Share

bab 6

Penulis: Reykan Uwais
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-14 07:57:28

“Alif yang sabar ya, ikhlaskan semuanya ….”

Seorang pria paruh baya menghampiri Alif dan memegangi bahu Alif dengan begitu erat. Alif masih bingung dan tidak begitu mengerti dengan apa yang telah terjadi. Ia melihat tampak tubuh yang sedang terbujur kaku yang sedang ditutupi oleh kain jarik berbaring di ruang depan rumahnya.

Alif masih berpikiran positif, ia sangat berharap kalau yang sedang berbaring itu adalah orang lain, bukan siapa-siapa.

“Lif, ikhlasin emakmu ya Lif. Untuk sementara, Bapak akan temani kamu di rumah ini, karena Bapak tahu betul kalau kamu itu sebatang kara ….”

Pak Qosim yang dikenal dengan Pak RT di kampung Alif sangat baik dan dan sangat perhatian kepada warganya itu, ia memberikan perhatian lebih kepada Alif yang notabenenya Alif adalah seorang yatim piatu yang tidak memiliki sanak saudara atau tidak memiliki siapa-siapa lagi.

“Ma-maksud Pak RT, apa?” tanya Alif dengan bibirnya yang bergetar.

“emakmu, Lif. Emakmu sudah meninggal Lif,” jawab Pak RT dengan wajah sendunya.

“Emak ….” Tubuh Alif terasa sangat lemas sekali saat itu juga, kedua lututnya seakan sudah rontok saja tulang-tulangnya. Jantung Alif seperti berhenti berdetak dan seketika itu darah seperti berhenti mengalir ke seluruh tubuhnya.

Tubuh Alif hampir limbung dan ia hampir saja ia jatuh menyentuh lantai rumahnya yang belum dipassang keramik itu. Tapi dengan sigap Pak RT memegangi tubuh Alif dibantu dengan Om Rendi yang memegangi tubuh ALif di bagian belakang. Sementara Nayla, istrinya Rendi masih setia duduk di samping Alif karena ia tidak mau jauh-jauh dari Alif.

“Tolong ambilkan segelas air minum untuk Nak Alif,” titah Pak RT kepada salah satu warga yang sedang takziyah di rumah sederhana Alif.

Seorang Ibu datang dari dapur dengan membawa segelas air putih dan memberikannya kepada Pak RT.

“Lif, ini diminum dulu ya ….”

“Alif sedang shaum Pak RT ….” Jawab Alif dengan suara parau.

“Nggak apa-apa, Lif. Kamu boleh berbuka sahum bila kamu mau, dihalalkan untuk berbuka shaum bila kamu sedang mengalami musibah seperti ini, Allah Maha Mengetahui,” sahut Pak RT.

“Nggak Pak RT, Alif masih mau shaum sampai nanti maghrib,” ALif menggelengkan kepalanya dengan pelan.

Pak RT menghela nafasnya dengan panjang ia meletakkan gelas itu di sisi tembok rumah Alif yang sudah banyak lubang di pinggirnya.

Kedua netra Alif mulai berkaca-kaca, pandangannya berkabut karena embun dari kedua matanya. “Emak ….” Dada Alif bergetar hebat, pertahanannya runtuh sudah Alif menangis sesenggukan di pelukan Pak RT Qosim yang sangat baik hati dan juga sangat perhatian kepada warganya itu.

“Ikhlasin kepergian emakmu, Lif. Bapak sangat mengerti betul kepedihanmu, kamu adalah anak yang sangat sholeh dan berbakti kepada kedua orang tuamu. Semua ini sudah takdir Yang Maha Kuasa, sekarang yang mesti kamu lakukan adalah mendoakan kedua orang tuamu agar mereka ditempatkan di syurganya Allah Azza Wajalla. Doa anak sholeh akan mengalir terus bagi kedua orang tuanya yang sudah tiada,” Pak RT berusaha menenangkan ALif yang sedang dirundung duka.

