Home / Romansa / Kinan / Bab 6 : Apartemen Noah

Share

Bab 6 : Apartemen Noah

last update Last Updated: 2021-03-26 02:28:16

Kinan mengedarkan seluruh pandangannya, langit-langit kamar yang ia lihat sekarang bukan yang biasa ia lihat saat bangun tidur. Kinan meringis pelan, saat tiba-tiba rasa nyeri menyerang kepalanya. 

"Apa kau sudah bangun?" tanya seseorang yang lantas membuat Kinan bangkit duduk dan melotot kaget.

"Kau—" Kinan tidak bisa melanjutkan kata-katanya. Ia edarkan seluruh pandangannya ke sekeliling, ini bukan kamarnya. Lalu di mana kah, ia sekarang? Kinan memeluk dirinya sendiri, menatap pakaian yang ia pakai sekarang. Kaos abu-abu dan celana pendek. Ini bukan pakaiannya. "APA YANG KAU LAKUKAN PADAKU?!"

Noah merasa pengar mendengar suara cempreng wanita itu. Ia meletakkan segelas air putih di atas nakas, dengan helaan napas panjang ia berkata, "coba kau ingat lagi, apa yang terjadi pada dirimu."

Kinan terdiam, ingatan tentang kejadian semalam langsung menyelusup masuk ke dalam kepalanya. Ia hampir saja celaka, kalau Noah tidak datang dengan cepat. Kinan menoleh cepat ke arah Noah, matanya kembali melotot tajam. "Kau! Semua pria yang kau berikan tidak ada yang benar! Kau tahu, aku hampir dinodai!" 

Noah sendiri juga tidak tahu akan seperti ini kejadiannya. "Maaf, aku akan berusaha untuk memberikan kandidat selanjutnya yang terbaik buatmu."

Tapi, Kinan masih trauma. Ia menekuk lututnya dan memeluknya erat. "Aku mau tidak berani menemui siapapun dulu."

"Aku mengerti, kita bisa menjedanya sementara."

Kinan menundukkan kepalanya, rasa takut itu kembali menyerangnya lagi. Kejadian puluhan tahun yang telah lama ia hilang, kini kembali berusaha datang dan mengikatnya lagi. 

"Kau baik-baik saja?" tanya Noah yang semula berdiri kemudian duduk di tepi ranjang. 

Kinan tidak menjawab, air matanya menetes perlahan dari sudut matanya. Alasan dirinya tidka ingin menikah bukankah sudah jelas? Lalu kenapa, orang-orang terus saja memaksanya untuk menikah. 

"Kinan?"

"Aku baik-baik saja!" ketusnya cepat, lalu kemudian menangis keras. "Aku baik-baik saja, aku akan menuruti kata Ibuku. Aku bisa bertemu dengan pria selanjutnya hari ini."

Noah menghela napasnya berat, ia tidak tahu harus bersikap bagaimana sekarang. Ini juga menjadi kesalahannya, seharusnya ia lebih berhati-hati lagi dalam memilih yang terbaik untuk kliennya. "Aku akan memastikan hal ini tidak akan terulang lagi."

"Tapi sekarang aku ketakutan setengah mati!" Kinan tidak bisa menahan tangisnya. Pipinya terasa sulit digerakkan, kaku dan nyeri karena tamparan keras pria brengsek itu.

"Aku ada di sini, kau tak lagi perlu takut." Noah mencoba sebisanya. 

"Ngomong-ngomong sekarang aku di mana?" tanya Kinan menatap curiga. "Lalu kenapa kau ada di sini?"

"Ini apartemenku, tadi malam aku membawamu ke sini." Noah tahu ini salah, membawa wanita itu tanpa izin ke apartemennya. Tapi, Noah tidak bisa begitu saja memulangkan Kinan. Ia akan diminta pertanggungjawaban dan Noah belum siap untuk kehilangan pekerjaannya. 

