Selamat kembali.“Jangan khawatir, karena ketika wanita itu sadar. Dia hanya akan bernafas, tanpa kewarasan. Jadi kalian tidak perlu khawatir lagi.” jelas seorang pria pada dua orang yang sedang melakukan transaksi rahasia.Selama 11 hari. Luna membiasakan dirinya untuk berpura-pura tak sadarkan diri dan mendengar kalau ia racun—racun yang dibuat bangsa Taraka untuk memanipulasi otak dengan ingatan palsu.jadi Hadar tak pernah bekerjasama dengan Luna, dan bangsa Taraka tak pernah berada di pihak Luna.Alasan Eridani meminumkan racun itu adalah karena mereka tak membutuhkan Luna lagi sebagai pilar mereka. Kegelapan tak mampu menghancurkan tahta dan kekuasaan manusia. Jadi mereka mengubah rencana dengan menjadi bagian tertinggi dari kasta yang diciptakan manusia itu sendiri dan memilih untuk diakui secara langsung meski menggunakan cara yang salah. “Kita berhasil mengendalikan, itu sudah cukup bagi kami.”Benar sudah cukup tapi. Luna mengepalkan tangannya dengan kuat lalu berkata dalam
Selamat membaca.Ketika Luna berpikir tentang rumah sakit yang dipikirnya sangatlah aneh, seorang suster menjelaskan kalau sebelum Luna. Pernah tinggal bunga yang tak pernah mekar dan selalu layu, di tempat di mana Luna selalu menghabiskan waktunya dengan Ella.‘‘Dia gila, jangan berbicara dengannya Luna. Dan cepat kemasi barangmu.’’Ella meminta Luna untuk cepat-cepat beberes dan tidak meladeni orang yang memang gila dengan pakaian perawat.‘‘Cepatlah Luna!’’‘‘Iya, iya.’’Ella memiliki sifat tomboy dan kasar namun penampilannya sangatlah feminim. Kadang Ella akan menghancurkan apa saja jika ia marah, dan di saat itu Luna memilih untuk tak ikut campur atau menghentikan Ella, karena ia pernah merasakan tinjuan Ella.Luna menghela nafasnya kasar. ‘‘Wanita iblis itu!’’‘‘Apa katamu?’’‘‘Topeng yang bagus.’’ Puji Luna pada salah satu pasien yang lewat.Ella hanya menggelengkan kepalanya sebelum merangkul Luna dengan sangat hangat.Kini mereka akan tinggal bersama.***Di sebuah rumah min
Selamat membaca.BOAM!Waktu seakan berhenti, ketika Luna menoleh ke arah warnet di belakangnya yang kini sedang di lahap oleh api. Suara orang berlarian, pemadam kebakaran dan petugas kepolisian setempat yang mencoba untuk mengamankan situasi yang mulai ricuh. Luna terdiam sebelum ia berbalik meninggalkan tempat kejadian sambil tersenyum puas.‘‘Pusat utama CCTV pengawasan akhirnya berhasil ku singkirkan meski mempertaruhkan nyawaku sendiri. Dengan begini, Hadar akan memfokuskan penyelidikan pada kebakaran dan mencurigai Eridani. Sementara Eridani akan mencurigai pihak Arthur karena mereka merupakan satu-satunya lawan yang menghancurkan bukti dengan cara gila dan tentu saja pihak Arthur akan tutup di bungkam karena…’’***Brak!‘‘Dia menciptakan Lelucon yang sangat tidak lucu! beraninya wanita itu bertindak dengan melibatkan pihak Hadar dan Pihak Eridani. Tak cukup dengan itu, dia juga melibatkan pihak kita. ‘‘Tuan Arthur tenanglah!’’‘‘Tak cukup mengeluarkannya dari silsilah keluar