Air mata Alif tak berhenti mengalir sedari tadi, meskipun Alif sudah melewati hari yang sangat berat dari subuh hingga siang ini. Tapi inilah ujian yang sangat berat bagi kehidupan Alif, ditinggal emak Alif untuk selama-lamanya dari dunia ini adalah hal yang paling berat untuk bisa diterima oleh akal sehatnya. Tentu tidak mudah bila ditinggal oleh orang yang kita sayangi dari dunia ini untuk selama-lamanya, tapi inilah kehidupan ada yang datang, banyak pula yang pergi meninggalkan dunia yang fana ini untuk selama-lamanya.

Alif masih harus beradaptasi untuk menerima kehilangan orang yang paling disayanginya, satu-satunya orang tua yang masih Alif miliki di dunia ini, yaitu Emak Munaroh.

Alif menyeka air matanya dengan sangat pelan, meskipun Alif sangat berduka saat ini, tapi Alif bukanlah anak yang cengeng, Alif adalah seorang anak yang sholeh yang memiliki kepribadian yang kuat dan juga mandiri. Sedari kecil Alif sudah terbiasa dididik dengan didikan moral dan juga rasa tanggung jawab yang sangat tinggi oleh almarhum kedua orang tuanya, itulah yang membuat Alif tumbuh menjadi anak yang kuat dan mandiri.

Setelah proses pemakaman almarhum emak Alif, adzan maghrib pun berkumandang, Alif dan semua warga sudah berbuka saum juga sudah melaksankan sholat maghrib berjamaah di masjid. Beberapa warga dan Pak RT kembali ke rumah ALif tak ketinggalan Rendi dan juga Nayla, istrinya.

Karena merasa sangat iba akan kehidupan Alif yang sangat pilu mengingat Alif yang masih di usia sangat dini telah ditinggal oleh emaknya untuk selama-lamanya, maka Rendi berinisiatif ingin mengangkat Alif sebagai anaknya, mengingat Nayla istri kesayangannya itu pasti akan senang sekali bila Alif ikut bersamanya. Ini juga mungkin akan menjadi jalan kesembuhan bagi Nayla bila Alif menjadi anak angkat mereka.

“Hm, Pak RT. Mohon maaf sebelumnya, perkenalkan nama saya Rendi dan ini istri saya Nayla, bila Pak RT dan warga lain tidak keberatan, izinkan saya dan juga istri saya untuk mengangkat Alif sebagai putera kami. Kebetulan, Alif mirip sekali dengan almarhum putera kami yang meninggal karena kecelakaan lalu lintas beberapa waktu lalu,” Rendi menghentikan ucapannya dan ia menghela nafasnya.

“Semenjak kepergian putera kami itu, istri saya jadi sangat bersedih dan merasa sangat kehilangan atas kematian putera kami itu. Sepertinya ia belum bisa menerima kepergian putra kami itu untuk selama-lamanya,” Rendi melanjutkan ucapannya sementara seluruh warga dan juga Pak RT masih setia mendengarkan penuturan Rendi.

Karena Pak RT tidak memiliki hak sepenuhnya atas Alif, maka ia pun mengembalikan semua keputusan kepada Alif sepenuhnya, “semua tergantung Nak Alif, apa Nak Alif mau ikut dengan Pak Rendi?” tanya Pak RT sembari menatap Alif dengan wajah iba.

Alif pun bingung, di satu sisi dia baru saja mengenal Om Rendi dan Tante Nayla tadi siang, tapi bila di rumahnya maka ia akan sendirian.

“Alif, kamu sekarang sendirian, Nak. Kamu harus memiliki wali, karena kamu masih di bawah umur,” ujar Pak RT berusaha meyakinkan Alif yang masih dilanda kebingungan.

Alif sedang mencerna baik-baik ucapan Pak RT, penuturan Pak RT itu memang ada benarnya juga.

“Tenang saja, Pak RT. Kami akan menyekolahkan Alif di sekolah terbaik di kota kami, kami juga akan memberikan kehidupan yang baik dan layak bagi Alif. Tanpa bermaksud sombong, tapi saya memiliki perusahaan yang sukses di bidang travel dan juga jasa ekspedisi pengiriman barang antar kota.”

Rendi tampak meyakinkan semua orang dan juga Alif agar ia mau ikut dengannya dan tentu saja agar Alif mau diangkat sebagai anak angkat mereka.