Melihat Kinan yang tiba-tiba menjaga jarak dan memeluk dirinya sendiri membuat Noah bangkit berdiri. "Aku tidak melakukan apapun terhadapmu. Aku tidur di sana, tidak ada yang akan menyentuhmu."

Kinan tertegun, Noah orang yang baik. Pria itu benar-benar mengerjakan tugasnya. Melindungi dan menjaganya di sini. Kinan menghapus air matanya cepat, ia turun dari tempat tidur mengikuti Noah yang berjalan keluar dari kamar. "Terima kasih, maaf jika aku terlalu banyak merepotkanmu."

"Tidak apa-apa, aku telah dibayar untuk hal ini." Noah melangkah ke meja makan. Ia telah menyiapkan beberapa hindangan untuk sarapan wanita itu. "Duduklah, kau harus sarapan."

Kinan berbinar melihat menu makan di hadapannya, ini enak sekali. Ia langsung duduk dan meminta izin. "Aku—"

"Makanlah." Noah ikut duduk di hadapan wanita itu. Memperhatikan Kinan yang sangat antusias menaruh nasi dan ayam goreng yang ia buatkan tadi sebelum wanita itu bangun. "Nasinya mungkin tidak lagi panas, karena kau telat bangun."

Kinan tidak terlalu mempedulikan panas atau tidaknya. Ia hanya ingin makan dan meredakan rasa laparnya. Saat sedang mengunyah makanannya, ia melihat ke arah Noah yang juga ikut menaruh nasi. "Kau juga belum sarapan?"

Noah menggeleng pelan. "Menunggumu."

Kinan tidak lagi bersuara, kini hanya suara sendok yang menemani sarapan pagi keduanya dan bola mata yang sesekali melihat satu sama lain sampai setelah Kinan selesai menghabiskan sarapannya ia bersuara lagi, bertanya pertanyaan yang sudah ia simpan sejak tadi. "Apa kau tinggal sendiri?"

"Ya."

"Lalu kenapa kau membawaku ke sini?"

"Aku tidak punya tempat lain, karena jika aku membawamu pulang ke rumah. Aku akan kehilangan pekerjaanku." Noah masih menghabiskan sarapannya saat ia menjelaskan hal tersebut. 

Kinan bisa mengerti. Kasihan juga pria itu, tinggal sendiri di sini dan jika ia kehilangan pekerjaannya. Mungkin ia tidak lagi bisa mengirim uang ke orang tuanya. "Jadi aku akan terus tinggal di sini?"

Noah menoleh, tidak jadi memasukkan suapan terakhir itu ke dalam mulutnya. "Tidak, kau akan pulang."

"Kapan?"

"Mungkin besok, jika memar di pipimu telah pulih."

Kinan tiba-tiba saja teringat Ibunya. Bagaimana menjelaskan semua ini, tidak mungkin ia menjelaskan kejadian ini pada Ibunya. "Lalu bagaimana aku menjelaskan pada ibuku?"

"Tidak usah khawatir, aku telah mengabarinya." Noah telah selesai dengan sarapannya. 

"Apa yang kau katakan?" tanya Kinan lagi, penasaran. 

"Aku bilang kau menginap di tempatku beberapa hari karena kau ingin." Noah bangkit berdiri, pria itu membawa piring kotor tersebut untuk ia cuci. 

"Apa kau sudah gila?" Kinan ikut bangkit, ia tidak habis pikir dengan apa yang baru saja Noah katakan. Mengatakan ibunya bahwa ia menginginkan untuk tinggal di sini? Yang benar saja, itu gila. 

"Tapi ibumu mengizinkannya."

"Bagaimana bisa?"

Noah menyungging senyum tipis. "Mungkin ibumu percaya padaku, kalau aku ini orang baik dan dia telah membayarku."

Tidak masuk akal, Kinan tidak bisa percaya apa Noah sudah gila?

