Share

Bab 3

Author: Reykan Uwais
last update Last Updated: 2023-06-02 17:17:31

"Hm," Alif mendengkus kesal, ia mencebikkan bibirnya.

Rasanya ingin sekali agar ia cepat-cepat pergi dari rumah si Ibu. Tapi si Ibu yang cuma beli satu kilo salak itu, ia belum selesai memilih buah salak sedari tadi.

"Cih, si Ibu ini sudah nawarnya mepet, banyak omong, milihnya lama banget lagi!" Alif merasa kesal di dalam hatinya.

"Astaghfirullah, Alif lupa kalau Alif lagi saum, maafin Alif Ya Allah ..." Alif mengusap dadanya pelan.

"Yang ini ... banyak sih. Tapi, buah salaknya kecil-kecil. Yang ini buah salaknya besar-besar. Tapi, salaknya sedikit! Aduh jadi bingung, yang mana ini ya?" Si Ibu membandingkan bungkusan salak yang satu dengan bungkusan salak yang lainnya.

"Pegalnya, duduk dulu ah ... dari pada lama dan bete nungguin si Ibu." Alif menjatuhkan bobot tubuhnya di atas keramik teras si Ibu.

"E_eh ... mau ngapain kamu?" tanya si Ibu mengagetkan Alif.

"Mau ikut duduk disini Bu, saya pegel berdiri terus dari tadi!" jawab Alif denga santai.

"Heh, ini tuh keramik mahal ya, udah saya sapu dan pel bersih! Kamu nggak boleh sembarangan duduk disini!" Ibu itu berteriak dengan sangat lantang.

"Iya Bu, maaf." Alif pun bangkit seraya mecebikkan bibirnya.

"Nih, saya udah dapet salaknya, dua bungkus sekilo kan ya? Awas, kalau timbangannya kurang!" Ibu itu kenyerahkan 2 lembar 2 ribuan serta uang logam 500 2 biji kepada Alif.

"Makasih, Bu." Alif pun menerimanya dengan tatapan nanar. Ia lantas memasukkan uangnya ke dalam saku celananya.

Si Ibu langsung mesuk ke dalam rumahnya.

Bruk!

Ia menutup pintu rumahnya dengan sangat keras. Lebih tepatnya dibanting.

"Ya Allah, mimpi apa Alif bisa ketemu sama Ibu-ibu yang seperti itu, astaghfirullah." Alif menggelengkan kepalanya.

Tak lama kemudian, Alif pun segera mengangkat kembali dua keranjang buah salaknya.

"Alhamdulillah," gumamnya.

Ia kembali berjalan sambil terus menawarkan buah salak kepada siapa pun yang ada di jalanan kampung tempat tinggal Alif.

"Salak ... salak ... salak ..." teriak Alif menawarkan jualannya.

Setelah berjalan agak jauh dari kampung tempatnya tinggal, tak terasa pagi sudah berlalu dan segera menuju siang.

"Istirahat dulu ah, Ya Allah udah puter-puter dari tadi cuma baru laku sekilo! Mudah-mudahan hari ini jualan salak Alif laku semua Ya Allah, aamiin." Alif duduk di samping trotoar tepat di depan sebuah minimarket.

Jarum jam menunjukkan pukul setengah 11 siang. Alif menyusut peluh yang sudah membanjiri keningnya.

"Ya Allah mudah-mudahan disini banyak yang beli salak Alif." Alif celingak-celinguk melihat ke sekeliling jalan siapa tahu, ada orang yang sedang berjalan di trotoar ini lalu tertarik untuk membeli salak jualannya.

"Dek, berapa buah salaknya?" Tanya seorang Ibu muda yang memakai hijab.

"Hm, ini 10 ribu sekilo, Bu," jawab Alif penuh antusias.

"Salak apa ini?" tanyanya.

"Salak pondoh, Bu! In syaa Allah rasanya manis dan legit!" jawabnya dengan rasa sumringah.

"Saya beli 2 kilo, Dek!" Ibu muda itu menyerahkan 2 lebar uang 10 ribuan.

"Baik, Bu." Dengan semangat 45 Alif pun segera memasukkan 4 bungkus salak itu ke dalam kantong keresek hitam yang besar.

"Makasih ya, Dek." Ibu muda itu menerima keresek berisi bungkusan salak dari Alif.

