa pesawat harus melakukan pendaratan darurat. Pilot menjelaskan bahwa kontrol lalu lintas udara telah menerima laporan tentang adanya bahaya di pesawat dan bahwa mereka harus melakukan pendaratan darurat untuk memastikan keselamatan semua penumpang.Bee memutuskan untuk mempersiapkan diri untuk pendaratan darurat. Ia meminta pramugari untuk mempersiapkan semua penumpang dan memastikan bahwa mereka semua dalam keadaan aman.Saat pesawat melakukan pendaratan darurat, Bee merasa sangat tegang. Ia memperhatikan bahwa semua penumpang terlihat sangat ketakutan dan tidak nyaman.Setelah pesawat mendarat dengan selamat, Bee memutuskan untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut. Ia meminta pilot untuk memberikan informasi lebih lanjut tentang laporan bahaya yang diterima oleh kontrol lalu lintas udara.Pilot menjelaskan bahwa laporan tersebut berasal dari sebuah sumber yang tidak diketahui
Bee meminta pramugari untuk memanggil pilot dan meminta bantuan untuk mengambil tindakan yang lebih serius. Pilot segera menghubungi kontrol lalu lintas udara dan meminta bantuan untuk mengirimkan tim penyelidik ke bandara tujuan.Sementara itu, Bee memulai penyelidikan intensif. Ia meminta semua penumpang untuk memberikan keterangan tentang apa yang mereka lihat dan dengar saat pembunuhan terjadi. Bee juga meminta pramugari untuk memberikan informasi tentang rutinitas penerbangan dan apakah ada sesuatu yang tidak biasa terjadi saat penerbangan.Saat penyelidikan berlangsung, Bee menemukan bahwa beberapa penumpang memiliki alibi yang tidak kuat. Seorang pria yang bernama Alexei Petrov mengaku bahwa ia sedang tidur saat pembunuhan terjadi, namun Bee menemukan bahwa Petrov memiliki riwayat kriminal dan mungkin memiliki motif untuk membunuh Madame Kuznetsova.Bee juga menemukan bahwa Sophia Patel memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Madame Kuznetsova. Patel mengaku bahwa ia dan Mad
Detektif Bee memandang ke luar jendela pesawat, menatap awan putih yang terbentang seperti lautan tak terhingga. Ia merasa lega karena telah menemani kekasihnya, Rin, wisuda di Universitas Sidney. Kini, ia siap kembali ke Moskow, Polandia, untuk melanjutkan pekerjaannya sebagai detektif.Saat pesawat lepas landas, Bee merasa sedikit nostalgia. Ia ingat saat-saat indah bersama Rin di Sidney, dari berjalan-jalan di pantai Bondi hingga menikmati makan malam romantis di restoran Italia. Namun, ia juga tahu bahwa ia harus kembali ke kenyataan dan melanjutkan pekerjaannya.Bee memandang sekelilingnya, melihat penumpang lain yang duduk di sekitarnya. Ada seorang pria tua yang sedang membaca koran, seorang ibu muda yang sedang menenangkan anaknya yang menangis, dan seorang wanita yang duduk di sebelahnya, Madame Kuznetsova.Madame Kuznetsova adalah seorang wanita yang elegan dan anggun, dengan rambut hitam yang tergerai dan mata hijau yang tajam. Ia memakai gaun merah yang mewah dan perhiasan
...dengan senyum di wajahnya. "Selamat, Detektif Bee," Briella berkata dengan suara yang tinggi. "Kamu telah menyelesaikan kasus ini dengan sukses."Detektif Bee memandang ke arah Briella dengan mata yang tajam, mencari tahu apa yang tersembunyi di balik kata-kata yang tercantum di dalamnya. "Aku hanya melakukan pekerjaan saya," Detektif Bee berkata dengan suara yang stabil.Briella tersenyum dan memeluk Detektif Bee. "Kamu adalah detektif yang terbaik," Briella berkata dengan suara yang rendah.Detektif Bee memandang ke arah Briella dengan mata yang tajam, mencari tahu apa yang tersembunyi di balik mata yang tajam tersebut. Saat mereka berpelukan, Inspektur Renji mendekati mereka."Detektif Bee, kamu telah melakukan pekerjaan yang luar biasa," Inspektur Renji berkata dengan suara yang tinggi. "Kamu telah menyelamatkan banyak nyawa dan menghentikan kejahatan yang besar."Detektif Bee memandang ke arah Inspektur Renji dengan mata yang taja
