Selamat membaca.Ketika Luna berpikir tentang rumah sakit yang dipikirnya sangatlah aneh, seorang suster menjelaskan kalau sebelum Luna. Pernah tinggal bunga yang tak pernah mekar dan selalu layu, di tempat di mana Luna selalu menghabiskan waktunya dengan Ella.‘‘Dia gila, jangan berbicara dengannya Luna. Dan cepat kemasi barangmu.’’Ella meminta Luna untuk cepat-cepat beberes dan tidak meladeni orang yang memang gila dengan pakaian perawat.‘‘Cepatlah Luna!’’‘‘Iya, iya.’’Ella memiliki sifat tomboy dan kasar namun penampilannya sangatlah feminim. Kadang Ella akan menghancurkan apa saja jika ia marah, dan di saat itu Luna memilih untuk tak ikut campur atau menghentikan Ella, karena ia pernah merasakan tinjuan Ella.Luna menghela nafasnya kasar. ‘‘Wanita iblis itu!’’‘‘Apa katamu?’’‘‘Topeng yang bagus.’’ Puji Luna pada salah satu pasien yang lewat.Ella hanya menggelengkan kepalanya sebelum merangkul Luna dengan sangat hangat.Kini mereka akan tinggal bersama.***Di sebuah rumah min
Selamat membaca.BOAM!Waktu seakan berhenti, ketika Luna menoleh ke arah warnet di belakangnya yang kini sedang di lahap oleh api. Suara orang berlarian, pemadam kebakaran dan petugas kepolisian setempat yang mencoba untuk mengamankan situasi yang mulai ricuh. Luna terdiam sebelum ia berbalik meninggalkan tempat kejadian sambil tersenyum puas.‘‘Pusat utama CCTV pengawasan akhirnya berhasil ku singkirkan meski mempertaruhkan nyawaku sendiri. Dengan begini, Hadar akan memfokuskan penyelidikan pada kebakaran dan mencurigai Eridani. Sementara Eridani akan mencurigai pihak Arthur karena mereka merupakan satu-satunya lawan yang menghancurkan bukti dengan cara gila dan tentu saja pihak Arthur akan tutup di bungkam karena…’’***Brak!‘‘Dia menciptakan Lelucon yang sangat tidak lucu! beraninya wanita itu bertindak dengan melibatkan pihak Hadar dan Pihak Eridani. Tak cukup dengan itu, dia juga melibatkan pihak kita. ‘‘Tuan Arthur tenanglah!’’‘‘Tak cukup mengeluarkannya dari silsilah keluar
Selamat membaca.‘‘Tersenyumlah lalu menderitalah, bodoh dan gila, tinggallah…Ella, Luna Bara membutuhkanmu, kau palsu, Ella, Luna jangan bicara dengan orang gila, ayah, kegelapan datang.’’Kalimat-kalimat itu terngiang-ngiang dalam benak Luna dengan rasa sakit yang sama, juga tebasan dan sayatan di tangan yang terasa nyata bagi Luna yang saat ini sedang terbaring diatas tempat tidur dengan alat bantu kehidupan.Sementara itu, Luna yang berusaha untuk sadar mendengar suara isak tangis dari seseorang yang begitu jelas juga, sebuah permohonan.‘‘Aku mohon Luna, aku mohon, jangan seperti ini, kau sudah terlalu lama, jadi kembalilah.’’Luna menghembuskan nafas terakhirnya lalu suara kehilangan memenuhi ruangan mewah, kamar Hadar. tempat dimana Luna berbaring. ***Dahulu, ada sebuah jiwa yang mendambakan cinta. Dia yang sempurna akhirnya kehilangan kendali karena cinta yang perlahan-lahan meracuni pikirannya, dikhianati membuat dia dikasihani langit, dan membuat ia bisa melintasi waktu.‘
Selamat membaca.‘‘Luna?’’‘‘Ya, Vega?’’ ‘‘Tolong katakan apa yang kau sembunyikan padaku sayangku,’’ pinta Vega sambil meraba-raba tubuh Luna yang bisa bergerak dengan baik. ‘‘hah! mau dilihat bagaimanapun juga, kau manusia, tapi semua yang terjadi padamu menunjukan sebaliknya jadi kau ini sejenis roh atau apa?’’ tanya Vega penasaran.‘‘Jangan ganggu dia!’’Hadar masuk dengan kursi roda yang baru saja ia beli untuk Luna, karena Luna sedang berada dalam masa pemilihan.Vega menatap Hadar tak senang, sedangkan Luna malah menyeringai kesal. ‘‘Kau bisa bisa memulihkanku dalam satu waktu yang sama, kenapa ada kursi roda?’’ tanya Luna curiga.‘‘Apalagi, tentu saja tuanku tidak ingin hanya menciummu sekali.’’ timpal Vega acuh tak acuh. ‘‘Keluar!’’Hanya satu kata dan Vega sudah menghilang, nyaris saja ia kehilangan mulutnya karena mencoba untuk memancing amarah Hadar, tetapi syukurlah lampu hijau yang ditunjukan Luna mengubah sikap pria itu. ‘‘Menjadi lebih buruk dan licik!’’ ucap Luna me
