Selamat membaca.‘‘Jadi apakah sekarang kalian mau mau membantuku?’’ Tanya Luna secara terus terang.Semua tersenyum pada Luna.‘‘Apakah ada tempat yang ingn kau kunjungi?’’ Tnya Hadar dengan suara lembut nan menenagkan. Ya, inilah Hadar yang ia kenal.‘‘Luna?’’‘‘Ya?’’ Tanya Luna menggulang, sebelum ia akhirnya sadar tersadar dari lamunan sesaatnya. ‘‘Ah, ya. Apakah a-aku bo-boleh berrtemu dengan Taraka yang waktu itu?’’‘‘Maksudku dia tampak cemas.’’ tambah Luna mencoba uuntuk meyakinkan mereka.Vega menatap Hadar dengan pandangan gelisah, lalu Igel mengambil langkah ringan untuk menutup gorden sedang Luna hanya bisa mengerutkan keningnya saat melihat respon Igel sebelum kembali menatap ke arah Hadar.Pria yang terlihat seperti dewa kematian dengan jutaan pesona yang mampu membuat manusia manapun mabuk karena terlihat sempurna itu mendekat ke arah Luna yang saat ini sedang biungung.‘‘Orang yang kau panggil Taraka itu adalah HORNA, bangsa mereka tak mematuhi Hukum dua dunia.’’ jelas
Selamat membaca.Hokh!‘‘A-ampuni saya.’’ Terdengar suara seorang wanita memohon belas kasihan dengan suara parau, Tenggorokannya seakan terbakar di antara kegelapan dan sunyinya malam.Tak ada siapapun, namun sorot matanya tak menunjukan demikian!Suara teriakan mengakhiri kisahnya.‘‘Diketahui wanita paruh baya itu adalah korban pembunuhan….’’‘‘Luna?’’Luna berbalik saat mendengar panggilan dari Hadar, dia yang sedang asik menonton tv itu bangkit untuk makan siang bersama Hadar.Luna menarik kursinya sendiri sambil bertanya, ‘‘Aku tak melihat Vega dan Igel.’’ Luna duduk sambil menerima piring dengan ukiran abstrak yang diberikan Hadar.Luna memajukan bibirnya. Menatap Hadar curiga karena tak menjawabnya sedari tadi. ‘‘Hadar, apa kau tahu dimana mereka?’’‘‘Entahlah, mungkin sedang menikmati hari libur mereka.’’‘‘Hari libur?’’‘‘Makanlah!’’ Titah Hadar sambil tersenyum lembut pada Luna.Menyuapi gadis itu dengan perlahan dan memanjakannya seperti yang Hadar inginkan. ‘‘Aku bukan p
Selamat membaca.‘‘Lomba melukis?’’ Luna terdengar sangat bersemangat. ‘‘Itu bagus, aku menyukainya.’’Sementara Vega dan Igel beserta Ella yang memegang formulir perlombaan atas nama mereka sendiri tampak cemas. Semua kini menatap Hadar yang juga memegang formulir yang sama. ‘‘Yang benar saja?’’ ucap Ella kesal saat melihat kalau sang pemilik hadiah juga ikut mendaftar.‘‘Kita akan kalah, tapi Hadar bahkan tidak bisa melukis.’’‘‘Bagaimana dengan Luna?’’Semua mata kini tertuju pada Luna, Tapi saat tatapan dengan senyuman devil yang ditunjukkan Hadar membuat mereka yakin kalau pria disamping Luna itu sedang mengawasi mereka bertiga, yang juga berpartisipasi dalam lomba tersebut.Lomba itu akan adil. Tapi Hadar hanya memikirkan cara untuk membuat Luna menang.***12:00 malam.Perlombaan rahasia di sebuah gedung yang cukup mewah itu akhirnya di buka.Hiasan dan berbagai jenis pajangan unik yang memiliki arti tersendiri menghiasi sepanjang lorong, sekumpulan orang dengan berbagai paka
Selamat membaca.Dalam perjalanan pulang, Luna bahkan tak menatap Hadar yang terus mencuri-curi pandang pada Luna.Gadisnya itu terus terusan menatap ke luar jendela dalam diam seolah sedang memikirkan sesuatu.Hadar mengeraskan rahangnya karena pulang dengan kekalahan Luna. ‘‘Aku tidak bertanggung jawab.’’ ucap Hadar membuka suara untuk memecah keheningan.Tapi Luna hanya kecewa dengan hasil akhir lomba.Saat sampai, Hadar dengan perlahan mengangkat tubuh Luna. Dengan hati-hati ia mengendong Luna dan membawanya masuk.Tentunya diamnya dua orang tersebut membuat Igel dan Vega tak bisa menegur atau mengomentari apapun karena bukan cuma Hadar, mereka juga bingung dengan hasil akhir perlombaan.Jadi kecewanya Luna itu wajar.Di kamar. Hadar membaringkan tubuh Luna dengan hati-hati. ‘‘Aku akan pergi, tapi aku akan kembali. Jadi bisakah kau menungguku Luna?’’ tanya Hadar sambil mengelus wajah Luna. ‘‘Bagaimana jika aku mengantuk?’’‘‘Kau sudah berjanji.’’Hadar menyentuh bibir Luna singka