"Kau sunggu ingin menemui pria selanjutnya hari ini?" tanya Noah sembari menggosok piring menggunakan spons penuh busa di tangannya.

"Tidak, aku masih takut jika kejadian itu terulang lagi." Kinan menyenderkan dirinya di meja. "Bagaimana jika sampai terjadi dan kau tidak ada di sana."

"Aku akan ada di sana, sampai pekerjaanku selesai," katanya masih fokus pada piring-piring yang ia cuci. 

Kinan menatap pria itu sebentar, ia jadi penasaran dengan suatu hal. "Kenapa kau begitu mencintai pekerjaanmu?"

Noah mulai membilas satu persatu piring yang telah ia sabuni. "Karena ia memberiku banyak uang."

"Apa kau menikmati uang-uang itu sendiri?"

"Tidak, aku mengirimnya ke keluargaku."

Sudah Kinan duga, sepertinya Noah adalah seorang kepala keluarga bagi ibu dan adiknya. Jika dilihat, Noah adalah anak pertama di keluarganya. "Sudah berapa banyak pasangan yang berhasil kau satukan?"

Noah berpikir sebentar, piring-piring itu sudah habis ia cuci. "Mungkin, kurang lebih seratus lebih."

"Wah, kau sekaya itu rupanya." Kinan tidak bisa menghitung berapa jumlah uang yang telah Noah dapatkan dari bekerja sebagai biro jodoh. Apalagi, ia adalah yang terbaik. Biayanya pasti yang paling tertinggi dari yang lain. Kalau dilihat-lihat lagi, pria itu terlihat tidak cocok dengan pekerjaannya. Tubuh atletis dan rahang tegas yang ia punya membuatnya cocok sebagai seseorang yang memiliki sebuah perusahaan besar.

"Yang kau butuhkan hanyalah kerja keras."

"Tunggu." Sebuah pertanyaan tiba-tiba terlintas di pikiran Kinan. "Apa aku juga bisa menjadi anggota biro jodoh?"

Pertanyaan itu sukses membuat Noah membalikkan tubuhnya dan melipat tangannya di dada. "Apa yang kau inginkan?"

"Aku ingin menjadi anggota biro jodoh agar aku bisa menghindar dari pernikahan."

~•~

TBC

Related chapters

  • Kinan   Bab 7 : tidak bisakah kau sedikit lebih tenang?

    Noah nyaris saja tertawa di tempatnya, wanita sampai hilang akal karena saking tidak ingin ia menikah. "Kau tidak akan bisa menghindari pernikahan meski kau bergabung dengan anggota kami."Kinan mendesah pasrah, tidak ada yang bisa ia lakukan lagi. Apa ia pergi saja dari rumah? Tidak, ibunya akan sedih dan ia juga punya penyakit jantung."Bukankah kau melakukan ini demi ibumu?""Ya, tapi apa kah kau pikir ada yang akan menikahi seseorang yang menikah karena paksaan dari ibunya?" tanya Kinan. "Bukankah menikah adalah tentang saling mencintai?"Noah mengangguk, membenarkan ucapan Kinan. "Ya, tapi untuk sekarang kau tidak akan bisa menghindarinya. Mengapa kau tak mencoba mencintai seseorang?""Aku tidak pernah paham bagaimana rasanya jatuh cinta." Kinan melipat tangannya di dada. "Belum ada seorang pun pria yang masuk kriteriaku."Noah menghela napas pelan dan beranjak dari sana. "Tidak ada yang sempurna di dunia ini Kinan.""Aku tidak mencari

