Kelvin datang ke tempat yang selalu ia kunjungi dikala gabut. Beberapa kenalannya menyapa Kelvin dan mereka mengajak Kelvin untuk menikmati minuman keras sambil mendengarkan musik dugem. Yah, di tempat diskotik adalah pilihan yang tepat bagi beberapa kaum muda dan dewasa.
“Bro... Aku dengar kamu sudah menikah?” tanya Alex.“Ah, persetan dengan pernikahan!” seru Kelvin dengan sinis.“Lalu bagaimana dengan si Yunita? Apa dia sudah mengetahui kalau kamu sudah menikah?” tanya Alex kembali.“Sudahlah... Lupakan soal wanita! Aku kesini mau bersenang-senang dengan minum dan berjoget bukan membahas percintaan!!!!” seru Kelvin dengan nada keras, seakan ia tidak ingin membahas itu.Disisi lain, Desi yang kini sudah selesai menjadi pembantu di rumah Mira memutuskan untuk berjualan sembako. Modal sembako itu pun ia dapatkan dari sang majikannya. Desi benar-benar merasa diuntungkan ketika Miranda sudah menjadi bagian dari mereka.Beberapa tetangganya merasa penasaran dengan kehidupan Mira yang kini berubah drastis. Dengan sombong Desi pun mengatakan bahwa ia sudah tidak miskin lagi. Beberapa tetangganya ada yang senang namun ada juga yang merasa tidak senang. Mereka beranggapan bahwa Desi sudah semakin sombong dan tidak tahu diri. Mentang-mentang dirinya sudah memiliki keluarga konglomerat dengan seenaknya Desi menghina beberapa tetangganya yang nasibnya masih begitu-begitu saja. Hal ini juga terbukti ketika Desi melihat tetangganya yang paling miskin sedang melintas di depan warung Desi. “Ehhh pak Somat! Mau kemana? Apa masih jadi petani?” tanya Desi kepada pak Somat.“Iya, Bu Desi. Syukur saya bisa dapat penghasilan dari kegiatan ini” ujar pak Somat.“Astaga... Kasihan sekali pak Somat. Dari jaman dahulu kala hidupmu begini saja. Padahal, putrimu baru saja menikah dan seharusnya hidupmu berubah dong sama sepertiku” ujar Desi dengan nada angkuh.“Iya, Bu Desi. Saya ikut senang melihat Bu Desi sudah seperti yang sekarang tidak lagi menahan rasa lapar” ujar pak Somat kembali bernostalgia ketika ia menjadi saksi atas kemiskinan kawannya itu yang tidak lain adalah Desi.“Iya... Iya dong Pak. Hidup itu sangat memerlukan uang. Lain kali kalau mau hidupnya berubah sepertiku maka carikan saja putrimu dengan orang kaya bukan malah merestui menantu anak sesama rakyat jelata” ujar Desi.Ucapan Desi membuat pembeli yang ada di warungnya geram namun mereka tidak dapat berbuat apa-apa selain hanya mendengar ejekan Desi pada pak Somat.“Kalau masalah itu saya hanya serahkan kepada putri saja saja. Biarkan dia memilih pendamping hidupnya sendiri. Kaya atau miskin asalkan baik wataknya sudah cukup untukku bahagia” ujar pak Somat.“Yaelah... Ha ha! Bisa mati konyol entar kalau makan cinta!!!” seru Desi.pak Somat pun memutuskan untuk pergi karena ia merasa direndahkan oleh Desi. Beberapa tetangga pada menghampirinya dan mereka meminta resep agar bisa bernasib sama seperti Desi. Desi pun terdiam sesaat lalu memiliki ide cemerlang.“Saya punya ide nih... Tpi tidak gratislah. Kalau mau tahu kalian cukup bayar ke saya 500.000 rupiah saja” ujar Desi.Mereka terkejut bukan main. Mereka yang dari kalangan bawah tentu merasa uang 500.000 rupiah bukanlah yang yang sedikit. Bahkan, terlalu banyak hanya sekedar mendapatkan informasi. Namun disisi lain, dilihat dari penghasilan yang didapat juga sangat menggiurkan. Satu, dua, tiga orang mencoba tawaran Desi. sementara yang lain ikut menyimak.