“Aku tidak mau menikah sama lelaki yang tidak aku cintai!!!” teriak seorang Wanita cantik yang sedang menangis.
“Miranda, kamu seharusnya senang direstui sama kedua orang tuanya. Kamu tahu? Mereka sudah sangat berjasa pada kita! Ibu yang bekerja disana sebagai pembantu dan majikan Ibu sangat menghormati Ibu. Jadi, apa salahnya kita membalas kebaikan mereka dengan menyerahkan kamu sebagai menantunya?” Ibu Miranda Terlihat begitu sedih saat Miranda menolak tawaran tersebut.“Tapi kenapa harus Miranda yang Ibu korbankan? Lagian Aku juga sudah memiliki pasangan yang sangat aku cintai hiks” Isak tangis Miranda semakin menjadi-jadi ia tidak bisa membayangkan jika harus berpisah kepada Cleo kekasih hatinya.“Ibu mohon... Tolong terima permintaan Ibu. Kamu juga harus melihat Ayah kamu yang terbaring lemah di rumah sakit! kamu lihat? Orang miskin seperti kita tidak mungkin bisa berada di rumah sakit selama berhari-hari! Biaya nya sangat mahal! Untung saja majikan Ibu mau membayarkan biaya rumah sakit dan pengobatan ayahmu dengan lunas” ujar Desi yang melihat jasa-jasa majikannya.Miranda membayangkan bagaimana dirinya melihat sang ayah sakit-sakitan. Menahan rasa sakit dan kelaparan akibat tidak mempunyai uang sepeserpun. Miranda sangat menyayangi kedua orang tuanya dan tidak mau kehilangan sang ayah tercinta. Dengan berberat hati, Miranda pun menyetujui perjodohan tersebut.Desi menghampiri Miranda dan memeluk putri sematang wayangnya dengan erat. Miranda juga merasa sesak dan tidak kuasa harus menerima takdir yang sangat kejam seperti ini. Desi membisikkan sesuatu kepada Miranda, “Cepat putuskan hubunganmu dengan Cleo dan cepat bawa semua barang-barang kamu ke rumah ini”“Ibu... Bolehkah aku menghabiskan waktu bersama Cleo beberapa hari saja? Tidak sanggup rasanya bila aku pergi mendadak seperti ini” pinta Miranda dengan sedih.Desi berpikir sejenak lalu Miranda kembali memohon agar ibunya mau memberikan waktu. Desi pun mengangguk dan berkata, “Ibu kasih kamu waktu satu hari. Lewat dari itu... Siap ataupun belum siap kamu harus pulang dengan sudah membawa semua barang-barangmu!”“I... Iya Ibu. Miranda janji akan menuruti permintaan Ibu” ujar Miranda.Sementara itu, Cleo sedang berkunjung ke toko Bunga. Ia sangat tahu bahwa Miranda begitu menyukai bunga. Ia pun turun dari motornya dan segera menghampiri beberapa bunga yang terpajang dengan rapih.Matanya tertuju dengan bunga matahari yang sangat cerah seperti Miranda yang menghangatkan hatinya selama ini. “Bunga matahari ini pasti sangat disukai oleh Miranda. Aku akan membelikan bunga untuknya” gumam Cleo dari dalam hati.Miranda yang sudah sampai di rumah Cleo hanya bisa berjalan pasrah hingga sampai di depan pintu. Tangannya mulai mengetuk pintu namun tidak kunjung ada jawaban.“Apa Cleo tidak ada didalam rumah?” gumam Miranda.Menyadari tidak ada siapapun disana, Miranda memutuskan untuk menunggu Cleo di teras rumah Cleo.Sementara itu, Cleo sudah membeli satu buket bunga yang sangat cantik. Cleo berharap bahwa Miranda pasti akan menyukainya. Sesampainya di rumah, Cleo sudah mendapati Miranda duduk termenung di teras rumahnya. Miranda juga melihat kedatangan Cleo, hanya saja Miranda seperti tidak memiliki tenaga.