Selamat membaca.‘‘Tersenyumlah lalu menderitalah, bodoh dan gila, tinggallah…Ella, Luna Bara membutuhkanmu, kau palsu, Ella, Luna jangan bicara dengan orang gila, ayah, kegelapan datang.’’Kalimat-kalimat itu terngiang-ngiang dalam benak Luna dengan rasa sakit yang sama, juga tebasan dan sayatan di tangan yang terasa nyata bagi Luna yang saat ini sedang terbaring diatas tempat tidur dengan alat bantu kehidupan.Sementara itu, Luna yang berusaha untuk sadar mendengar suara isak tangis dari seseorang yang begitu jelas juga, sebuah permohonan.‘‘Aku mohon Luna, aku mohon, jangan seperti ini, kau sudah terlalu lama, jadi kembalilah.’’Luna menghembuskan nafas terakhirnya lalu suara kehilangan memenuhi ruangan mewah, kamar Hadar. tempat dimana Luna berbaring. ***Dahulu, ada sebuah jiwa yang mendambakan cinta. Dia yang sempurna akhirnya kehilangan kendali karena cinta yang perlahan-lahan meracuni pikirannya, dikhianati membuat dia dikasihani langit, dan membuat ia bisa melintasi waktu.‘
Selamat membaca.‘‘Luna?’’‘‘Ya, Vega?’’ ‘‘Tolong katakan apa yang kau sembunyikan padaku sayangku,’’ pinta Vega sambil meraba-raba tubuh Luna yang bisa bergerak dengan baik. ‘‘hah! mau dilihat bagaimanapun juga, kau manusia, tapi semua yang terjadi padamu menunjukan sebaliknya jadi kau ini sejenis roh atau apa?’’ tanya Vega penasaran.‘‘Jangan ganggu dia!’’Hadar masuk dengan kursi roda yang baru saja ia beli untuk Luna, karena Luna sedang berada dalam masa pemilihan.Vega menatap Hadar tak senang, sedangkan Luna malah menyeringai kesal. ‘‘Kau bisa bisa memulihkanku dalam satu waktu yang sama, kenapa ada kursi roda?’’ tanya Luna curiga.‘‘Apalagi, tentu saja tuanku tidak ingin hanya menciummu sekali.’’ timpal Vega acuh tak acuh. ‘‘Keluar!’’Hanya satu kata dan Vega sudah menghilang, nyaris saja ia kehilangan mulutnya karena mencoba untuk memancing amarah Hadar, tetapi syukurlah lampu hijau yang ditunjukan Luna mengubah sikap pria itu. ‘‘Menjadi lebih buruk dan licik!’’ ucap Luna me
Selamat membaca.‘‘Jadi apakah sekarang kalian mau mau membantuku?’’ Tanya Luna secara terus terang.Semua tersenyum pada Luna.‘‘Apakah ada tempat yang ingn kau kunjungi?’’ Tnya Hadar dengan suara lembut nan menenagkan. Ya, inilah Hadar yang ia kenal.‘‘Luna?’’‘‘Ya?’’ Tanya Luna menggulang, sebelum ia akhirnya sadar tersadar dari lamunan sesaatnya. ‘‘Ah, ya. Apakah a-aku bo-boleh berrtemu dengan Taraka yang waktu itu?’’‘‘Maksudku dia tampak cemas.’’ tambah Luna mencoba uuntuk meyakinkan mereka.Vega menatap Hadar dengan pandangan gelisah, lalu Igel mengambil langkah ringan untuk menutup gorden sedang Luna hanya bisa mengerutkan keningnya saat melihat respon Igel sebelum kembali menatap ke arah Hadar.Pria yang terlihat seperti dewa kematian dengan jutaan pesona yang mampu membuat manusia manapun mabuk karena terlihat sempurna itu mendekat ke arah Luna yang saat ini sedang biungung.‘‘Orang yang kau panggil Taraka itu adalah HORNA, bangsa mereka tak mematuhi Hukum dua dunia.’’ jelas
Selamat membaca.Hokh!‘‘A-ampuni saya.’’ Terdengar suara seorang wanita memohon belas kasihan dengan suara parau, Tenggorokannya seakan terbakar di antara kegelapan dan sunyinya malam.Tak ada siapapun, namun sorot matanya tak menunjukan demikian!Suara teriakan mengakhiri kisahnya.‘‘Diketahui wanita paruh baya itu adalah korban pembunuhan….’’‘‘Luna?’’Luna berbalik saat mendengar panggilan dari Hadar, dia yang sedang asik menonton tv itu bangkit untuk makan siang bersama Hadar.Luna menarik kursinya sendiri sambil bertanya, ‘‘Aku tak melihat Vega dan Igel.’’ Luna duduk sambil menerima piring dengan ukiran abstrak yang diberikan Hadar.Luna memajukan bibirnya. Menatap Hadar curiga karena tak menjawabnya sedari tadi. ‘‘Hadar, apa kau tahu dimana mereka?’’‘‘Entahlah, mungkin sedang menikmati hari libur mereka.’’‘‘Hari libur?’’‘‘Makanlah!’’ Titah Hadar sambil tersenyum lembut pada Luna.Menyuapi gadis itu dengan perlahan dan memanjakannya seperti yang Hadar inginkan. ‘‘Aku bukan p