"Sama-sama, Bu." Senyum Alif pun terbit dari bibir mungilnya.

"Alhamdulillah Ya Allah," gumam Alif tak henti mengucap syukur. Ia kembali duduk di atas trotoar.

Tak beberapa lama kemudian, banyak sekali orang yang kebetulan sedang lewat di trotoar melihat dagangan buah salak Alif, mereka pun berbondong-bondong membeli dagangan buah salak Alif.

"Dek, berapa harganya sekilo?" Tanya seorang Ibu paruh baya yang memakai hijab.

"10 ribu sekilo, Bu," jawab Alif.

"Ya mau ya sekilo." Kali ini pembeli tanpa tawar menawar lagi, Alif hanya tinggal bungkus membungkus saja.

"Dek, salak apa ini?" tanya seorang perempuan.

"Salak pondoh, Mbak," jawab Alif.

"Berapa sekilo?" tanyanya lagi.

"10 ribu sekilo, Mbak," jawab Alif dengan penuh semangat.

"Saya mau 2 kilo ya ..." sahutnya.

"Siap ..." Alif tinggal memasukkan 4 bungkusan salak ke dalam satu kantong keresek besar.

Akhirnya, dagangan buah salak Alif pun telah terjual cukup banyak. Ia terduduk kembali di trotoar, untuk sekedar beristirahat sembari kembali menunggu pembeli selanjutnya.

"Manis nggak nih, Dek?" tanya seorang Ibu yang sudah cukup berumur.

Alif pun kembali bangkit dari duduknya, ia kembali melayani pembeli.

"In syaa Allah manis, Bu. Ini asli salak pondoh, rasanya dijamin manis dan legit ..." sahut Alif sambil menyunggingkan senyum di bibirnya.

"Ya udah kalau gitu saya mau 2 kilo ya, Dek," imbuhnya.

"Baik, Bu," jawab Alif.

Alif pun memasukkan salak ke dalam kantong keresek besar.

"Ini uangnya, Dek." Ibu itu menyerahkan selembar uang 50 ribuan pada Alif.

"Ini kembaliannya, Bu." Alif hendak memberikan 3 lembar uang 10 ribuan.

"Udah buat kamu aja kembaliannya, Dek," jawab si Ibu cepat.

"Alhamdulillah ..." gumam Alif seraya mengucap syukur tiada henti.

"Terima kasih banyak, Bu," lanjutnya lagi.

"Sama-sama, Dek. Semoga laris manis jualannya ya, Dek," timpalnya.

Ibu itu akhirnya pergi meninggalkan Alif dengan belanjaan salak di tangan kirinya.

Alif kembali terduduk di trotoar, ia tak henti mengucap syukur dan menghela nafasnya.

Kini, dagangannya tinggal tersisa beberapa kilo lagi saja.

"Alhamdulillah, sebagian besarnya udah habis terjual Ya Allah, semoga hari ini laku semuanya biar bisa beliin ketupat opor sama gamis lebaran buat Emak, aamiin." Alif mengusapkan kedua tangannya pada wajahnya yang masih imut khas remaja.

Alif kembali diam terpaku di atas trotoar, dan suasana sangat hening karena tidak ada satu pun manusia untuk mengobrol teman mengobrol. Semua orang sibuk dengan aktifitas masing-masing, tentu saja keadaan ini sudah terbiasa bagi Alif.

"Dek, saya mau beli salaknya ya ..." seorang laki-laki dewasa tiba-tiba memecah keheningan.

"Hm, iya Pak. Mau berapa kilo, Pak?" Alif bangkit dan berdiri dengan tegak.

Kebiasaan Alif itu kalau ada pembeli pasti dia bangkit dari duduknya, untuk menghargai pembeli katanya.

"Berapa sekilonya, Dek?" tanya pria asing tersebut.

"10 ribu sekilo," sahut Alif cepat.

"Kalau gitu saya mau 5 kilo ya, Dek!" Serunya seraya menyerahkan selembar uang berwarna merah.

"Siap, Pak." Alif pun bergegas untuk memasukkan 10 bungkusan buah salak ke dalam 2 kantong keresek yang besar-besar.

"Ini Pak, salaknya." Alif menyerahkan 2 bungkusan salak yang besar-besar kepadanya.

"Iya," imbuhnya.