“Nihhh Ibu Tuti, Ibu Nisa sama Ibu Vian... Kalian nanti malam datang ke rumah saya. Biar disana kita bahas dengan serius. Sekarang, kalian pulang saja kalau tidak ingin berbelanja” ujar Desi dengan mengusir secara halus.“Iya Bu Desi, terimakasih. Tapi saya kesini juga ingin berbelanja kok... Saya mau beli beras 2 kg sama minya goreng dua liter” ujar ibu Tuti.“Saya juga mau beli rokok dua bungkus saja. Soalnya suami saya menyuruh saya untuk beli rokok” ujar ibu Nisa.“Saya pun juga demikian ingin membeli ringso cair satu sashet, karena ringso cair di rumahku sudah habis” ujar ibu Vian.Desi merasa senang dagangnya begitu laris manis. Ditambah ia akan mendapatkan uang 1.500.000 rupiah dari ketiga ibu-ibu tadi. Dengan gembira Desi pun bergumam, “Ah... Uang aku suka uang!!!”Jam sudah menunjukkan pukul 19:00 Malam. Miranda merasa gelisah karena Kelvin belum juga pulang ke rumah. Ia mencoba menceritakan kegelisahannya kepada kedua mertuanya yang lagi menonton acara televisi di ruang tamu. Mereka kompak mengatakan bahwa Kelvin memang sering seperti ini. Ibu mertuanya berjanji besok bakalan memberikan nasehat kepada putranya tersebut.Miranda berterimakasih lalu pergi menuju ke kamar tidur. Ia kembali teringat dengan Cleo yang waktu itu dipukul habis-habisan oleh ajudan. Miranda menghubungi Cleo dengan diam-diam lantaran di rumah tersebut sangat sepi.Cleo mengangkat teleponnya dan terdengar suara serak-serak. Miranda yakin bahwa Cleo sedang menangis dan merindukannya. Miranda merasa tidak kuat jika harus berlama-lama mendengarkan suara Cleo. Dengan cepat ia mematikan teleponnya tersebut.Bertepatan dengan itu Kelvin pun masuk ke dalam kamar tidur dengan kondisi mabuk berat. Miranda mencoba membantu suaminya untuk tiduran ke kasur. Saat merebahkan Kelvin tiba-tiba dirinya juga ikut terjatuh ke kasur. Kelvin yang sedang mabuk berat menindihnya dan melihat Miranda dengan tatapan penuh nafsu.Walaupun Miranda merupakan istri sahnya namun tetap saja Miranda merasa takut jika disentuh oleh lelaki yang tidak ia kenal. Kelvin semakin menatapnya dengan beringas lalu berkata, “Kamu cantik sekali... Padahal hanya anak pembantu ha ha”Meskipun dalam kondisi mabuk, perkataan Kelvin tetap begitu tajam menghina Miranda. Dengan bergetar, Miranda pun bertanya. “Kamu mau apa?”Kelvin tersenyum sinis dan berkata, “Bukanya kamu menginginkan ini?” tanya Kelvin dengan santai.Kini tubuh Miranda sudah didekap oleh kelvin. Rasa deg-degan semakin melanda Miranda. “Lepaskan, kamu dalam keadaan mabuk berat!” seru Miranda. Ia menyingkirkan tubuh Kelvin namun tenaganya tetap kalau oleh tenaga Kelvin.Kelvin mulai mencium Miranda dengan beringas dan membuka paksa piyama berwarna merah muda yang saat ini dikenakan miranda. Sementara Miranda tetap memberontak dengan sekuat tenaga hingga dirinya pun pasrah saat Kelvin sudah menyentuh dirinya seutuhnya. Malam ini merupakan malam hilangnya keperawanan Miranda. Kelvin berhasil merenggut mahkotanya yang selama ini ia jaga baik-baik meskipun satu rumah bersama Cleo yang belum sah menjadi suaminya.Keesokan harinya, Kelvin bangun dan melihat noda merah di sprei kasur miliknya. Ia memanggil Miranda agar segera mengganti sprei kasur tersebut dengan sprei kasur yang baru. Miranda dengan cepat mengambil sprei dan mulai mengganti dan memasang yang baru.