“Hai, kekasih hatiku” sapa Cleo dengan penuh semangat ketika ia sudah selesai memakirkan motor kesayangannya itu dan berjalan kearah Miranda.Saat Cleo sudah dekat dengan Miranda, tiba-tiba saja kakinya keseleo hingga hampir membuatnya jatuh dan menimpa Miranda. Miranda yang terkejut sontak menghindar beberapa langkah dari hadapan Cleo. Namun, setelah itu Miranda kembali mendekati Cleo bahkan ia menjadi khawatir.“Kamu tidak apa-apa?” tanya Miranda pada sang kekasih hati.“He he tidak apa-apa” kekeh Cleo.“Syukurlah kalau kamu baik-baik saja” ujar Miranda.Tidak ingin menyiakan waktu, Cleo pun menunjukkan bunga itu tepat di wajah Miranda. Wajah yang lembut dan cantik sangat selaras dengan bunga yang kini ada didepannya.“Jaga bunga ini seperti kamu menjaga hatimu untukku” ujar Cleo. Mendengar hal itu, air mata Miranda tidak dapat dibendung lagi dan kini Miranda menangis dihadapan Cleo.“Kamu kenapa? Terharu sampai segitunya he he” tawa Cleo yang menganggap Miranda terharu karena telah dibelikan bunga untuknya.“Terimakasih atas bunganya” ujar Miranda yang kemudian memeluk tubuh Cleo dengan sangat erat.“Waduh kamu pasti kangen berat sama aku he he” ujar Cleo yang merasa penuh percaya diri. Miranda tidak enak hati bila besok harus meninggalkan Cleo. Hatinya benar-benar tidak ikhlas jika berpisah dengan orang yang sangat ia cintai.“Sayang, maafkan aku bila aku ada salah sama kamu. Percayalah... Bahwa kamu adalah lelaki satu-satunya di hati aku” ujar Miranda sambil mengusap air matanya.Cleo merangkulnya dan mengajak Miranda untuk masuk ke dalam rumah. Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Miranda sudah membereskan semua barang-barang miliknya. Cleo yang baru bangun melihat Miranda yang terlihat begitu sibuk. Lalu ia pun bertanya, “Kamu lagi ngapain pagi-pagi seperti ini sudah bersih-bersih?” tanya Cleo.Miranda terdiam dan langsung meraih tas dengan ukuran besar. Miranda tersenyum kearah Cleo dengan berulang kali menghela nafasnya agar ia bisa menceritakan apa yang sedang Miranda alami. Sementara Cleo masih termenung seakan belum terpikirkan apa-apa.“Sayang, maafkan aku” ujar Miranda dengan kepala tertunduk. Cleo yang tadinya masih duduk di atas kasur kini mulai beranjak dari tempat tidur dan menghampiri Miranda.“Kamu ada masalah?” tanya Cleo dengan serius.Miranda menangis sejadi-jadinya dan memeluk Cleo dengan sangat erat. “Maafkan aku Sayang... Aku dipaksa untuk menikah dengan pria lain oleh orang tuaku. Aku harus membalas kebaikan majikan Ibuku dengan ikhlas menikah dengan putra majikan Ibuku hiks”DEGBagaikan tersambar petir kini yang dirasakan oleh Cleo. Bagaimana mungkin, wanita cantik yang ada dihadapannya ini dan yang ia cintai sepenuh hati akan segera dinikahi oleh pria lain. Tidak mungkin rasanya Cleo ikhlas melepaskan Miranda dari pelukannya. Cleo menggelengkan kepalanya dan meminta Miranda agar tidak meninggalkan dirinya. Hingga Cleo berlutut di kaki Miranda agar Miranda tidak pergi dari hidupnya.“Aku tidak ingin kamu meninggalkan aku begitu saja. Aku sangat mencintaimu Sayang... Tidak ada wanita yang bisa menggantikan posisi kamu didalam hatiku ini” ujar Cleo sembari menangis di kaki Miranda.Miranda ingin memeluk Cleo namun keburu ada seseorang yang menerobos masuk kedalam rumah itu! Desi datang dan melihat pemandangan drama didepan matanya. Dengan cepat ia menghampiri putrinya dan menghempaskan tubuh Cleo dari kaki Miranda.