Beranda / Thriller / Kode Kematian Sidney / Labirin Kekeliruan

Share

Labirin Kekeliruan

Penulis: Beegumi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-21 22:30:15

Kantor polisi Sidney terasa seperti labirin yang mempesona, dengan koridor-koridor panjang yang tersembunyi di balik pintu-pintu tertutup. Detektif Bee dan Briella berjalan dengan langkah yang pasti, mencari petunjuk yang tersembunyi.

Detektif Bee: "Briella, kita harus mencari saksi yang melihat sesuatu. Mungkin ada yang tahu tentang pelaku."

Briella: "Saya sudah menghubungi beberapa saksi, Bee. Tapi mereka tidak melihat apa-apa yang mencurigakan."

Detektif Bee memandang foto korban dengan mata yang tajam. "Ada sesuatu yang tidak beres, Briella. Korban pertama adalah mahasiswa, kedua pegawai pemerintah, ketiga pengunjung pusat perbelanjaan. Pola ini tidak jelas."

Briella: "Mungkin kita harus mencari hubungan antara korban dan lokasi ledakan. Apakah ada sesuatu yang sama?"

Detektif Bee: "Itu ide yang baik, Briella. Mari kita cari."

Mereka berdua duduk di ruang penyelidikan, membahas data dan foto-foto. Udara kantor terasa berat dengan misteri yang belum terpecahkan. Detektif Bee menemukan sesuatu yang menarik.

Detektif Bee: "Briella, lihat ini! Semua korban memiliki satu hal yang sama: mereka semua mengunjungi kafe yang sama sebelum ledakan."

Briella: "Kafe? Apa nama kafe itu?"

Detektif Bee: "Kafe 'Sidney Morning'. Mari kita kunjungi."

Mereka berdua memutuskan untuk mengunjungi kafe tersebut, mencari petunjuk yang tersembunyi. Kota Sidney terasa seperti teka-teki yang menantang.

Detektif Bee dan Briella keluar dari kantor polisi, siap menghadapi misteri yang belum terpecahkan. Apakah mereka akan menemukan kebenaran di balik ledakan-ledakan misterius tersebut?

***

Kafe "Sidney Morning" terletak di jantung kota, dengan aroma kopi yang mempesona dan suara-suara yang ramai. Detektif Bee dan Briella masuk, mencari petunjuk yang tersembunyi. Cahaya matahari memancar melalui jendela, menerangi wajah-wajah yang tidak terlalu familiar.

Detektif Bee: "Briella, kita harus bertanya kepada pemilik kafe. Mungkin dia tahu sesuatu."

Briella: "Baik, Bee. Saya akan menghubungi dia."

Pemilik kafe, seorang pria paruh baya dengan senyum ramah, mendekati mereka.

Pemilik Kafe: "Selamat datang! Apa yang bisa saya bantu?"

Detektif Bee: "Kami sedang menyelidiki kasus pengeboman. Apakah Anda tahu sesuatu tentang korban-korban yang mengunjungi kafe ini?"

Pemilik Kafe: "Ya... Saya ingat mereka. Mereka datang sebelum ledakan. Tapi saya tidak tahu apa-apa yang mencurigakan."

Detektif Bee memandang sekeliling kafe, mencari sesuatu yang tidak biasa. Briella menunjukkan sesuatu di teleponnya.

Briella: "Bee, lihat ini! Rekaman CCTV kafe menunjukkan seseorang yang mencurigakan."

Detektif Bee: "Kita harus melihat rekaman itu. Siapa orang tersebut?"

Pemilik Kafe: "Saya tidak tahu. Saya belum pernah melihatnya sebelumnya."

Detektif Bee: "Kita harus mengambil rekaman itu. Ini bisa menjadi petunjuk penting."

Detektif Bee dan Briella meninggalkan kafe, membawa rekaman CCTV yang berisi petunjuk penting. Kota Sidney terasa semakin dekat dengan kebenaran. Apakah mereka akan menemukan pelaku sebelum ledakan berikutnya terjadi?