Selamat membaca.‘‘Jadi apakah sekarang kalian mau mau membantuku?’’ Tanya Luna secara terus terang.Semua tersenyum pada Luna.‘‘Apakah ada tempat yang ingn kau kunjungi?’’ Tnya Hadar dengan suara lembut nan menenagkan. Ya, inilah Hadar yang ia kenal.‘‘Luna?’’‘‘Ya?’’ Tanya Luna menggulang, sebelum ia akhirnya sadar tersadar dari lamunan sesaatnya. ‘‘Ah, ya. Apakah a-aku bo-boleh berrtemu dengan Taraka yang waktu itu?’’‘‘Maksudku dia tampak cemas.’’ tambah Luna mencoba uuntuk meyakinkan mereka.Vega menatap Hadar dengan pandangan gelisah, lalu Igel mengambil langkah ringan untuk menutup gorden sedang Luna hanya bisa mengerutkan keningnya saat melihat respon Igel sebelum kembali menatap ke arah Hadar.Pria yang terlihat seperti dewa kematian dengan jutaan pesona yang mampu membuat manusia manapun mabuk karena terlihat sempurna itu mendekat ke arah Luna yang saat ini sedang biungung.‘‘Orang yang kau panggil Taraka itu adalah HORNA, bangsa mereka tak mematuhi Hukum dua dunia.’’ jelas
Selamat membaca.Hokh!‘‘A-ampuni saya.’’ Terdengar suara seorang wanita memohon belas kasihan dengan suara parau, Tenggorokannya seakan terbakar di antara kegelapan dan sunyinya malam.Tak ada siapapun, namun sorot matanya tak menunjukan demikian!Suara teriakan mengakhiri kisahnya.‘‘Diketahui wanita paruh baya itu adalah korban pembunuhan….’’‘‘Luna?’’Luna berbalik saat mendengar panggilan dari Hadar, dia yang sedang asik menonton tv itu bangkit untuk makan siang bersama Hadar.Luna menarik kursinya sendiri sambil bertanya, ‘‘Aku tak melihat Vega dan Igel.’’ Luna duduk sambil menerima piring dengan ukiran abstrak yang diberikan Hadar.Luna memajukan bibirnya. Menatap Hadar curiga karena tak menjawabnya sedari tadi. ‘‘Hadar, apa kau tahu dimana mereka?’’‘‘Entahlah, mungkin sedang menikmati hari libur mereka.’’‘‘Hari libur?’’‘‘Makanlah!’’ Titah Hadar sambil tersenyum lembut pada Luna.Menyuapi gadis itu dengan perlahan dan memanjakannya seperti yang Hadar inginkan. ‘‘Aku bukan p
Selamat membaca.‘‘Lomba melukis?’’ Luna terdengar sangat bersemangat. ‘‘Itu bagus, aku menyukainya.’’Sementara Vega dan Igel beserta Ella yang memegang formulir perlombaan atas nama mereka sendiri tampak cemas. Semua kini menatap Hadar yang juga memegang formulir yang sama. ‘‘Yang benar saja?’’ ucap Ella kesal saat melihat kalau sang pemilik hadiah juga ikut mendaftar.‘‘Kita akan kalah, tapi Hadar bahkan tidak bisa melukis.’’‘‘Bagaimana dengan Luna?’’Semua mata kini tertuju pada Luna, Tapi saat tatapan dengan senyuman devil yang ditunjukkan Hadar membuat mereka yakin kalau pria disamping Luna itu sedang mengawasi mereka bertiga, yang juga berpartisipasi dalam lomba tersebut.Lomba itu akan adil. Tapi Hadar hanya memikirkan cara untuk membuat Luna menang.***12:00 malam.Perlombaan rahasia di sebuah gedung yang cukup mewah itu akhirnya di buka.Hiasan dan berbagai jenis pajangan unik yang memiliki arti tersendiri menghiasi sepanjang lorong, sekumpulan orang dengan berbagai paka
Selamat membaca.Dalam perjalanan pulang, Luna bahkan tak menatap Hadar yang terus mencuri-curi pandang pada Luna.Gadisnya itu terus terusan menatap ke luar jendela dalam diam seolah sedang memikirkan sesuatu.Hadar mengeraskan rahangnya karena pulang dengan kekalahan Luna. ‘‘Aku tidak bertanggung jawab.’’ ucap Hadar membuka suara untuk memecah keheningan.Tapi Luna hanya kecewa dengan hasil akhir lomba.Saat sampai, Hadar dengan perlahan mengangkat tubuh Luna. Dengan hati-hati ia mengendong Luna dan membawanya masuk.Tentunya diamnya dua orang tersebut membuat Igel dan Vega tak bisa menegur atau mengomentari apapun karena bukan cuma Hadar, mereka juga bingung dengan hasil akhir perlombaan.Jadi kecewanya Luna itu wajar.Di kamar. Hadar membaringkan tubuh Luna dengan hati-hati. ‘‘Aku akan pergi, tapi aku akan kembali. Jadi bisakah kau menungguku Luna?’’ tanya Hadar sambil mengelus wajah Luna. ‘‘Bagaimana jika aku mengantuk?’’‘‘Kau sudah berjanji.’’Hadar menyentuh bibir Luna singka