    Last Updated : 2021-03-27
  • Kinan   Bab 8 : segelas air putih

    Kinan yang semula menunjukkan pandangannya, kini kembali menatap bola mata pria itu. Ia masih diam, bingung ingin membalas ucapan pria itu."Aku tahu, kau juga tidak bisa memaksa hal yang sama sekali tidak kau inginkan.""Tidak, aku akan terus melanjutkannya," ucap Kinan setelah cukup lama terdiam. "Aku tahu, sisa uangnya tidak akan kembali jika aku membatalkannya.""Tentu saja, perjanjian awal sudah seperti itu.""Bukan karena perjanjian, kau saja yang gila uang!"Mulut wanita itu memang sepedas cabai, lihatlah sudah berapa kali ia mengejek Noah gila uang. Semua manusia juga gila uang, tidak ada manusia yang tidak membutuhkan uang. "Aku akan pergi keluar untuk berbelanja. Kau tunggu saja di sini.""Tidak!" Kinan berkata cukup lantang, mengagetkan Noah yang baru saja berdiri. "Aku ikut!"Noah menghela napasnya lelah. "Kau tidak bisa ikut dengan pakaian seperti itu!""Ta ta—pi aku.""Diam di sini, aku akan mencarikanmu bebet

    Last Updated : 2021-03-27
  • Kinan   Bab 9 : Yuda

    Kinan mencoba salah satu pakaian yang dibelikan oleh Noah, pria itu cukup pinter memilih baju yang pas di tubuh Kinan. Sebuah gaun bewarna kuning yang panjangnya hingga menutupi lutut, sangat cantik melekat di tubuh rampingnya. Bagian atasnya yang dibuat model Sabrina, membuat penampilan Kinan semakin cantik pagi ini. Wajahnya tak lagi terdapat memar, karena ia sudah menutupnya dengan sempurna. Kinan juga bisa menyamarkan dengan rambut yang sengaja ia uraikan. "Berikan aku foto-foto yang harus aku pilih lagi, aku akan menemui salah satu pria itu lagi hari ini agar aku bisa cepat terbebas," katanya seraya melangkah menghampiri Noah yang duduk di kursi makan."Wajah memarmu?" tanya Noah kebingungan. Ia tidak lagi melihat warna itu di pipi Kinan.Kinan mendekatkan wajahnya, agar pria itu bisa melihat dengan jelas pipi yang sudah ia samarkan dengan segala macam make up yang memang selalu ia bawa di dalam tasnya."Apa pakaian dalam itu pas di tubuhmu?" tanya

    Last Updated : 2021-03-27
  • Kinan   Bab 10 : mie instan cup

    Kinan saat ini berada di toko ice cream, bersama Noah yang sudah ia paksa hingga berkali-kali sampai mau menemaninya. Kinan memakan pelan es krim vanillanya, rasa yang sama yang dimakan oleh Noah."Aku sungguh bangga dengan diriku," kata Kinan pongah. "Aku pasti berhasil menyatukan dua orang itu."Noah hanya menatap malas, ia ingin cepat-cepat menghabiskan es krim berukuran besar di hadapannya saat ini. Kalau saja ia tahu, Kinan akan memesan dengan ukuran sebesar ini sudah pasti ia lebih memilih pulang."Apa aku sudah cocok mendaftar jadi anggota biro jodoh?" tanya Kinan, menangkup pipi dengan kedua tangannya dan tersenyum sambil mengedip-ngedipkan matanya ke arah Noah.Noah masih memandang dengan wajah datar, ia memasukkan sesendok es krim ke mulutnya dan berkata, "tidak. Kau tidak lulus semua kriteria yang ada.""Hah?" Kinan tidka percaya, pasti Noah sedang ingin menipunya."Kami tidak mencari seorang wanita yang memiliki sifat kasar