Malam Sidney mulai menyelimuti kota, membawa bayang-bayang misteri yang belum terpecahkan. Detektif Bee dan Briella berjalan dengan langkah yang pasti, siap menghadapi tantangan berikutnya. Apakah kebenaran akan terungkap?

Malam Sidney menyelimuti kota dengan bayang-bayang misteri. Detektif Bee dan Briella berjalan dengan langkah yang pasti, menuju kantor polisi untuk menganalisis rekaman CCTV. Udara dingin membelai wajah mereka, membangkitkan semangat penyelidikan.

Detektif Bee: "Briella, rekaman ini bisa menjadi kunci untuk mengungkapkan kasus ini."

Briella: "Saya setuju, Bee. Mari kita lihat lebih dekat."

Mereka memasuki ruang analisis, dipenuhi dengan peralatan canggih dan layar-layar besar.

Detektif Bee memperbesar rekaman CCTV, menampilkan wajah pelaku yang tidak jelas. Briella memasukkan data ke dalam komputer, mencari kesamaan dengan database pelaku.

Briella: "Bee, saya menemukan sesuatu. Wajah ini mirip dengan pelaku yang pernah terlibat dalam kasus serupa di Melbourne."

Detektif Bee: "Itu artinya kita memiliki petunjuk yang kuat. Mari kita hubungi tim di Melbourne."

Detektif Bee: "Inspektur James, kami menemukan petunjuk penting. Apakah Anda bisa membantu kami?"

Inspektur James (via telepon): "Tentu, Detektif Bee. Kami akan mengirimkan file pelaku tersebut."

Detektif Bee dan Briella menunggu file pelaku, mata mereka terfokus pada layar komputer. Tiba-tiba, file tersebut masuk, membawa kebenaran yang lebih dekat.

Briella: "Bee, lihat ini! Tertera nama Alexander Gray, seorang mantan insinyur yang memiliki dendam terhadap pemerintah."

Detektif Bee: "Itu artinya kita memiliki motif. Mari kita cari alamatnya. Tapi kita belum bisa memastikan apa benar dia..."

Mereka memutuskan untuk menyergap rumah Alexander Gray sementara sebagai keputusan pembuka, siap menghadapi apa pun yang akan terjadi. Kota Sidney terasa disandera.

Malam Sidney masih gelap, tapi cahaya kebenaran mulai menyinari kota. Detektif Bee dan Briella siap menghadapi tantangan berikutnya, memburu pelaku sebelum ledakan berikutnya terjadi.

Bab terkait

  • Kode Kematian Sidney   Kematian Mendadak

    Malam Sidney masih gelap, dengan bayang-bayang misteri yang mengelilingi kota. Detektif Bee dan Briella bergerak dengan hati-hati, menuju rumah Alexander Gray. Mereka telah merencanakan penyergapan yang tepat, tapi kekeliruan mulai mengintai.Detektif Bee: "Briella, pastikan tim siap. Kami tidak tahu apa yang akan terjadi."Briella: "Semua siap, Bee. Kami akan menangkap Alexander hidup-hidup."Saat mereka mendekati rumah Alexander, sebuah mobil misterius melintas, memicu kecurigaan Detektif Bee.Detektif Bee: "Briella, mobil itu... Apakah itu teman Alexander?"Briella: "Tidak ada informasi tentang rekan Alexander. Ini tidak beres."Detektif Bee dan Briella memutuskan untuk menyergap rumah tersebut. Mereka masuk dengan hati-hati, tapi menemukan rumah kosong.Detektif Bee: "Briella, ini perangkap! Alexander tidak ada di sini!"Briella: "Apa yang terjadi? Bagaimana dia bisa tahu?"Tiba-tiba, telepon Detektif Bee berdering. Suara di seberang membuatnya terkejut.Suara Misterius: "Detektif

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-22
  • Kode Kematian Sidney   Pesan Terakhir Detektif Bee