Selamat membaca.‘‘Lomba melukis?’’ Luna terdengar sangat bersemangat. ‘‘Itu bagus, aku menyukainya.’’Sementara Vega dan Igel beserta Ella yang memegang formulir perlombaan atas nama mereka sendiri tampak cemas. Semua kini menatap Hadar yang juga memegang formulir yang sama. ‘‘Yang benar saja?’’ ucap Ella kesal saat melihat kalau sang pemilik hadiah juga ikut mendaftar.‘‘Kita akan kalah, tapi Hadar bahkan tidak bisa melukis.’’‘‘Bagaimana dengan Luna?’’Semua mata kini tertuju pada Luna, Tapi saat tatapan dengan senyuman devil yang ditunjukkan Hadar membuat mereka yakin kalau pria disamping Luna itu sedang mengawasi mereka bertiga, yang juga berpartisipasi dalam lomba tersebut.Lomba itu akan adil. Tapi Hadar hanya memikirkan cara untuk membuat Luna menang.***12:00 malam.Perlombaan rahasia di sebuah gedung yang cukup mewah itu akhirnya di buka.Hiasan dan berbagai jenis pajangan unik yang memiliki arti tersendiri menghiasi sepanjang lorong, sekumpulan orang dengan berbagai paka
Selamat membaca.Kain yang dibungkus asal pada tangan Luna lepas. Perlahan senyuman pada wajah Vega berubah saat melihat tiga cincin yang ada pada jari Luna yang terluka.Seperti bekas seseorang mencoba untuk melepasnya secara paksa. “Apa ini?” Vega bertanya sambil mengerutkan kedua keningnya pada Luna yang terlihat sedang menelan salivanya kasar.“Tunggu itu…”Igel mendekat, dia mengamati cincin yang coba Luna sembunyikan.“Ini bukan apa-apa. Igel, lepaskan tanganku.”“Kau menyakiti Lunaku.” Hadar berucap sambil mencengkram pergelangan tangan Igel. Ia menatap Igel seperti ingin membunuhnya saat ini juga.Hadar tahu kalau mereka sangat penasaran tapi itu membebani Luna. Dan Hadar tidak menyukainya.Igel yang takut menarik tangannya dari Luna. “Maafkan aku.”“Tidak apa-apa…” ucapan Hadar berhenti saat mata tajam itu menatap ke arah cincin yang ada di tangan Luna. “Boleh ku lepaskan?” tanya Hadar.Dengan cepat Luna menggelengkan kepalanya. Dan itu membuat reaksi yang lainnya terlihat sa
Selamat membaca.Menyadari adanya masalah. Luna buru-buru menutupi cincin yang ada pada jarinya dengan selimut agar Hadar tak mengetahuinya.Setelah hari yang panjang, Luna hampir kesulitan untuk melanjutkan tidurnya namun karena kelelahan. Dia tertidur dengan sendirinya, untungnya Hadar tak tidur dengannya semalam. Dan hanya berjaga sebentar saja.“Huh! Syukurlah.” Luna sangat bersyukur.Dia menatap ke arah jam kuno yang terpasang dekat pintu masuk kamar, sebelum melempar selimut dan bergegas ke kamar mandi.Di kamar mandi.“Sttt!” Luna merintih sakit.Darah perlahan menetes dari pergelangan tangannya. Karena ia tak berhati-hati dalam melangkah. Itu menjadi masalah besar bagi Luna. “Sial! Apa yang harus ku lakukan?” Panik. Luna memikirkan sebuah ide untuk menutupi pergelangan tangannya yang terkilir dan sedikit terluka.Buru-buru ia membuka lemari dan merobek beberapa pakaian guna membuat sarung tangan yang tidak akan dicurigai oleh mereka semua nantinya.“Menyebalkan.”“Apanya yang
