"Aku harus segera kembali ke ruanganku. Kalau nanti ada yang melihatku keluar ruangan ini, aku akan kesulitan menjawab pertanyaan mereka," kata Kara.Bara menyalakan layar besar di depannya, yang menampilkan kondisi aula perusahaan."Istirahatlah dulu, aku sudah minta Elka menahan mereka paling tidak satu setengah jam," kata Bara dengan entengnya"Anda benar-benar orang yang luar biasa, Pak Presdir," ujar Kara dengan wajah tak habis pikir atas kelakuan absurd suaminya itu.Alhasil, Kara pun berisitirahat sejenak, sebelum akhirnya di keluar dari ruangan itu dan menuju ke toilet untuk membersihkan dan merapikan penampilannya yang berantakan karena ulah sang suami.Setelah dirasa cukup, Kara baru kembali ke ruangannya dan mulai berkutat dengan pekerjaannya sampai saat Moon bertanya kenapa dia tak melihat Kara tadi.#Flashback Off"Kenapa semua orang pulang?" Bara bertanya-tanya dalam hati, saat ia melihat dari cctv kalau orang-orang di perusahaannya pulang, padahal hari baru menunjukan p
Bulan purnama yang indah tampak sudah duduk di atas singgasananya, menerangi gelapnya bumi bertemankan sejuknya hembusan angin malam."Sayang ... tidak bisakah kau lupakan dulu pekerjaanmu saat sedang di rumah?" rengeknya dengan manja, sembari menyembunyikan wajahnya di ceruk leher sang Istri.Helaan napas panjang terdengar sebelum akhirnya dia berkata, "Desainku sudah harus siap besok, jadi bagaima bisa aky bersantai?" Dia mendorong wajah sang suami menjauh dan kembali fokus pada pekerjaannya.Bara meraih ponsel miliknya yang ia letakkan di atas nakas dan mengetikkan sebuah pesan di sana, yang selanjutnya entah ia kirim pada siapa.Namun tak lama berselang, ponsel Kara yang berada di sampingnya pun bergetar, menandakan adanya panggilan masuk dari seseorang."Siapa yang meneleponku malam-malam begini?" gumam Kara sembari menyambat benda pipih itu dan menerima panggilan telepon itu setelah ia melihat nama yang tertera di layarnya."Halo, Moon. Ada apa? " tanya Kara begitu panggilan itu
Benar, mereka mengira jika Kara menggoda mantan Presdir mereka sehingga membuatnya yang hanya lulusan SMA tanpa pengalaman di bidang desain itu bisa dengan mudahnya masuk ke perusahaan dan menjadi desainer di sana. "She and She again!? Seperti nya aku terlalu lunak untuk wanita murahan itu!" Kecam Johan, yang semakin membenci Kara. Johan adalah seorang designer yang merintis karier nya benar-benar dari bawah. Penuh luka, air mata dan hinaan baru dia dapat menduduki posisi nya seperti saat ini. Dalam perjalanan menuju kesuksesan nya seperti hari ini, Johan selalu terbentur dan mengulang dari nol setiap kali dia harus berhadapan dengan designer yang sebenarnya tidak punya bakat tapi berhasil memijak nya karena jalan belakang.Itulah alasan kenapa Jo sangat benci pada Kara."Bara, kau serius mau berangkat dengan bus?" tanya Elka yang mengejar Bara dari belakang."Apa aku terlihat seperti bercanda sekarang, Elka?" jawab Bara dengan santainya sembari menarik satu sudut bibirnya."Tapi s
"Sudah ketemu?" tanya Elka pada Bara."Sudah, bus yang di depan itu." Bara membiarkan Elka yang berjalan lebih dulu.Bara dan Elka serta Gabby pun masuk ke dalam bus nomor 2 yang tiba-tiba saja bertepuk tangan ketika mereka bertiga masuk ke dalam bus.Gemuruh suara tepuk tangan memenuhi seisi bus, membuat dua wanita yang sedari tadi acuh pada kehebohan pun akhirnya keheranan.."Ada apa?" tanya Moon pada Kara yang baru menyadari kehebohan dalam bus.Moon pun segera berdiri."Tidak tahu!" Kara ikut-ikutan berdiri melihat ada kehebohan apa. Tapi sayang nya semua orang di bus itu berdiri sehingga Kara yang tingginya tak seberapa itu tidak dapat melihat apa yang menjadi sumber kehebohan di bus mereka."Ada apa?" tanya Moon pada penumpang yang ada pas di belakang kursi mereka."Tuan Elka dan Presdir baru bakalan gabung di bus kita," ujar nya yang langsung membuat Kara terkejut."Bara?" seru nya dalam hati lalu langsung duduk serendah-rendahnya agar tidak kelihatan oleh Bara."Terima kasih a