    Lokasi Gudang tua di pinggiran kota Sidney, Jalan Industri No. 12. Waktu Malam hari, pukul 22.00. Gudang tua yang terlantar dan kusam terlihat seperti kota mati yang membingungkan. Detektif Bee dan Briella memasuki gudang dengan hati-hati, menyinari sekitar dengan senter. Suara derak dan langkah kaki mereka memecah kesunyian. Detektif Bee: (berbisik) "Briella, kita harus berhati-hati. Alexander bisa bersembunyi di mana saja." Briella: (berbisik) "Saya tahu, Bee. Saya sudah siap." Petugas Keamanan 1: "Detektif Bee, kami sudah menyisir sekitar. Tidak ada tanda-tanda kehadiran Alexander." Detektif Bee: "Teruslah menyisir. Kita tidak bisa membiarkan kesalahan." Detektif Bee dan Briella memeriksa kotak-kotak penyimpanan. Petugas keamanan menyisir sekitar gudang. Briella menemukan pintu tersembunyi di balik kotak. Briella menemukan dokumen rahasia yang tersembunyi di balik pintu. Dokumen tersebut menunjukkan rencana penyerangan Alexander. Jalan Industri No. 12, ruang penyimpanan.

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-22
  • Kode Kematian Sidney   Tipuan, Lokasi Berpindah

    Gedung pemerintahan terguncang oleh detak jam di dinding. Detektif Bee berdiri di depan panel kontrol bom, keringat dingin membasahi dahinya. Matahari merah menyinari ruangan, menyoroti kecemasan di wajahnya."Bee, cepat! Waktu habis!" teriak Briella dari luar ruangan.Detektif Bee memandang panel kontrol dengan takjub. Kabel-kabel berwarna merah, biru, dan hijau terjalin seperti ular berbisa. Tombol-tombol berkedip seperti mata-mata yang mengintai."Aku tidak tahu cara menonaktifkannya!" desahnya.Dia memeriksa panel kontrol lebih dekat. Kabel merah terhubung ke tombol hijau. Apakah itu benar? Ataukah itu jebakan?Detektif Bee menggigit bibirnya. "Aku harus berani," katanya pada dirinya sendiri.Detektif Bee menekan tombol hijau. Panel kontrol berkedip lebih cepat. Bom bergetar lebih keras.Briella menyerobot masuk, matanya terbelalak. "Bee, apa yang kau lakukan?!"Detektif Bee menutup mata, menunggu ledakan yang tak terhindarkan. Tapi, tidak ada suara. Dia membuka mata dan melihat p

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-22
  • Kode Kematian Sidney   Menemui Rin

    Briella menatap Bee dengan rasa tidak percaya. "Apa maksudmu, Bee? Kau tidak bisa serius!" Bee mengangguk. "Aku serius, Briella. Kita harus menyelamatkan Rin dan mahasiswa lainnya. Aku memiliki rencana." Briella terdiam, memahami rencana Bee. "Tidak, Bee! Kau tidak bisa melakukan itu!" Bee tersenyum lemah. "Aku harus melakukannya, Briella. Kau harus hidup dan menyelamatkan Rin." Briella: "Tidak, Bee! Aku tidak bisa meninggalkanmu!" Bee: "Kau harus, Briella. Aku tidak ingin kau mati bersamaku." Detektif Bee memeluk Briella erat. "Jangan lupa, kau harus melompat ke dinding dan menyelamatkan diri. Aku akan mengalihkan perhatian penyadap." Bee berlari menuju penyadap, mengalihkan perhatian mereka. Briella melompat ke dinding, menyelamatkan diri. Bom meledak, menghancurkan gedung. Briella menatap ke belakang, melihat Bee yang terjebak dalam ledakan. Air matanya mengalir, menyesali kehilangan sahabatnya. "Terima kasih, Bee," katanya dalam hati. "Aku tidak akan melupakanmu.

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-22
  • Kode Kematian Sidney   Pembunuhan di Perpustakaan