“Kami memegang ucapan Bapak Rendi, bila suatu waktu ada yang tidak beres dengan Bapak Rendi dan keluarga tentang pengurusan Nak Alif, Bapak Rendi harus siap untuk menerima konsekuensinya. Soal Alif kami kembalikan lagi kepada Nak Alif karena keputusan ada di tangan Alis sepeuhnya,” jawab Pak RT.

“Karena Alif wajib memiliki wali karena ia masih di bawah umur, bila ia tidak mau ikut dengan Om Rendi suatu saat pasti akan ada pihak dari dinas sosial yang datang untuk merawatmu, Nak Alif.”

Pak RT berusaha untuk meyakinkan Alif agar Alif mengambil keputusan yang tepat, Bagaimanapun juga Alif bukan anak kecil lagi, Alif sudah bisa mengambil keputusan sendiri. Hanya saja, Alif masih di bawah umur jadi Alif masih memerlukan wali.

“Sejak pertama bertemu dengan Alif, kami sudah jatuh hati kepada Alif, saya dan istri sudah menyayangi Alif seperti anak kandung kami sendiri,” tutur Rendi.

Setelah berpikiran dengan sangat matang, maka Alif pun dengan sangat berat hati memutuskan untuk ikut dengan Om Rendi untuk menjadi anak angkatnya.

“I-iya, saya mau Pak RT.”

Bab terkait

  • Ketupat Untuk Emak   bab 7

    Dua hari kemudian ….Setelah selesai mengurus beberapa dokumen penting agar Alif menjadi anak angkat Rendi dan juga Nayla, akhirnya, kini Alif sudah sah menjadi anak angkat Rendi dan juga Nayla, Akhirnya Alif pun meninggalkan rumah reyot peninggalan kedua almarhum orang tuanya. Alif diboyong oleh Rendi dan Nayla di kediamannya yang berada di kota sebelah.Rumah Rendi sangat besar dan juga megah, rumah Rendi dan Nayla memiliki dua lantai rumahnya terletak di perumahan elite di kotanya. Alif terbelalak saat melihat kediaman Rendi yang sangat besar itu, baru pertama kali ia menginjakkan kakinya di rumah sebesar itu.“Mari Lif, kita masuk ya. Mulai sekarang, kamu tinggal di sini!” Rendi berucap ramah pada Alif sementara Nayla tidak pernah mau melepas genggamannya dari Alif.Alif hanya menggangguk pelan pada Rendi.Sesampainya di ambang pintu kedua mata Alif kembali tercengang, ia sangat mengagumi interior rumah Rendi serta Nayla, orang tua angkat Alif.“Mulai sekarang, ini rumah kamu jug

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-14
  • Ketupat Untuk Emak   bab 8

    “Jangan mentang-mentang anak saya itu mengangkat kamu sebagai anak angkatnya terus kamu bisa seenaknya tinggal di sini, ya!” perempuan itu melotot tajam pada Alif, ia tak henti-hentinya memperhatikan Alif dari ujung kaki hingga ujung kepala.Glek!Alif menelan salivanya dengan susah payah, Alif hanya bisa menundukkan kepalanya tanpa berani menatap ke arah perempuan paruh baya itu.“Jangan mentang-mentang kamu memiliki wajah yang sangat mirip dengan almarhum cucu saya, lantas saya bakal tiba-tiba menyayangi kamu gitu, lalu saya tiba-tiba menerima kamu sebagai cucu saya gitu? Begitu maksud kamu, hah?” perempuan itu berbicara dengan nada yang sedikit ditinggikan.Alif hanya diam tak bergeming seraya menggelengkan kepalanya dengan sangat pelan.Kini, Alif serta perempuan paruh baya itu saling duduk berhadap-hadapan di atas kursi sofa yang ada di ruang depan kediaman Rendi.“Hm, tapi lumayan juga kamu tinggal di sini, saya bisa memanfaatkan situasi ini dengan menggunakan tenaga kamu yang m

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-19
  • Ketupat Untuk Emak   Bab 1

