Home / Fantasi / Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis / 129th Story: Suasana yang Canggung

Share

129th Story: Suasana yang Canggung

Author: _yukimA15
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Huh? Ia sudah mengingat semuanya!?"

Erika mengangguk.

Mikhael pun tersenyum kaku, "Aku mengatakan padanya bahwa Viyura belum mengingat sepenuhnya."

"Maaf Mikha, aku lupa mengatakannya padamu karena aku terlalu bersemangat dan terus-terusan seringkali menemui Viyura!"

Mikhael tersenyum hingga matanya menyipit dikarenakan saat ia bisa melihat tunangannya yang sangat bersemangat memiliki seorang teman. Erika merasa heran dengan senyuman Mikhael yang sangat berbeda dari biasanya.

Mikhael mengatakan, "Yah, mau bagaimana lagi, kalau itu terserah pada mereka!"

Mikhael segera mencium kening Erika. Erika masih terdiam karena senyuman lembut Mikhael yang pastinya terlihat sangat lega akan suatu hal.

"Kenapa kamu tiba-tiba tersenyum seperti itu, Mikha?"

"Aku sangat senang karena kamu sangat bersemangat setelah memiliki teman pertamamu," ucap Mikhael.

Erika sedikit tersentak, lalu ia memberikan senyuman yang mirip seperti Mikhael tadi.

***

Aku di dalam kereta kuda bersama dengan Rean dan tentuny
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    130th Story: Kembali

    "Ada apa Lady!!? Apa anda demam!!?"Aku menggelengkan kepalaku, mulutku tertutup rapat dikarenakan bibirku yang saling menekan kuat."Mmmmmummmmummmmu...! Aku tidak tahan lagi! Aku mencintainya! Aku sungguh sangat sangat mencintainya!""Bagaimana ini Klea!? A, aku sangat senang! Aku bahkan tidak tahu apa yang harus aku katakan padanya! Dan apa yang harus aku lakukan! Aku sangat gugup!""Aku sudah lama tidak melihatnya...""Aku sangat senang melihatnya!"Melihat ekspresiku yang sangat terlihat manis baginya, Klea pun tersenyum canggung. Klea mengatakan, "Bagaimana kalau lady segera mandi, lalu segera istirahat? Untuk makan malam, aku akan membawakannya!"Aku mengangguk dan segera melepaskan pakaian Rean yang masih melekat di tubuhku. Klea tersentak saat melihat bekas kissmark yang ditinggalkan Rean sebelumnya. Aku menyadari tatapan Klea yang terus memperhatikan bekas merah tersebut."Ah, ini...""Lady Viyura sudah dewasa! Anda bahkan memakai pakaian seperti itu!" Ucap Klea dengan bers

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    131st Story: Tidak Ada Hal yang Perlu Ditangisi

    "Hem, kak Yu! Bagaimana kalau sekarang beradu sihir!?""Oke!"Benturan pedang kuat di saat terakhir lalu kami mundur untuk mencari posisi yang bagus untuk melancarkan serangan sihir kami. Aku dan Celzuru saling memahami kelebihan dan kelemahan dari sihir yang kami miliki. Sehingga kami banyak menghindar daripada menahan serangan yang datang.Croinel datang ke kediaman bersama dengan Senrionesse disaat pertarungan sengit antara aku dan Zu.Aku sering melakukan beberapa trik untuk memberikan serangan kejutan tetapi Celzuru dengan cepat menyadarinya. Aku menyadari evolusi dari kemampuan sihirnya.'Houwh, dari tadi kepekaannya terhadap serangan jauh lebih berkembang,' pikirku.Lalu, aku mengatakan, "Tidak hanya kamu yang semakin kuat dalam bertanding, Zu! Kamu tahu sudah berapa banyak aku meladeni mereka yang mengajakku berduel!?""Hanya segitu? Kak Yu tahu sudah berapa kali aku hampir mati selama bekerja!?""Bukankah itu salahmu sendiri karena meremehkan kemampuan orang lain!"Di malam y

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    132nd Story: Pengintai?