    Cahaya senja memancar melalui jendela perpustakaan Universitas Sidney, menciptakan bayangan misterius di antara rak buku. Detektif Bee dan Rin berjalan santai, menikmati kebahagiaan baru mereka. Namun, kesenangan itu terusik oleh teriakan panik dari ruangan sebelah."Apa itu?" tanya Rin, terkejut.Bee segera berlari menuju sumber suara. Ia menemukan mahasiswi tergeletak di lantai, darah membasahi pakaian putihnya. Luka tusuk yang dalam terlihat jelas di dadanya.Selembar amplop besar tergeletak di samping korban, dengan tulisan tangan yang tidak rapi: "Dari J." Nama pengirimnya terpotong, meninggalkan misteri yang menggantung.Bee langsung beraksi, memanggil tim forensik dan polisi. Rin terlihat pucat, gemetar."Apa yang terjadi, Bee?" tanya Rin, takut.Bee menatap korban dengan serius. "Pembunuhan. Dan ini baru awalnya."Tim forensik tiba, memulai penyelidikan. Bee memeriksa lokasi kejadian, mencari petunjuk. Ia menemukan jejak kaki kecil di dekat jendela, menunjukkan pelaku melarika

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-22
  • Kode Kematian Sidney   Bukan Lucas, Mesin Fax Yang Menipu

    Rin mendatangi perpustakaan, mencari mahasiswa pertama dalam daftar, Alex. Ia menemukan Alex di antara rak buku, terfokus pada buku psikologi. "Hey, Alex. Bisa bicara sebentar?" tanya Rin dengan ramah. Alex menoleh, terkejut. "Rin! Ada apa?" Rin duduk di sebelah Alex. "Aku ingin tahu tentang Proyek J. Apa kau tahu sesuatu?" Alex ragu-ragu sejenak. "Aku... tidak tahu apa-apa tentang pembunuhan. Tapi, aku tahu Proyek J adalah riset tentang perilaku manusia." Rin mendengarkan dengan saksama. "Apa kau kenal James?" Alex menggelengkan kepala cepat. "Tidak, aku tidak kenal." Rin memperhatikan reaksi Alex, mencari tanda-tanda kebohongan. Rin memandang Alex dengan curiga, mencari tanda-tanda kebohongan. Namun, sebelum ia bisa melanjutkan pertanyaannya, Bee muncul di belakang mereka dengan ekspresi serius. "Rin, aku sudah menemukan sesuatu yang penting," kata Bee, suaranya penuh ketegangan. Rin berpaling, penasaran. "Apa itu, Bee? Apakah kamu sudah menemukan petunjuk?" Bee menatap A

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-22
  • Kode Kematian Sidney   Operasi Phoenix

    Bee menatap layar komputer dengan serius, matanya menyempit mempelajari pesan tersembunyi. "Operasi Phoenix? Apa maksudnya?" tanyanya pada Briella dan Rin. Briella menggelengkan kepala. "Tidak ada catatan tentang operasi tersebut dalam database kami." Rin memperhatikan tanggal pada pesan. "24 Desember, hari sebelum pembunuhan Sarah. Ini pasti terkait." Bee menekan tombol keyboard, mencari informasi lebih lanjut. "Kita perlu mengetahui apa yang direncanakan James. Apakah ini serangan teroris atau konspirasi?" Briella memanggil tim forensik. "Kita perlu menggeledah ruangan Lucas lagi. Cari bukti tentang Operasi Phoenix." Rin memperhatikan kode pada pesan. "Kode ini menggunakan teknik kriptografi canggih. Mungkin ada petunjuk lain." Bee menatap Briella. "Kita harus bekerja cepat. James bisa melancarkan serangan lain kapan saja." Briella: "Apakah kita sudah menghubungi universitas tentang ancaman ini?" Rin: "Belum. Kita perlu memastikan keamanan sebelum mengumumkan." Bee: "Benar.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18
  • Kode Kematian Sidney   Pertanyaan Mengganjal Bagi Rin

    Bee dan tim membawa Dr. Taylor ke kantor polisi untuk interogasi. Bee memulai pertanyaan.Bee: "Dr. Taylor, ceritakan tentang Operasi Phoenix. Apa tujuannya?"Dr. Taylor: "Operasi Phoenix bertujuan menghancurkan universitas ini karena kegagalan mereka dalam mengembangkan proyek kami."Briella: "Proyek apa?"Dr. Taylor: "Proyek psikologi eksperimental. Kami ingin menguji perilaku manusia di bawah tekanan."Rin: "Dan James terlibat dalam proyek ini?"Dr. Taylor: "Ya, James adalah asisten kami. Dia menjadi tidak stabil setelah eksperimen gagal."Bee memperhatikan ekspresi Dr. Taylor. "Apa yang membuat James begitu dendam?"Dr. Taylor: "James merasa universitas ini telah menghancurkan hidupnya. Dia ingin balas dendam."Briella mencatat informasi. "Kita perlu menemukan bukti tentang proyek ini. Apakah ada dokumen atau rekaman?"Dr. Taylor: "Semua dokumen ada di laboratorium psikologi. Tapi, James sudah memusnahkan sebagian besar bukti."Bee memutuskan. "Kita harus segera menuju laboratoriu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18

