Meski Mona terus bertanya dan berbicara, Bella terlihat tenang menghabiskan makanannya. Dia juga membiarkan pelayan membersihkan meja memastikan putrinya kenyang baru melihat ke arah wanita yang masih duduk di hadapannya menunggu dia berbicara.
"Ada apa, Kau menemuiku?" pertanyaan pertama Bella mengejutkan Mona."Aku sudah bicara panjang lebar bertanya semuanya, bahkan tidak ada yang kamu jawab?" protes Mona."Kalau begitu aku pergi.""Eh tidak tunggu dulu, La?" cegah Mona menghentikan Bella yang hendak pergi.Bella duduk mencoba mendengarkan apa yang akan dikatakan Mona. Sekarang wanita itu malah menjadi ragu, dia tidak mengira jika bicara pada Bella membuatnya sesulit itu merangkai kata hanya sekedar menyapanya saja."Bagaimana kabarmu, orang rumah dan kamu sedang apa di sini?""Seperti yang kamu lihat, aku baik-baik saja. Orang rumah yang mana kau maksud, tidak kah kamu lihat kalau kami sefang makan datang ke sini?" balas Bella."Ah iya, maksudku ... Kamu minggat?" Mona melihat dua koper di samping Bella."Lebih tepatnya aku di usir.""Apa, apa orang tuamu setega itu mengusir putrinya?""Bukan mereka, tapi keluarga mantan suamiku," jelas Bella."Kamu sudah menikah?" Mona semakin terkejut mendengarnya.Mona tertegun mendapati Bella menatapnya tajam."Wajah cantik sepertimu yang paling aku ingat di keluarga!" seru Mona terkesan menerima sikap Bella yang tidak pernah terbuka pada siapapun."Apa yang sedang Tante lakukan?""Hahaha, Kamu selalu berbicara lugas."Alih-alih menjawab, Mona melihat ke arah dua koper bawaan Bella. "Kalian mau kemana?" tanyanya."Aku sedang cari tempat tinggal," jawab Bella malas."Kontrakan. Untuk apa, dia siapa?" Mona tidak menyadari jika Aria adalah anak Bella."Dia anakku!" jawab Bella."Anak, kapan Kamu menikah?" Mona menahan tawa canggung."Yang ada kapan kamu kembali, masih hidup ternyata?""Hahaha, pedasnya bicaramu pasti Bella namanya!" tawa Mona.Tidak ada tanggapan dari Bella, Mona berhenti tertawa dan kembali melanjutkan obrolannya."Jadi?""Aku sedang cari tempat tinggal dan jangan banyak bertanya," tegas Bella."Ck, Kamu ini masih saja sejudes ini. Aku tinggal di dekat sini ada juga tempat yang kosong Kalian tinggal saja di sana," ucap Mona."Tinggal?" tanya Bella."Iya sepetak," angguk Mona.Bella berpikir sejenak, dia melihat ke arah Aria yang terlihat sudah kelelahan mencari tempat tinggal. Apalagi mereka memang belum istirahat pasca kembali dari rumah sakit menemani ayahnya yang ternyata malah meninggal.Mona mengerti situasi saat ini tidak mungkin Bella akan percaya padanya. Apalagi dengan kebaikannya yang tiba-tiba."Bagaimana kalau begini saja aku akan memberikan kamu satu tempat dengan uang sewa yang tidak terlalu tinggi untukmu.""Hmm." Bella menatap penuh tanya.Mona terdiam memikirkan bagaimana pamannya pernah menitipkan Bella padanya dulu. Tapi dia tidak mengira kalau ternyata keponakannya itu sedang dalam kesulitan saat ini."Memang kemana suamimu?" Mona memberanikan diri bertanya."Dia meninggal tadi malam," jawab Bella.Mona tertegun mendengar sembari melihat ekspresi Bella mengatakannya tanpa menunjukan kesedihan apapun padahal tanah kuburan suaminya masih belum kering dan sekarang Bella terlihat santai bahkan makan d restaurant terbaik yang cukup memakan biaya."Kau ....""Aku tidak akan pergi jika pembahasan tentang suamiku," sela Bella menegaskan.Reaksi Bella yang begitu tidak mau mengatakan apapun tentang rumah tangganya membuat Mona hanya menghela nafas. Memang bukan bagiannya untuk mencaritahu tentang Bella dan suaminya."Lalu, kalian mau kemana?""Aku akan mempertimbangkannya," jawab Bella."Aku beri Kamu harga termurah, ikut saja denganku jika kamu tidak berpikir untuk kembali ke rumah orang tuamu."Lama Bella berpikir, dia melihat Aria tengah menahan