Detektif Bee memandang ke arah kunci yang terlihat seperti kunci besar dengan mata yang tajam, mencari tahu apa yang tersembunyi di balik kunci tersebut. Ia melihat bahwa kunci tersebut memiliki beberapa simbol yang terlihat seperti simbol rahasia.Saat Detektif Bee memandang ke arah simbol-simbol tersebut, ia mendengar suara-suara yang terdengar seperti suara-suara langkah kaki yang datang dari belakangnya. Ia berpaling dan melihat Rin yang berjalan dengan cepat menuju ke arahnya."Apa yang kamu temukan?" Rin bertanya dengan suara yang tinggi. Detektif Bee memandang ke arah Rin dengan mata yang tajam, mencari tahu apa yang tersembunyi di balik mata yang tajam tersebut."Aku menemukan kunci!" Detektif Bee menjawab dengan suara yang stabil. Rin memandang ke arah Detektif Bee dengan mata yang tajam, seolah-olah sedang menunggu Detektif Bee untuk menemukan jawabannya sendiri.Saat Detektif Bee dan Rin berbicara, mereka mendengar suara-suara yang terd
Detektif Bee memandang ke arah meja-meja yang terlihat seperti meja laboratorium dengan mata yang tajam, mencari tahu apa yang tersembunyi di atas meja-meja tersebut. Ia melihat bahwa meja-meja tersebut memiliki beberapa benda yang terlihat seperti benda-benda laboratorium.Saat Detektif Bee mencari kunci, Rin tiba-tiba berseru dengan suara yang tinggi. "Detektif Bee, kita harus pergi dari sini sekarang!" Rin berkata dengan suara yang tergesa-gesa.Detektif Bee memandang ke arah Rin dengan mata yang tajam, mencari tahu apa yang terjadi. Ia melihat bahwa Rin menunjuk ke arah pintu yang terlihat seperti pintu rahasia."Apa yang terjadi?" Detektif Bee bertanya dengan suara yang stabil. Rin memandang ke arah Detektif Bee dengan mata yang tajam, seolah-olah sedang menunggu Detektif Bee untuk menemukan jawabannya sendiri."Pintu tersebut telah terkunci," Rin menjawab dengan suara yang rendah. Detektif Bee memandang ke arah pintu tersebut dengan mata yan
Detektif Bee memandang ke arah lampu-lampu tersebut dengan mata yang tajam, mencari tahu apa yang tersembunyi di balik lampu-lampu tersebut. Ia melihat bahwa lampu-lampu tersebut memiliki beberapa simbol yang terlihat seperti simbol peringatan. Ia tahu bahwa simbol-simbol tersebut digunakan untuk memberikan peringatan bahwa mesin-mesin tersebut sedang berjalan dengan tidak normal.Saat Detektif Bee memandang ke arah lampu-lampu tersebut, ia mendengar suara-suara yang terdengar seperti suara-suara pintu yang terbuka. Ia berpaling dan melihat sebuah pintu yang terlihat seperti pintu rahasia yang terbuka lebar. Ia tahu bahwa pintu tersebut digunakan untuk memasuki sebuah ruangan yang tersembunyi.Detektif Bee memandang ke arah pintu tersebut dengan mata yang tajam, mencari tahu apa yang tersembunyi di balik pintu tersebut. Ia melihat bahwa pintu tersebut memiliki sebuah kunci yang terlihat seperti kunci besar. Ia tahu bahwa kunci tersebut digunakan untuk membuka pintu
Detektif Bee memandang ke arah peti tersebut dengan mata yang tajam, mencari tahu apa yang tersembunyi di dalamnya. Ia melihat bahwa peti tersebut memiliki sebuah kunci yang terlihat seperti kunci besar. Ia tahu bahwa ia harus membuka peti tersebut untuk menemukan apa yang tersembunyi di dalamnya.Saat Detektif Bee mencoba membuka peti tersebut, ia mendengar suara-suara yang terdengar seperti suara-suara langkah kaki yang datang dari belakangnya. Ia berpaling dan melihat beberapa orang yang terlihat seperti ilmuwan yang berjalan dengan cepat menuju ke arahnya."Apa yang kamu lakukan di sini?" salah satu ilmuwan tersebut bertanya dengan suara yang tinggi. Detektif Bee memandang ke arah ilmuwan tersebut dengan mata yang tajam, mencari tahu apa yang tersembunyi di balik kata-kata yang tercantum di dalamnya."Aku mencari Rin," Detektif Bee menjawab dengan suara yang stabil. Ilmuwan tersebut memandang ke arah Detektif Bee dengan mata yang tajam, seolah-olah sed