Home / Romansa / Kisah Cinta Ludwina & Andrea / Bab 4 - I Am So Proud Of You

Share

Bab 4 - I Am So Proud Of You

"Hai, Wina. Are you feeling better? Mau ikut ke pantai, nggak?" tanya Johann saat melihatku keluar kamar menenteng laptop. "Di sana enak lho kalau mau nulis."

Sebelum aku menjawab ia sudah mengambil laptop dari tanganku dan menarikku berjalan mengikuti keluar. Hanya 10 menit berjalan kami tiba di Pantai Lakey Peak yang cantik. Di sana ada sebuah paviliun kecil dengan kursi yang nyaman menghadap laut dan Johann mengajakku duduk.

Beberapa turis asing terlihat asyik berselancar di tengah lautan. Aku melihat anak-anak bermain di pantai dengan ceria dan sebagian juga ada yang menenteng papan selancar. Anehnya ada beberapa anak itu yang berambut pirang dan terlihat campuran.

"Anak-anak di sini banyak yang nggak kenal bapaknya." kata Johann menjelaskan sebelum aku bertanya. "Pantai Lakey ini terkenal akan ombaknya dan banyak bule yang ke sini untuk surfing. Sebagian ada yang "pacaran" dengan gadis lokal dan pergi sesudah selesai selancar. Makanya di sini banyak anak yang lahir sebagai anak campuran dan nggak pernah tahu siapa ayahnya. Ada sih satu dua yang akhirnya hidup bahagia dan punya keluarga yang utuh, tapi jarang sekali. Makanya anak-anak sini juga jago selancar. Dengan selancar mereka bisa memperbaiki kehidupannya. Malah ada satu anak yang udah jadi surfer profesional dan dikontrak Ripcurl dari sini."

Aku memperhatikan anak-anak yang bermain di pantai dengan wajah ceria. Senyum dan tawa mereka lepas, walaupun daerah ini didera kemiskinan. Aku mengerti perasaan anak-anak campuran tanpa ayah yang dimaksud Johann.

Andrea tidak malu dengan statusnya yang tidak memiliki ayah sejak kami pertama bertemu, namun bukan berarti masa kecilnya tidak berat. Ia harus menghadapi anak-anak sebayanya yang kadang bisa berlaku kejam dengan menanyakan kenapa kulitnya tidak sawo matang seperti mereka dan ayahnya tidak pernah datang ke sekolah.

Ibunya yang naif jatuh dalam rayuan cinta seorang pria Italia saat ia bekerja di hotel di Bali dan kemudian hamil. Laki-laki itu pergi begitu saja ketika mengetahui perempuan itu mengandung dan kembali ke negaranya. Andrea dibesarkan oleh ibunya seorang diri dan ia bertekad bahwa ia akan menjadi seorang laki-laki decent, tidak mengikuti jejak ayahnya yang brengsek.

Aku tahu hatinya perih saat mengetahui bahwa tanpa disadarinya, ia telah menelantarkan seorang anak di luar sana, dan baru mengetahui keberadaan anaknya itu setelah terlambat 7 tahun. Itulah sebabnya, aku merelakan ia pergi ke London, agar ia dapat memenuhi janjinya kepada dirinya sendiri untuk menjadi pria baik.

Hatiku sakit memikirkan betapa beratnya keputusan yang kuambil. Aku tahu, ini pilihanku sendiri, tetapi tak pernah kusangka sakitnya akan seperti ini. Dadaku sesak karena rindu, dan aku menahan diri untuk tidak menelepon Andrea.

***

Aku berusaha menyibukkan diri dengan menulis. Aku hanya ingin melepaskan pikiranku dari Andrea dan mengisinya dengan tokoh-tokoh novel. Aku menciptakan suatu negeri bernama Kerajaan Air, suatu kerajaan fiksi di Indonesia yang sezaman dengan Kalingga. Pangeran putra mahkota bernama Tasi dan harus naik takhta ketika berumur 9 tahun saat ayahnya, sang raja meninggal dunia. Tasi terkurung di balik tembok istana dengan pamannya yang memerintah sebagai wakil raja hingga usianya 16 tahun.

Tasi tidak bahagia karena ia sadar dirinya dimanfaatkan pamannya yang jahat sebagai raja boneka untuk memerintah kerajaan dan tidak seorang pun dapat ia percayai di istana. Selama bertahun-tahun ia merencanakan pelariannya dari istana. Pada ulang tahunnya yang ke-15, Tasi dipaksa menikah dengan seorang putri dari kerajaan Kalingga untuk mengukuhkan statusnya sebagai raja.

