Di lain tempat dalam perjalanan pulang, Noah memikirkan apa yang dikatakan Bella selama masuk dan duduk di kursi mobil. Dia tidak menghiraukan apalagi menjawab pertanyaan sekretarisnya. Leo kebingungan apa yang terjadi dengan tuan mudanya padahal belum lama dia pergi dan Noah berada di bar ruang privat yang sudah dia sediakan, tapi Noah keluar sambil mendengys kesal dan terdiam setelahnya.
"Apa menurutmu aku gila kehormatan?"Mendengar pertanyaan Noah yang tiba-tiba, Leo menoleh sambil memikirkan maksud dari tuan mudanya."Bukan Anda yang gila hormat, Tuan. Tapi mereka yang merasa harus menghormati Anda karena Anda layak mendapatkannya," jelas Leo."Apa hal itu penting?"Leo mengerutkan dahi, pertanyaan Noah semakin membuatnya kebingungan dari mana Noah mendapatkan deretan pertanyaan itu, padahal dia baru saja bersenang-senang dengan para wanita."Untuk Anda yang sukses, itu harus Tuan." Leo berusaha mengimbangi pertanyaan Noah."Apa Kau menyukai hal itu?" tanya Noah lagi.Leo terdiam, dia tidak bisa mengatakannya meski dia memang tidak menyukai hal seperti itu dengan berlebihan seperti apa yang sering dia lihat terhadap Noah.Noah juga ikut terdiam, dia mengerti jawaban Leo dan membenarkan ucapan Bella tentang tidak mudah untuk menghentikan mereka yang berburu perhatiannya hingga melakukan hal seperti penghormatan dan penyambutan berlebihan."Untuk seterusnya aku tidak ingin ada yang berbaris menyambut aku di kantor," tegas Noah.Leo terkejut mendengarnya, dia hanya mengangguk tanpa berbalik mempertanyakan penegasan Noah yang tiba-tiba tidak menyukai penyambutan rutin yang dilakukan orang-orang di kantor dan bawahannya yang lain.Meaki penasaran perubahan Noah terdengar membuatnya ingin tahu alasan Noah menghentikan kegiatan sakral penyambutan dan penghormatan kepadanya tiba-tiba.Noah juga ingat perkataan Bella tentang seorang pria yang gila kebersihan jauh lebih baik dari pria yang bermain di sebuah bar dengan deretan para wanita membuatnya semakin berpikir keras hingga dia melihat sebuah kotoran debu di tepi mobil membuatnya mengerutkan dahi dan berbicara."Untuk selanjutnya aku tidak mau ada debu sedikitpun di dalam mobil pribadiku," tegas Noah lagi.Leo tidak percaya banyak hal yang terjadi di alami oleh Noah hingga membuat dia belum sempat mencari tahu tentang hal yang membuat Tuan mudanya berubah dalam waktu singkat.Bukan hanya itu saja, setelah sampai di rumah. Noah memerintahkan beberapa pelayan untuk membersihkan rumah dan halaman terutama kamar agar tidak ada debu sedikitpun yang terlihat. Malah, Noah juag membicarakan tentang mengubah dekorasi rumah agar tidak terlihat ramai dengan pajangan dan vas bunga beserta barang antik terlihat.Noah hanya menegaskan mulai saat ini mereka harus mengutamakan kebersihan tanpa membuat dia terganggu. Dia tersenyum tipis, saran dari seorang wanita untuk menjadi penggila kebersihan lebih baik dibanding menjadi pria yang memiliki banyak selera bergonta-ganti wanita."Aku tidak mau ada kekurangan apapun dan besok semua harus sesuai kataku," penegasan Noah dibalas anggukan Leo.Leo yang mendengarnya, merasa sesak. Dia harus lembur malam itu dan memperhatikan para pelayan dan anak buahnya bekerja keras."Kapan aku punya waktu dengan seorang wanita. Jika setiap kali berusaha malah mendapat lemburan setiap hari," gumam Leo berbalik hendak bicara."Hari ini kalian bekerja sama melakukan perintah Tuan, besok istirahat bergiliran."Perintah Leo sama artinya perintah dari pemilik rumah. Dia berencana untuk mencaritahu alasan dari mama Noah bisa menjadi seperti itu, peduli akan hal