    Last Updated : 2021-03-27
  • Kinan   Bab 11 : kembalinya tawa Noah

    Kinan sudah bersiap, long dress bewarna merah sudah melengkapi penampilannya pagi ini. Tapi, ia tidak berniat untuk menjumpai salah satu pria itu karena pagi ini ia hanya ingin berkeliling dengan menyewa sebuah sepeda. Tentu saja ia tidak akan sendiri, ia tetap memaksa Noah untuk ikut dengannya."Sekarang kau ingin apa?" tanyanya pada Kinan yang sudah menyiapkan dua sepeda yang memiliki keranjang di depannya itu dan mengisyaratkan Noah untuk naik. "Kau menyuruhku naik sepeda?"Kinan mengangguk. "Kau harus menemaniku, kalau saja kau tidak salah memilih orang. Luka memar di pipiku tidak akan aku dapatkan dan aku tidak harus—""Hentikan ocehanmu," potong Noah seraya naik ke sepeda yang sangat tidak cocok untuk tubuh kekarnya.Kinan tampak sangat antusias, ia mendayung sepedanya—mengejar Noah yang sudah berlalu cepat di depannya. "Tunggu aku!"Keduanya berkeliling pada sebuah taman yang membentang luas di dekat gedung apartemen yang N

    Last Updated : 2021-03-28
  • Kinan   Bab 12 : tantangan

    "Sejujurnya aku tidak terlalu suka baca buku," kata Kinan seraya memperhatikan satu persatu buku yang terpajang di toko buku tersebut. Ia berdiri di samping Noah, sesekali melihat buku yang pria itu pilih."Aku juga tidak," ujar Noah seraya membaca bagian belakang sebuah buku yang baru saja ia ambil dari rak. "Aku hanya membaca jika aku membutuhkan hal yang penting."Kinan hanya bergumam pelan, tangannya tergerak untuk mengambil salah satu buku yang letaknya cukup jauh di atas. Kinan berjinjit, berusaha menggapai tersebut.Namun, karena tubuhnya yang pendek Kinan menjadi sedikit kesulitan. Beruntung Noah menyadari hal itu, pria itu menjadi pahlawan yang mengambil buku yang wanita itu ingkan dan memberikannya. "Kau harus sering-sering olahraga, untuk menambah tinggi badanmu," kata Noah.Kinan memutar matanya malas. "Aku juga bisa mengambil buku itu tanpa bantuanmu.""Untuk mencari pasangan saja kau membutuhkan aku." Noah membicarakan keb

    Last Updated : 2021-03-28
  • Kinan   Bab 13 : Renaldi

    Renaldi pria yang hangat, Kinan bisa melihat jika Renaldi hanyalah seorang pria sederhana yang bekerja seperti orang normal pada umumnya. Ia terlihat penyayang, terbukti dari anjing jenis Siberian Husky jantan yang ia pelihara itu. Kinan sesekali tertawa saat anjing bernama Ace itu berlari dan bersikap manja kepadanya."Sepertinya Ace menyukaimu," kaya pria berkemeja biru tua itu. Dari penampilannya juga terlihat jelas bahwa Renaldi adalah orang yang rapi."Benarkah?" Kinan mengelus anjing berwarna putih dengan sedikit corak hitam di bulunya itu. "Apa kau menyukaiku?""Ngomong-ngomong Kinan, apa pendapatmu tentang pernikahan?"Kinan berhenti, pertanyaan itu lagi. Tapi, kali ini ia akan berusaha menjawab. "Aku tidak terlalu tertarik dengan pernikahan."Kinan bisa melihat ada guratan rasa penasaran langsung tercipta di wajah pria itu."Kenapa?" tanyanya. "Banyak wanita yang menginginkan pernikahan."Kinan yang semula berjong