    Kami mengadakan pesta kecil di rumah kaca saat malam hari. Meja panjang sudah berisikan banyak hidangan yang tersebar dengan rapi, Beberapa teman-teman kami mengisi kursi kosong. Jesshiena Frossel juga datang. Selain itu, Finne, suaminya dan bayi mereka juga datang. Aku melihat Jesshiena menggendong bayi mereka dengan bersemangat.Tidak lama kemudian, Leitte datang bersamaan dengan Lina dan Riliana. Leitte langsung mengatakan kepadaku, "Lady Viyuranessa Roseary! Di luar gerbang kediaman kalian, aku melihat banyak orang yang mengintai. Awalnya, adikku yang menyadarinya.""Benarkah? Tapi, kemarin tidak ada tanda-tanda keberadaan orang lain... Coba aku lihat sebentar! Kalian duduk saja langsung!" Aku segera keluar dari rumah kaca ini dan pergi ke suatu tempat yang tidak mencolok, aku naik ke atas dengan kecepatan kilat dan mendarat di atap mansion. '...!''Benar kata Leitte.'Aku memperhatikan dua orang yang memakai jubah berwarna hitam yang duduk di atas dahan dari pohon yang berbeda

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    133rd Story: Hal Sulit

    Malah harinya, aku dan Celzuru kembali pulang setelah dari toko perhiasan tersebut. Saat kami turun dari kereta kuda, dua pembunuh berjubah tersebut menghadang jalan kami dengan bagian tajam pedang panjang yang ia arahkan ke leher kami."Jangan bergerak!""Kami mendapatkan dua perintah dan memilih salah satunya. Anda bersedia ikut dengan kami atau terbunuh di sini!?"Aku tidak bisa melihat jelas wajah mereka karena tudung jubah, bayangan dan tinggi badan mereka yang lebih pendek sehingga hanya terlihat bagian mulut."...?" Aku dan Celzuru hanya diam. Lalu, Celzuru mengetengahkan, "Menurut kak Yu, mau yang mana? Kayaknya mereka mengincar kakak bukan aku. Benarkah?"Kedua pembunuh tersebut terheran dengan wajah polos Celzuru. Mereka dengan canggung mengangguk.Dengan ekspresi datar aku mengatakan, "Lucu, Zu. Haha, aku tertawa.""Terima kasih. Aku ini memang Lucu, cantik, manis, dan baik hati!""Behh.""..." Kedua orang berjubah itu terdiam dan menunggu jawabannya.Aku menyadari salah s

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    134th Story: Kesibukan di Istana

    Rean menyadari hal yang ku pikirkan disaat aku menyentuh leherku dengan beberapa ujung jariku. Ia sedikit tersentak, lalu iris Red Diamondnya bergerak turun dan bergeser ke arah sebaliknya dari sosokku."Maaf, Yu... Aku tidak bisa mengendalikan emosiku.""Aku sangat marah karena berpikir nyawa yang terselamatkan oleh kakek akan terbuang sia-sia."Mataku sedikit menyipit. Aku hanya mengatakan, "Kamu... Tidak perlu minta maaf, Rean." Saat itu aku berpikir, 'Aku saja yang terlalu bodoh di masa itu...'Aku segera memasuki rumah tersebut. Menghindari pembicaraan dan hingga membuatku memikirkan kejadian di masa itu, aku menyibukkan diriku memperhatikan sekitarku. Rumah yang sederhana dan dari struktur rumah dan banyak perabotan yang terbuat dari kayu dan bebatuan.'Ia sudah mengawetkan bangunannya. Pohon yang digunakan untuk membangunkannya memang sangat kokoh. Aku yakin ratu Osfellia sangat terampil menggunakan sihirnya.''Mereka memilih melarikan diri...'Aku mencocokkan banyak kejadian