kecil walau hanya sekedar debu saja membuat Noah berbicara banyak tidak seperti biasa.Di kamar Noah menyesal tidak bertanya tentang wanita di bar, sebuah nama juga tidak dia ketahui selain wajah dan cara bicaranya yang pedas."Dia berani mengatakan aku tidak normal, hahaha." Noah tertawa sambil merebahkan tubuh di atas ranjang.Suasana hati Noah rumit, dia terpikirkan setiap ucapan Bella dengan tatapan tajamnya, tangan yang sempat digigit juga Noah lihat hanya tersenyum mengingatnya.Noah tidak peduli tentang apa yang terjadi di kediamannya, dia hanya mau sesuatu hal yang baru terjadi begitu saja. Terlebih lagi dia memang merasa tidak begitu menyukai banyak orang yang berlomba untuk mendapat perhatiannya terutama dalam hal berbisnis.Saat bangun di pagi hari, Noah keluar dari kamar dia merasa sekretarisnya melakukan tugas dengan baik. Sudah idak ada pelayan yang menyambut dia di depan pintu kamar seperti biasa, untuk menyapa dan menghormatinya memperhatikan segala. Kebersihan di setiap ruangan juga dia periksa, Noah tersenyum tipis hingga dia sampai di lantai bawah menghampiri ruang makan dengan niat untuk sarapan di pagi hari.Meski suasana hatinya sedang baik, tapi Noah yang pemilih dalam selera makanannya masih saja tidak senang saat mendapati beberapa makanan yang tidak dapat diterima oleh mulutnya pelayan dan juga juru masak tampak terlihat ketakutan setiap kali Noah terlihat diam saat makan, benar saja pria itu sama sekali tidak melanjutkan sarapannya dan pergi tanpa kata.Leo berpapasan dengan Noah yang pergi tanpa sarapan. Dia menghampiri meja makan serta bertanya. "Tuan masih menolak makanan buatan rumah?"Pertanyaan Leo dibalas anggukan pelayan dan koki bersamaan. Leo mengernyit, dia tidak tahu harus dengan cara apa agar Noah bisa rutin makan, terutama sarapan. Padahal malam harinya, dia hanya sedikit mencicipi masakan restaurant meski tidak berselera. Memiliki lidah yang tidak pernah menemukan makanan yang sesuai dengan pengecapnya membuat Noah kesulitan mendapatkan makanan yang tepat hanya sesekali makan untuk mencicipinya tanpa melahapnya dengan baik.Leo berjalan menghampiri Noah yang sedang memakan kacang kupas dari toples sambil membaca koran hari ini. Dia duduk bersebrangan dengan tuan mudanya."Apa Anda masih tidak memaksakan untuk sarapan, Tuan?" tanya Leo."Nanti siang pasti akan memakannya.""Pagi dan siang itu berbeda, Tuan!" protes Leo merasa heran."Aku tidak mengatakan itu sama," balas Noah tidak memalingkan perhatiannya dari surat kabar yang sedang dia baca."Tapi Anda ....""Siapkan mobil, kita ada pertemuan dengan menteri pendidikan kan?" sela Noah.Leo menarik nafas mencoba untuk tidak terbawa suasana ketika tuan mudanya saat ini mulai mengurangi emosinya setelah dekorasi rumah sesuai seleranya dan juga mengamati kebersihan secara berlebihan membuat dia merasa heran."Saya akan melakukannya, Tuan." Leo berdiri dan pergi menyiapkan mobil.Noah yang sedang berpikir sejenak, dia bwrencana untuk ke tempat Mona. Berharap ada gadis yang sudah membuatnya menjadi diri sendiri tanpa risih dengan mereka."Aku akan mencarinya," ucap Noah.Seketika dia merutuki dirinya sendiri. "Kenapa aku mengatakannya?" Noah berjalan untuk membersihkan diri untuk bersiap pergi, dia harap bisa bertemu dengan wanita itu dan tahu namanya sudah cukup baginya. Dia bersemangat setiap kali mengingat wanita itu bicara tanpa merasa ragu memarahinya. Noah merasa wanita itu cukup menarik baginya.Bella sedang menghitung jumlah tabungan miliknya, dia memikirkan pengeluaran dan juga kebutuhan Aria yang semakin besar. Dia kebingungan