diri. "Pergilah, bukankah kamu harus ke toilet?"Aria terkejut mendengar ibunya tahu apa yang sedang dia rasakan, menunggu ibunya mengajaknya untuk keluar dari sana memang membutuhkan waktu lama apalagi mereka masih membicarakan banyak hal saat ini."Aria mencari toilet dulu, Bu."Bella mengangguk membiarkan putrinya pergi ke toilet. Dia kembali menatap Mona yabg sedang meminum kopinya yang baru saja datang."Apa Kau akan memberitahu orang tuaku tentang aku tinggal di tempatmu?" tatap Bella.Mona tertegun mendengar pertanyaan Bella yang dimana apa yang sempat dia pikirkan akan memberitahu orang tua Bella tentang dia yang bermasalah dengan rumah tanggantnya."Aku tidak akan melakukannya jika Kau memberitahuku tentang masalahmu," balas Mona, dia senang bisa menekan Bella yang keras kepala."Aku di usir mertuaku dan tidak mendapatkan apapun," jelas Bella tanpa ragu."Apa mereka gila! Bukankah ada anak di antara kalian, seharusnya bagian putrimu itu mutlak?" Mona ikut kesal mendengarnya."Apa Kau masih akan memberitahu mereka?" tatap Bella.Mona berpikir sejenak, dia tidak tahu jika Bella memiliki kehidupan yang rumit hingga dia harus mencari tempat tinggal sendiri dengan anak gadis yang menjadi tanggungannya."Aku pikir Kau memiliki kehidupan yang baik mengingat wajahmu yang cantik," ucap Mona."Apa Kau sedang mempertanyakan keberuntunganku?" tatap Bella."Haha, mana mungkin! Kau adalah wanita paling beruntung dengan paras dan kecerdasan yang menakjubkan. Hanya mereka yang bodoh, mengabaikanmu tanpa pertimbangan." Mona pikir dia sudah mulai membaik bicara dengan Bella sesantai itu."Ikutlah denganku, kau boleh melakukan apaoun yang kamu mau. Lakukan sesukamu di sana," ajak Mona.Bella akhirnya memilih ikut bersama Mona berjalan keluar dari sana bersama dengan Aria yang begitu penurut membuat Bella merasa bersalah pada anaknya itu.Aria meraih tangan ibunya menggenggam erat tanpa ragu. Bella merasa jauh lebih baik, ketika Aria memahami apa yang sexang dia khawatirkan tentang putrinya yang terpaksa harus hidup di lingkungan baru. Hal yang lebih mengejutkan ketika ternyata Mona tinggal di sebuah komplek yang cukup bagus dengan beberapa rumah dari beberapa unit dan luasnya area milik tantenya membuat Bella mengagumi tantenya tanpa di duga."Bu, ini luas sekali!" seru Aria berjalan lebih dulu dari mereka.Langkah kaki mereka memperhatikan perumahan yang cukup besar, cukup membuat mereka menyadari jika Mona bukan seperti yang dia duga."Aku ajak kalian ke yang paling ujung," ucap Mona.Masuk ke dalam sebuah rumah yang lebih cukup menurut Bella hingga dia mendapatkan fasilitas yang juga dapat dia gunakan."Ini kuncinya, mulai sekarang kalian yang merawat. Nanti datang ke rumah utamaku, kita bicarakan sesuai harga yang kau punya."Bella mengangguk, dia melihat Mona yang tidak terdengar menikah sekarang malah memiliki kehidupan yang di luar dugaan. Menjadi wanita kaya dan cukup di segani orang-orang yang berpapasan dengannya tadi."Nenek kaya ya Bu!" seru Aria.Bella hanya mengangguk, meski begitu dia tetap harus menerima ketentuan harga sewa yang belum di pastikan. Dia tahu tidak mungkin tempat sebagus itu di hargai dengan jumlah yang murah."Aku harus cepat dapat pekerjaan," ucap Bella."Aria temani mencarinya Bu!" seru Aria."Kita akan ke sekolahmu, tidak ada acara ikut mencari pekerjaan," tegas Bella.Bella khawatir tentang putrinya yang tinggal di lingkungan yang salah jika harus melewati hari dan malam yang sulit seperti sekarang. Dia berpikir keras sambil keluar dari rumah tantenya. Wanita tua itu memang sangat merepotkan jika Bella tidak waspada. "Apa Kau keponakan mami?" pertanyaan dari seorang gadis yang hanya mengenakan celana pendek dan kaos ketat berjalan mendekat. "Hmm." "Perkenalkan, aku Lisa." Dia mengulurkan tangan untuk berkenalan dengan wajah cerianya."Bella," sahut Bella. "Kau tinggal di sebelah tempat tinggalku, jangan sungkan ya!" seru Lisa. "Tentu." Bella berlalu pergi menuju kontrakannya. Meski di jawab dengan lugas, tapi Lisa tampak menyukai Bella dari raut wajah yang bersemangat tersenyum mengikuti Bella. Sadar diikuti, Bella berhenti berjalan. "Aw!" rintih Lisa menabrak punggung Bella. "Apa yang sedang Kau lakukan?" tanya Bella. "Aku kan juga mau ke tempatku." "Hmm, jalan di depan," tegas Bella. Lisa berjalan melewati Bella sambil mengamati setiap