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    135th Story: Ucapan

    "Saya juga tidak sabar melihat anda pada acara besok, Lady!""Kami tidak sabar memanggil anda dengan sebutan Putri Mahkota!""Hn," aku mengangguk sambil tersenyum. "Terima kasih!"Kedua orang itu ikut tersenyum kemudian mereka kembali melakukan pekerjaan mereka dengan lebih bersemangat.***Setelah melihat kegiatan yang dilakukan para pekerja di aula ini sudah sempurna, aku segera pergi ke dapur dan membantu beberapa chef dalam membuat hidangan pada acara tersebut. Aku tidak ingin menghambat pekerjaan mereka jika aku berada disana. Jadi, aku hanya berdiri di tepi. Aku pergi ke dapur lain yang luasnya lebih kecil itu kosong, aku bahkan terpikirkan membuat sebuah dessert dan minuman dingin untuk mereka semua untuk mengisi kebosananku karena aku lihat mereka hanya mendapatkan makanan berat. Aku meminta seorang pelayan membaginya.Jam sepuluh malam, aku kembali ke kamar Rean. Aku berdiri di balkon dan memandangi langit malam. Saat itu aku berpikir, 'Aku harus mengucapkan selamat ulang tah

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    136th Story: Persiapan

    'Mungkinkah perasaannya terhadapku hanya rasa kagum dan itu bukan cinta?'***Pagi harinya, aku terbangun lebih dulu. Aku tersentak saat merasakan tangan yang melingkar di pinggangku. Kesadaranku langsung meningkat dan rasa kantuk menghilang, padahal aku baru bangun dari tidurku.Suara nafasnya terasa berbisik di telingaku. Wajahnya sangat dekat bahkan aku bisa merasakan dagunya menusuk di bahuku.Aku tersentak hingga wajahku memanas hingga semakin pipiku terasa berkedut. Aku bingung berbuat apa, saat itu juga gigiku menggigit pelan bibir bawahku.'Se, sejak kapan dia!?'Tubuhku menjadi kaku. Aku juga tidak mau terlalu banyak bergerak karena aku tidak ingin membangunkannya dan lepas dari pelukannya.'Aku ingin melihat wajahnya.'Aku bertekad memutar tubuhku hingga aku bisa berhadapan dengannya. Aku memperhatikan wajahnya yang selama ini ku rindukan. Tanpa sadar, aku menyentuh lembut wajahnya."Rean?"Rean menggenggam pergelangan tanganku. Aku tahu ia sudah terbangun semenjak aku mula

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    137th Story: Penobatan

    "Heh!?"Rean terpaksa mengikuti kemauan mereka. Aku memperhatikan raut wajah Celzuru, Jesshiena dan kemudian Rean. Lina yang sedang berada di sampingku, ia terdiam melihat aku bengong. Saat itu, aku berpikir, 'Bukankah tadi aku seharusnya tersenyum?''Kenapa aku tidak bisa?''Padahal, ia akhirnya sudah memilihku.'Aku memperhatikan raut wajah Jesshiena. Aku melihat mereka bahkan membicarakan banyak hal. 'Apakah ia masih mengharapkan cinta Rean?'Saat itu, Lina menepuk pundakku sehingga aku menoleh ke dirinya. Ia mengatakan, "Viyura! Aku yakin kamu adalah kandidat terbaik sebagai pendamping putra mahkota! Aku sudah yakin itu dari dulu! Jadi, bersemangatlah!"Aku tersenyum dan mengatakan, "Terima kasih, Lina!"***Acara penobatan putra mahkota dan putri mahkota dimulai. Banyak para tamu penting sudah datang ke aula besar istana ini. Aku datang memasuki ruangan besar ini bersama dengan Rean. Ia menuntun jalanku dengan tanganku yang melekat di atas telapak tangannya.Saat kami tiba, la