selamat membaca.Kehadiran bangsa Mimosa tentu saja menimbulkan pertanyaan besar bagi orang baru seperti Lerna—dia berpikir kalau kekuatan yang dikumpulkan oleh Hadar melebihi bantu sandungan juga pilar terkuat yang pernah diciptakan.Dalam hal ini. Mata Lerna tertuju pada Luna, satu-satunya orang yang mungkin menjadi dalang dalam semua ini.Kini ia bisa sedikit percaya pada semua yang ia lihat kala itu.Bangsa Mimosa muncul namun Hadar melihat pemimpin mereka. “Dimana…”“Maaf. Kami sedang berduka.”Mendengar itu Hadar tak bertanya lebih karena ia pasti sudah mengetahui dan membuat rencana untuk kelangsungan hidup bangsa mereka.Tetapi Hadar cukup senang karena mereka tetap datang seperti yang telah dikatakan sebelumnya. “Kami akan membantu mendapatkan Val. Sebagai gantinya, temukan orang-orang yang memegang pengawasan atas hutan ini.”Bangsa Mimosa yang bisa berubah wujud jelas bisa membantu untuk mengintai tanpa ada tahu.Mereka setuju. Dan kelihatannya Luna cukup senang akan bantua
Selamat membaca.Saat hari semakin malam. Diantara pohon-pohon, seorang pria melesat dengan sangat cepat ke area Villa. Di dekat pegunungan dia berhenti.“Aku hanya bisa mengantar kalian sampai disini.”Setelahnya dia kembali pergi.Luna menganggukan kepalanya sekali penuh hormat sebelum ia tersenyum pada Lerna yang terlihat sangat sedih, ketika melihat punggung Antares menjauh darinya.Tapi ini adalah pilihannya. Antares memilih untuk mengikuti perintah raja dan ratu dan Lerna memutuskan untuk mengikuti Luna. Karena ia tak ingin berakhir mengenaskan.Memang pada awalnya Lerna tak percaya pada Luna bahkan sejak awal mereka bertemu, Lerna tak begitu peduli tapi saat Luna memainkan perannya dia tidak ingin mengambil pilihan yang salah lagi.Kehadiran Luna pada perbatasan perlindungan membuat Igel memberi izin untuk melepas sebagian kekuatan.Sambil bergandengan tangan Luna membawa Lerna bersama dengannya. Dengan malu Lerna meraih tangan Luna.***Beberapa menit setelah Lerna bergabung.
Selamat membaca.6 jam kemudian. Luna berbaring di atas tempat tidur, dia tidak pernah merasa sesakit dan selemah ini sebelumnya.Pipinya terus merona dan otaknya sepertinya sudah sangat kacau.Andro dan Horna, Igel menemani Luna, Clara membantu Luna minum dan Vega serta Ella menjaga pintu agar tetap tertutup.“Tulang mu patah, ku rasa kalian sudah bermain tanpa menggunakan otak dan kesadaran kalian.”“Ini berlebihan.” Clara meneguk salivanya kasar, dia berujar sambil menatap paha Luna. Sebelum tatapannya tertuju pada Igel. “Aku takut.”“Aku tak akan mematahkan tubuh mu, aku bukan Hadar.”Sementara mereka sangat serius, Luna malah tertawa dan itu membuat Vega dan Ella naik darah karena Luna terlalu bebas membiarkan Hadar. Mereka sangat lah marah. “Kami tahu emosi kalian sedang baik-baik saja tapi perhatikan tubuhmu.”Em. Sebenarnya Luna sudah meminta untuk berhenti pada Hadar, tapi Hadar tak membiarkannya berhenti dan akhirnya enam jam itu menjadi maut. Luna harus bersyukur karena ha
Selamat membaca.Ini adalah suatu keuntungan bagi Luna, karena Hadar selalu menuruti dan mengikuti apa yang ia mau.Dia cukup senang sekarang, sebuah senyuman manis merekah di sudut kedua bibirnya.Luna segera meraih gagang pintu jendela, akan tetapi senyumnya tiba-tiba saja menghilang saat ia merasakan tangan Hadar yang sedang melingkar pada pinggang rampingnya.Mendapati hal itu. Luna menoleh sedikit ke arah Hadar yang malah semakin memeluknya dengan erat. Dalam hati Luna berujar, “habis lah aku!” Sesalnya kemudian.Dia mencoba untuk tetap tenang. “Hadar?”“Hm?”“Apa kau sedang mencoba untuk menahanku?”“Tidak.”Jawaban yang masuk akal tapi. APA MAKSUDNYA INI?! Luna menghela nafasnya kasar dan Hadar juga mengikuti apa yang Luna lakukan. “Aku tidak boleh?” tanya Luna setengah memelas. Tahu kalau Hadar pada akhirnya tidak setuju dan hanya memancingnya untuk menggali kebenaran tanpa bertanya sedikit pun.Maaf kan dia Val. Dia terlalu percaya diri, meski saat ini Luna pasti akan berada