Bella masuk ke dalam rumah sambil memegang dadanya yang berdegup kencang akibat berlari, bahkan dia tidak mengkhiraukan orang-orang yang melihatnya berlari begitu saja. "Aku malah bertemu pria mesum yang lebih mengerikan," rutuk Bella menghela nafas. "Apa Ibu tidak tidur?" suara Aria mengejutkannya, dia berjalan mendekati anak gadisnya yang terbangun mendengar ibunya masuk sambil menutup pintu dengan keras. "Apa ibu membangunkanmu?" balas Bella. "Aku hanya kaget saja ibu menutup pintu." "Kembali tidur, besok masih harus sekolah kan?" Aria mengangguk kembali tidur meski ibunya masih duduk di hadapannya. Bella merutuki pria yang menariknya tadi, padahal dia berniat untuk melihat apa saja yang dilakukan tantenya hingga ada begitu banyak pelanggan pria berdatangan dan juga para wanita yang ikut berpasangan keluar masuk membuat dia merasa risih mengetahuinya. "Apa dia masih waras membuka tempat seperti ini apalagi ada anakku di sini?" rutuk Bella menyesal setuju untuk tinggal di tem
Suasana menjadi aneh dirasakan Bella ketika dia berada di dalam satu ruangan dengan pria yang membuatnya tidak nyaman saat ini. Selain keberadaan Noah yang tidak dia sukai, ada juga tatapan dari wanita tadi yang sempat di tolak Noah tergantikan olehnya."Apa si tukang menggigit hanya bisa menggigit?" pertanyaan Noah membuat Bella kesal. Ingat Bella sedang bekerja, kenyamanan pelanggan adalah tugas utama yang harus dijaga olehnya. Bella menarik nafas mencoba untuk mengabaikan Noah setelah menaruh minumam dia berencana untuk kembali keluar tanpa harus berurusan dengan Noah. Ketika diabaikan, Noah mengerutkan dahi sambil merasa heran ada wanita yang bahkan menolak bertatapan dengannya. "Kau wanita apa bukan hah?" teriak Noah. "Mungkin Anda rabun jika tidak tahu jenis apa saya, Tuan," cetus Bella. "Hah, rabun? Kau ...." "Saya permisi," sela Bella pamit. "Hei, siapa yang menyuruhmu keluar hah!" teriak Noah mulai kesal. bella berhenti berjalan menoleh ke aah Noah yang tertegun mendapa
Di lain tempat dalam perjalanan pulang, Noah memikirkan apa yang dikatakan Bella selama masuk dan duduk di kursi mobil. Dia tidak menghiraukan apalagi menjawab pertanyaan sekretarisnya. Leo kebingungan apa yang terjadi dengan tuan mudanya padahal belum lama dia pergi dan Noah berada di bar ruang privat yang sudah dia sediakan, tapi Noah keluar sambil mendengys kesal dan terdiam setelahnya. "Apa menurutmu aku gila kehormatan?" Mendengar pertanyaan Noah yang tiba-tiba, Leo menoleh sambil memikirkan maksud dari tuan mudanya. "Bukan Anda yang gila hormat, Tuan. Tapi mereka yang merasa harus menghormati Anda karena Anda layak mendapatkannya," jelas Leo. "Apa hal itu penting?" Leo mengerutkan dahi, pertanyaan Noah semakin membuatnya kebingungan dari mana Noah mendapatkan deretan pertanyaan itu, padahal dia baru saja bersenang-senang dengan para wanita. "Untuk Anda yang sukses, itu harus Tuan." Leo berusaha mengimbangi pertanyaan Noah. "Apa Kau menyukai hal itu?" tanya Noah lagi. Leo