Latest chapter

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    159th Story: Lebih Terbuka

    "Hei, Rean! Kencan kita batal!" "Hah!? Oi, kenapa, Yu!?" Pria berstatus Putra Mahkota kerajaan Diamondver tersebut spontan memucat hanya karena kalimat tersebut. "Malezz, mau tidur! Sampai jumpa nanti!" Aku segera melangkah maju sehingga para Lady yang berada di hadapanku dengan senang hati bergeser kesamping untuk menyediakan jalan untukku lewat. Mereka segera menutupi jalan tersebut dan bersemangat lebih mendekat ke sosok pria itu. "Kalau begitu, kenapa anda tidak kencan saja dengan kami, Yang Mulia!?" "Lupakan saja wanita kasar itu!" "Iya! Ia sangat kejam, tidak cocok untuk menjadi permaisuri anda!" Rean yang sebelumnya masih shock, spontan berubah menunjukkan ekspresi wajahnya yang penuh intimidasi. "Kalian sangat berisik! Aku tidak peduli dengan kalian, yang ku inginkan hanya Viyuranessa Roseary! Dan, menyingkirlah!" Para Lady bersikeras tidak memberikan jalan. Dengan sihirnya, Rean membuat jalannya sendiri. Ia melangkah di jalan sama yang telah ku lewati. Aku

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    158th Story: Menjadi Kejam

    Zennofer turun dari ketinggian dan mengejutkan Riliana dan Celzuru di depan gerbang. "Gwaakhh!!!" "Maaf mengagetkanmu." Zennofer meminta maaf dengan gerakan formal. Celzuru memperhatikan pria yang belum pernah ia lihat itu, namun ia merasa kalau ia mengenalnya. "Ooooh! Hoi! Kamu! Apa kamu itu Zennofer?" "Siapa?" Zennofer terheran. "Aku adik kak Yu!" "Yu? Siapa itu?" "Itu! Aku Celzurunessi Roseary! Kakakku sudah menceritakan tentang kamu!" "Ooh!" Zennofer menjadi lebih bersemangat. "Kamu tahu tentangku!?" Zennofer di kejauhan melihat Ella sedang menghampiri Celzuru. Zennofer segera melarikan diri dengan kecepatan tinggi. "Kita bicara saja nanti, sampai jumpa adiknya Viyuranessa!" "Woi! Malah pergi.""Siapa yang kamu maksud, Zu?" Ella sudah tepat berada di belakang Celzuru."Kenalan kak Yu dari Lezarion." Saat itu Celzuru berpikir, 'Sepertinya kak Yu tidak ingin keluarga Kerajaan tahu tentangnya. Apalagi dia pembunuh salah satu keluarga mereka.'"Dia tiba-tiba m

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    157th Story: Turnamen

    "Lihatlah Lady Jenius itu, adiknya lebih berkarisma." "Lihatlah Lady Jenius itu hanya diam saja, apakah ia tidak bisa menari? Hem, bukankah tentunya pria mana yang ingin mengajaknya menari?" "Lihatlah Lady Jenius itu, gaun yang ia gunakan sama seperti yang ia gunakan pesta dansa kemarin. Apakah ia tidak memiliki banyak gaun sehingga menggunakan gaun usang itu lagi?" *** Saat aku masih kecil, aku pernah di kerumun oleh banyak lady seumuran denganku, mereka tidak henti mengatakan banyak kata hina yang membuatku kesal. "Lady Jenius! Kamu itu tidak berguna sebagai wanita bangsawan! Apa itu dengan gaunmu itu!? Usang!" "Betul itu! Contohkan saja adikmu itu! Lihatlah mana yang lebih baik! Bukankah lebih baik kamu menjadi rakyat jelata saja? Hahahaha!" "Setiap pesta menggunakan pakaian ini terus. Bukankah keluargamu kaya? Adikmu bahkan selalu memakai pakaian model bagus dan terbaru." "Bukankah Lady Jenius sama sekali tidak dicintai keluarganya?" "Hahahaha!" Mereka tertawa. Melihat me