Selamat membaca.Angin berbisik kuat, membawa ketakutan di setiap jalan yang sepi dan yang ramai akan sebuah cerita.Tampak wajah-wajah penuh ketakutan terpancar saat api berkobar di setiap tempat dan sudut paling terang dan yang paling gelap.Di sebuah museum, orang-orang berlari keluar. Namun hanya satu yang tetap berdiri tegap dengan ekspresi sedih penuh amarah yang terpancar di antara api yang berkobar. Hadar menatap tangannya sendiri. Lalu berkata, ‘‘Sudah ku bilang kalau penilaian kalian salah. Semuanya, tidak ada yang sesempurna lukisan milik Lunaku. ya, tidak ada.’’ ucapnya lirih sambil menempelkan telapak taangannya sendiri pada wajahnya yang tampak berubah saat kobaran api menyentuh dia yang abadi.Suara pemadam kebakaran terdengar di seluruh kota, seperti nyanyian sebelum tidur untuk sebuah mimpi buruk.Warna jingga itu nyatanya tidak indah saat langit sedang berwarna hitam. Vega menelan salivanya kasar. ‘‘Ini berbahaya. Kita harus menemukan keberadaan Luna.’’Ponsel Vega
Selamat membaca.“Pas sekali jemputanmu sudah sampai.”Ayah Luna menyeringai saat melihat mobil mewah milik Bara yang sedang memasuki area parkiran kediaman Arthur.Luna menyeringai. “Ayah, aku benci Ayah.”“Ayah tau nak. Ayah tau!”Keduanya saling melayangkan tatapan penuh permusuhan tapi sejujurnya tuan Arthur tak pernah ingin memusuhi Luna. Dia hanya ingin yang terbaik untuk Luna, tapi anehnya dia tak bisa menerima Luna. Keburukan seolah menyelimuti Luna dan kehancuran selalu dekat dengan keluarga mereka. ‘Maafkan aku Ayah.’ ucap Luna membatin. Dia tahu dengan jelas apa yang saat ini sedang dipikirkan oleh Ayahnya itu. Tapi, mau bagaimana lagi. Ia harus merubah semua yang lihat sang waktu–meski harus menjadikan dirinya sebagai yang terburuk di hadapan ayahnya sendiri.Drap!Suara langkah kaki mendekat dengan tergesa-gesa. Luna dan ayahnya menatap ke arah pintu yang terkunci, sang ayah berniat membuka pintu itu namun….Brak!Pintu itu didobrak secara paksa. Mata kedua nya membelala
Selamat membaca.Hadar sudah merusak rencana Luna, semuanya berantakan dan Luna tak tahu harus menyusunnya dari mana? dengan ayahnya yang menjadi sekutu Hadar tentunya akan membuat Eridani curiga. Di tambah lagi, Luna menatap Hadar singkat sebelum melanjutkan apa ia pikirkan. “Bukankah mudah mendapatkan surat perceraianku pada Bara?” Tanya Luna.Hadar tak menjawab ia hanya sibuk dengan kemudi nya.Hal itu membuat Luna curiga. “Hubungan tanpa status ini? Aku tidak menyukainya Hadar.” Ungkap Luna.“Maaf kan aku, tapi apakah kamu bisa menunggu? Aku baru saja mendapatkanmu kembali.”“Kalau begitu kapan aku bisa menyelesaikan rencanaku. Eridani semakin kuat.”“Bukankah ayahmu berada di pihakmu sekarang? Apa yang kau takutkan?”“Ayahku bukan tipe orang yang mudah dipercaya. Aku punya alasan kuat mengapa aku keluar dari keluarga ayahku. Hadar, meski terlihat baik Tuan Arthur bukanlah tipe malaikat penolong yang bisa membantu.” Itu sebabnya Luna mencoret ayahnya sendiri dari daftar sekutu kar
Selamat membaca.Ribuan kali ia berpikir bahwa ia masih berada di waktu yang lain, namun semuanya tampak nyata. Tidak ada yang pecah atau yang mengalami keretakan hanya saja sikap Hadar sedikit berbeda dari ingatan nya. “Haruskah aku mencobanya kembali,” menghilang dalam waktu dan memastikan hari ini–sambung Luna dalam hati.“Apa yang ingin kau coba?” Suara itu membuat Luna menoleh ke samping. Di mana Hadar berada, pria itu masuk dengan pakaian yang cukup berantakan–Luna tidak tahu Hadar pergi ke mana setelah menjemput nya dari rumah ayahnya. Tapi dia mencium aroma terbakar sedari tadi.“Aku akan mandi.”Luna mengerutkan keningnya bingung. “Di kamar ini? Apa di kamarmu tidak punya kamar mandi?” “Kau benar, tetapi jika aku berjalan dengan handuk saja itu tidak akan terdengar baik.”“Kenapa kau berjalan hanya dengan handuk?” Luna berpikir sambil menerka-nerka apa yang sebenarnya ingin dilakukan Hadar. “Hadar, Bukankah kita hanya akan berciuman?” tanya Luna memastikan.“Kau yakin tidak