"Apakah menurutmu ini bisa dimakan?" tatapan curiga Noah melihat makanan yang hanya dalam porsi sedikit di dalam rantang kecil. "Jika Anda tidak menyukainya, nona Bella akan menolak membuatkannya lagi. Tapi bila itu habis, dia berjanji akan membuatkannya setiap hari khusus untuk Anda," jelas Leo setengah mengarang. "Apa dia benar mengatakannya?" tatap Noah curiga. "Anda bisa bertanya pada kepala sekolah juga di sana, Tuan." "Hmm." Perlahan Noah mencicipi makanan itu hingga dia tertegun saat mengunyah setiap suapan, padahal dia memperhatikan makanan itu tidak ada yang menarik hingga membuatnya harus memakan makanan itu. Meski merasa tidak ada yang istimewa tapi seorang pelayan terkejut untuk pertama kalinya melihat Noah makan dengan sangat baik hingga tidak menyisakan sedikitpun makanan di sana."Apa yang dimakan oleh Tuan Muda sampai-sampai dia sama sekali tidak terganggu dengan kehadiran Tuan Leo di saat dia sedang makan. Kenapa terlihat dia menikmatinya?" gumam pelayan itu pena
Noah tersenyum bersemangat saat Bella menyiapkan makanan di atas meja kantin membiarkan dia dan Aria makan. Lain dengan Bella tatapannya begitu tajam saat melihat Noah malah bisa sedekat itu dengan putrinya. "Bu, Noah bilang. Dia akan membawaku nonton teater, kebetulan tugas Aria harus menulis setiap proses teater bagaimana secara langsung," ucap Aria bersemangat. "Noah! Teater?""Dia sendiri yang membiarkan aku memanggil namanya saja," jelas Aria. "Panggil paman saja, dia itu sudah tua," tegas Bella.Noah tertegun mendengar pernyataan Bella mengatakan usianya. Bukannya marah, dia malah merasa Bella cukup mengerti dan memahaminya. "Pria gila, terus mendekati putriku. Apa dia sindikat penjualan anak?" batin Bella. "Baiklah, tapi Aria boleh pergikan, Bu?" tanya Aria lagi. "Pergi kemana?" Bella bertanya penuh curiga. "Yang Aria katakan tadi." "Kamu juga boleh ikut menemaninya untuk memastikan," sahut Noah tersenyum licik. Bella terdiam, dia merasa ada yang salah dengan sikap Noa
Bella terkejut mendengarnya, dia terdiam. Berpikir keras sambil mencari celah di mana keberadaan camera penguntai yang di miliki oleh seseorang yang memiliki sifat erotis tinggi hingga hal aneh di jadikan bahan percobaan untuk memuaskannya. "Apa yang akan aku dapatkan dengan menuruti perintahmu?" Bella bertanya sambil memperhatikan setiap sudut tempat mencari celah kameranya. "Apapun yang kau mau akan kau dapatkan." "Bagaimana, apa kau melihat bagian atasku?" tanya Bella. "Ya aku melihatnya." Bella mengerutkan dahi, dia yakin jika dia sedang membelakangi kamera saat ini. Bella mundur beberapa langkah hingga setelah menutup baju bagian atasnya, dia berbalik terlihat wajah polosnya tidak membuat curiga pria aneh yang sedang memantaunya. Bella tersenyum menyeringai berhasil menutup kamera dan membiarkan pengeras suara tetap di sana. "Hahaha, Kau menyadarinya. Tapi aku tidak mengira jika ada wanita yang pintar sepertimu. Bagaimana Kau melakukannya?" meski tertawa tapi Edgar yang dudu
Noah meninggalkan Bella tanpa kata di depan kediamannya. Dia tahu tanpa jawaban yang jelas darinya membuat Noah mengerti hingga pergi begitu saja. Bella membuang nafas halus, dia bergegas masuk mengejutkan Aria yang sedang belajar. Bella mengemas semua pakaiannya, begitupun dengan Aria. "Ada apa, Bu?" tanya Aria penasaran. "Kita tinggalkan tempat ini! Ibu minta maaf kalau membuatmu kesulitan nantinya," jelas Bella. Aria tertegun, dia memilih tidak bertanya lagi ketika yang dia dengar malah permintaan maaf dari ibunya terlebih wajahnya yang panik dan juga tidak ada tujuan untuk pergi di malam hari. Bella tahu kalau Mona pasti akan mencarinya lagi terlebih sudah menggagalkan semua rencananya malam itu. Suasana masih sepi ketika Bella mengendap keluar dari kompleks, ada Aria yang mengikuti ibunya. Langkah kaki mereka terasa jauh lebih ringan merasa kalau keputusannya benar meninggalkan tempat mengerikan seperti rumah prostitusi. Malam yang dingin untuk Bella dan putrinya, dia mencar