harus mencari pekerjaan tambahan kemana lagi, sedangkan satu kerjaan saja belum ada yang membantunya. Seketika ingat masa di mana Rafa selalu tahu apa yang sedang dipikirkan Bella, dia melihat lagi ke arah putrinya yang sudah tidur pulas di atas tempat tidur kecil meski cukup untuk berdua, tapi itu jauh berbeda dari dulu. "Bagaimana aku bisa membuat ini lebih baik dari sebelumnya?" gumam Bella.Merasa kesulitan menghadapi hari yang berat dengan pekerjaan yang sudah dia lalui. Menjadi pelayan cafe tidak sulit, tapi yang membuat dia berat ketika ada banyak tamu yang memperlakukannya dengan tidak baik. Terlebih lagi, dia juga takut jika putrinya tahu dan akan merasa malu jika ibunya bekerja sebagai pelayan di tempat hiburan.Bella mengela nafas tidak tahu harus melakukan apalagi agar dia bisa dapat penghasilan yang sepadan dengan kebutuhannya. Sebuah ket
Perasaan tak tentu dirasakan Bella ketika dia dalam perjalanan kali ini bersama lima wanita lainnya yang sibuk mempercantik diri, dia duduk di mobil berbeda dengan tantenya, bersama mereka yang biasa melayani pria. "Apa aku salah melakukan ini? Bagaimana kalau aku malah mengacaukan putriku," batin Bella bersandar sambil melihat jalanan yang asing baginya.Tidak ada yang mengajak Bella untuk berbicara, mereka hanya melontarkan tatapan merasa asing dengan kehadiran Bella diajak oleh Mona ke tempat penting kali ini. Sebenarnya dalam pikiran Bella hanya ada tentang putrinya dan segala resiko yang akan dihadapi jika anak gadisnya itu tahu tentang apa yang sudah diambil langkahnya kali ini.Perjalanan yang cukup panjang membuat dia merasa lelah, para wanita yang sudah dari 1 jam lalu berdandan dan mempercantik diri juga merasa kebosanan dan tidak jarang dari mereka yang merutukii perjalanan hingga harus mengoles ulang riasan mereka. Saat Bella melihat ke arah jendela mobil dia merasa kendar
Berdua di dalam kamar bersama dengan seorang pria yang memiliki reputasi besar di kota, membuat Bella berpikir keras duduk di samping Noah yang juga ikut duduk terdiam tanpa berbicara mendengarkan penegasan Bela. Dia menunjukkan sebuah plastik obat di tangannya lalu menoleh ke arah Noah yang juga memperhatikan tangan Bella."Apakah Kamu tahu obat apa ini, apa yang harus aku lakukan dengannya?" tanya Bella.Noah meraih plastik obat yang dipegang oleh Bella lalu memperhatikannya. "Mungkin Kamu harus meminumnya," ucap Noah."Kamu tahu, seumur hidup aku tidak pernah minum obat. Meskipun aku sakit sekalipun, bolehkah aku tidak meminumnya?" "Kalau begitu, jangan meminumnya buang saja," tegas Noah."Bagaimana kalau Kamu yang meminumnya?" tanya Bella lagi."Aku tidak suka minum obat tanpa segelas susu hangat dihadapanku," ucap Noah.Bella mengerutkan dahi dia menyesal tidak mendengarkan dengan jelas perkataan Mona tadi, dia berpikir keras hal apa yang harus dia lakukan. Bella menoleh kembali
Di dalam kapal, Mona panik mengetahui jika Bella tidak ada di ruangannya. Malah tuan muda Ivanov kedua juga tidak ada di sana membuatnya kehilangan kesempatan untuk mendapat klien besar kali ini. "Apa wanita itu kabur sebelum bekerja?" tanya salah satu pria. "Dia buta arah, tidak mungkin punya keberanian kabur! Makanya aku berani ajak dia karena dia tidak akan berani jauh dariku." Mona kesal dengan penjaga yang bertugas di ruangan Bella. Mereka sibuk mencari keberadaan Bella sampai memeriksa bagian kamera pengawas tidak ada tanda Bella keluar dari sana. Lama mencari juga membuat Mona kelelahan dan memilih pergi dari sana setelah pesta selesai. "Apa tuan muda kedua Ivanov ada?" tanya Mona. "Dia tidak datang, Nyonya." Mona mengerutkan dahi, dia pikir sempat mendengar kalau Ivanov kedua datang dan pergi bermain dengan teman-temannya atas perintah tuan besar. Tapi bagaimana bisa kamera pengawas tidak tahu kedatangannya. Mereka memutuskan untuk pulang meski tidak ada Bella bersama ke