Sebelum rombongan gadis itu tiba di istana, Tasi mematangkan rencana pelariannya dan kemudian meninggalkan istana selamanya. Ia menyamar sebagai rakyat biasa dan hidup mengembara. Selama setahun mengembara, Tasi melihat betapa rakyatnya hidup menderita di bawah pemerintahan pamannya yang jaht.

Kemana pun ia pergi, ia menemui kesedihan di antara rakyatnya akibat pejabat yang curang, pajak yang tinggi, dan penguasa yang lalim. Hatinya terketuk dan akhirnya Tasi memutuskan kembali ke istana sehari sebelum ulang tahunnya yang ke-16, saat ia berhak mengambil alih takhta dari pamannya. Baginya, kebebasan yang ia dambakan tidak sebanding dengan penderitaan rakyatnya... Ia bertekad akan menjadi raja yang baik dan menyejahterakan rakyat yang ia kasihi.

Karakter dan plot mengalir dengan lancar dari pikiranku. Aku bisa dengan mudah menuliskan tentang Tasi dan Kerajaan Air dan tokoh-tokoh lainnya yang ia temui di sepanjang pengembaraannya. Ini membuatku teringat ucapan Andrea 6 tahun lalu bahwa aku tidak dapat menghasilkan karya yang bagus karena aku nggak pernah susah.

Mungkin ini maksudnya... sekarang aku bisa mencurahkan hatiku untuk menulis karena aku sudah mengalami susah...

***

Editorku di Genta Publishing sangat menyukai naskah terakhir yang kukirimkan dan tanpa banyak perubahan mereka setuju menerbitkannya. Buku itu mendapat sambutan sangat baik dan segera menjadi bestseller. Ibuku sangat bangga dan membagi-bagikannya ke setiap teman keluarga. Aku menerima email berisi foto Andrea dengan senyum bangga memegang buku itu di dadanya beberapa bulan kemudian.

"I am so proud of you," tertulis di judul emailnya, tanpa tulisan tambahan. (Aku sangat bangga kepadamu.)

Email itu kuterima saat aku sedang berada di sebuah museum di Aarnhem, Belanda. Aku sedang riset untuk novel terbaruku. Novelku berikutnya akan berkisah tentang Sophia, seorang gadis indo yang harus terusir ke Belanda saat perang dunia 2 berakhir. Ia yang lahir dan besar di Bandung dipaksa untuk pulang ke negara "nenek moyangnya" oleh gerakan Pemuda.

Ketika Jepang menyerah kepada Sekutu dan angkat kaki dari Indonesia, banyak orang Eropa dan indo yang ditahan di kamp tawanan perang yang diselamatkan oleh tentara sekutu. Nasib mereka tidak lebih baik dari saat di tahanan karena ketika mereka keluar dari kamp, rumah dan harta benda mereka telah dikuasai republik. Mereka tidak diterima kembali oleh orang-orang pribumi dan terpaksa harus meminta perlindungan pada pemerintah Belanda.

Orang-orang keturunan Belanda yang mampu menunjukkan identitas atau akte kelahiran yang membuktikan bahwa mereka berdarah Belanda akan diberikan paspor Belanda dan dikirim dengan kapal laut selama berminggu-minggu ke negeri kincir angin tersebut. Di sana mereka diberikan pelatihan, tempat tinggal, dan pekerjaan.

Akibat Perang Dunia 2, ada kurang lebih 300.000 indo yang tersebar ke seluruh dunia. Aku ingin sih merasakan naik kapal laut ke Belanda untuk lebih dapat mendalami karakter tokoh utamaku, tetapi karena itu hampir mustahil dilakukan, aku harus puas mendapatkan materi penelitian dari museum dan pusat arsip di Aarnhem dan Leiden.

Aku duduk di bangku taman dan merenung sambil melihat emailnya di ponselku. Sangat teratur seperti gerak jam, dia pasti akan mengirimku email setiap hari Minggu ketika ia menceritakan tentang kabarnya di Inggris. Jadi karena ini hari Rabu, aku tidak menduga akan menerima email begini. Dalam hati aku senang karena ternyata Andrea tahu aku akhirnya berhasil menyelesaikan bukuku.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status