“Jangan dekat-dekat dengan calon istri orang! Dasar kamu orang miskin tidak pantas bila bersanding dengan putri saya!!!” teriak Desi.“Ibu.... Hiks jangan hina Cleo. Dia itu sangat mencintaiku dan begitupun juga dengan aku yang sangat mencintainya. Aku mohon batalkan perjodohan ini” pinta Miranda kepada ibunya.PLAKSebuah tamparan keras mengenai pipi kanan Miranda. Desi benar-benar kasar terhadap Miranda. Ditengah kasarnya Desi, ia pun berkata, “Kamu sudah berjanji pada Ibu bahwa kamu akan memutuskan hubunganmu dengan dia!!!” seru Desi sambil menunjuk kearah Cleo.Desi meraih tas besar milik putrinya dan juga menyeret Miranda agar pergi menjauh dari Cleo. Desi juga dibantu oleh satu ajudan untuk menangani Cleo. Miranda yang di seret oleh ibunya melihat Cleo tengah berusaha mengejarnya namun ajudan tersebut malah mendaratkan beberapa pukulan kepada Cleo.Air mata Miranda jatuh dengan rasa kasihan. Ingin rasanya menolong Cleo namun apa daya Miranda sendirinya tidak memiliki pertahanan yang kuat. Desi memaksa Miranda untuk masuk ke dalam mobil namun Miranda kembali memohon agar Cleo tidak dipukul oleh ajudan tersebut. Namun Desi menutup kedua telinganya dan mendorong paksa Miranda hingga masuk ke dalam mobil.“Auhhh” jerit Miranda saat di dorong paksa.Sementara ajudan tadi telah keluar dari rumah Cleo dan ia duduk dibagian pengemudi. Dari percakapan antara ibunya dan ajudan tersebut Cleo tengah pingsan gara-gara dipukul habis-habisan oleh ajudan itu. Miranda menggelengkan kepalanya sementara Desi menyuruh ajudan tersebut untuk segera membawa mereka ke rumah majikannya.Setelah sampai di rumah majikan, kondisi sekeliling sudah banyak didatangi tamu undangan. Miranda kembali diseret oleh Desi dengan rambut Miranda yang terlihat acak-acakan. Melihat hal itu, kini menjadi pusat perhatian dari orang-orang di sana. Kelvin sebagai calon suaminya terkejut melihat Miranda dan bergumam, “Apa gembel itu yang akan menjadi istriku!” serunya dengan mata melotot.Miranda langsung dibawa ke ruang pengantin untuk di rias. Wajahnya yang cantik dan mulus memudahkan para perias untuk meriasi wajah Miranda dengan ukuran waktu yang singkat. Setelah selesai di rias, Miranda mulai dipaksa untuk memakai pakaian kebaya. Beberapa menit kemudian, Miranda pun mulai berjalan ke ruangan yang sudah dipenuhi oleh orang-orang termasuk penghulu. Miranda duduk disamping Kelvin dan terlihat dari kedua mempelai tidak ada yang menunjukkan perasaan romantis disepanjang kegiatan tersebut.“Saya nikahkan....”“Ngapain kamu duduk di tempat tidur saya!” teriak Kelvin kepada Miranda.“Ma... Maaf aku tidak tahu jika tempat tidur ini tidak boleh aku duduki” ujar Miranda dengan tertunduk.“Ah! Mimpi apa aku semalam? Bisa-bisanya mendapatkan kesialan seperti ini!” gerutu Kelvin dengan mata memerah.Miranda merasa ketakutan saat melihat wajah Kelvin yang terlihat seperti monster. Jantungnya juga berdebar kencang karena takut bila lelaki dihadapannya itu akan melakukan malam pertama bersamanya. Kelvin menyuruh Miranda untuk minggir dari tempat tidurnya dan menyuruh Miranda untuk tidur di karpet bawah. Dengan cepat Miranda menuruti perintah dari suaminya. Sementara Kelvin berjalan kearah pintu dan menutupnya. Setelah dipastikan pintu sudah terkunci, Kelvin mulai membalikkan badannya dan menghampiri tempat tidur. Rasa canggung kini sedang menyelimuti hati Miranda. Namun, ia juga bersyukur karena tidak satu ranjang dengan Kelvin. Tidak lama kemudian, suara ketukan pintu pun mulai terdengar. Kelvin men