    "Mak, doain Alif ya biar jualan salaknya abis semua, biar Alif bisa beliin Emak ketupat sama baju gamis buat lebaran, Mak," ujar Alif pada Emaknya.Emak Alif sedang mencuci beras untuk makan saur keluarga untuknya juga Alif, anak semata wayangnya."Iya Lif, pasti Emak doain biar jualan salakmu laku. Aamiin," jawab Emak Alif yang sedang menanak nasi."Iya Mak, nanti kalau jualan salaknya abis, uangnya bisa buat bikin ketupat sama opor lebaran, Mak ..." Alif mengulangi perkataannya karena sepertinya Emak tidak terlalu fokus mendengarkan penuturan Alif barusan."Aamiin, tapi Mak mah nggak muluk-muluk Lif, makan sama nasi lauk tempe tahu terus dicolek sambel juga jadi. Segitunya juga udah alhamdulillah Emak mah, Lif." Imbuh Mak Alif sambil mengaduk-aduk beras di atas panci."Alif janji Mak, bakal beliin Mak ketupat sama opor lebaran. Lagian ini kan cuma setahun sekali Mak, idul fitri doang. Kalau idul adha kan jarang juga kita masak ketupat opor hehe," ujar Alif terkekeh."Kalau ada uang

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-02
  • Ketupat Untuk Emak   Bab 2

    Wajahnya Emak memancarkan cahaya.Degh!Seketika itu juga hati Alif bergetar, ada yang lain dari ucapan serta tingkah laku Emaknya subuh ini."Ya Allah ... Emak kenapa sih, kok dari tadi bicaranya kayak Emak mau pergi jauh dari sini deh ?" ucap Alif membathin."Hm, Emak dari tadi kok ngomongnya gitu terus sih, Mak? Emangnya Emak mau kemana?" Alif mengerutkan keningnya sehingga kedua alisnya saling bertemu."Hm, nggak kok Lif ... Emak cuma kangen sama almarhum bapakmu ..." Emak Alif jadi salah tingkah saat ditanya perihal hal aneh yang terjdi pada dirinya."Lah, dari tadi ngomong terus, kapan kita makannya Mak ... tuh liat, udah jam setengah 4 Mak ... sebentar lagi imsak Mak ..." Alif berusaha memecah kekakuan dalam pembicaraan Alif dan emaknya.Beberapa menit kemudian, mereka telah selesai makan sahur dengan nasi, tahu goreng serta sambal seadanya."Alhamdulillah ... makan kayak gini juga udah nikmat banget ya, Mak," sahut Alif penuh sumringah."Iya Lif, alhamdulillah ... Emak bersyuk

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-02
  • Ketupat Untuk Emak   Bab 3

    "Hm," Alif mendengkus kesal, ia mencebikkan bibirnya.Rasanya ingin sekali agar ia cepat-cepat pergi dari rumah si Ibu. Tapi si Ibu yang cuma beli satu kilo salak itu, ia belum selesai memilih buah salak sedari tadi."Cih, si Ibu ini sudah nawarnya mepet, banyak omong, milihnya lama banget lagi!" Alif merasa kesal di dalam hatinya."Astaghfirullah, Alif lupa kalau Alif lagi saum, maafin Alif Ya Allah ..." Alif mengusap dadanya pelan."Yang ini ... banyak sih. Tapi, buah salaknya kecil-kecil. Yang ini buah salaknya besar-besar. Tapi, salaknya sedikit! Aduh jadi bingung, yang mana ini ya?" Si Ibu membandingkan bungkusan salak yang satu dengan bungkusan salak yang lainnya."Pegalnya, duduk dulu ah ... dari pada lama dan bete nungguin si Ibu." Alif menjatuhkan bobot tubuhnya di atas keramik teras si Ibu."E_eh ... mau ngapain kamu?" tanya si Ibu mengagetkan Alif."Mau ikut duduk disini Bu, saya pegel berdiri terus dari tadi!" jawab Alif denga santai."Heh, ini tuh keramik mahal ya, udah s

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-02
  • Ketupat Untuk Emak   Bab 4