“Sial... Minuman apaan tadi yang jatuh berserakan di kasur!” gerutu Kelvin. Ia tidak menyadari perbuatannya semalam bersama Miranda dan mengira noda merah tersebut adalah minuman padahal darah.Sementara Miranda hanya bisa diam dan tertunduk lesu. Setelah selesai mengganti sprai, Miranda pun membawanya ke kamar mandi. Ia kembali mengingat kejadian kemarin. Air matanya tidak terasa ikut terjatuh begitu saja. Yang lebih menyakitkan lagi adalah ketika suaminya tidak mengingat perbuatan pada dirinya tersebut.Kelvin yang tengah bermain ponsel dilihat oleh ibunya. Mira menghampiri Kelvin dan sesuai dengan janjinya kemarin malam kepada Miranda bahwa ia akan menasehati putranya hari ini. “Kelvin, Ibu mau bicara sama kamu” ujar Mira dengan tegas.“Kelvin... Coba dengarkan Ibu!” Mira merasa kesal saat Kelvin mengacuhkannya dan malah sibuk dengan ponselnya sambil cengar-cengir menatap layar ponsel.Karena Kelvin kurang sopan, Mira pun meraih paksa ponsel Kelvin hingga Kelvin terkejut. Sementara Mira hanya bisa menghela nafasnya dalam-dalam dan sekali lagi berkata, “Ibu mau bicara serius sama kamu”“Mau ngomong apaan Bu? Pusing sekali dah pikiran aku” ujar Kelvin sembari menggaruk kepalanya.“Kelvin, Ibu tahu ini sudah menjadi kebiasaanmu sewaktu masih belum menikah. Namun, sekarang ini kamu sudah menikah. Cobalah kamu rubah kebiasaan buruk mu itu sedikit demi sedikit” ujar Mira.“Ah... Lagian Ibu sih yang salah. Aku belum siap menikah malah dipaksa menikah. Jadinya seperti ini... Aku belum bisa berubah seperti yang Ibu inginkan” ujar Kelvin.“Sayang, Ibu yakin suatu saat kamu pasti berubah. hanya saja saat ini hatimu masih labil” ujar Mira.Kelvin mengacuhkannya dan menutup kepalanya dengan selimut dan Mira hanya bisa menghela nafasnya sambil sesekali memegangi dadanya yang sedikit sakit. Mira tidak boleh tersulut emosi karena itu akan membuat serangan jantungnya kumat dan akan membahayakan jiwanya.“Kelvin, ibu berharap kamu bisa lebih dewasa lagi! Satu lagi, jangan pernah kamu sakiti hati Miranda... Kalau sampai kamu sakiti Miranda, kamu akan tahu akibatnya!” ancam Mira yang kini menaruh ponsel Kelvin sebelum pergi dari kamar Putranya itu.Hari ini Kelvin mengajak Miranda untuk pergi ke sebuah supermarket. Miranda yang diajak suaminya tentu merasa senang karena baginya ini kesempatan yang cocok untuk mencoba mendekatkan diri secara interpersonal kepada Kelvin. Padahal, alasan yang sebenarnya Kelvin mengajak Miranda berbelanja adalah karena ingin mencari nama pada kedua orang tuanya.“Ayah, Ibu. Aku sama Kelvin mau ke supermarket dulu” ujar Miranda pada kedua mertuanya. Mereka terlihat begitu menyayangi Miranda namun berbeda halnya dengan Kelvin yang merasa terancam pada kehadiran Miranda.“Kalau tidak mencari perhatian orang tuaku, aku tidak akan sudi satu mobil sama dia!” gumamnya.Sesampainya di supermarket, Kelvin tiba-tiba saja ingin buang air kecil lalu ia menyuruh Miranda untuk menunggunya di parkiran. Miranda mengangguk sementara Kelvin mencari kamar mandi. Saat Kelvin sudah tidak ada entah mengapa Miranda kembali dipertemukan dengan mantan kekasih hati.Cleo lebih dulu melihat Miranda dan menyapa Miranda dengan h