Di lain tempat, Noah terdiam kesal saat mendengar dari Leo tentang Bella yang dikabarkan tidur dengan seorang pria dari keluarga Ivanov sudah tersebar dikalangan anggota mafia terutama keluarga Ivanov sendiri. Padahal Noah tidak merasa tidur apalagi menyentuhnya sama sekali. "Mereka mengatakan jika Nona Bella bersama tuan muda kedua Ivanov, Tuan," jelas Leo lagi. "Apa!" Noah semakin kesal mengetahuinya. Dia berpikir keras ternyata pria yang di siapkan untuk Bella adalah Arjan Ivanov adiknya yang reputasinya begitu terkenal di dunia gelap dan pemain wanita. Semakin memikirkannya malah membuat Noah kesal apalagi jika benar Bella bertemu dengannya malam itu dan bukan dengannya membuat darahnya bergejolak dengan amarah yang tidak bisa dia kendalikan membuang berkas si atas meja. "Apa gunanya anak buah yang Kau tempatkan di sana jika seorang pria keranjang saja tidak bisa mencegahnya!" teriak Noah. Leo terkejut mendengarnya, mata yang memerah dengan amarah yang kuat membuat Noah terlih
Bella masih di toko swalayan mencari bahan makanan yang akan dia simpan untuk stok makanan selama dia belum mendapat pekerjaan. Dia mau mengambil sesuatu yang di tata lebih tinggi darinya hingga harus berjinjit untuk meraihnya, tapi dia tidak berhasil malah seseorang dari belakangnya mengambilnya, membuat Bella mengerutkan dahi berbalik melihat seseorang berdiri dihadapannya sangat dekat dengan jarak wajah saling bertemu satu sama lain ketika Noah lebih tinggi darinya membuat Bella menengadah menatapnya. "Kau membutuhkannya?" Noah memberikan itu pada Bella. "Kamu ada disini?" balas Bella mengambilnya begitu saja. "Kebetulan aku diminta datang oleh seseorang." Noah mengikuti Bella yang lebih dulu berjalan sembari mendorong troli belanjaannya. "Kalau begitu selamat bertemu seseorang," pamit Bella. Noah menghadangnya. "Bukankah Kau seseorang itu?" tatap Noah. "Aku?" Bella melihat pelanggan lain memperhatikan mereka,
Ramai sekali sekolah di pagi hari, Aria juga sedang bersiap denga kelompoknya untuk menyiapkan praktek membuat makanan yang dapat di rekomendasikan dari para juri yang sudah di siapkan yang akan menentukan nilai tambahan bagi siswanya juga menentukan nilai dari masakan yang dapat membuat semua orang menikmatinya. Aria mencari kesembarang arah berharap keberadaan ibunya benar datang ke sekolah. Tapi tadi saat mereka berniat datang bersama, Bella di panggil Mona tampak mencurigakan niatnya. "Sebenarnya apa yang membuat ibu lama datang, apa tujuan nenek menahannya?" gumam curiga Aria. "Apa ibumu benar datang menjadi pengarah kita?" tanya teman Aria bernama Eka. "Tunggu saja ibuku sebentar lagi." Aria masih berusaha meminta waktu pada teman-temannya. "Santai saja, kita belum mulai kan!" seru Eka dibalas anggukan dua temannya yang lain. Ramai sekali di sekolah ketika semua orang berkerumun ke arah pintu masuk sekolah melihat deretan mobil meeah terparkir di depan menyambut kedatangan