Di bandara ramai dengan perbincangan orang-orang yang mengatakan tentang seorang wanita yang hilang dan di cari oleh beberapa pria yang berjaga sepanjang hari di depan bandara. Noah yang baru saja kembali dari rumah keluarganya, merasa penasaran apa yang sedang dibicarakan sekelompok orang di sana. "Padahal gadis ini cantik ya!" seru seorang pria melihat poster wanita. Noah berjalan perlahan melihat sekilas poster yang di pegang pria itu hingga dia tertegun melihatnya. Dia mengambil poster wajah Bella yang di buat asal hingga membuatnya kesal. Leo juga memperhatikan hampir semua orang di bandara memegang poster itu. "Pastikan tidak ada di antara mereka menyimpan poster itu!" tegas Noah menahan amarahnya. "Kalau membutuhkannya, Kau hanya perlu meminta bagian petugas depan yang membaginya. Malah mengambil punyaku." Tatapan tajam Noah membuat pria itu tidak berani bicara lagi, dia kesal dengan perbuatan seseorang menyebar wajah Bella dengan sembarangan. Apalagi mendengar pria lain
Melihat dirinya di depan cermin, Bella memang terlihat jauh lebih baik mengenakan gaun sekarang. Di banding dengan pakaian yang tadi dia kenakan, dia berbalik meski ragu tetap keluar dari ruang ganti. "Waw, Ibu cantik sekali!" seruan Aria membuat Noah berhenti melihat ponselnya beralih ke arah Bella yang tersipu malu mendengarnya. Noah melihat lekat Bella sambil memperhatikan perlahan. "Ayo!" ajak Noah. Bella terdiam heran dengan respon Noah, dia ingat biasanya pria itu akan bersemangat jika mengenai dirinya. Tapi kali ini selain mengajak dan memerintah dia untuk memilih beberapa pakaian dan mencobanya Noah terlihat hanya melakukan apa yang dia perintahkan. Selebihnya Noah sibuk dengan ponselnya dengan suasana pikir aja terlihat sedang banyak mengganggunya. Bella juga terkejut ketika beberapa pria yang ikut dengannya ternyata membawa begitu banyak bingkisan padahal pakaian yang mereka pilih adalah pakaian yang sudah dikenakan saat ini. Tapi dia bertanya-tanya apa yang Noah beli s
Noah berhenti sejenak, dia menyimpan dokumen yang sedang dibicarakan bersama Leo. "Dia membuatkan sesuatu yang membuat indera penciumanku menjadi tajam," ucap Noah melihat ke arah pintu dapur. Leo ikut melihat ke arah dapur, dia memastikan ucapan Noah hingga Bella keluar dari dapur berjalan ke arah mereka. Noah terpesona melihat Bella yang mengenakan celemek di tubuhnya setelah dia memasak. Sejenak ternyata wanita itu sudah berdiri di hadapannya. "Kau mau makan sesuatu?" tanya Bella. "Apa yang Kamu buat?" balas Noah. "Makan di meja makan, Leo juga boleh," ajak Bella. Noah mengerutkan dahi, tatapannya tajam disadari Leo. "Terimakasih Nona, tapi saya sudah makan tadi." Leo mengerti Noah tidak pernah mau berbagi apapun yang membuatnya senang. "Kamu makan, tapi kenapa dia tidak mau makan?" tanya Bella. "Ini aku mau makan!" seru Noah mengejutkan semua orang. "Cepatlah," ajak Bella. Leo heran ketika melihat perubahan tingkah Noah di hadapan Bella, selama itu bisa membuat Bella ya
"Sayangnya wanita itu sama sekali tidak menyadari semua perkataanku, seharusnya dia mengerti tentang apa yang ku katakan bahwa dia adalah wanitaku tadi. Tapi ternyata wanita itu sangatlah tidak peka sampai membuat aku malah ingin menariknya dan menegaskan tentang keberadaannya di sini."Noah berbicara sendiri di dalam hati dan pikirannya, tanpa menghiraukan Leo yang sedari tadi memperhatikannya."Kalau saja aku tidak ditekan mungkin aku tidak akan mengikuti kencan buta yang dibuat oleh nenek," ucap Noah membuang nafas berat. Leo yang mendengarnya berpikir sejenak hingga Dia berbicara. "Bukankah Nona Bella sudah ada di sini Tuan! Kenapa anda tidak melakukan seperti rencana Anda sebelumnya?"Ucapan Leo sejenak membuat Noah berpikir keras, dia tidak tahu kalau pernah membicarakan tentang Bella yang akan menjadi wanita pura-pura di hadapan keluarganya."Bukankah itu akan jauh lebih baik jika itu sungguhan?" ucap Noah tersenyum menyeringai."Anda tidak perlu berlebihan Tuan, bukankah nona