Suami Mira datang ke rumah dengan tergesa-gesa. Ia memanggil istrinya secara berulang kali. Mira yang tengah memasak bersama Miranda mencoba menghampiri suaminya. “ada apa Sayang kok kelihatannya gawat sekali?” tanya Mira kepada Bily.“Bu, ayo kita segera menuju ke kantor. Ada hal yang ingin Ayah tunjukkan pada Ibu” ujar Bily.“Iya. Tapi aku mengganti pakaian dulu” ujar Mira.“Tidak perlu... Ayo sekarang juga ikut aku” ujar Bily.Miranda yang baru saja selesai memasak mencoba menawarkan masakannya tersebut kepada kedua mertuanya. Namun, saat keluar dari dapur Miranda sudah tidak melihat kedua mertuanya. Hanya terdengar suara mobil yang berasal dari mobil ayah mertuanya.“Ada apa ya... Kok buru-buru seperti itu? Padahal aku baru saja selesai memasak SOP” ujar Miranda heran.Kondisi jalan raya yang banyak pengendara baik mobil maupun sepeda motor ditambah ayah mertua Miranda mengendarai mobilnya dengan kecepatan kencang. Membuat hati Mira gelisah tidak karuan. Sesekali Mira mewanti-wanti
Di part sebelumnya Miranda dan Kelvin tengah berada di pemakaman. Disana Kelvin mengatakan bahwa Miranda yang menyebabkan kematian pada kedua orang tuanya tersebut. Miranda sedih dan hanya bisa menangis semetara Kelvin pergi meninggalkan Miranda yang sangat terpukul.Sambil menatap Kelvin yang kian menjauh, Miranda pun bergumam, “Mengapa aku yang disalahkan hiks” Dalam kondisi kacau Kelvin pun mengendarai sepeda motornya dengan kecepatan tinggi hingga hampir saja mencelakakan dirinya sendiri. Untungnya takdir berkata lain dan Kelvin pun selamat. Beberapa orang menolong Kelvin dan membawanya ke pinggir jalan. Walaupun ia merasa perih di pergelangan tangannya karena luka. Namun demikian, luka seperti itu tidak sebanding dengan kekesalannya pada Miranda yang luar biasa. “Maaf Bang, saya tidak melihat Abang” ujar pria yang menyebabkan Kelvin terjatuh dari sepeda motor.“Santai saja, saya tidak apa-apa” ujar Kelvin yang mulai naik ke atas sepeda motornya.“Sekali lagi saya minta maaf Bang
Hari yang cerah seakan menambah semangat baru. Tak terkecuali bagi Miranda, ia mencoba untuk mengikhlaskan masalah yang terjadi belakangan ini. Senyuman tulus kini memancarkan kecantikan alaminya. Sambil mencuci sayur-sayuran yang baru saja ia beli di pasar. Padahal, kini ia telah menjadi nyonya namun kesederhanaan Miranda memang jarang ditemui oleh wanita-wanita pada umumnya.Dari arah pintu, Yunita menyilangkan kedua tangannya dan memandangi Miranda dari arah belakang. Yunita berjalan mendekat kearahnya dan menyapa Miranda. “Hai, kamu lagi ngapain?” tanya Yunita. Miranda tersenyum dan berkata, “Aku lagi nyuci sayuran” Terlihat, Yunita tersenyum namun seakan ada hal yang ia pikirkan dibalik senyuman itu. Yunita pun mengatakan bahwa ia tidak ingin mengganggu Miranda dan memutuskan pergi ke luar dapur. Sementara Miranda tetap melanjutkan aktivitasnya. Sebenarnya, Yunita tidak benar-benar pergi menjauh. Ia malah mengintip dibalik pintu dengan memikirkan rencana yang terlintas di pikiran