Pria itu mengambil 2 kantong keresek salak yang besar-besar dari tangan Alif. Ia lalu menyerahkan selembar uang 100 ribuan pada Alif.

Alif merogoh tas selempang kecilnya, guna mencari uang 50 ribu sebagai kembaliannya.

"Ini Pak, kembaliannya." Alif menyerahkan uang itu.

"Makasih, ya," sahutnya. Dengan sangat tergesa-gesa pria itu pergi begitu saja meninggalkan Alif.

Alif pun kembali terduduk di atas trotoar.

"Alhamdulillah udah laku 11 kilo, sisa tinggal 9 kilo lagi. lebih baik aku segera menukarkan uang ini untuk kembalin."

Alif memasuki sebuah minimarket ia berusaha untuk menukarkan uanh pada kasir.

"Maaf, Mbak. Saya mau nukerin uang, bisa?" tanya Alif hati-hati.

"Sebenarnya nggak bisa sih, tapi ya udahlah sini! Mana duitnya!" jawabnya ketus.

Alif menyerahkan uang 100 ribu itu padanya, setelah diperiksa oleh kasir di bawah sinar uv, kasir itu mendelik pada Alif.

"Apa ini?" kasir itu menempelkan uang di atas meja kasir dengan kasar.

"Hm, kenapa Mbak?" tanya Alif heran.

"Ini uangnya juga palsu!" jawabnya sangat ketus.

Related chapters

  • Ketupat Untuk Emak   Bab 4

    Degh! Jantung Alif seolah berhenti berdetak saat itu juga. Nafasnya seakan tercekat di tenggorokan, peluh sebesar biji jagung mulai keluar dari pori-pori kulitnya."Pa, palsu? Kok bisa Mbak?" tanya Alif sambil tergagap."Ya mana saya tahu!"jawabnya dengan tatapan sinis.Alif pun mengambil uang itu dengan kedua tangannya yang bergetar, kedua netranya mulai berkaca-kaca pandangannya pun berkabut."Udah sana pergi! Banyak pelanggan yang lagi antre tuh!" kasir itu mengusir Alif sembari membentaknya.Alif pun berjalan dengan kedua lututnya yang terasa sangat lemas, ia menatap uang 100 ribuan itu dengan tatapan yang nanar dan memilukan."Bagaimana bisa ini palsu ya Allah ... tega banget sih orang yang udah nipu Alif ya Allah ..." Alif kembali terduduk di ats trotoar. Alif menyusut kedua pelupuk matanya, ia tidak ingin menangis dan terlihat lemah di tempat umum seperti ini."Heh, bocah kamu nggak boleh jualan disini!" Suara bariton seorang pria dewasa tiba-tiba mengagetkan Alif yang sedang b

    Last Updated : 2023-06-02
  • Ketupat Untuk Emak   Bab 5

    KETUPAT UNTUK EMAK“Daffa, Daffa Sayang, kemana aja kamu, Nak?” Seorang perempuan muda memeluk Alif yang tengah tertidur di teras masjid.Alif terbangun karena pelukan dari perempuan tersebut serta suara berisik dari mulut perempuan itu. Ia mengerjapkan kedua matanya dan berusaha mencari tahu apa yang sedang terjadi, tiba-tiba saja ada seorang perempuan dewasa memakai hijab memeluknya begitu saja.“Ta-Tante siapa? Saya nggak kenal sama Tante!” Alif mengernyitkan Kedua alisnya ia berusaha untuk melepaskan pelukan perempuan itu dari tubuhnya.“Maaf Tante, kita bukan mahrom,” tolak Alif secara halus.Perempuan itu menggelengkan kepalanya dengan cepat, ia mendelik pada Alif, “Tidak!” teriaknya.“kamu itu Daffa anakku yang udah lama pergi dari rumah. Daffa Sayang, jangan tinggalin Mamah lagi ya, Nak! Mamah udah pusing nyari-nyari kamu kemana-mana,” perempuan itu bersikeras mengira bahwa Alif itu adalah Daffa, anak kandungnya.“Maaf Tante, nama saya Alif bukan Daffa, Tante. Dan ibu kandung s