    Last Updated : 2021-03-30
  • Kinan   Bab 14 : Gaun merah pemberian Noah

    Kinan memutar matanya jengah, saat Wisnu baru saja memutuskan panggilan telponnya. Pria itu memang sedikit aneh, sepanjang menit ia hanya berbicara sepatah dua kata yang Kinan sendiri tidak mengerti dan sekarang ponsel berwarna merah muda kembali bergetar.Sebuah pesan dari Renaldi terpampang di layar ponselnya. Kinan menghela napasnya berat. Ia membukanya dan membaca pesan dari pria itu.Dia masih normal, Kinan tau itu. Tapi, ini membosankan. Kinan tidak suka jika saat memulai sebuah obrolan dengan pertanyaan klise seperti itu. Sedang apa? Sudah makan? Apakah Kinan tidak cukup dewasa untuk tau kapan saatnya ia harus makan?Si sialan Noah itu berani sekali dia menantang Kinan. Tapi, bagaimana jika ia tak juga mendapatkan pasangannya. Kinan tidak mau kalah dari pria songong itu. Meski kalau dipikir-pikir ia cukup baik dan lebih normal ketimbang kelima cowok aneh itu.Kinan merebahkan tubuhnya di ranjang, tawa Noah tiba-tiba saja terlintas

    Last Updated : 2021-03-30

Latest chapter

  • Kinan   Bab 39 : aku ingin terus bersamamu

    Kinan terpaku menatap dirinya di depan cermin, di tubuhnya sudah melekat sempurna gaun pengantin brokat bewarna putih dengan model sabrina berlengan panjang. Lekuk tubuhnya sangat sempurna, dengan gaun tersebut. Rambutnya yang ditata sedemikian rupa dengan sebuah mahkota di atasnya menjadikan Kinan tidak mengenali dirinya sendiri.Ternyata begini rasanya memakai gaun pengantin, tampak biasa saja. Ia tidak terlalu menyukainya, untung saja gaun pengantin tersebut tidak berat dan panjangnya hanya sampai mata kaki. "Lalu sekarang apa lagi?" tanya Kinan sudah sangat kesal. Hampir satu jam lamanya orang-orang di sana meriasnya. Ia pun melangkah keluar dari ruangan tersebut dan bertemu dengan Ferdinand."Ayo kemarilah cepat!" kata Ferdinand berdiri di depan salah satu ruangan, yang letaknya bersebelahan dengan ruangan tempatnya berada tadi.Kinan melangkah masuk, di sana ia bisa melihat Noah sudah menunggunya dengan setelan jas bewarna hitam lengkap dengan

  • Kinan   Bab 38 : Ferdian

    Sudah hampir 3 minggu berlalu, Kinan sudah mulai bisa berjalan kembali meski tidak bisa terlalu sering dan memakai heels. Sudah dari 2 pekan yang lalu ia kembali ke rumahnya, saat Ibu dan Andini menjemputnya pulang dari apartement Noah setelah mengetahui bahwa kakinya sakit.Semenjak itu, ibu kerap kali datang ke apartement Noah untuk memberinya banyak makanan padahal ibu tahu jika pria itu pandai memasak. Tapi, ibu bersikeras dan mengatakan kalau Noah bisa saja tidak punya waktu untuk memasak. Lagi pula katanya ini sebagai rasa terima kasih ibu karena sudah merawat dirinya. Ibu memang terlalu berlebihan."Sekarang kau akan kemana?" tanya Andini melihat Kinan sudah rapi dengan celana jeans dan kemeja polosnya.Kinan menoleh sekilas dan kembali menata rambutnya yang ia biarkan tergerai. Hari ini ia akan memakai sneaker saja, untuk menghindari kakinya terasa sakit lagi. "Aku masih harus menemui 3 pria lagi, agar aku bisa seg

  • Kinan   Bab 37 : tidak punya kendali

    Mata Kinan kembali melebar, tetapi kini dihiasi dengan kerutan pada dahinya. Rasa malu itu kini kembali menjalar, hingga membuat kedua pipi Kinan terasa panas. Ah, Noah memang tidak bisa ditebak. Ada apa dengannya, kenapa pria itu sampai menawarkan untuk tidur bersama lagi?"Kalian telah tidur bersama?" tanya Rey, nada bicaranya jelas terlihat bahwa ia terkejut."Ya." Kinan menoleh, tetapi kemudian ia menyadari jawabannya. "Tidak, ma-ksudku."Rey melihat ke arah Noah, keduanya beradu pandang. Tatapan tajam Rey lebih terlihat seperti sebuah peringatan keras. "Kuharap kau tidak lupa Noah.""Bagaimana jika aku ingin?" tanya Noah seolah menantang.Bibir Rey membentuk garis tipis. "Kau tahu kau tidak bisa melakukannya."Kinan menatap kedua orang kakak beradik itu bingung, ia tidak tahu apa yang tengah mereka bicarakan. Ketika Kinan melihat ke arah Noah, ia bisa melihat kekesalan tergambar sangat jelas di sana."Ya,