Bab terbaru

  • Kode Kematian Sidney   Alex?

    Inspektur Renji memeriksa korban lebih dekat. "Korban memiliki luka tusuk di dada dan perut. Pembunuhnya pasti memiliki keahlian."Briella memperhatikan posisi pedang. "Pedang ini tertancap dengan sudut yang tepat. Pembunuhnya pasti memiliki pengalaman."Rin mengamati tangan korban. "Tidak ada cincin atau jam tangan. Apakah pembunuhnya mengambilnya?"Tim forensik menemukan sebuah kertas kecil di saku korban. "Ini adalah tiket masuk museum," kata salah satu anggota tim.Inspekture memperhatikan tanggalnya. "Tiket ini dikeluarkan hari ini. Korban baru saja masuk museum."Bee memulai daftar tersangka:1. Alex (penjaga museum)2. Sophia (kurator museum)3. Emily (staf kebersihan)4. Jack (pengunjung museum)Dalam pikiran Bee: Siapa yang memiliki motif untuk membunuh korban?Bagaimana pembunuhnya menghindari kamera pengawas? Apa hubungan korban dengan staf museum?Bee, Briella, dan Rin memutuskan untuk memeriksa rekaman kamera pengawas dan wawancara dengan staf museum lebih lanjut. Mereka j

  • Kode Kematian Sidney   Mayat di Ruangan Terkunci Museum

    Rin memutuskan kembali menjalani kuliah seperti biasanya. Kesimpulan kasus kematian di ruang perpustakaan itu memang ulah James."Sementara ini kau boleh kabur, James," ujar Bee. Sementara itu...Briella menerima informasi tentang cincin misterius yang dilihat Bee. Dia memutuskan untuk menyelidiki lebih lanjut tentang Ordo Phoenix.Briella menemukan dokumen rahasia tentang cincin tersebut, yang terhubung dengan organisasi rahasia Ordo Phoenix. Dia menyadari bahwa Operasi Phoenix hanya salah satu bagian dari rencana besar mereka.Briella memutuskan untuk menyelidiki lebih lanjut tentang Ordo Phoenix. Dia menghubungi atasan polisi untuk meminta bantuan.Briella: "Saya perlu akses ke database internasional untuk melacak jejak Ordo Phoenix."Atasan Polisi: "Saya akan memberikan akses tersebut. Berhati-hatilah, Briella."Siapa pemimpin Ordo Phoenix? ***Hari yang cerah di Sidney, Bee, Briella, dan Rin memutuskan untuk mengunjungi Museum Seni Sidney. Mereka berjalan-jalan, menikmati peman

  • Kode Kematian Sidney   Pertanyaan Mengganjal Bagi Rin

    Bee dan tim membawa Dr. Taylor ke kantor polisi untuk interogasi. Bee memulai pertanyaan.Bee: "Dr. Taylor, ceritakan tentang Operasi Phoenix. Apa tujuannya?"Dr. Taylor: "Operasi Phoenix bertujuan menghancurkan universitas ini karena kegagalan mereka dalam mengembangkan proyek kami."Briella: "Proyek apa?"Dr. Taylor: "Proyek psikologi eksperimental. Kami ingin menguji perilaku manusia di bawah tekanan."Rin: "Dan James terlibat dalam proyek ini?"Dr. Taylor: "Ya, James adalah asisten kami. Dia menjadi tidak stabil setelah eksperimen gagal."Bee memperhatikan ekspresi Dr. Taylor. "Apa yang membuat James begitu dendam?"Dr. Taylor: "James merasa universitas ini telah menghancurkan hidupnya. Dia ingin balas dendam."Briella mencatat informasi. "Kita perlu menemukan bukti tentang proyek ini. Apakah ada dokumen atau rekaman?"Dr. Taylor: "Semua dokumen ada di laboratorium psikologi. Tapi, James sudah memusnahkan sebagian besar bukti."Bee memutuskan. "Kita harus segera menuju laboratoriu