Kelvin datang ke tempat yang selalu ia kunjungi dikala gabut. Beberapa kenalannya menyapa Kelvin dan mereka mengajak Kelvin untuk menikmati minuman keras sambil mendengarkan musik dugem. Yah, di tempat diskotik adalah pilihan yang tepat bagi beberapa kaum muda dan dewasa.“Bro... Aku dengar kamu sudah menikah?” tanya Alex.“Ah, persetan dengan pernikahan!” seru Kelvin dengan sinis. “Lalu bagaimana dengan si Yunita? Apa dia sudah mengetahui kalau kamu sudah menikah?” tanya Alex kembali.“Sudahlah... Lupakan soal wanita! Aku kesini mau bersenang-senang dengan minum dan berjoget bukan membahas percintaan!!!!” seru Kelvin dengan nada keras, seakan ia tidak ingin membahas itu.Disisi lain, Desi yang kini sudah selesai menjadi pembantu di rumah Mira memutuskan untuk berjualan sembako. Modal sembako itu pun ia dapatkan dari sang majikannya. Desi benar-benar merasa diuntungkan ketika Miranda sudah menjadi bagian dari mereka. Beberapa tetangganya merasa penasaran dengan kehidupan Mira yang ki
Hari ini Kelvin mengajak Miranda untuk pergi ke sebuah supermarket. Miranda yang diajak suaminya tentu merasa senang karena baginya ini kesempatan yang cocok untuk mencoba mendekatkan diri secara interpersonal kepada Kelvin. Padahal, alasan yang sebenarnya Kelvin mengajak Miranda berbelanja adalah karena ingin mencari nama pada kedua orang tuanya.“Ayah, Ibu. Aku sama Kelvin mau ke supermarket dulu” ujar Miranda pada kedua mertuanya. Mereka terlihat begitu menyayangi Miranda namun berbeda halnya dengan Kelvin yang merasa terancam pada kehadiran Miranda.“Kalau tidak mencari perhatian orang tuaku, aku tidak akan sudi satu mobil sama dia!” gumamnya.Sesampainya di supermarket, Kelvin tiba-tiba saja ingin buang air kecil lalu ia menyuruh Miranda untuk menunggunya di parkiran. Miranda mengangguk sementara Kelvin mencari kamar mandi. Saat Kelvin sudah tidak ada entah mengapa Miranda kembali dipertemukan dengan mantan kekasih hati.Cleo lebih dulu melihat Miranda dan menyapa Miranda dengan h
Suami Mira datang ke rumah dengan tergesa-gesa. Ia memanggil istrinya secara berulang kali. Mira yang tengah memasak bersama Miranda mencoba menghampiri suaminya. “ada apa Sayang kok kelihatannya gawat sekali?” tanya Mira kepada Bily.“Bu, ayo kita segera menuju ke kantor. Ada hal yang ingin Ayah tunjukkan pada Ibu” ujar Bily.“Iya. Tapi aku mengganti pakaian dulu” ujar Mira.“Tidak perlu... Ayo sekarang juga ikut aku” ujar Bily.Miranda yang baru saja selesai memasak mencoba menawarkan masakannya tersebut kepada kedua mertuanya. Namun, saat keluar dari dapur Miranda sudah tidak melihat kedua mertuanya. Hanya terdengar suara mobil yang berasal dari mobil ayah mertuanya.“Ada apa ya... Kok buru-buru seperti itu? Padahal aku baru saja selesai memasak SOP” ujar Miranda heran.Kondisi jalan raya yang banyak pengendara baik mobil maupun sepeda motor ditambah ayah mertua Miranda mengendarai mobilnya dengan kecepatan kencang. Membuat hati Mira gelisah tidak karuan. Sesekali Mira mewanti-wanti
