Lirih, tapi perkataannya dapat didengar dengan baik oleh Kara. Beberapa patah kata yang berhasil membuat pertahanan air matanya hancur dalam sekejap.Bulir bening itu menetes dari salah satu mata indahnya.Jatuh, membasahi pipinya."Begitukah? Jadi hanya karena aku bukan anak kandung Ibu, ibu memperlakukanku sebagai sapi perah?"Lagi-lagi ia berharap sesuatu yang tak seharusnya. Berharap bahwa pendengarannya saja yang sedikit terganggu. Namun reaksi Viola sudah memberinya jawaban."Itu... ma-maksudnya, dia anak kandung - tidak... maksudnya, kau juga sudah kuanggap sebagai anak kandung."Kara tertawa miris mendengar ucapan orang yang selama ini ia panggil dengan sebutan Ibu itu, "Sekarang aku sudah mengerti semuanya. Betapa bodohnya aku, harusnya aku tau kalau anda memang tak pernah menganggapku sebagai anak. Jadi, katakan dimana orang tua kandungku berada!"Kara berjalan mendekat. Memangkas jarak antara dirinya dan Viola. Setiap langkah maju yang dia ambil, membuat Viola mengambil lan
Hening pun menyeruak diantara keduanya. Hembusan angin serta deburan ombah, berusaha memecah keheningan, namun tidak berhasil. Mungkin, seperti inilah yang diinginkan oleh Kara.Manik indah itu kembali menitihkan bulir bening. Kala sepintas kenangan akan perlakuan keluarganya, membangkitkan rasa sakit yang sempat redup.Dia bukan tak sengaja melakukan itu, justru sebaliknya. Sengaja mengingat agar dia bisa menangis, menghabiskan seluruh air matanya untuk satu alasan. Setelah itu, dia ingin melupakan segalanya.Fokus untuk terus bekerja dan mulai menikmati hidupnya sendiri, mungkin seperti itu.Bara memilih untuk diam meski tahu Kara kembali menangis. Duduk menikmati sebotol minuman bersoda, sambil menatap deburan ombak. Membiarkan gadis itu meluapkan rasa sedihnya adalah pilihan yang dia ambil.Setelah beberapa menit berlalu, isak tangis yang sempat ia dengar sayup-sayup itu, kini mulai berhenti. Nampaknya, Kara telah puas meluapkan segala rasa sakit di hatinya."Sudah lebih baik?" ta
************Florida**********Negara bagian Amerika Serikat yang berbentuk semenanjung ini beriklim subtropis. Bahkan, Key West, salah satu kota yang berbentuk selat di Florida, suhunya tidak pernah kurang dari 16 derajat celcius.Berbatasan dengan Teluk Meksiko sebelah barat dan Samudra Atlantik sebelah timur, membuat negara ini tidak lepas dari suasana pantai. Begitulah alasan Florida dipilih untuk pembuatan video klip.Sehari setelah Kara tiba, dia pun langsung dihadapkan dengan pasir pantai, serta laut biru. Awan putih di antara langit cerah, menjadi awal yang pas pengambilan take video pertama mereka di Florida.Meski Kara baru pemula, namun dia tidak membuat kru kesulitan. Pengambilan dua atau tiga kali take, menjadi hal lumrah, bahkan patut mendapat apresiasi. Hal ini tentu menjadi hal yang memuaskan bagi yang lain, termasuk Kara."CUT! Bagus, kau melakukannya dengan baik!""Kerja bagus!""Istirahatlah, besok malam kita pindah lokasi," ucap sutradara yang langsung mendapatkan a
Cepat pergi ganti baju. Ada hal yang ingin aku katakan!""Ba-baik."Kara terlihat mencincing dress bagian bawah, lalu segera pergi untuk berganti baju. Mengingat, pesan yang dikirim oleh Bara semalam, tentang keberadaan kedua orang tuanya."Dasar bodoh! Kenapa malah meledeknya? Assshhh, sial!" gumamnya melihat Kara berlari menjauh darinya.Seperti kata pepatah zaman dulu. Cinta itu memang buta, dan apapun yang berhubungan dengannya pasti tidak jauh bedanya. Begitulah yang dirasakan Bara saat melihat Kara tersenyum pada seseorang dan melakukan hal gila yang lain.Tidak sampai setengah jam, Kara keluar dari ruang ganti dengan dress musim panas. Riasan di wajahnya pun juga sudah dihapus, hanya menyisakan lipstik merah dan itu pun tipis.Melihat Kara berjalan ke arahnya, Bara kembali tertegun. Sudah sangat lama baginya, mungkin sekitar satu bulan lebih, sejak terakhir kali dia melihat wajah Kara secara langsung.Kini sudah saatnya mengakui. Bahwa gadis yang dulu melayaninya dengan pakaian