Noah tersenyum melihat kebahagiaan Bella dan anaknya yang memenangkan perlombaan. Dia hanya berpikir untuk membuat wanita itu mendapatkan apa yang dia mau. Setelah itu Noah berlalu pergi diikuti bersama sekretaris dan anak buahnya pergi dari sekolah tanpa disadari oleh Bella.Meski sempat Bella melihat seseorang yang hampir pernah dia lihat tapi ternyata itu bukan Noah melainkan seorang guru yang memiliki postur tubuh yang sama tinggi dengan Noah. Di sepanjang perjalanan Noah hanya memikirkan tentang wanita bernama Bella juga memiliki seorang anak yang bahkan sudah remaja."Bagaimana bisa seorang wanita yang berkaki pendek seperti dia bisa memiliki anak gadis yang tinggi, apakah menurutmu dia memiliki seorang pria?" Pertanyaan Noah membuat Leo ingat tentang apa yang dia cari beberapa hari ini. "Dari kehidupannya beberapa bulan lalu kehilangan suaminya yang meninggal. Bukankah Saya pernah mengatakannya tapi sepertinya nona Bella tidak diterima dengan terbuka oleh keluarganya termasuk
Sudah berapa hari Noah melakukan perjalanan yang melelahkan berhadapan dengan para tetua besar dengan segala ambisi mereka yang membuat kepalanya sakit. Malam hari ketika dia sampai rumah dengan badan yang lelah, masih seperti biasa. Para pelayan sudah berbaris siap menyambut kedatangannya, awalnya Noah mengabaikan hal itu. Namun seketika dia teringat kalau di kediamannya ada Bella yang juga ikut menyambut kedatangannya. Panik sambil tertegun, Noah ingat Bella tidak menyukai rutinitas itu apalagi harus ikut melakukannya. "Bubar!" Sontak mereka yang mendengar penegasan nyaring dari Noah saling pandang keheranan. "Apa aku perlu mengulangnya?" tatapan tajam Noah membuat semuanya ketakutan berlalu pergi setelah membungkuk mendahului Noah kecuali Bella. Melihat Noah berjalan ke arahnya, Bella mulai memperbaiki pakaiannya. "Kenapa dia tiba-tiba menyeramkan, malah mendekat kesini!" rutuk batin Bella. Senyum simpul di wajah Noah mengejutkan Leo yang masih penasaran alasan tuan m
Sampai di depan mobil, Bella berjalan mendekat meihat Noah masih berwajah dingin acuh tak menghiraukannya. Duduk di samping Noah, Bella memikirkan cara agar bisa mengembalikan suasana antara dia dengan Noah. "Aku harus apa?" batin Bella kesulitan mengawali perbincangan. Akhirnya, sampai di rumahpun tidak ada perbincangan di antara Bella dan Noah. Padahal Noah berharap Bella akan membujuknya dengan baik. Tapi malah mengabaikannya seakan tindakannya adalah hal biasa dan tidak ada yang terjadi. "Wanita ini memang tidak berperasaan!" rutuk batin Noah. Disambut Aria ketika turun dari mobil, Bella tersenyum masam sambil berbalik melihat kepada Noah yang sudah pergi begitu saja masuk ke dalam rumah. Aria menarik tangan ibunya yang terdiam, Bella masih kebingungan harus mengatakan apa pada Noah. Langkah kakinya pelan berharap Noah berbalik dan mengajaknya bicara lagi seperti sebelumnya. Aria penasaran apa yang terjadi antara Noah dan ibunya. "Apa sesuatu terjadi, Bu?" tanya Aria. "Tidak
Di suasana yang cukup tenang, Bella merasa dirinya jauh lebih baik setelah banyak bicara dengan Noah. Padahal selama ini, tidak pernah ada hal untuknya berbicara pada seseorang apalagi tentang kehidupannya. Terlebih Noah yang baru dia kenal. "Aku mau pergi ke suatu tempat dulu," pamit Bella setelah merasa harus segera ke toilet dengan perasaan yang dia tahan. "Apa mau aku temani?" sahut Noah. Pertanyaannya membuat Bella terkejut sambil menggelengkan kepala malu. Bella berbalik pergi membiarkan Noah melihatnya melangkah pergi ke arah toilet. Dia bergumam membicarakan pria yang tanpa ragu menawarkan diri untuk menemaninya hanya untuk pergi ke toilet. "Apa dia sedang mengujiku atau memang dia tidak tahu batasan antara wanita dan pria?" Di tengah perjalanan, Bella malah berpapasan dengan orang-orang yang tidak pernah dia harapkan untuk bisa bertemu apalagi sampai berbicara dengannya. Mereka saling menatap, Bella yang mencoba mengabaikan.