Di part sebelumnya Miranda dan Kelvin tengah berada di pemakaman. Disana Kelvin mengatakan bahwa Miranda yang menyebabkan kematian pada kedua orang tuanya tersebut. Miranda sedih dan hanya bisa menangis semetara Kelvin pergi meninggalkan Miranda yang sangat terpukul.Sambil menatap Kelvin yang kian menjauh, Miranda pun bergumam, “Mengapa aku yang disalahkan hiks” Dalam kondisi kacau Kelvin pun mengendarai sepeda motornya dengan kecepatan tinggi hingga hampir saja mencelakakan dirinya sendiri. Untungnya takdir berkata lain dan Kelvin pun selamat. Beberapa orang menolong Kelvin dan membawanya ke pinggir jalan. Walaupun ia merasa perih di pergelangan tangannya karena luka. Namun demikian, luka seperti itu tidak sebanding dengan kekesalannya pada Miranda yang luar biasa. “Maaf Bang, saya tidak melihat Abang” ujar pria yang menyebabkan Kelvin terjatuh dari sepeda motor.“Santai saja, saya tidak apa-apa” ujar Kelvin yang mulai naik ke atas sepeda motornya.“Sekali lagi saya minta maaf Bang
Hari yang cerah seakan menambah semangat baru. Tak terkecuali bagi Miranda, ia mencoba untuk mengikhlaskan masalah yang terjadi belakangan ini. Senyuman tulus kini memancarkan kecantikan alaminya. Sambil mencuci sayur-sayuran yang baru saja ia beli di pasar. Padahal, kini ia telah menjadi nyonya namun kesederhanaan Miranda memang jarang ditemui oleh wanita-wanita pada umumnya.Dari arah pintu, Yunita menyilangkan kedua tangannya dan memandangi Miranda dari arah belakang. Yunita berjalan mendekat kearahnya dan menyapa Miranda. “Hai, kamu lagi ngapain?” tanya Yunita. Miranda tersenyum dan berkata, “Aku lagi nyuci sayuran” Terlihat, Yunita tersenyum namun seakan ada hal yang ia pikirkan dibalik senyuman itu. Yunita pun mengatakan bahwa ia tidak ingin mengganggu Miranda dan memutuskan pergi ke luar dapur. Sementara Miranda tetap melanjutkan aktivitasnya. Sebenarnya, Yunita tidak benar-benar pergi menjauh. Ia malah mengintip dibalik pintu dengan memikirkan rencana yang terlintas di pikiran
Desi menghitung penjualan dagangannya dengan sangat hati-hati. Uang yang ia hitung kurang lebih jumlahnya mencapai jutaan. Seperti biasa, sebagian uangnya ia simpan ke dalam celengan ayam yang ia simpan di bawa meja dagangan. Dirasa ingin semakin makmur, Desi pun berniat untuk mengunjungi putrinya yang beberapa hari hilang kontak dengan dirinya. Disaat tengah sibuk menghitung uang, datanglah ibu Ima selaku ibu RT di desa tempat Desi tinggal. Melihat kedatangan ibu Ima, Desi pun dengan ramah menyapanya. “Eh... Ada Bu RT” sapa Desi. Dia menuntun Ima untuk duduk di kursi plastik yang baru saja ia ambil di bawah meja dan ditaruh dekat dengan tempat duduknya.“Mau beli apa ya Bu RT?” tanya Desi. ia sangat yakin Ima akan membeli dagangannya.“Begini, Bu Desi. Suami saya ingin mengadakan rapat. Yah... Ibu Desi tahu sendiri kan bahwa sebentar lagi jabatan suami saya akan berakhir” ujar Ima.Desi semakin kegirangan ketika ia diberikan sebuah amplop entah berisi apa. Kata Ima, amplop itu untuk