Selamat membaca.Ini mungkin akan menjadi hari yang sulit bagi Luna. Pasalnya Hadar hanya diam saja, ini tidak berarti baik tapi juga tidak berarti buruk entah nama yang harus Luna rayakan.Hadar mendekat dengan segelas air yang ia sodorkan pada Luna yang malah menggigit bibir bawahnya cemas.Dia lalu menguatkan dirinya untuk bertanya. “Jadi hanya diam?” Mungkin seperti sebuah pertanyaan yang akan membakarnya.Hadar tersenyum. “Aku tak ingin menyakiti kamu dengan membentakmu, cobalah untuk mengerti kalau aku bukanlah ancaman sampai harus mendapatkan tatapan menyebalkanmu saat ini my Luna.” Elusan ringan mendarat pada dagu Luna.Wanita itu menatap Hadar yang terlihat santai naik ke atas ranjang sedang dia hanya menatap gelas air yang penuh di tangannya.Prang!Tiba-tiba gelas ditangan Luna terlepas dari tangan Luna—melayang selama beberapa saat sebelum membentuk tembok kamarnya.Sontak Luna menatap ke arah Hadar. “Jangan membuat aku cemburu pada segelas air!” Pria itu menangis sambil
Selamat membaca.Saat semuanya berkumpul dan membuat semacam kelompok untuk saling berbagi cerita dan rahasia yang lucu, Luna justru m duduk diluar sambil mengawasi Clara dari jarak jauh.Dan dia benar. Clara memalingkan wajahnya dari Luna saat mata keduanya bertemu..Luna meyipitkan matanya. “Kau tidak boleh mencurigai Clara.” Seolah membaca pikiran Luna. Hadar menatap Clara yang membuat kebingungan dimata Luna.Dia benar. Mungkin Luna terlalu waspada pada salah satu orang yang berakhir sebagai temannya dan bukannya musuhnya.“Semakin dijelaskan semakin mengacaukan isi pikiranku.” “Pikiranmu bisa kacau?”Mereka berdua saling tatap. Luna lalu menganggukan kepalanya sebagai jawaban pada Hadar dengan tatapan yang cukup tajam.Tiba-tiba!BRUK!Krak!Prang!!!Igel jatuh dari atap menyambar meja kaca yang langsung hancur dibuatnya—mereka mengambil sikap waspada.Hadar menarik Luna kebelakangnya dan Ella serta yang lainnya mengakat pedang mereka bersiap untuk bertarung.“Ho. Kau ternyata
Selamat membaca.Dari balik pohon-pohon, semak-semak tinggi beberapa bayangan terlihat bergerak, mengintai di tengah kesunyian sebelum meninggalkan daerah tersebut.Hujan sudah berhenti tetapi langit tetap mendung.“Apa pembicaraan kalian berjalan dengan lancar?” tanya Igel penasaran.Luna menatap ke arah belakang Igel seolah sedang mencari seseorang. “Clara ada dimana?”“Aku menyuruhnya untuk tidur siang.”“Kenapa kau tak menemani nya?”“Itu…” Luna mengangkat satu alisnya ke atas saat Igel spontan memegang pipinya yang artinya Clara merasakan bahaya saat bersama dengan Igel.Sangat menarik.Luna tersenyum. Hal itu membuat Igel merasa malu. “Jika kau hanya ingin mengejekku sebaiknya me,nying,kir,lah dari jalanku?”“Kau yang menyapaku lebih dulu. Ingat!” Luna mendengus kesal. “Ngomong-ngomong mengapa kalian seenaknya memanggil Hadar dengan namanya dan kadang dengan sebutan Tuan?”“Sulit mendapatkan kepercayaan pria itu. Jadi jika kami kesal dan terdesak memanggilnya dengan sopan dapat