    Last Updated : 2023-06-06
  • Ketupat Untuk Emak   bab 6

    “Alif yang sabar ya, ikhlaskan semuanya ….”Seorang pria paruh baya menghampiri Alif dan memegangi bahu Alif dengan begitu erat. Alif masih bingung dan tidak begitu mengerti dengan apa yang telah terjadi. Ia melihat tampak tubuh yang sedang terbujur kaku yang sedang ditutupi oleh kain jarik berbaring di ruang depan rumahnya.Alif masih berpikiran positif, ia sangat berharap kalau yang sedang berbaring itu adalah orang lain, bukan siapa-siapa.“Lif, ikhlasin emakmu ya Lif. Untuk sementara, Bapak akan temani kamu di rumah ini, karena Bapak tahu betul kalau kamu itu sebatang kara ….”Pak Qosim yang dikenal dengan Pak RT di kampung Alif sangat baik dan dan sangat perhatian kepada warganya itu, ia memberikan perhatian lebih kepada Alif yang notabenenya Alif adalah seorang yatim piatu yang tidak memiliki sanak saudara atau tidak memiliki siapa-siapa lagi.“Ma-maksud Pak RT, apa?” tanya Alif dengan bibirnya yang bergetar.“emakmu, Lif. Emakmu sudah meninggal Lif,” jawab Pak RT dengan wajah s

    Last Updated : 2023-07-14
  • Ketupat Untuk Emak   bab 7

    Dua hari kemudian ….Setelah selesai mengurus beberapa dokumen penting agar Alif menjadi anak angkat Rendi dan juga Nayla, akhirnya, kini Alif sudah sah menjadi anak angkat Rendi dan juga Nayla, Akhirnya Alif pun meninggalkan rumah reyot peninggalan kedua almarhum orang tuanya. Alif diboyong oleh Rendi dan Nayla di kediamannya yang berada di kota sebelah.Rumah Rendi sangat besar dan juga megah, rumah Rendi dan Nayla memiliki dua lantai rumahnya terletak di perumahan elite di kotanya. Alif terbelalak saat melihat kediaman Rendi yang sangat besar itu, baru pertama kali ia menginjakkan kakinya di rumah sebesar itu.“Mari Lif, kita masuk ya. Mulai sekarang, kamu tinggal di sini!” Rendi berucap ramah pada Alif sementara Nayla tidak pernah mau melepas genggamannya dari Alif.Alif hanya menggangguk pelan pada Rendi.Sesampainya di ambang pintu kedua mata Alif kembali tercengang, ia sangat mengagumi interior rumah Rendi serta Nayla, orang tua angkat Alif.“Mulai sekarang, ini rumah kamu jug

    Last Updated : 2023-07-14
  • Ketupat Untuk Emak   bab 8

    “Jangan mentang-mentang anak saya itu mengangkat kamu sebagai anak angkatnya terus kamu bisa seenaknya tinggal di sini, ya!” perempuan itu melotot tajam pada Alif, ia tak henti-hentinya memperhatikan Alif dari ujung kaki hingga ujung kepala.Glek!Alif menelan salivanya dengan susah payah, Alif hanya bisa menundukkan kepalanya tanpa berani menatap ke arah perempuan paruh baya itu.“Jangan mentang-mentang kamu memiliki wajah yang sangat mirip dengan almarhum cucu saya, lantas saya bakal tiba-tiba menyayangi kamu gitu, lalu saya tiba-tiba menerima kamu sebagai cucu saya gitu? Begitu maksud kamu, hah?” perempuan itu berbicara dengan nada yang sedikit ditinggikan.Alif hanya diam tak bergeming seraya menggelengkan kepalanya dengan sangat pelan.Kini, Alif serta perempuan paruh baya itu saling duduk berhadap-hadapan di atas kursi sofa yang ada di ruang depan kediaman Rendi.“Hm, tapi lumayan juga kamu tinggal di sini, saya bisa memanfaatkan situasi ini dengan menggunakan tenaga kamu yang m