Sesuai dengan janjinya, Desi telah mengumpulkan beberapa warga ke rumah Ima. Sampai disana, Ima dan suaminya keluar dari dalam rumah dan menyambut kedatangan Desi, dkk dengan ramah. Ima menuntun mereka untuk duduk di teras rumah dengan halaman yang cukup menampung mereka. Ima juga meminta pembantunya untuk membagikan beberapa bingkisan kepada para warga yang sudah datang di tempat.“Kalau urusan bingkisan, paling aku suka!” gumam Desi dengan kegirangan.Tepat pada gilirannya, bingkisan dua kali lipat diberikan pada desi. Dengan alasan bahwa Desi telah menjadi pendorong para warga untuk datang ke rumah pak RT dan Bu RT. Satu bungkus bingkisan berisi beberapa kebutuhan lauk seperti beberapa mie sedap goreng, beras lima kilogram, minyak goreng dua puluh liter, telur, tepung terigu hingga beberapa kebutuhan lainnya.“Untuk pencoblosannya tanggal berapa ya Bu RT?” tanya Desi.“Pertanyaan yang bagus sekali! Baik, untuk tanggal pencoblosannya akan dilaksanakan dua minggu lagi dan saya berhar
Olivia nekat menemui mantan pembantu yang pernah bekerja di rumah Jessika. Dengan berharap ia akan menemukan jawaban yang bisa membebaskan Andra dari tuduhan-tuduhan yang tidak benar. Hanya saja, rumah yang dituju cukup jauh dari perkotaan tempat Olivia tinggal dan gak inilah yang menyebabkan Olivia tidak bisa mendampingi Andra selama proses persidangan berlangsung.Selama perjalanan yang berliku-liku itu akhirnya membuahkan hasil. Pembantu tersebut mengaku siap menjadi saksi mata tanpa dibayar sepeserpun. Pembantu itu pun bahkan mengaku telah menyimpan bukti rekaman cctv yang menangkap rekaman saat Olivia dan Andra terjebak dan di sekap di rumah Jessika.“Kalau begitu kita harus ke kota sekarang Bik. Kita harus tunjukkan bukti cctv ini” ujar Olivia dengan penuh harap.“Mohon maaf Non, bukannya saya tidak mau membantu tapi untuk saat ini saya belum bisa ke kota Non. Kemarin Mama saya meninggal dunia dan saya masih dalam suasana berduka” ujar si mantan pembantu Jessika.“Lalu kapan bisa
“Aku tidak bisa menceritakan ini sama kamu karena waktu kita tidaklah banyak! Olivia, aku telah berkorban untuk kamu dan sekarang kamu harus menuruti apa yang aku katakan. Sekarang, kamu harus pergi sejauh mungkin dan minta pertolongan pada orang lain. Lupakan aku, aku pasti akan kembali” ujar Andra sambil memegang jari tangan Olivia dengan erat. Seakan ia tak ingin dipisahkan dengan wanita yang sangat dicintai. “Tapi kamu berjanji akan menyusul aku Ndra?” tanya Olivia.“Aku berjanji” Andra menunjukkan jari kelingkingnya agar Olivia mempercayainya. Sembari menitikkan air mata, Olivia mencoba membalas dengan menunjukkan jari kelingkingnya dan kemudian Andra menghapus air mata yang telah membengkak kan mata Olivia. "Kamu tidak pantas menangis, kamu harus bisa melawan tangisan itu demi aku" pinta Adra.Olivia dengan berat hati meninggalkan Andre seorang diri. Hatinya sakit namun ini juga demi Andra. Andra memerintahkannya untuk pergi tanpa tahu alasan yang sebenarnya mengapa Andra tidak