Bella merasa heran bagaimana bisa Noah mengajaknya ke sebuah sekolah elit yang terkenal di kota besar, mereka masuk disambut dengan baik malah tanpa ada kesulitan apapun. "Apa Aria akan menyukainya?" Bella masih memperhatikan area sekolah termasuk deretan fasilitas yang kemungkinan jauh lebih memadai di sekolah itu. "Dia pasti menyukainya," balas Bella."Itu bagus." Pembicaraan Noah bersama pemimpin sekolah juga memperkenalkan Bella padanya tentang anak mereka yang akan sekolah di sana. Walau tanpa ragu Noah mengatakan kalau mereka keluarga, tapi Bella merasa itu jauh lebih baik dibanding harus menutupinya dengan banyak hal yang akannmempersulit mereka. Setelah dapat persetujuan dan juga mendapat kelas yang bagus untuk Aria, Noah dan Bella berencana kembali ke rumah sekarang. Namun, saat di perjalanan Noah sengaja mengurangu kecepatan mobil untuk mencari moment bicara pada Bella. "Jadi itu yang Kamu maksud sesuatu yang membuatku senang?" tanya Bella tiba-tiba. "Lalu bagaimana?"
Penegasan Noah tentang pekerjaannya, membuat Bella berpikir keras. Apalagi sudah ada perjanjian kontrak kerja di hadapan mereka sekarang. "Entah sejak kapan Leo membuatkan surat kerja sedetail itu? Apa hidupku akan jauh lebih baik dari penjara jika ada di sini?" geruru batin Bella. Bella berpikir lama sebelum dia menandatangani perjanjian kontrak kerja itu, apalagi tujuannya hanyalah kebaikan dan masa depan Aria yang sampai saat ini masih belum kembali sekolah. "Leo akan mengurus sekolah baru untuk Aria, tidak perlu memikirkan apapun lagi," ucap Noah lagi. "Bagaimana dengan sekolah yang sebelumnya?" tanya Bella. "Sudah aku bilang, Leo akan mengurusnya. Apa yang membuatmu khawatir sekarang?" balas Noah. "Aku ... Seharusnya Kamu tanyakan dulu padaku dan kita berbicra dengan putriku," ucap Bella ragu-ragu. "Bukankah ini sedang kita bicarakan?" balas Noah. Bella merasa tidak bisa banyak bicara lagi, dia membaca isi kontrak satu sama lain. Meski Noah tidak mengatakan apapun tentang
"Sayangnya wanita itu sama sekali tidak menyadari semua perkataanku, seharusnya dia mengerti tentang apa yang ku katakan bahwa dia adalah wanitaku tadi. Tapi ternyata wanita itu sangatlah tidak peka sampai membuat aku malah ingin menariknya dan menegaskan tentang keberadaannya di sini."Noah berbicara sendiri di dalam hati dan pikirannya, tanpa menghiraukan Leo yang sedari tadi memperhatikannya."Kalau saja aku tidak ditekan mungkin aku tidak akan mengikuti kencan buta yang dibuat oleh nenek," ucap Noah membuang nafas berat. Leo yang mendengarnya berpikir sejenak hingga Dia berbicara. "Bukankah Nona Bella sudah ada di sini Tuan! Kenapa anda tidak melakukan seperti rencana Anda sebelumnya?"Ucapan Leo sejenak membuat Noah berpikir keras, dia tidak tahu kalau pernah membicarakan tentang Bella yang akan menjadi wanita pura-pura di hadapan keluarganya."Bukankah itu akan jauh lebih baik jika itu sungguhan?" ucap Noah tersenyum menyeringai."Anda tidak perlu berlebihan Tuan, bukankah nona