"Tenang saja, aku bisa menjaga rahasia." Sang ibu memberikan kode oke pada Kara dan Bara lalu tersenyum pada sepasang suami Istri itu, sebelum akhirnya ia pun memberi tanda bahwa dia akan menutup mulut rapat-rapat.Bara dan Kara pun hanya bisa saling pandang. Lalu Kara bergegas mengikuti ibu itu turun agar tidak ada yang curiga, sementara Bara hanya bisa tersenyum."Kau dari mana saja, Kara!" sungut Moon yang sudah tiga puluh menit lebih awal sampai di kamar mereka.Kara gelagapan, "Ha? A-aku tersesat," jawab Kara sembarangan."Maka nya jangan jauh-jauh!" tukas Moon."Heemm, iya. Apa nanti malam kita ada acara? Kalau tidak aku mau melanjutkan design saja," ujar Kara yang masih kepikiran dengan design nya yang belum kelar."Seperti nya ada opening acara dan makan malam bersama," jawab Moon.Kara pun hanha mengangguk paham, mendengar jawaban Moon."Kalau begitu lekas mandi, setelah itu kita akan ke bawah bersama." jawab Moon yang sudah mandi terlebih dahulu.Sampai debuah pesan masuk ke
Perlahan Kara memasukan rudal Bara ke dalam liang nya, dan mendesah saat milik Bara pelan-pelan memasuki dirinya.Kara menghela nafas saat semua nya sudah masuk di dalam sana. Sedsngkan Bara meletakkan tangannya di pinggul Kara dan mengangkat pinggul itu perlahan ke atas. "Ya, seperti itu sayang!" ucap Bara dengan nafas berat, merasakan kenikmatan yang dirasakannya sungguh berbeda. Ada yang menjepit nya kuat di dalam sana.Dan suara demi suara mulai sering keluar dari mulut Bara saat Kara sudah mulai dapat menjadi siswa yang baik dalam kelas private nya ini."Ya. Terus sayang!!" racau Bara, akibat permainan Kara."Stop please ...." Bara menahan pinggul Kara dan menarik tubuh istri nya itu ke pelukannya. "Hentikan," ujar nya dengan nafas yang memburu."Why?" tanya Kara yang lebih tenang karena dia lah yang pegang kendali kali ini."Stop! Aku tidak tahan kjika kamu terus bergoyang seperti itu!" seru Bara sambil mencium bibir Kara."Benarkah?" tanya Raya yang justru kembali menggerakka
Kara bergumam dalam hati, "Astaga ... Jadi selama ini dia mengira aku menggunakan jalan belakang? Jadi itu alasan kenapa dia sangat membenciku? Padahal aku hanya meminta kesempatan, hanya kesempatan." Kara tidak terlalu ambil hati perkataan Johan. Dia menyempatkan diri untuk kembali ke kamar mengambil desain yang sudah di selesaikan usai bercinta dengan Bara tadi."Semoga kau dapat memikat mata konsultan kita," ucap nya sambil memberikan stempel kiss nya pada map yang berisi rancangan nya.Kara pergi ke aula utama untuk membantu staff- staff merapikan tata letak rancangan desain yang sebagian besar di dominasi oleh rancangan nya Johan dan ada tiga rancangan dari Angela serta satu rancangan dari Moon."Heem...semua meja sudah penuh! Dimana harus aku letakkan rancangan ku?" Pikir Kara sambil melihat sekeliling mencari tempat yang bisa dia jadi tempat untuk memanjang karya nya."Meja kecil itu!" gumam Kara yang matanya tertuju pada meja kecil di pojokan.Kara menarik meja kecil itu dan
Amarah Kara seketika padam seolah tersiram air dingin saat melihat apa yang baru saja terjadi. Kara tidak pernah melihat sisi ini pada diri Bara.Kara menelan saliva lalu menarik nafas pelan dan melepaskan nya perlahan. Kara mencoba menenangkan diri nya."Bara, kau kenapa?" tanya Kara pelan tapi Bara tidak menjawab. Hanya nafasnya yang naik turun yang dapat Kara rasakan. "Sayang ...." tanya Kara lagi, dengan hati-hati. "Heem ... Aku minta maaf," ujar Kara lembut sambil mengambil tangan Bara yang masih menempel di dinding.Kara yakin pasti saat ini tangan Bara sangat sakit setelah memukul dinding dengan begitu keras seperti itu.Kara mengambil tangan Bara dan mengecup pelan pas di luka itu."Bukan tanganku yang sakit! Tapi di sini!" seru nya sambil memukul dadanya.Kara menahan tangan Bara.Bara menatap Kara dalam dan berkata, "Kara, aku selalu mencoba bersabar saat melihat ada pria yang berbicara dengan mu. Atau ada yang menyentuh tangan mu. Tapi aku tidak bisa dan tidak akan pernah b