    Last Updated : 2023-08-19
  • Ketupat Untuk Emak   Bab 1

    "Mak, doain Alif ya biar jualan salaknya abis semua, biar Alif bisa beliin Emak ketupat sama baju gamis buat lebaran, Mak," ujar Alif pada Emaknya.Emak Alif sedang mencuci beras untuk makan saur keluarga untuknya juga Alif, anak semata wayangnya."Iya Lif, pasti Emak doain biar jualan salakmu laku. Aamiin," jawab Emak Alif yang sedang menanak nasi."Iya Mak, nanti kalau jualan salaknya abis, uangnya bisa buat bikin ketupat sama opor lebaran, Mak ..." Alif mengulangi perkataannya karena sepertinya Emak tidak terlalu fokus mendengarkan penuturan Alif barusan."Aamiin, tapi Mak mah nggak muluk-muluk Lif, makan sama nasi lauk tempe tahu terus dicolek sambel juga jadi. Segitunya juga udah alhamdulillah Emak mah, Lif." Imbuh Mak Alif sambil mengaduk-aduk beras di atas panci."Alif janji Mak, bakal beliin Mak ketupat sama opor lebaran. Lagian ini kan cuma setahun sekali Mak, idul fitri doang. Kalau idul adha kan jarang juga kita masak ketupat opor hehe," ujar Alif terkekeh."Kalau ada uang

    Last Updated : 2023-06-02
  • Ketupat Untuk Emak   Bab 2

    Wajahnya Emak memancarkan cahaya.Degh!Seketika itu juga hati Alif bergetar, ada yang lain dari ucapan serta tingkah laku Emaknya subuh ini."Ya Allah ... Emak kenapa sih, kok dari tadi bicaranya kayak Emak mau pergi jauh dari sini deh ?" ucap Alif membathin."Hm, Emak dari tadi kok ngomongnya gitu terus sih, Mak? Emangnya Emak mau kemana?" Alif mengerutkan keningnya sehingga kedua alisnya saling bertemu."Hm, nggak kok Lif ... Emak cuma kangen sama almarhum bapakmu ..." Emak Alif jadi salah tingkah saat ditanya perihal hal aneh yang terjdi pada dirinya."Lah, dari tadi ngomong terus, kapan kita makannya Mak ... tuh liat, udah jam setengah 4 Mak ... sebentar lagi imsak Mak ..." Alif berusaha memecah kekakuan dalam pembicaraan Alif dan emaknya.Beberapa menit kemudian, mereka telah selesai makan sahur dengan nasi, tahu goreng serta sambal seadanya."Alhamdulillah ... makan kayak gini juga udah nikmat banget ya, Mak," sahut Alif penuh sumringah."Iya Lif, alhamdulillah ... Emak bersyuk

    Last Updated : 2023-06-02

Latest chapter

  • Ketupat Untuk Emak   bab 8

    “Jangan mentang-mentang anak saya itu mengangkat kamu sebagai anak angkatnya terus kamu bisa seenaknya tinggal di sini, ya!” perempuan itu melotot tajam pada Alif, ia tak henti-hentinya memperhatikan Alif dari ujung kaki hingga ujung kepala.Glek!Alif menelan salivanya dengan susah payah, Alif hanya bisa menundukkan kepalanya tanpa berani menatap ke arah perempuan paruh baya itu.“Jangan mentang-mentang kamu memiliki wajah yang sangat mirip dengan almarhum cucu saya, lantas saya bakal tiba-tiba menyayangi kamu gitu, lalu saya tiba-tiba menerima kamu sebagai cucu saya gitu? Begitu maksud kamu, hah?” perempuan itu berbicara dengan nada yang sedikit ditinggikan.Alif hanya diam tak bergeming seraya menggelengkan kepalanya dengan sangat pelan.Kini, Alif serta perempuan paruh baya itu saling duduk berhadap-hadapan di atas kursi sofa yang ada di ruang depan kediaman Rendi.“Hm, tapi lumayan juga kamu tinggal di sini, saya bisa memanfaatkan situasi ini dengan menggunakan tenaga kamu yang m

  • Ketupat Untuk Emak   bab 7

    Dua hari kemudian ….Setelah selesai mengurus beberapa dokumen penting agar Alif menjadi anak angkat Rendi dan juga Nayla, akhirnya, kini Alif sudah sah menjadi anak angkat Rendi dan juga Nayla, Akhirnya Alif pun meninggalkan rumah reyot peninggalan kedua almarhum orang tuanya. Alif diboyong oleh Rendi dan Nayla di kediamannya yang berada di kota sebelah.Rumah Rendi sangat besar dan juga megah, rumah Rendi dan Nayla memiliki dua lantai rumahnya terletak di perumahan elite di kotanya. Alif terbelalak saat melihat kediaman Rendi yang sangat besar itu, baru pertama kali ia menginjakkan kakinya di rumah sebesar itu.“Mari Lif, kita masuk ya. Mulai sekarang, kamu tinggal di sini!” Rendi berucap ramah pada Alif sementara Nayla tidak pernah mau melepas genggamannya dari Alif.Alif hanya menggangguk pelan pada Rendi.Sesampainya di ambang pintu kedua mata Alif kembali tercengang, ia sangat mengagumi interior rumah Rendi serta Nayla, orang tua angkat Alif.“Mulai sekarang, ini rumah kamu jug