    Degh! Jantung Alif seolah berhenti berdetak saat itu juga. Nafasnya seakan tercekat di tenggorokan, peluh sebesar biji jagung mulai keluar dari pori-pori kulitnya."Pa, palsu? Kok bisa Mbak?" tanya Alif sambil tergagap."Ya mana saya tahu!"jawabnya dengan tatapan sinis.Alif pun mengambil uang itu dengan kedua tangannya yang bergetar, kedua netranya mulai berkaca-kaca pandangannya pun berkabut."Udah sana pergi! Banyak pelanggan yang lagi antre tuh!" kasir itu mengusir Alif sembari membentaknya.Alif pun berjalan dengan kedua lututnya yang terasa sangat lemas, ia menatap uang 100 ribuan itu dengan tatapan yang nanar dan memilukan."Bagaimana bisa ini palsu ya Allah ... tega banget sih orang yang udah nipu Alif ya Allah ..." Alif kembali terduduk di ats trotoar. Alif menyusut kedua pelupuk matanya, ia tidak ingin menangis dan terlihat lemah di tempat umum seperti ini."Heh, bocah kamu nggak boleh jualan disini!" Suara bariton seorang pria dewasa tiba-tiba mengagetkan Alif yang sedang b

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-02
  • Ketupat Untuk Emak   Bab 5

    KETUPAT UNTUK EMAK“Daffa, Daffa Sayang, kemana aja kamu, Nak?” Seorang perempuan muda memeluk Alif yang tengah tertidur di teras masjid.Alif terbangun karena pelukan dari perempuan tersebut serta suara berisik dari mulut perempuan itu. Ia mengerjapkan kedua matanya dan berusaha mencari tahu apa yang sedang terjadi, tiba-tiba saja ada seorang perempuan dewasa memakai hijab memeluknya begitu saja.“Ta-Tante siapa? Saya nggak kenal sama Tante!” Alif mengernyitkan Kedua alisnya ia berusaha untuk melepaskan pelukan perempuan itu dari tubuhnya.“Maaf Tante, kita bukan mahrom,” tolak Alif secara halus.Perempuan itu menggelengkan kepalanya dengan cepat, ia mendelik pada Alif, “Tidak!” teriaknya.“kamu itu Daffa anakku yang udah lama pergi dari rumah. Daffa Sayang, jangan tinggalin Mamah lagi ya, Nak! Mamah udah pusing nyari-nyari kamu kemana-mana,” perempuan itu bersikeras mengira bahwa Alif itu adalah Daffa, anak kandungnya.“Maaf Tante, nama saya Alif bukan Daffa, Tante. Dan ibu kandung s

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-06

Bab terbaru

  • Ketupat Untuk Emak   bab 8

    “Jangan mentang-mentang anak saya itu mengangkat kamu sebagai anak angkatnya terus kamu bisa seenaknya tinggal di sini, ya!” perempuan itu melotot tajam pada Alif, ia tak henti-hentinya memperhatikan Alif dari ujung kaki hingga ujung kepala.Glek!Alif menelan salivanya dengan susah payah, Alif hanya bisa menundukkan kepalanya tanpa berani menatap ke arah perempuan paruh baya itu.“Jangan mentang-mentang kamu memiliki wajah yang sangat mirip dengan almarhum cucu saya, lantas saya bakal tiba-tiba menyayangi kamu gitu, lalu saya tiba-tiba menerima kamu sebagai cucu saya gitu? Begitu maksud kamu, hah?” perempuan itu berbicara dengan nada yang sedikit ditinggikan.Alif hanya diam tak bergeming seraya menggelengkan kepalanya dengan sangat pelan.Kini, Alif serta perempuan paruh baya itu saling duduk berhadap-hadapan di atas kursi sofa yang ada di ruang depan kediaman Rendi.“Hm, tapi lumayan juga kamu tinggal di sini, saya bisa memanfaatkan situasi ini dengan menggunakan tenaga kamu yang m

  • Ketupat Untuk Emak   bab 7

    Dua hari kemudian ….Setelah selesai mengurus beberapa dokumen penting agar Alif menjadi anak angkat Rendi dan juga Nayla, akhirnya, kini Alif sudah sah menjadi anak angkat Rendi dan juga Nayla, Akhirnya Alif pun meninggalkan rumah reyot peninggalan kedua almarhum orang tuanya. Alif diboyong oleh Rendi dan Nayla di kediamannya yang berada di kota sebelah.Rumah Rendi sangat besar dan juga megah, rumah Rendi dan Nayla memiliki dua lantai rumahnya terletak di perumahan elite di kotanya. Alif terbelalak saat melihat kediaman Rendi yang sangat besar itu, baru pertama kali ia menginjakkan kakinya di rumah sebesar itu.“Mari Lif, kita masuk ya. Mulai sekarang, kamu tinggal di sini!” Rendi berucap ramah pada Alif sementara Nayla tidak pernah mau melepas genggamannya dari Alif.Alif hanya menggangguk pelan pada Rendi.Sesampainya di ambang pintu kedua mata Alif kembali tercengang, ia sangat mengagumi interior rumah Rendi serta Nayla, orang tua angkat Alif.“Mulai sekarang, ini rumah kamu jug