Bella sedang menghitung jumlah tabungan miliknya, dia memikirkan pengeluaran dan juga kebutuhan Aria yang semakin besar. Dia kebingungan harus mencari pekerjaan tambahan kemana lagi, sedangkan satu kerjaan saja belum ada yang membantunya. Seketika ingat masa di mana Rafa selalu tahu apa yang sedang dipikirkan Bella, dia melihat lagi ke arah putrinya yang sudah tidur pulas di atas tempat tidur kecil meski cukup untuk berdua, tapi itu jauh berbeda dari dulu. "Bagaimana aku bisa membuat ini lebih baik dari sebelumnya?" gumam Bella.Merasa kesulitan menghadapi hari yang berat dengan pekerjaan yang sudah dia lalui. Menjadi pelayan cafe tidak sulit, tapi yang membuat dia berat ketika ada banyak tamu yang memperlakukannya dengan tidak baik. Terlebih lagi, dia juga takut jika putrinya tahu dan akan merasa malu jika ibunya bekerja sebagai pelayan di tempat hiburan.Bella mengela nafas tidak tahu harus melakukan apalagi agar dia bisa dapat penghasilan yang sepadan dengan kebutuhannya. Sebuah ket
Perasaan tak tentu dirasakan Bella ketika dia dalam perjalanan kali ini bersama lima wanita lainnya yang sibuk mempercantik diri, dia duduk di mobil berbeda dengan tantenya, bersama mereka yang biasa melayani pria. "Apa aku salah melakukan ini? Bagaimana kalau aku malah mengacaukan putriku," batin Bella bersandar sambil melihat jalanan yang asing baginya.Tidak ada yang mengajak Bella untuk berbicara, mereka hanya melontarkan tatapan merasa asing dengan kehadiran Bella diajak oleh Mona ke tempat penting kali ini. Sebenarnya dalam pikiran Bella hanya ada tentang putrinya dan segala resiko yang akan dihadapi jika anak gadisnya itu tahu tentang apa yang sudah diambil langkahnya kali ini.Perjalanan yang cukup panjang membuat dia merasa lelah, para wanita yang sudah dari 1 jam lalu berdandan dan mempercantik diri juga merasa kebosanan dan tidak jarang dari mereka yang merutukii perjalanan hingga harus mengoles ulang riasan mereka. Saat Bella melihat ke arah jendela mobil dia merasa kendar
Berdua di dalam kamar bersama dengan seorang pria yang memiliki reputasi besar di kota, membuat Bella berpikir keras duduk di samping Noah yang juga ikut duduk terdiam tanpa berbicara mendengarkan penegasan Bela. Dia menunjukkan sebuah plastik obat di tangannya lalu menoleh ke arah Noah yang juga memperhatikan tangan Bella."Apakah Kamu tahu obat apa ini, apa yang harus aku lakukan dengannya?" tanya Bella.Noah meraih plastik obat yang dipegang oleh Bella lalu memperhatikannya. "Mungkin Kamu harus meminumnya," ucap Noah."Kamu tahu, seumur hidup aku tidak pernah minum obat. Meskipun aku sakit sekalipun, bolehkah aku tidak meminumnya?" "Kalau begitu, jangan meminumnya buang saja," tegas Noah."Bagaimana kalau Kamu yang meminumnya?" tanya Bella lagi."Aku tidak suka minum obat tanpa segelas susu hangat dihadapanku," ucap Noah.Bella mengerutkan dahi dia menyesal tidak mendengarkan dengan jelas perkataan Mona tadi, dia berpikir keras hal apa yang harus dia lakukan. Bella menoleh kembali
Di dalam kapal, Mona panik mengetahui jika Bella tidak ada di ruangannya. Malah tuan muda Ivanov kedua juga tidak ada di sana membuatnya kehilangan kesempatan untuk mendapat klien besar kali ini. "Apa wanita itu kabur sebelum bekerja?" tanya salah satu pria. "Dia buta arah, tidak mungkin punya keberanian kabur! Makanya aku berani ajak dia karena dia tidak akan berani jauh dariku." Mona kesal dengan penjaga yang bertugas di ruangan Bella. Mereka sibuk mencari keberadaan Bella sampai memeriksa bagian kamera pengawas tidak ada tanda Bella keluar dari sana. Lama mencari juga membuat Mona kelelahan dan memilih pergi dari sana setelah pesta selesai. "Apa tuan muda kedua Ivanov ada?" tanya Mona. "Dia tidak datang, Nyonya." Mona mengerutkan dahi, dia pikir sempat mendengar kalau Ivanov kedua datang dan pergi bermain dengan teman-temannya atas perintah tuan besar. Tapi bagaimana bisa kamera pengawas tidak tahu kedatangannya. Mereka memutuskan untuk pulang meski tidak ada Bella bersama ke