  • Ketupat Untuk Emak   bab 6

    “Alif yang sabar ya, ikhlaskan semuanya ….”Seorang pria paruh baya menghampiri Alif dan memegangi bahu Alif dengan begitu erat. Alif masih bingung dan tidak begitu mengerti dengan apa yang telah terjadi. Ia melihat tampak tubuh yang sedang terbujur kaku yang sedang ditutupi oleh kain jarik berbaring di ruang depan rumahnya.Alif masih berpikiran positif, ia sangat berharap kalau yang sedang berbaring itu adalah orang lain, bukan siapa-siapa.“Lif, ikhlasin emakmu ya Lif. Untuk sementara, Bapak akan temani kamu di rumah ini, karena Bapak tahu betul kalau kamu itu sebatang kara ….”Pak Qosim yang dikenal dengan Pak RT di kampung Alif sangat baik dan dan sangat perhatian kepada warganya itu, ia memberikan perhatian lebih kepada Alif yang notabenenya Alif adalah seorang yatim piatu yang tidak memiliki sanak saudara atau tidak memiliki siapa-siapa lagi.“Ma-maksud Pak RT, apa?” tanya Alif dengan bibirnya yang bergetar.“emakmu, Lif. Emakmu sudah meninggal Lif,” jawab Pak RT dengan wajah s

  • Ketupat Untuk Emak   Bab 5

    KETUPAT UNTUK EMAK“Daffa, Daffa Sayang, kemana aja kamu, Nak?” Seorang perempuan muda memeluk Alif yang tengah tertidur di teras masjid.Alif terbangun karena pelukan dari perempuan tersebut serta suara berisik dari mulut perempuan itu. Ia mengerjapkan kedua matanya dan berusaha mencari tahu apa yang sedang terjadi, tiba-tiba saja ada seorang perempuan dewasa memakai hijab memeluknya begitu saja.“Ta-Tante siapa? Saya nggak kenal sama Tante!” Alif mengernyitkan Kedua alisnya ia berusaha untuk melepaskan pelukan perempuan itu dari tubuhnya.“Maaf Tante, kita bukan mahrom,” tolak Alif secara halus.Perempuan itu menggelengkan kepalanya dengan cepat, ia mendelik pada Alif, “Tidak!” teriaknya.“kamu itu Daffa anakku yang udah lama pergi dari rumah. Daffa Sayang, jangan tinggalin Mamah lagi ya, Nak! Mamah udah pusing nyari-nyari kamu kemana-mana,” perempuan itu bersikeras mengira bahwa Alif itu adalah Daffa, anak kandungnya.“Maaf Tante, nama saya Alif bukan Daffa, Tante. Dan ibu kandung s

  • Ketupat Untuk Emak   Bab 4

    Degh! Jantung Alif seolah berhenti berdetak saat itu juga. Nafasnya seakan tercekat di tenggorokan, peluh sebesar biji jagung mulai keluar dari pori-pori kulitnya."Pa, palsu? Kok bisa Mbak?" tanya Alif sambil tergagap."Ya mana saya tahu!"jawabnya dengan tatapan sinis.Alif pun mengambil uang itu dengan kedua tangannya yang bergetar, kedua netranya mulai berkaca-kaca pandangannya pun berkabut."Udah sana pergi! Banyak pelanggan yang lagi antre tuh!" kasir itu mengusir Alif sembari membentaknya.Alif pun berjalan dengan kedua lututnya yang terasa sangat lemas, ia menatap uang 100 ribuan itu dengan tatapan yang nanar dan memilukan."Bagaimana bisa ini palsu ya Allah ... tega banget sih orang yang udah nipu Alif ya Allah ..." Alif kembali terduduk di ats trotoar. Alif menyusut kedua pelupuk matanya, ia tidak ingin menangis dan terlihat lemah di tempat umum seperti ini."Heh, bocah kamu nggak boleh jualan disini!" Suara bariton seorang pria dewasa tiba-tiba mengagetkan Alif yang sedang b