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    156th Story: Kelemahan

    "Oh, itu benda yang kamu maksud. Aku juga baru kali ini melihatnya secara langsung.""Aku sudah meminta Derald melakukan penelitian yang berhubungan dengan hal ini.""Kamu sudah memikirkan hal itu? Aku pernah memberi saran tentang hal ini kepada Raja. Sepertinya, mereka sulit memahaminya.""Aku sudah membaca semua saran yang kamu tuliskan kepada ayahku sebelumnya. Aku akan merealisasikan semuanya. Karena itu... Bukankah kamu seharusnya lebih mengandalkan diriku daripada mereka?" Rean menunjukkan seringai yang seolah-olah mengejek keputusanku yang sering mengandalkan orang lain dibandingkan dirinya. Aku segera mengalihkan arah pandangan."Ya, bagaimana lagi? Kamu itu terlalu sulit didekati! Jalan pikiranmu itu sulit diprediksi," ucapku sambil membuang muka.Wajahku kembali datar. Aku terdiam dan berpikir, 'Ia akan merealisasikan semua yang ku pikirkan... Aku merasa senang.'Ia tercengang melihat raut wajahku yang berubah. Dari tanpa ekspresi menjadi bersemangat bahkan dihiasi dengan s

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    155th Story: Mata-mata

    Aku segera berbalik dan melangkah pelan menuju ranjang. Suasana sunyi ini hanya terdengar langkah pelan kakiku.'Aku tidak seharusnya mengganggunya. Tapi setidaknya, aku berharap bisa meringankan bebannya.''Aku juga tidak bisa memintanya ikut serta dalam hal ini... Dan masalah yang belum usai ini, aku akan mengandalkan diriku sendiri dan ada beberapa orang yang ku percayai. Aku tidak sendirian di kesempatan yang ia berikan ini!''Ia cukup melangkah di jalannya tanpa memperhatikan diriku.'Saat Rean melihatku, ia tersentak saat melihatku terdiam, sedikit murung dan hanya tenggelam di pikiranku.Ia berpikir, 'Heh!? Apa yang membuatnya murung? Apakah ada kesalahan kata yang ku ucapkan? ...' Rean tersenyum kaku saat menyadari suatu hal.'Oh! Bukankah barusan aku menolak permintaannya?'Aku terheran saat aliran angin mulai mengelilingi tubuhku. Aku terangkat ke udara dan melayang hingga aku terduduk di sofa. "Kamu di sini saja, Yu!"Aku mengerutkan dahiku. 'Apa sih yang ia mau!?'Menghel

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    154th Story: Perdebatan

    "Aku masih belum kalah, Rean!"Dengan kekuatan sihir listrikku, aku menyambung serpihan pedang yang hancur hingga pedang tersambung kembali dan utuh. Semua orang tercengang dengan hal tersebut termasuk dirinya. Aku berhasil menahan serangannya.Rean menyeringai. "Hee..."Aku memperketat ikatan molekul pedangku, ujung pedangnya yang memberikan tekanan yang kuat tidak mampu membuat pedangku hancur kembali. Ia semakin memberikan tekanan yang kuat hingga pedangnya yang hancur."...!?" Mata merahnya sedikit lebih terbuka."Rean bodoh!"Rean pastinya kalah saat ujung pedang yang ku pegang ini hampir mengenai lehernya. Ia mengangkat kedua tangannya sebagai tanda kekalahannya "Haha! A, aku menang!" Aku tersenyum lebar dengan nafas yang masih ngos-ngosan."Ya, aku kalah... Selanjutnya, aku tidak akan kalah.""Lagipula ini hanya pertandingan bersyarat.""Tapi, tetap saja aku kalah.""Padahal kamu bisa menghancurkan pedangku jika pedangmu itu dialiri bor angin misalnya. Kamu saja yang lambat men