Noah berhenti sejenak, dia menyimpan dokumen yang sedang dibicarakan bersama Leo. "Dia membuatkan sesuatu yang membuat indera penciumanku menjadi tajam," ucap Noah melihat ke arah pintu dapur. Leo ikut melihat ke arah dapur, dia memastikan ucapan Noah hingga Bella keluar dari dapur berjalan ke arah mereka. Noah terpesona melihat Bella yang mengenakan celemek di tubuhnya setelah dia memasak. Sejenak ternyata wanita itu sudah berdiri di hadapannya. "Kau mau makan sesuatu?" tanya Bella. "Apa yang Kamu buat?" balas Noah. "Makan di meja makan, Leo juga boleh," ajak Bella. Noah mengerutkan dahi, tatapannya tajam disadari Leo. "Terimakasih Nona, tapi saya sudah makan tadi." Leo mengerti Noah tidak pernah mau berbagi apapun yang membuatnya senang. "Kamu makan, tapi kenapa dia tidak mau makan?" tanya Bella. "Ini aku mau makan!" seru Noah mengejutkan semua orang. "Cepatlah," ajak Bella. Leo heran ketika melihat perubahan tingkah Noah di hadapan Bella, selama itu bisa membuat Bella ya
Melihat dirinya di depan cermin, Bella memang terlihat jauh lebih baik mengenakan gaun sekarang. Di banding dengan pakaian yang tadi dia kenakan, dia berbalik meski ragu tetap keluar dari ruang ganti. "Waw, Ibu cantik sekali!" seruan Aria membuat Noah berhenti melihat ponselnya beralih ke arah Bella yang tersipu malu mendengarnya. Noah melihat lekat Bella sambil memperhatikan perlahan. "Ayo!" ajak Noah. Bella terdiam heran dengan respon Noah, dia ingat biasanya pria itu akan bersemangat jika mengenai dirinya. Tapi kali ini selain mengajak dan memerintah dia untuk memilih beberapa pakaian dan mencobanya Noah terlihat hanya melakukan apa yang dia perintahkan. Selebihnya Noah sibuk dengan ponselnya dengan suasana pikir aja terlihat sedang banyak mengganggunya. Bella juga terkejut ketika beberapa pria yang ikut dengannya ternyata membawa begitu banyak bingkisan padahal pakaian yang mereka pilih adalah pakaian yang sudah dikenakan saat ini. Tapi dia bertanya-tanya apa yang Noah beli s
Di bandara ramai dengan perbincangan orang-orang yang mengatakan tentang seorang wanita yang hilang dan di cari oleh beberapa pria yang berjaga sepanjang hari di depan bandara. Noah yang baru saja kembali dari rumah keluarganya, merasa penasaran apa yang sedang dibicarakan sekelompok orang di sana. "Padahal gadis ini cantik ya!" seru seorang pria melihat poster wanita. Noah berjalan perlahan melihat sekilas poster yang di pegang pria itu hingga dia tertegun melihatnya. Dia mengambil poster wajah Bella yang di buat asal hingga membuatnya kesal. Leo juga memperhatikan hampir semua orang di bandara memegang poster itu. "Pastikan tidak ada di antara mereka menyimpan poster itu!" tegas Noah menahan amarahnya. "Kalau membutuhkannya, Kau hanya perlu meminta bagian petugas depan yang membaginya. Malah mengambil punyaku." Tatapan tajam Noah membuat pria itu tidak berani bicara lagi, dia kesal dengan perbuatan seseorang menyebar wajah Bella dengan sembarangan. Apalagi mendengar pria lain