Entah mengapa, justru Rere yang begitu antusias saat melihat buket bunga yang baru saja diterima Kara. Padahal, penerimanya tidak seantusias Rere."Tidak tahu, coba aku lihat."Kara mengambil secarik kertas yang terselip di antara bunga. Hanya ada beberapa patah kata dan nama penerima, tetapi tidak ditemukan nama pengirimnya. Namun, membaca kata-kata yang tertulis di sana, Kara dengan mudah menebak siapa pengirimnya.'Pondasi dalam pembangunan, tunggu sebentar lagi.'Garis simetris berhasil ditarik lurus, mengulas senyum manis di wajahnya. Seulas senyum yang langsung mengundang perhatian Rere."Benar-benar luar biasa. Kau memiliki penggemar," ejeknya. "Apa kau tau makna dari Anyelir putih?""Apa?"Dianthus caryophyllus, secara harfiah diterjemahkan menjadi Bunga para dewa' atau 'Bunga cinta'. Nama carnation berasal dari kata 'Corone' yang berarti karangan bunga atau dari kata 'coronation' yang berarti penobatan, karena dahulu digunakan dalam upacara pemberian mahkota pada zaman Yunani
Serangan balik dari sang manajer, seketika membuat Alexa menutup rapat mulutnya. Ya, dia benar benar diam, tidak lagi protes ataupun mengeluh atas lidahnya. Hanya melipat tangan sambil mendengus."Kau tahu apa yang kau lakukan? Di luar sana, orang-orang sedang membicarakan dirimu!" lanjut Hera masih bernada ketus.Namun, Alexa justru menanggapinya dengan santai. Dia mengibas rambut pirangnya, lalu menjawab Hera dengan percaya diri. "Mereka memang selalu membicarakanku. Apa yang salah?"Tatapan tajam Hera pada Alexa, seakan menunjukkan rasa tidak suka. Alexa yang memang cukup angkuh dan sombong, telah berhasil menambah emosinya. Padahal Hera sudah berusaha menahannya sejak tadi, tapi kelihatannya sudah mencapai batas.Dengan luapan emosi, Hera melempar ponselnya pada Alexa. Lalu menyuruhnya membaca berita yang sedang heboh tentang dirinya."Dia memang sangat sombong, padahal tidak terlalu cantik.""Aku pernah bertemu dengannya di mall, dia merendahkan pramuniaga yang berjaga hanya kare
"Apa kau gila, beraninya menghentikanku?" teriak Alexa tidak terima.Teriakan lantangnya tentu saja mengundang banyak perhatian orang-orang yang ada di sana. Mereka semua menoleh, menatap ke arah Alexa yang langsung menurunkan topinya."A-aku punya janji dengan Bara, maksudku presdir kalian," lanjutnya menurunkan nada bicaranya. Namun pria bertubuh kekar itu tidak juga menggeser tubuhnya. "Cepat menyingkir! Kau tidak tahu siapa aku, hah?" lanjut Alexa.Kesal dengan sikap penjaga keamanan, Alexa pun melepaskan topinya. Membiarkan semua orang tahu, siapa sosok yang baru saja membuat mata mereka fokus padanya."Sekarang, kau sudah bisa mengenaliku bukan? Jadi cepat menyingkir!" serunya.Meski sudah mendapat bentakan beberapa kali, pria bertubuh kekar itu tidak gentar sedikitpun. Di wajahnya bahkan tidak terlihat rasa takut sama sekali."Maaf, tapi presdir sedang tidak ada di tempat."Jawaban dari petugas keamanan tidak serta merta membuat Alexa percaya begitu saja. Tanpa banyak bicara, d
Suara samarnya terdengar semakin jelas di telinga Bara, yang kemudian membuatnya berdecak kesal, lalu terkekeh. "Sial! Halusinasi ku berlebihan!""Kenapa Anda tertawa? Anda tidak apa-apakan?" tanya Kara memastikan bahwa pria yang tiba-tiba terjatuh di pelukannya itu baik-baik saja.Namun bukan jawaban yang didapatkan Kara, tapi justru sebuah kecupan. Kecupan manis yang kemudian berlanjut sedikit lebih liar saat Bara membuka mulut Kara dengan lidahnya.Kecupan yang berubah menjadi pergulatan lidah. Hingga membuat suhu tubuh keduanya meningkat drastis hanya dalam hitungan detik. Napas Kara menjadi pendek, tak sanggup mengikuti ciuman Bara yang semakin memburu.Entah mengapa, Kara merasa ciuman Bara sedikit berbeda. Terasa lebih brutal dan penuh gairah dari biasanya. Padahal sebelumnya, dia tidak pernah melihat Bara kehilangan akal seperti ini.Kara mendorong Bara dan melepaskan ciumannya untuk mengatur napas yang sempat memburu. Namun hanya beberapa detik, Bara kembali meraih bibir gadi