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    153rd Story: Pelatihan

    Di koridor istana yang tentunya sangat luas dan panjang, aku berjalan dengan langkah kaki yang cepat. Rean menyamankan langkah kakinya di belakangku."Menyebalkan! Bisakah kamu tidak mempermalukanku!?""Aku hanya mau melihat ekspresi wajahmu yang lucu itu seratus persen. Itu sangat manis, Yu!""Huh!!?" Aku merasa semakin malu hingga langkah kakiku jadi semakin cepat. Rean terkekeh dan kemudian tertawa. "Hahahaha...""Jangan menertawaiku! Menyebalkan! Sana kembali melakukan pekerjaanmu!""Tidak mau..."Saat akan berbelok, aku hampir tertabrak dengan seorang pria berambut pirang. Untungnya aku sudah berhenti melangkah."Nean?""Selamat siang, Putri Mahkota!""Bisakah kamu memanggilku seperti biasanya? Kita tidak dalam kegiatan formal sekarang."Aku melihat senyuman tipis dari Nean. Ia mengatakan, "Ya. Aku hanya ingin mencoba memanggilmu dengan gelar itu."Aku dengan bersemangat menepuk-nepuk bahu Nean. "Haha! Kamu nanti bahkan akan memanggilku kakak ipar! Aku jadi kakakmu, padahal umur

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    152nd Story: Buku Diary

    'Hentikan aku, Viyuranessa!'***Aku dan Rean telah tiba di istana. Rean meletakkan tubuhku ke ranjang dengan hati-hati. Ia duduk di sebelahku dan mengusap wajahku yang mana saat itu aku sedang tertidur pulas."Aku akan mengerahkan semua kemampuanku demi dirimu, Yu...""Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.""Aku akan menghancurkan belenggu-belenggu itu!"Ia mengambil beberapa helai rambut perak kebiruanku dan mengecupnya. Ia menyeringai yang menunjukkan raut wajahnya yang sangat bersemangat saat ia berpikir ia memenangkan dalam keberhasilannya memiliki diriku.Ia keluar dari kamarnya untuk menemui Rennel. Mereka membicarakan banyak hal hingga Rennel mengatakan informasi penting kepada Rean."Ada kabar penting dari Paduka Raja Leondeandel. Ia ingin segera mengatakan langsung kepada anda, Yang Mulia."Aku tidur semalaman. Aku terbangun saat fajar. Aku memperhatikan pakaianku sudah berganti menjadi pak

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    151st Story: Tidak Ingin Melepaskan Diriku

    Mendengar semua cerita yang diucapkan dari mulutnya, aku terdiam. Saat itu, aku menundukkan kepalaku sambil mengambil ikan yang telah matang dipanggang. Suasana canggung saat kami memakan ikan tersebut karena tentunya aku terdiam meskipun pandangannya tidak lepas dari diriku.Aku berpikir, 'Setelah tahu semuanya, aku jadi bingung harus melakukan apa...''Ia benar-benar mencintaiku...''Aku jadi merasa bersalah karena tidak menyadari perasaannya padaku. Aku malah selalu kabur, mau berapa kali pun ruang dan waktu berganti, aku masih tidak berubah!''Apakah aku harus tetap seperti ini!?''Kalau ia memang benar-benar menginginkan diriku. Bagaimana bisa aku menolak keinginannya yang bahkan merupakan harapanku selama ini?Setelah perutku merasa cukup, aku segera berdiri. Aku melangkah dan berdiri tegak di dekat sungai. Aku segera melepaskan gaunku dan menyisakan pakaian dalamku. Rean hanya terkejut kenapa aku tiba-tiba melepaskan pakaianku.Aku segera nyebur ke

DMCA.com Protection Status