Setelah berusaha keras untuk membuka gembok pintu akhirnya gembok itu pun terbuka. Miranda tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan tersebut untuk kabur dan menjauh sejauh mungkin. Bahkan ia belum sempat memakai sendal karena terburu-buru.Hujan badai turun membuat tubuhnya basah dan kedinginan. Tiada lagi tempat yang akan ia berteduh. Hingga seorang ojek online datang menghampirinya. Awalnya Miranda mengira orang itu adalah mata-mata dari Cleo namun setelah berkomunikasi, Miranda yakin bahwa orang itu adalah orang baik.“Tolong saya, antarkan saya ke kantor polisi” pinta Miranda.“Baik Bu, ayo duduk Bu” ujar ojek tersebut ketika sudah memberikan helm pada Miranda.Setelah Miranda duduk membonceng, ia pun bisa bernafas dengan lega. Ia telah ditolong oleh tuhan untuk bisa meloloskan diri. Tidak henti-hentinya ia berdoa agar bisa sampai di kantor polisi.“Bu, sudah sampai ini” ujar si ojek online. Miranda memberikan uang pada si tukang ojek lalu ia masuk ke dalam kantor polisi untuk melap
“Andra bangun!!!” teriak Jessika. Beberapa orang menyarankan Andra harus dibawa ke rumah sakit namun Jessika menolak. Ia yakin bahwa Andra pasti akan sadar sendiri.Selama beberapa detik Andra pingsan Andra pun sadar. Salah satu orang memberikan air putih kepadanya. Merasa lebih baik Andra meminta maaf karena ia mengaku tidak enak badan. Para tamu undangan pun telah pulang dan kini menyisakan kedua belah pihak yakni orang tua Andra maupun orang tua Jessika.“Jeng Siska, nanti putri Jeng Siska pasti akan saya jaga dengan kasih sayang di rumah saya” ujar Yunita yang kini telah resmi menjadi mertua Jessika.“Loh... Tidak perlu susah-susah seperti itu Jeng. Anak saya akan tetap tinggal di rumah ini yang ada si Andra sendiri yang pindah rumah dan tinggal di rumah ini” ujar Siska.Yunita tersentak kaget karena ia tidak diberitahu sebelumnya oleh Andra. Sementara ia sendiri tidak dapat protes karena tahu diri sama siapa ia berhadapan. “Andra, apa benar yang dikatakan Jeng Siska itu?” tanya Y
“Aku tidak bisa menikah sama kamu Jes. Kamu tahu sendiri bahwa aku tidak pernah memiliki perasaan lebih ke kamu” ujar Andra menegaskan.“Kamu tinggal pilih menikah dengan aku atau kamu harus melihat cewek ini akan merasakan kelaparan? Kalau memang kamu mencintai pacar kamu ini maka sebaiknya kamu harus tunjukkan itu dengan cara menikahlah denganku Sayang” ujar Jessika.Andra tertunduk ia tidak bisa menjawab. Jessika tersenyum lalu berkata, “Kamu tenang saja Andra, aku akan memberikan kamu kesempatan untuk memilih hanya malam ini saja kalian bisa merenungkan itu. Untuk besok pagi, aku akan ke sini lagi dan menerima jawaban kamu. Setelah itu aku tidak akan lagi kesini untuk memberikan kamu peluang untuk hidup”“Kamu sudah gila Jessika!!!” teriak Olivia.Jessika tidak menghiraukan teriakan Olivia karena sejujurnya Jessika sudah muak melihat wajah Olivia. Jessika pun keluar dari sana dan meninggalkan Olivia maupun Andra.“Andra, apa keputusan kamu? Aku yakin, kita bisa bebas tanpa harus k
“Apa maksud kamu Jessika?” tanya Olivia.Jessika tersenyum sumringah dan menyentuh rambut Olivia. Tindakan Jessika yang menyentuh rambut Olivia dengan cepat Olivia menghempaskan tangan Jessika dari rambutnya yang lurus.Jessika tidak marah namun ia semakin sumringah hingga tertawa terbahak-bahak. Dalam hati Andra, Jessika sudah tidak normal. Jessika pun memberhentikan tawaanya lalu menatap wajah Olivia dan Andra secara bergantian.“Apa kalian ingin aku menceritakan semuanya?” tanya Jessika dengan santai.Andra mengangguk sementara Olivia sudah hampir tersulut emosi. Syukurlah Andra berhasil menenangkan Olivia agar Olivia bisa lebih sabar lagi menghadapi sikap Jessika yang sudah tidak waras ini. Kini, raut wajah Jessika sudah tidak lagi sumringah karena kini raut wajahnya telah berubah menjadi sedih.“Aku benci sama kalian! Terutama kamu Olivia!!!” teriak Jessika.“Kamu... Sama Papa kamu sama saja! Kalian telah menyakiti hati aku yang rapuh ini khiks. Aku hanya ingin merasa dicintai,