  • Kode Kematian Sidney   Operasi Phoenix

    Bee menatap layar komputer dengan serius, matanya menyempit mempelajari pesan tersembunyi. "Operasi Phoenix? Apa maksudnya?" tanyanya pada Briella dan Rin. Briella menggelengkan kepala. "Tidak ada catatan tentang operasi tersebut dalam database kami." Rin memperhatikan tanggal pada pesan. "24 Desember, hari sebelum pembunuhan Sarah. Ini pasti terkait." Bee menekan tombol keyboard, mencari informasi lebih lanjut. "Kita perlu mengetahui apa yang direncanakan James. Apakah ini serangan teroris atau konspirasi?" Briella memanggil tim forensik. "Kita perlu menggeledah ruangan Lucas lagi. Cari bukti tentang Operasi Phoenix." Rin memperhatikan kode pada pesan. "Kode ini menggunakan teknik kriptografi canggih. Mungkin ada petunjuk lain." Bee menatap Briella. "Kita harus bekerja cepat. James bisa melancarkan serangan lain kapan saja." Briella: "Apakah kita sudah menghubungi universitas tentang ancaman ini?" Rin: "Belum. Kita perlu memastikan keamanan sebelum mengumumkan." Bee: "Benar.

  • Kode Kematian Sidney   Bukan Lucas, Mesin Fax Yang Menipu

    Rin mendatangi perpustakaan, mencari mahasiswa pertama dalam daftar, Alex. Ia menemukan Alex di antara rak buku, terfokus pada buku psikologi. "Hey, Alex. Bisa bicara sebentar?" tanya Rin dengan ramah. Alex menoleh, terkejut. "Rin! Ada apa?" Rin duduk di sebelah Alex. "Aku ingin tahu tentang Proyek J. Apa kau tahu sesuatu?" Alex ragu-ragu sejenak. "Aku... tidak tahu apa-apa tentang pembunuhan. Tapi, aku tahu Proyek J adalah riset tentang perilaku manusia." Rin mendengarkan dengan saksama. "Apa kau kenal James?" Alex menggelengkan kepala cepat. "Tidak, aku tidak kenal." Rin memperhatikan reaksi Alex, mencari tanda-tanda kebohongan. Rin memandang Alex dengan curiga, mencari tanda-tanda kebohongan. Namun, sebelum ia bisa melanjutkan pertanyaannya, Bee muncul di belakang mereka dengan ekspresi serius. "Rin, aku sudah menemukan sesuatu yang penting," kata Bee, suaranya penuh ketegangan. Rin berpaling, penasaran. "Apa itu, Bee? Apakah kamu sudah menemukan petunjuk?" Bee menatap A

  • Kode Kematian Sidney   Pembunuhan di Perpustakaan

    Cahaya senja memancar melalui jendela perpustakaan Universitas Sidney, menciptakan bayangan misterius di antara rak buku. Detektif Bee dan Rin berjalan santai, menikmati kebahagiaan baru mereka. Namun, kesenangan itu terusik oleh teriakan panik dari ruangan sebelah."Apa itu?" tanya Rin, terkejut.Bee segera berlari menuju sumber suara. Ia menemukan mahasiswi tergeletak di lantai, darah membasahi pakaian putihnya. Luka tusuk yang dalam terlihat jelas di dadanya.Selembar amplop besar tergeletak di samping korban, dengan tulisan tangan yang tidak rapi: "Dari J." Nama pengirimnya terpotong, meninggalkan misteri yang menggantung.Bee langsung beraksi, memanggil tim forensik dan polisi. Rin terlihat pucat, gemetar."Apa yang terjadi, Bee?" tanya Rin, takut.Bee menatap korban dengan serius. "Pembunuhan. Dan ini baru awalnya."Tim forensik tiba, memulai penyelidikan. Bee memeriksa lokasi kejadian, mencari petunjuk. Ia menemukan jejak kaki kecil di dekat jendela, menunjukkan pelaku melarika

