Beranda / Romansa / Kisah Cinta Ludwina & Andrea / Bab 9 - Awal Kisah Ludwina & Andrea

Share

Bab 9 - Awal Kisah Ludwina & Andrea

OKTOBER 2012

Andrea belum pernah keluar negeri sebelumnya. Ini adalah kali kedua ia menginjakkan kaki di bandara. Hari ini ia harus terbang ke Singapura untuk wawancara pekerjaan di sebuah perusahaan IT internasional. Bandara sekarang cukup banyak berubah dibandingkan tiga tahun lalu saat ia pertama kali ke sini.

Ia masih ingat peristiwa tiga tahun lalu itu. Ia tidak tahu pasti jadwal penerbangan Adelina, yang jelas ia akan terbang ke London malam itu. Andrea sudah memeriksa semua jadwal penerbangan yang masuk akal dan memutuskan untuk datang lebih awal.

Ia menunggu di depan pintu masuk, dengan pandangan tajam memeriksa setiap orang yang datang, berharap bisa bertemu Adelina dan meyakinkannya untuk memberinya kesempatan kedua.

Adelina adalah kekasih pertamanya, satu-satunya gadis yang pernah ia cintai. Mereka bertemu di sekolah saat penerimaan murid baru dan langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Memang kedengarannya gila, tetapi itulah yang terjadi.

Andrea ingat sinar matahari pagi yang menyapu wajah kekanakan gadis itu terlihat seperti halo yang membuatnya terpesona sesaat. Mereka berdua masih mengenakan seragam SMP dan berbaris di lapangan menerima pengarahan dari kakak kelas tentang kegiatan klub ekstrakurikuler sekolah.

Adelina tersenyum malu-malu saat diangkat sebagai perwakilan siswa baru putri untuk menerima seragam SMA secara simbolis, dan Andrea didaulat sebagai perwakilan siswa baru putra. Kehebohan segera terjadi saat keduanya naik ke atas podium karena sepanjang sejarah SMA 7, belum pernah ada pasangan murid baru yang demikian rupawan menjadi wakil murid baru.

Keduanya segera menjadi terkenal, apalagi saat pembagian kelas, ternyata Adelina dan Andrea masuk di kelas yang sama. Karena sudah kenal di acara penerimaan murid baru, keduanya tidak sungkan untuk duduk sebangku.

Adelina sangat cerdas, tetapi ia tidak menyukai pelajaran sains, kebalikannya dari Andrea yang membenci pelajaran sosial namun jago ilmu pengetahuan alam. Keduanya saling melengkapi dan membantu dalam pelajaran. Sepanjang kelas 1 dan 2 mereka pun berturut-turut menjadi juara kelas.

Keduanya merupakan pasangan idola semua orang tetapi mereka tidak resmi berpacaran karena Andrea dan Adelina sama-sama dididik oleh orangtuanya untuk mengutamakan sekolah dan tidak boleh pacaran selama masih SMA.

"Berarti nanti kalau sudah lulus SMA boleh pacaran, dong?" tanya Hanny kepada Adeline saat istirahat. Adelina melirik Andrea dan tertawa kecil,

"Aku sih boleh pacaran kalau sudah lulus SMA. Nggak tahu ya, kalau Andre."

Andrea merasakan wajahnya memerah saat ia mengangguk pelan. Hidupnya berputar untuk Adelina dan ia ingin cepat-cepat lulus SMA agar bisa segera meresmikan cintanya.

Saat wisuda kelulusan SMA hatinya sangat bahagia. Ia membawa ibunya bertemu Adelina dan keluarganya. Mereka berdua adalah lulusan terbaik SMA 7 tahun itu dan sama-sama sudah diterima di UI di jurusan Psikologi dan Computer Science.

Ia masih ingat betapa kedua orang tua Adelina menyambutnya dengan hangat di acara wisuda sekolah. Mereka kagum akan kecerdasannya. Tetapi pandangan wajah keduanya tampak seketika berubah ketika Adelina menggenggam tangan Andrea dengan mesra dan mengajaknya untuk foto bersama.

Saat itulah mereka sadar, bahwa hubungan putrinya dan pemuda ini bukan hanya sebatas sahabat.

Andrea tidak bisa melupakan pandangan kecewa di mata kedua orang tua Adelina saat itu.

Mereka adalah keluarga sangat terpandang yang menguasai industri kelapa sawit di Kalimantan, dan Adelina adalah anak satu-satunya. Mereka menganggap Andrea yang berasal dari kalangan biasa dan sejak lahir tidak mempunyai ayah tidak pantas bersanding dengan Adelina.

Akhirnya Andrea dan Adelina pacaran diam-diam setelah mereka mulai kuliah di UI. Kesenjangan antara orang kaya dan miskin di Indonesia sangat jelas terlihat. Andrea datang ke kampus naik bus kota dan Adelina diantar supir dengan BMW.

"Nanti kalau sudah lulus, kita harus pindah dari Indonesia. Di Eropa, semua orang, baik kaya atau miskin kalau kemana-mana naik bus atau subway, karena mobil hanya bikin macet." kata Adelina suatu ketika.