Desi menghitung penjualan dagangannya dengan sangat hati-hati. Uang yang ia hitung kurang lebih jumlahnya mencapai jutaan. Seperti biasa, sebagian uangnya ia simpan ke dalam celengan ayam yang ia simpan di bawa meja dagangan. Dirasa ingin semakin makmur, Desi pun berniat untuk mengunjungi putrinya yang beberapa hari hilang kontak dengan dirinya. Disaat tengah sibuk menghitung uang, datanglah ibu Ima selaku ibu RT di desa tempat Desi tinggal. Melihat kedatangan ibu Ima, Desi pun dengan ramah menyapanya. “Eh... Ada Bu RT” sapa Desi. Dia menuntun Ima untuk duduk di kursi plastik yang baru saja ia ambil di bawah meja dan ditaruh dekat dengan tempat duduknya.“Mau beli apa ya Bu RT?” tanya Desi. ia sangat yakin Ima akan membeli dagangannya.“Begini, Bu Desi. Suami saya ingin mengadakan rapat. Yah... Ibu Desi tahu sendiri kan bahwa sebentar lagi jabatan suami saya akan berakhir” ujar Ima.Desi semakin kegirangan ketika ia diberikan sebuah amplop entah berisi apa. Kata Ima, amplop itu untuk
Sesuai dengan janjinya, Desi telah mengumpulkan beberapa warga ke rumah Ima. Sampai disana, Ima dan suaminya keluar dari dalam rumah dan menyambut kedatangan Desi, dkk dengan ramah. Ima menuntun mereka untuk duduk di teras rumah dengan halaman yang cukup menampung mereka. Ima juga meminta pembantunya untuk membagikan beberapa bingkisan kepada para warga yang sudah datang di tempat.“Kalau urusan bingkisan, paling aku suka!” gumam Desi dengan kegirangan.Tepat pada gilirannya, bingkisan dua kali lipat diberikan pada desi. Dengan alasan bahwa Desi telah menjadi pendorong para warga untuk datang ke rumah pak RT dan Bu RT. Satu bungkus bingkisan berisi beberapa kebutuhan lauk seperti beberapa mie sedap goreng, beras lima kilogram, minyak goreng dua puluh liter, telur, tepung terigu hingga beberapa kebutuhan lainnya.“Untuk pencoblosannya tanggal berapa ya Bu RT?” tanya Desi.“Pertanyaan yang bagus sekali! Baik, untuk tanggal pencoblosannya akan dilaksanakan dua minggu lagi dan saya berhar
Miranda duduk di teras rumah dengan seorang diri. Saat ini juga sudah hari sudah malam, namun suaminya belum kunjung pulang. Berhubung Miranda duduk di teras, dengan mudah dirinya bisa melihat tamu yang hendak ingin mampir ke rumah. Seperti hari ini, Desi datang dengan naik ojek online. Miranda yang melihat ibunya, dengan cepat membukakan pintu gerbang rumahnya.“Ibu, syukurlah Ibu kesini” ujar Miranda penuh haru. Baginya, kedatangan ibunya adalah sosok pelindung yang tiada duanya.Berbeda halnya dengan Miranda yang terlihat begitu sumringah, Desi malah menunjukkan wajah masam seperti sedang memikirkan sesuatu.“Ibu kenapa?” tanya Miranda.“Apa kita akan berdiam diri disini? Ibu kegigit nyamuk!” teriak Desi sembari menggaruk-garuk tangannya secara bergantian kiri dan kanan.“iya, Bu” ujar Miranda lembut.Miranda mempersilahkan Desi untuk masuk ke dalam rumahnya. Sesampainya di sana, Desi sudah dimanjakan dengan beraneka hidangan enak-enak hingga Desi merasa kekenyangan. Melihat ibunya