Olivia terbangun dari tidurnya dan menoleh ke arah Andra. Ia terkejut ketika Andra sudah tidak ada di dalam mobil. Sontak Olivia khawatir dan mencoba menghubungi nomor handphone Andra. Lagi-lagi ponsel Andra ketinggalan di dalam mobil tersebut.“Astaga... Dimana kamu Andra?” air mata Olivia tidak sengaja keluar begitu saja. Ia tidak ingin kehilangan seseorang yang sangat ia sayangi untuk kesekian kalinya.Olivia berinisiatif untuk datang ke alamat rumah dan berharap Andra sudah lebih dahulu ada di sana. Olivia yang masih merasa lelah dan mengantuk tetap ia coba untuk fokus mengemudi.“Tuhan, tolong bantu aku untuk menyelesaikan masalah ini” gumamnya.Tidak ada satupun orang yang sudah terbangun jam segini. Ada perasaan takut namun rasa takutnya dikalahkan dengan rasa kekhawatirannya pada Andra. Ia ingin cepat ke lokasi dan membantu Andra yang mungkin sedang membutuhkan bantuannya. Secara logika, bekerjasama akan lebih optimal ketimbang berpencar-pencar seperti ini.Olivia akhirnya sam
“Apa! Ada yang memata-matai saya? Dasar sialan! Cepat bawa dia ke hadapan saya!!!” perintah seorang gadis yang terlihat cantik namun tidak dengan hatinya.Beberapa anak buah Jessika menarik paksa tubuh seorang lelaki dalam keadaan babak belur. Dia adalah mata-mata yang baru saja melaporkan informasi kepada Olivia. Berjalan dengan tegak ke arah dirinya yang bersimpuh tidak bertenaga.“Woi Om... Lo mau nyari apa di rumah gw!” bentak Jessika.“S... Saya ti... Tidak nyari apa-apa” ujarnya berbohong.“Ohhh begitu? Dasar pembohong!” seru Jessika yang kini tidak segan menendang pria itu hingga menjerit kesakitan.“Ampuuun tolong berhenti!” teriak pria tersebut.“Kalau Lo mau gw bebaskanlah maka kasih tahu ke gw, Lo itu mau ngapain!” bentak Jessika kembali.Pria itu menelan ludahnya dengan hati deg-degan. Dengan terpaksa ia pun menceritakan hal yang sebenarnya pada Jessika. Sontak Jessika marah besar karena Andra dan Olivia sudah lancar mencari keberadaannya. Jessika yang rupanya sudah menget
Sesampainya di rumah sakit Andra dan Olivia berlari menuju ke salah satu kamar rawat inap. Andra membuka pintu dan melihat mamanya sudah terbujur kaku. Andra menangis sejadi-jadinya sambil memeluk erat tubuh mama tercinta.“Mama... Jangan tinggalkan Andra hiks” Andra terus menangis. Olivia yang sudah lebih dulu melihat pemandangan yang menyakitkan ini saat Papanya sudah tiada. Ingin rasanya Olivia menyentuh bahu Andra namun ia masih kecewa dengan pemuda itu. Dengan menahan rasa rindu ia tidak menyentuh bahu Andra.“Mama kamu sudah tenang di alam sana. Kita hanya bisa ikhlas dan mendoakan yang terbaik” ujar Olivia.Andra tidak bisa memeluk mamanya terlalu lama karena pihak rumah sakit akan membawa mamanya ke kamar jenazah. Andra pasrah ketika selang infus yang terpasang di pergelangan tangan kiri mamanya sudah mulai di cabut oleh perawat. “Olivia, aku sudah sendirian. Mama meninggal dan Papa juga meninggal. Saat ini aku bingung harus mengasuh kedua adikku yang masih kecil, aku belum s