  • Ketupat Untuk Emak   Bab 3

    "Hm," Alif mendengkus kesal, ia mencebikkan bibirnya.Rasanya ingin sekali agar ia cepat-cepat pergi dari rumah si Ibu. Tapi si Ibu yang cuma beli satu kilo salak itu, ia belum selesai memilih buah salak sedari tadi."Cih, si Ibu ini sudah nawarnya mepet, banyak omong, milihnya lama banget lagi!" Alif merasa kesal di dalam hatinya."Astaghfirullah, Alif lupa kalau Alif lagi saum, maafin Alif Ya Allah ..." Alif mengusap dadanya pelan."Yang ini ... banyak sih. Tapi, buah salaknya kecil-kecil. Yang ini buah salaknya besar-besar. Tapi, salaknya sedikit! Aduh jadi bingung, yang mana ini ya?" Si Ibu membandingkan bungkusan salak yang satu dengan bungkusan salak yang lainnya."Pegalnya, duduk dulu ah ... dari pada lama dan bete nungguin si Ibu." Alif menjatuhkan bobot tubuhnya di atas keramik teras si Ibu."E_eh ... mau ngapain kamu?" tanya si Ibu mengagetkan Alif."Mau ikut duduk disini Bu, saya pegel berdiri terus dari tadi!" jawab Alif denga santai."Heh, ini tuh keramik mahal ya, udah s

  • Ketupat Untuk Emak   Bab 2

    Wajahnya Emak memancarkan cahaya.Degh!Seketika itu juga hati Alif bergetar, ada yang lain dari ucapan serta tingkah laku Emaknya subuh ini."Ya Allah ... Emak kenapa sih, kok dari tadi bicaranya kayak Emak mau pergi jauh dari sini deh ?" ucap Alif membathin."Hm, Emak dari tadi kok ngomongnya gitu terus sih, Mak? Emangnya Emak mau kemana?" Alif mengerutkan keningnya sehingga kedua alisnya saling bertemu."Hm, nggak kok Lif ... Emak cuma kangen sama almarhum bapakmu ..." Emak Alif jadi salah tingkah saat ditanya perihal hal aneh yang terjdi pada dirinya."Lah, dari tadi ngomong terus, kapan kita makannya Mak ... tuh liat, udah jam setengah 4 Mak ... sebentar lagi imsak Mak ..." Alif berusaha memecah kekakuan dalam pembicaraan Alif dan emaknya.Beberapa menit kemudian, mereka telah selesai makan sahur dengan nasi, tahu goreng serta sambal seadanya."Alhamdulillah ... makan kayak gini juga udah nikmat banget ya, Mak," sahut Alif penuh sumringah."Iya Lif, alhamdulillah ... Emak bersyuk

  • Ketupat Untuk Emak   Bab 1

    "Mak, doain Alif ya biar jualan salaknya abis semua, biar Alif bisa beliin Emak ketupat sama baju gamis buat lebaran, Mak," ujar Alif pada Emaknya.Emak Alif sedang mencuci beras untuk makan saur keluarga untuknya juga Alif, anak semata wayangnya."Iya Lif, pasti Emak doain biar jualan salakmu laku. Aamiin," jawab Emak Alif yang sedang menanak nasi."Iya Mak, nanti kalau jualan salaknya abis, uangnya bisa buat bikin ketupat sama opor lebaran, Mak ..." Alif mengulangi perkataannya karena sepertinya Emak tidak terlalu fokus mendengarkan penuturan Alif barusan."Aamiin, tapi Mak mah nggak muluk-muluk Lif, makan sama nasi lauk tempe tahu terus dicolek sambel juga jadi. Segitunya juga udah alhamdulillah Emak mah, Lif." Imbuh Mak Alif sambil mengaduk-aduk beras di atas panci."Alif janji Mak, bakal beliin Mak ketupat sama opor lebaran. Lagian ini kan cuma setahun sekali Mak, idul fitri doang. Kalau idul adha kan jarang juga kita masak ketupat opor hehe," ujar Alif terkekeh."Kalau ada uang

DMCA.com Protection Status