  • Kinan   Bab 36 : kedatangan Rey

    Noah terdiam, hentakan saat memotong wortel tak lagi terdengar. Ucapan Kinan mengacaukan seluruh pikirannya, terlebih sesuatu yang bergemuruh di dadanya. Noah berkedip, ia kembali melanjutkan. "Tentu," ujarnya singkat."Kalau begitu, aku harus segera menemukan orang itu." Kinan akan bertekad, ia harus membahagiakan orang-orang di sekitarnya termasuk pria itu. Noah pasti akan sangat senang, pekerjaan dengannya yang super merepotkan juga akan selesai. Jadi pria itu tidak lagi harus mengurusinya yang memang cukup melelahkan. "Aku berhutang banyak padamu, jadi aku tidak akan melupakanmu."Noah mencoba untuk terkecoh, meski pikirannya begitu berantakan. Ia sekarang melanjutkan ke sayuran yang lain, memotongnya hingga semuanya siap untuk di masak."Setelah kakiku sembuh, aku akan menemui pria yang tersisa sehingga aku bisa segera melepas bebanmu.""Kau sama sekali bukan beban bagiku."Kinan menoleh, dilihatnya Noah yang telah berbalik. Keduanya men

  • Kinan   Bab 35 : pelukan hangat

    "Noah."Noah tersentak dalam tidurnya saat mendengar suara lirihan Kinan. Ia menenggakkan kepala serta tubuhnya dari kursi yang telah menahannya saat tidak sengaja tertidur tadi. Noah menatap tangannya yang masih di genggaman wanita itu dan bertanya, "iya, ada apa?""Tidurlah, kau juga butuh istirahat," kata Kinan seraya menarik pelan tangannya dari genggaman pria itu."Aku sudah tidur." Noah sengaja mengambil salah satu kursi meja makan dan membawanya ke kamar agar ia bisa tetap menjaga wanita itu dalam tidurnya."Tubuhmu bisa sakit nanti, tidurlah di sofa." Kinan merasa bersalah setelah melihat bagaimana Noah menjaganya dalam tidur. Ia telah banyak menyusahkan pria itu. "Ah, sofa juga buruk. Aku telah banyak menyusahkanmu."Noah mengambil beberapa helai tisu yang sudah ia taruh di atas nakas. "Ini adalah tanggung jawabku karena telah membuatmu sakit," katanya seraya menghapus keringat ya

  • Kinan   Bab 34 : Apa kau tidak merindukanku?

    Kinan mengernyit saat melihat Noah mendekatkan sesendok bubur ke dekat mulutnya. "Aku bisa memakannya sendiri," tolak Kinan seraya mengambil sendok di tangan Noah dan memasukkannya ke dalam mulutnya."Bagaimana rasanya?" tanya Noah, karena ia benar-benar ragu dengan rasa bubur buatannya itu. "Aku jarang membuat bubur, jadi aku pikir aku tidak akan membuatnya dengan enak.""Ini enak, aku menyukainya." Kinan tersenyum sekilas sebelum kembali menyuapi bubur itu ke mulutnya. "Terima kasih."Tangan Noah refleks menyentuh puncak kepala Kinan dan mengusapnya pelan. "Sama-sama," kata Noah lalu tiba-tiba terdiam saat pandangan keduanya bertemu.Noah buru-buru menjauhkan tangannya, ia sungguh melakukannya dengan spontan hingga ia tidak menyadarinya. "Maaf, aku tidak sengaja."Tanpa Noah ketahui, jauh di dalam sana Kinan hampir terlempar dari bumi. Kinan berusaha untuk menyamarkannya ekspresi k