  • Ketupat Untuk Emak   bab 6

    “Alif yang sabar ya, ikhlaskan semuanya ….”Seorang pria paruh baya menghampiri Alif dan memegangi bahu Alif dengan begitu erat. Alif masih bingung dan tidak begitu mengerti dengan apa yang telah terjadi. Ia melihat tampak tubuh yang sedang terbujur kaku yang sedang ditutupi oleh kain jarik berbaring di ruang depan rumahnya.Alif masih berpikiran positif, ia sangat berharap kalau yang sedang berbaring itu adalah orang lain, bukan siapa-siapa.“Lif, ikhlasin emakmu ya Lif. Untuk sementara, Bapak akan temani kamu di rumah ini, karena Bapak tahu betul kalau kamu itu sebatang kara ….”Pak Qosim yang dikenal dengan Pak RT di kampung Alif sangat baik dan dan sangat perhatian kepada warganya itu, ia memberikan perhatian lebih kepada Alif yang notabenenya Alif adalah seorang yatim piatu yang tidak memiliki sanak saudara atau tidak memiliki siapa-siapa lagi.“Ma-maksud Pak RT, apa?” tanya Alif dengan bibirnya yang bergetar.“emakmu, Lif. Emakmu sudah meninggal Lif,” jawab Pak RT dengan wajah s

  • Ketupat Untuk Emak   Bab 5

    KETUPAT UNTUK EMAK“Daffa, Daffa Sayang, kemana aja kamu, Nak?” Seorang perempuan muda memeluk Alif yang tengah tertidur di teras masjid.Alif terbangun karena pelukan dari perempuan tersebut serta suara berisik dari mulut perempuan itu. Ia mengerjapkan kedua matanya dan berusaha mencari tahu apa yang sedang terjadi, tiba-tiba saja ada seorang perempuan dewasa memakai hijab memeluknya begitu saja.“Ta-Tante siapa? Saya nggak kenal sama Tante!” Alif mengernyitkan Kedua alisnya ia berusaha untuk melepaskan pelukan perempuan itu dari tubuhnya.“Maaf Tante, kita bukan mahrom,” tolak Alif secara halus.Perempuan itu menggelengkan kepalanya dengan cepat, ia mendelik pada Alif, “Tidak!” teriaknya.“kamu itu Daffa anakku yang udah lama pergi dari rumah. Daffa Sayang, jangan tinggalin Mamah lagi ya, Nak! Mamah udah pusing nyari-nyari kamu kemana-mana,” perempuan itu bersikeras mengira bahwa Alif itu adalah Daffa, anak kandungnya.“Maaf Tante, nama saya Alif bukan Daffa, Tante. Dan ibu kandung s

  • Ketupat Untuk Emak   Bab 4

    Degh! Jantung Alif seolah berhenti berdetak saat itu juga. Nafasnya seakan tercekat di tenggorokan, peluh sebesar biji jagung mulai keluar dari pori-pori kulitnya."Pa, palsu? Kok bisa Mbak?" tanya Alif sambil tergagap."Ya mana saya tahu!"jawabnya dengan tatapan sinis.Alif pun mengambil uang itu dengan kedua tangannya yang bergetar, kedua netranya mulai berkaca-kaca pandangannya pun berkabut."Udah sana pergi! Banyak pelanggan yang lagi antre tuh!" kasir itu mengusir Alif sembari membentaknya.Alif pun berjalan dengan kedua lututnya yang terasa sangat lemas, ia menatap uang 100 ribuan itu dengan tatapan yang nanar dan memilukan."Bagaimana bisa ini palsu ya Allah ... tega banget sih orang yang udah nipu Alif ya Allah ..." Alif kembali terduduk di ats trotoar. Alif menyusut kedua pelupuk matanya, ia tidak ingin menangis dan terlihat lemah di tempat umum seperti ini."Heh, bocah kamu nggak boleh jualan disini!" Suara bariton seorang pria dewasa tiba-tiba mengagetkan Alif yang sedang b