  • Kode Kematian Sidney   Menemui Rin

    Briella menatap Bee dengan rasa tidak percaya. "Apa maksudmu, Bee? Kau tidak bisa serius!" Bee mengangguk. "Aku serius, Briella. Kita harus menyelamatkan Rin dan mahasiswa lainnya. Aku memiliki rencana." Briella terdiam, memahami rencana Bee. "Tidak, Bee! Kau tidak bisa melakukan itu!" Bee tersenyum lemah. "Aku harus melakukannya, Briella. Kau harus hidup dan menyelamatkan Rin." Briella: "Tidak, Bee! Aku tidak bisa meninggalkanmu!" Bee: "Kau harus, Briella. Aku tidak ingin kau mati bersamaku." Detektif Bee memeluk Briella erat. "Jangan lupa, kau harus melompat ke dinding dan menyelamatkan diri. Aku akan mengalihkan perhatian penyadap." Bee berlari menuju penyadap, mengalihkan perhatian mereka. Briella melompat ke dinding, menyelamatkan diri. Bom meledak, menghancurkan gedung. Briella menatap ke belakang, melihat Bee yang terjebak dalam ledakan. Air matanya mengalir, menyesali kehilangan sahabatnya. "Terima kasih, Bee," katanya dalam hati. "Aku tidak akan melupakanmu.

  • Kode Kematian Sidney   Tipuan, Lokasi Berpindah

    Gedung pemerintahan terguncang oleh detak jam di dinding. Detektif Bee berdiri di depan panel kontrol bom, keringat dingin membasahi dahinya. Matahari merah menyinari ruangan, menyoroti kecemasan di wajahnya."Bee, cepat! Waktu habis!" teriak Briella dari luar ruangan.Detektif Bee memandang panel kontrol dengan takjub. Kabel-kabel berwarna merah, biru, dan hijau terjalin seperti ular berbisa. Tombol-tombol berkedip seperti mata-mata yang mengintai."Aku tidak tahu cara menonaktifkannya!" desahnya.Dia memeriksa panel kontrol lebih dekat. Kabel merah terhubung ke tombol hijau. Apakah itu benar? Ataukah itu jebakan?Detektif Bee menggigit bibirnya. "Aku harus berani," katanya pada dirinya sendiri.Detektif Bee menekan tombol hijau. Panel kontrol berkedip lebih cepat. Bom bergetar lebih keras.Briella menyerobot masuk, matanya terbelalak. "Bee, apa yang kau lakukan?!"Detektif Bee menutup mata, menunggu ledakan yang tak terhindarkan. Tapi, tidak ada suara. Dia membuka mata dan melihat p

  • Kode Kematian Sidney   Pesan Terakhir Detektif Bee

    Lokasi Gudang tua di pinggiran kota Sidney, Jalan Industri No. 12. Waktu Malam hari, pukul 22.00. Gudang tua yang terlantar dan kusam terlihat seperti kota mati yang membingungkan. Detektif Bee dan Briella memasuki gudang dengan hati-hati, menyinari sekitar dengan senter. Suara derak dan langkah kaki mereka memecah kesunyian. Detektif Bee: (berbisik) "Briella, kita harus berhati-hati. Alexander bisa bersembunyi di mana saja." Briella: (berbisik) "Saya tahu, Bee. Saya sudah siap." Petugas Keamanan 1: "Detektif Bee, kami sudah menyisir sekitar. Tidak ada tanda-tanda kehadiran Alexander." Detektif Bee: "Teruslah menyisir. Kita tidak bisa membiarkan kesalahan." Detektif Bee dan Briella memeriksa kotak-kotak penyimpanan. Petugas keamanan menyisir sekitar gudang. Briella menemukan pintu tersembunyi di balik kotak. Briella menemukan dokumen rahasia yang tersembunyi di balik pintu. Dokumen tersebut menunjukkan rencana penyerangan Alexander. Jalan Industri No. 12, ruang penyimpanan.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status