  • Kinan   Bab 33 : rasa bersalah

    Kinan bergeming, keduanya saling pandang. Perlahan senyumnya kecilnya terbit, ia melirik ke arah Noah yang juga ikut memandanginya. Sepertinya Noah tidak masalah, jika kakaknya yang tampan itu masuk ke dalam kandidat pria yang akan ia kencani. "Kupikir Noah setuju, jadi ya tentu.""Kapan aku mengatakan setuju?" tanya Noah. Ia belum mengatakan sepatah katamu sejak beberapa detik yang lalu, lalu dari mana wanita itu bisa menyimpulkan bahwa Noah setuju."Ah, ayolah. Kau juga harus membiarkan aku berkencan," kata Rey membuat perhatian Noah teralih. "Aku juga ingin menikah.""Tapi, wanita itu tidak," ucap Noah spontan. Rey sempat terdiam beberapa saat, memandangi Kinan dan Noah secara bergantian dengan wajah bingung."Aku tidak sedang mengajaknya menikah." Rey mencoba meluruskan, ia sedang mengajak wanita yang terbaring di sana untuk berkencan dengannya karena ia merasa tertarik. "Aku hanya mengajaknya berkencan, apa hal itu salah?""Tidak ada gunanya."

  • Kinan   Bab 32 : sakitnya Kinan

    Kinan sudah terbaring di atas tempat tidur, ia melihat ke arah pria itu sinis. Tapi, kaki kanannya yang terasa nyeri bukan main membuatnya langsung meringis pelan. "Bagaimana aku bisa berjalan, kalau seperti ini." "Bukankah sudah kukatakan kau menginap saja di sini?" Noah duduk di atas ranjang, di ujung kaki Kinan. "Lihat kakimu semakin parah." Kinan mendengus kesal, lebih baik ia tidur saja sekarang dan berharap kakinya bisa segera sembuh besok. "Aku ingin tidur saja, keluarlah!" Noah mengembuskan napasnya panjang, ia bangkit dan menarik selimut untuk menutupi tubuh wanita itu. "Kalau kau butuh sesuatu, bisa panggil aku." "Aku haus," kata Kinan serak. "Sebentar, akan aku ambilkan." Noah beranjak keluar dari kamar dan menuju ke dapur. Ia menuangkan segelas air putih lalu kembali masuk ke dalam kamar. "Ini." "Terima kasih." Kinan duduk bersandar, lalu kemudian mengambil gelas tersebut dan menegak air putih tersebut hingga tinggal

  • Kinan   Bab 31 : kekesalan Noah

    Noah telah sampai di apartemennya, saat melangkah masuk ia langsung disambut oleh senyum hangat Kinan yang tampak sedang melakukan sesuatu di dapur. Noah mengernyit, ia melepas sepatunya dan beranjak mendekat. "Apa kakimu sudah sembuh?""Sudah agak mendingan," jawab Kinan kemudian menunjukkan sop buntut yang baru saja selesai ia panaskan. "Kau pasti lapar, aku sudah menyiapkan makan malam."Noah kembali mengernyit, ia melihat beberapa hidangan telah tersusun di meja makan. "Kau memasak semua ini?""Tidak." Kinan berjalan tertatih ke arah meja makan dan menaruh mangkuk berisi sup di tangannya ke atas meja. "Tadi Ibu datang kemari, katanya ia memasak banyak hari ini.""Ibu datang kemari?" Wajah Noah sedikit terkejut."Maaf jika aku tak meminta izin terlebih dulu padamu karena mengizinkan Ibu dan Andin masuk ke apartemenmu," ucap Kinan merasa tidak enak karena ia membiarkan keluarganya begitu saja ke apartemen milik orang lain."Ah

DMCA.com Protection Status