Miranda telah selesai memasak makanan dan menaruhnya ke atas meja makan. Terlihat, Desi sudah tidak sabar ingin melahap masakan enak tersebut. Miranda tersenyum dan mempersilahkan ibunya untuk makan. Desi begitu lahap memakan masakannya putrinya dan membuat Miranda senang.“Kalau mau nambah lagi bisa kasih tahu ke aku Bu” ujar Miranda.“Kalau sering kayak gini Ibu pasti bakalan sering main ke mari!” seru Desi.Disaat mereka tengah berada di ruang makan, datanglah Kelvin dari arah barat. Dia tidak bisa masuk ke dalam halaman rumah karena pintu pagar masih terkunci. Sesekali Kelvin membunyikan klakson mobilnya agar Miranda segera membukakan pintu untuknya. Di ruang tamu, Miranda mendengar bunyi klakson dan dia pun meminta izin kepada Desi untuk keluar sebentar.“Ibu, aku keluar dulu. Kayaknya suamiku sudah pulang” ujar Miranda.“Ya, sana ladenin suami kamu biar makin banyak kamu bawa uang!” seru Desi.Miranda tidak membalasnya dan hanya tersenyum manis. Lalu dia pun keluar dari ruang ma
Olivia nekat menemui mantan pembantu yang pernah bekerja di rumah Jessika. Dengan berharap ia akan menemukan jawaban yang bisa membebaskan Andra dari tuduhan-tuduhan yang tidak benar. Hanya saja, rumah yang dituju cukup jauh dari perkotaan tempat Olivia tinggal dan gak inilah yang menyebabkan Olivia tidak bisa mendampingi Andra selama proses persidangan berlangsung.Selama perjalanan yang berliku-liku itu akhirnya membuahkan hasil. Pembantu tersebut mengaku siap menjadi saksi mata tanpa dibayar sepeserpun. Pembantu itu pun bahkan mengaku telah menyimpan bukti rekaman cctv yang menangkap rekaman saat Olivia dan Andra terjebak dan di sekap di rumah Jessika.“Kalau begitu kita harus ke kota sekarang Bik. Kita harus tunjukkan bukti cctv ini” ujar Olivia dengan penuh harap.“Mohon maaf Non, bukannya saya tidak mau membantu tapi untuk saat ini saya belum bisa ke kota Non. Kemarin Mama saya meninggal dunia dan saya masih dalam suasana berduka” ujar si mantan pembantu Jessika.“Lalu kapan bisa
“Aku tidak bisa menceritakan ini sama kamu karena waktu kita tidaklah banyak! Olivia, aku telah berkorban untuk kamu dan sekarang kamu harus menuruti apa yang aku katakan. Sekarang, kamu harus pergi sejauh mungkin dan minta pertolongan pada orang lain. Lupakan aku, aku pasti akan kembali” ujar Andra sambil memegang jari tangan Olivia dengan erat. Seakan ia tak ingin dipisahkan dengan wanita yang sangat dicintai. “Tapi kamu berjanji akan menyusul aku Ndra?” tanya Olivia.“Aku berjanji” Andra menunjukkan jari kelingkingnya agar Olivia mempercayainya. Sembari menitikkan air mata, Olivia mencoba membalas dengan menunjukkan jari kelingkingnya dan kemudian Andra menghapus air mata yang telah membengkak kan mata Olivia. "Kamu tidak pantas menangis, kamu harus bisa melawan tangisan itu demi aku" pinta Adra.Olivia dengan berat hati meninggalkan Andre seorang diri. Hatinya sakit namun ini juga demi Andra. Andra memerintahkannya untuk pergi tanpa tahu alasan yang sebenarnya mengapa Andra tidak
Setelah berusaha keras untuk membuka gembok pintu akhirnya gembok itu pun terbuka. Miranda tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan tersebut untuk kabur dan menjauh sejauh mungkin. Bahkan ia belum sempat memakai sendal karena terburu-buru.Hujan badai turun membuat tubuhnya basah dan kedinginan. Tiada lagi tempat yang akan ia berteduh. Hingga seorang ojek online datang menghampirinya. Awalnya Miranda mengira orang itu adalah mata-mata dari Cleo namun setelah berkomunikasi, Miranda yakin bahwa orang itu adalah orang baik.