Ia sengaja mengatakan itu karena ia baru mendengar kasak-kusuk di kampus bahwa Andrea memacarinya karena ia kaya dan punya mobil sendiri. Banyak orang bisa berlaku jahat kepada orang yang tidak dikenalnya dengan menyebarkan gosip.

Andrea sudah kenyang dengan gosip. Dari kecil ia sudah menghadapi berbagai omongan tidak enak dari sekelilingnya. Ia lahir tanpa mengenal ayahnya dan di akte kelahirannya hanya tercantum nama ibu. Orang-orang yang tidak menyukainya senang mengungkit fakta bahwa Andrea adalah anak haram.

Sebagai siswa cerdas yang disayangi guru-guru, banyak teman sekolah yang tidak menyukainya dan sering mengejeknya anak haram. Bahkan ketika ia berhasil mendapatkan cinta Adelina di SMA, murid-murid lelaki yang naksir Adelina semakin membencinya dan selalu mencari cara untuk menjatuhkannya.

Andrea hampir tidak punya teman. Hanya Adelina yang setia di sisinya, betapa pun kerasnya orangtuanya menentang hubungan mereka.

"Andre... kita kawin lari yuk..." kata Adelina tiba-tiba saat ia sedang memotong bawang daun di dapur rumah Andrea. Ibu Andrea sedang bertugas di luar kota dan sore itu Adeline datang untuk membantu Andrea memasak makan malam. Ia sering datang ke rumah pemuda itu dan sudah menganggapnya seperti rumah sendiri. Biasanya mereka akan masak bersama dan nonton film di DVD sambil ngobrol tentang apa saja. "Kalau kita kawin, aku nggak mungkin dijodohkan sama orang lain."

Saat itu mereka sudah duduk di tingkat 3 dan orang tua Adelina sudah mulai memberi tanda-tanda bahwa mereka akan menjodohkannya dengan anak dari relasi bisnis mereka. Beberapa kali ia disuruh bertemu dengan pemuda kaya yang menjadi kandidat pilihan orangtuanya. Adelina mulai cemas.

"Kita nggak bisa kawin di Indonesia karena kita beda agama," jawab Andrea pelan.

"Kita bisa kawin di Singapura... Aku sudah pelajari syarat-syaratnya. Kita hanya perlu mendaftar dan tinggal di Singapura selama dua minggu. Aku bisa cari saksi dua orang temanku yang tinggal di Singapura."

Andrea menatap Adelina dalam-dalam. Seluruh hidupnya berputar untuk gadis ini sejak usia mereka 16 tahun, dan ia tak bisa membayangkan hidup tanpanya. Bila Adelina menikah dengan orang lain, ia tak tahu apakah ia akan bertahan.

Andrea bukanlah anak durhaka dan ia tidak berani menentang orang tua Adelina, tetapi saat ini, meminta restu keduanya adalah hal yang mustahil.

"Kamu sudah memikirkan semuanya... Kalau begitu aku mesti bikini paspor dulu," jawab Andrea kemudian. Ia tersenyum kecil, "Are you sure?"

"Never been this sure." kata Adelina dengan suara penuh semangat.

"Kalau begitu, aku bikin paspor dan menabung. Biaya tinggal dua minggu di Singapura itu mahal sekali." kata Andrea.

"Baiklah."

Adelina tidak mau menyinggung ego Andrea dengan menawarkan untuk membayari semuanya walaupun uang tabungannya banyak. Ia tahu Andrea akan sangat menghargai bila ia tidak menyinggung masalah uang sama sekali dan membiarkan Andrea berusaha.

Andrea kerja sambilan di coffee shop dan mereka membuat rencana untuk kawin lari ke Singapura saat liburan kenaikan tingkat nanti, ketika uang tabungannya sudah mencukupi.

"But you have to do it properly." kata Adelina tiba-tiba dengan muka sedikit cemberut... "You have to propose."

Adelina memotong daun bawang dua iris dan menyerahkannya kepada Andrea. Pemuda itu seketika mengerti maksudnya dan tersenyum lebar. Ia mengambil satu irisan daun bawang dan bersimpuh di depan Adelina dengan bertumpukan satu lututnya.

"Adelina Luanne Surya, would you make me the happiest man in the world and marry me?"

Adelina tersenyum lebar, dengan setitik air mata jatuh menimpa pipinya, dan mengangguk, "I do."

Andrea memasangkan cincin dari bawang daun itu ke jari kelingking Adelina karena ukurannya yang kecil. Adelina kemudian memasangkan cincin daun bawang yang satu lagi ke kelingking Andrea dan keduanya tertawa sambil menangis, kemudian berpelukan dengan erat.

Andrea mengangkat dagu kekasihnya dan mencium bibirnya dengan lembut. Selama bertahun-tahun saling mencintai, ia tak pernah melanggar batas. Tetapi malam ini, perasaannya dipenuhi kebahagiaan yang meluap-luap dan ia tahu ia ingin menghabiskan seumur hidupnya bersama gadis ini.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status