  • Ketupat Untuk Emak   Bab 3

    "Hm," Alif mendengkus kesal, ia mencebikkan bibirnya.Rasanya ingin sekali agar ia cepat-cepat pergi dari rumah si Ibu. Tapi si Ibu yang cuma beli satu kilo salak itu, ia belum selesai memilih buah salak sedari tadi."Cih, si Ibu ini sudah nawarnya mepet, banyak omong, milihnya lama banget lagi!" Alif merasa kesal di dalam hatinya."Astaghfirullah, Alif lupa kalau Alif lagi saum, maafin Alif Ya Allah ..." Alif mengusap dadanya pelan."Yang ini ... banyak sih. Tapi, buah salaknya kecil-kecil. Yang ini buah salaknya besar-besar. Tapi, salaknya sedikit! Aduh jadi bingung, yang mana ini ya?" Si Ibu membandingkan bungkusan salak yang satu dengan bungkusan salak yang lainnya."Pegalnya, duduk dulu ah ... dari pada lama dan bete nungguin si Ibu." Alif menjatuhkan bobot tubuhnya di atas keramik teras si Ibu."E_eh ... mau ngapain kamu?" tanya si Ibu mengagetkan Alif."Mau ikut duduk disini Bu, saya pegel berdiri terus dari tadi!" jawab Alif denga santai."Heh, ini tuh keramik mahal ya, udah s

  • Ketupat Untuk Emak   Bab 2

    Wajahnya Emak memancarkan cahaya.Degh!Seketika itu juga hati Alif bergetar, ada yang lain dari ucapan serta tingkah laku Emaknya subuh ini."Ya Allah ... Emak kenapa sih, kok dari tadi bicaranya kayak Emak mau pergi jauh dari sini deh ?" ucap Alif membathin."Hm, Emak dari tadi kok ngomongnya gitu terus sih, Mak? Emangnya Emak mau kemana?" Alif mengerutkan keningnya sehingga kedua alisnya saling bertemu."Hm, nggak kok Lif ... Emak cuma kangen sama almarhum bapakmu ..." Emak Alif jadi salah tingkah saat ditanya perihal hal aneh yang terjdi pada dirinya."Lah, dari tadi ngomong terus, kapan kita makannya Mak ... tuh liat, udah jam setengah 4 Mak ... sebentar lagi imsak Mak ..." Alif berusaha memecah kekakuan dalam pembicaraan Alif dan emaknya.Beberapa menit kemudian, mereka telah selesai makan sahur dengan nasi, tahu goreng serta sambal seadanya."Alhamdulillah ... makan kayak gini juga udah nikmat banget ya, Mak," sahut Alif penuh sumringah."Iya Lif, alhamdulillah ... Emak bersyuk

  • Ketupat Untuk Emak   Bab 1

    "Mak, doain Alif ya biar jualan salaknya abis semua, biar Alif bisa beliin Emak ketupat sama baju gamis buat lebaran, Mak," ujar Alif pada Emaknya.Emak Alif sedang mencuci beras untuk makan saur keluarga untuknya juga Alif, anak semata wayangnya."Iya Lif, pasti Emak doain biar jualan salakmu laku. Aamiin," jawab Emak Alif yang sedang menanak nasi."Iya Mak, nanti kalau jualan salaknya abis, uangnya bisa buat bikin ketupat sama opor lebaran, Mak ..." Alif mengulangi perkataannya karena sepertinya Emak tidak terlalu fokus mendengarkan penuturan Alif barusan."Aamiin, tapi Mak mah nggak muluk-muluk Lif, makan sama nasi lauk tempe tahu terus dicolek sambel juga jadi. Segitunya juga udah alhamdulillah Emak mah, Lif." Imbuh Mak Alif sambil mengaduk-aduk beras di atas panci."Alif janji Mak, bakal beliin Mak ketupat sama opor lebaran. Lagian ini kan cuma setahun sekali Mak, idul fitri doang. Kalau idul adha kan jarang juga kita masak ketupat opor hehe," ujar Alif terkekeh."Kalau ada uang

DMCA.com Protection Status