“Tolong saya, antarkan saya ke kantor polisi” pinta Miranda.“Baik Bu, ayo duduk Bu” ujar ojek tersebut ketika sudah memberikan helm pada Miranda.Setelah Miranda duduk membonceng, ia pun bisa bernafas dengan lega. Ia telah ditolong oleh tuhan untuk bisa meloloskan diri. Tidak henti-hentinya ia berdoa agar bisa sampai di kantor polisi.“Bu, sudah sampai ini” ujar si ojek online. Miranda memberikan uang pada si tukang ojek lalu ia masuk ke dalam kantor polisi untuk melap
“Andra bangun!!!” teriak Jessika. Beberapa orang menyarankan Andra harus dibawa ke rumah sakit namun Jessika menolak. Ia yakin bahwa Andra pasti akan sadar sendiri.Selama beberapa detik Andra pingsan Andra pun sadar. Salah satu orang memberikan air putih kepadanya. Merasa lebih baik Andra meminta maaf karena ia mengaku tidak enak badan. Para tamu undangan pun telah pulang dan kini menyisakan kedua belah pihak yakni orang tua Andra maupun orang tua Jessika.“Jeng Siska, nanti putri Jeng Siska pasti akan saya jaga dengan kasih sayang di rumah saya” ujar Yunita yang kini telah resmi menjadi mertua Jessika.“Loh... Tidak perlu susah-susah seperti itu Jeng. Anak saya akan tetap tinggal di rumah ini yang ada si Andra sendiri yang pindah rumah dan tinggal di rumah ini” ujar Siska.Yunita tersentak kaget karena ia tidak diberitahu sebelumnya oleh Andra. Sementara ia sendiri tidak dapat protes karena tahu diri sama siapa ia berhadapan. “Andra, apa benar yang dikatakan Jeng Siska itu?” tanya Y
“Aku tidak bisa menikah sama kamu Jes. Kamu tahu sendiri bahwa aku tidak pernah memiliki perasaan lebih ke kamu” ujar Andra menegaskan.“Kamu tinggal pilih menikah dengan aku atau kamu harus melihat cewek ini akan merasakan kelaparan? Kalau memang kamu mencintai pacar kamu ini maka sebaiknya kamu harus tunjukkan itu dengan cara menikahlah denganku Sayang” ujar Jessika.Andra tertunduk ia tidak bisa menjawab. Jessika tersenyum lalu berkata, “Kamu tenang saja Andra, aku akan memberikan kamu kesempatan untuk memilih hanya malam ini saja kalian bisa merenungkan itu. Untuk besok pagi, aku akan ke sini lagi dan menerima jawaban kamu. Setelah itu aku tidak akan lagi kesini untuk memberikan kamu peluang untuk hidup”“Kamu sudah gila Jessika!!!” teriak Olivia.Jessika tidak menghiraukan teriakan Olivia karena sejujurnya Jessika sudah muak melihat wajah Olivia. Jessika pun keluar dari sana dan meninggalkan Olivia maupun Andra.“Andra, apa keputusan kamu? Aku yakin, kita bisa bebas tanpa harus k
“Apa maksud kamu Jessika?” tanya Olivia.Jessika tersenyum sumringah dan menyentuh rambut Olivia. Tindakan Jessika yang menyentuh rambut Olivia dengan cepat Olivia menghempaskan tangan Jessika dari rambutnya yang lurus.Jessika tidak marah namun ia semakin sumringah hingga tertawa terbahak-bahak. Dalam hati Andra, Jessika sudah tidak normal. Jessika pun memberhentikan tawaanya lalu menatap wajah Olivia dan Andra secara bergantian.“Apa kalian ingin aku menceritakan semuanya?” tanya Jessika dengan santai.Andra mengangguk sementara Olivia sudah hampir tersulut emosi. Syukurlah Andra berhasil menenangkan Olivia agar Olivia bisa lebih sabar lagi menghadapi sikap Jessika yang sudah tidak waras ini. Kini, raut wajah Jessika sudah tidak lagi sumringah karena kini raut wajahnya telah berubah menjadi sedih.“Aku benci sama kalian! Terutama kamu Olivia!!!” teriak Jessika.“Kamu... Sama Papa kamu sama saja! Kalian telah menyakiti hati aku yang rapuh ini khiks. Aku hanya ingin merasa dicintai,
Olivia terbangun dari tidurnya dan menoleh ke arah Andra. Ia terkejut ketika Andra sudah tidak ada di dalam mobil. Sontak Olivia khawatir dan mencoba menghubungi nomor handphone Andra. Lagi-lagi ponsel Andra ketinggalan di dalam mobil tersebut.“Astaga... Dimana kamu Andra?” air mata Olivia tidak sengaja keluar begitu saja. Ia tidak ingin kehilangan seseorang yang sangat ia sayangi untuk kesekian kalinya.Olivia berinisiatif untuk datang ke alamat rumah dan berharap Andra sudah lebih dahulu ada di sana. Olivia yang masih merasa lelah dan mengantuk tetap ia coba untuk fokus mengemudi.“Tuhan, tolong bantu aku untuk menyelesaikan masalah ini” gumamnya.Tidak ada satupun orang yang sudah terbangun jam segini. Ada perasaan takut namun rasa takutnya dikalahkan dengan rasa kekhawatirannya pada Andra. Ia ingin cepat ke lokasi dan membantu Andra yang mungkin sedang membutuhkan bantuannya. Secara logika, bekerjasama akan lebih optimal ketimbang berpencar-pencar seperti ini.Olivia akhirnya sam
“Apa! Ada yang memata-matai saya? Dasar sialan! Cepat bawa dia ke hadapan saya!!!” perintah seorang gadis yang terlihat cantik namun tidak dengan hatinya.Beberapa anak buah Jessika menarik paksa tubuh seorang lelaki dalam keadaan babak belur. Dia adalah mata-mata yang baru saja melaporkan informasi kepada Olivia. Berjalan dengan tegak ke arah dirinya yang bersimpuh tidak bertenaga.“Woi Om... Lo mau nyari apa di rumah gw!” bentak Jessika.“S... Saya ti... Tidak nyari apa-apa” ujarnya berbohong.“Ohhh begitu? Dasar pembohong!” seru Jessika yang kini tidak segan menendang pria itu hingga menjerit kesakitan.“Ampuuun tolong berhenti!” teriak pria tersebut.“Kalau Lo mau gw bebaskanlah maka kasih tahu ke gw, Lo itu mau ngapain!” bentak Jessika kembali.Pria itu menelan ludahnya dengan hati deg-degan. Dengan terpaksa ia pun menceritakan hal yang sebenarnya pada Jessika. Sontak Jessika marah besar karena Andra dan Olivia sudah lancar mencari keberadaannya. Jessika yang rupanya sudah menget
Sesampainya di rumah sakit Andra dan Olivia berlari menuju ke salah satu kamar rawat inap. Andra membuka pintu dan melihat mamanya sudah terbujur kaku. Andra menangis sejadi-jadinya sambil memeluk erat tubuh mama tercinta.“Mama... Jangan tinggalkan Andra hiks” Andra terus menangis. Olivia yang sudah lebih dulu melihat pemandangan yang menyakitkan ini saat Papanya sudah tiada. Ingin rasanya Olivia menyentuh bahu Andra namun ia masih kecewa dengan pemuda itu. Dengan menahan rasa rindu ia tidak menyentuh bahu Andra.“Mama kamu sudah tenang di alam sana. Kita hanya bisa ikhlas dan mendoakan yang terbaik” ujar Olivia.Andra tidak bisa memeluk mamanya terlalu lama karena pihak rumah sakit akan membawa mamanya ke kamar jenazah. Andra pasrah ketika selang infus yang terpasang di pergelangan tangan kiri mamanya sudah mulai di cabut oleh perawat. “Olivia, aku sudah sendirian. Mama meninggal dan Papa juga meninggal. Saat ini aku bingung harus mengasuh kedua adikku yang masih kecil, aku belum s