Bella sedang menghitung jumlah tabungan miliknya, dia memikirkan pengeluaran dan juga kebutuhan Aria yang semakin besar. Dia kebingungan harus mencari pekerjaan tambahan kemana lagi, sedangkan satu kerjaan saja belum ada yang membantunya. Seketika ingat masa di mana Rafa selalu tahu apa yang sedang dipikirkan Bella, dia melihat lagi ke arah putrinya yang sudah tidur pulas di atas tempat tidur kecil meski cukup untuk berdua, tapi itu jauh berbeda dari dulu. "Bagaimana aku bisa membuat ini lebih baik dari sebelumnya?" gumam Bella.
Merasa kesulitan menghadapi hari yang berat dengan pekerjaan yang sudah dia lalui. Menjadi pelayan cafe tidak sulit, tapi yang membuat dia berat ketika ada banyak tamu yang memperlakukannya dengan tidak baik. Terlebih lagi, dia juga takut jika putrinya tahu dan akan merasa malu jika ibunya bekerja sebagai pelayan di tempat hiburan.Bella mengela nafas tidak tahu harus melakukan apalagi agar dia bisa dapat penghasilan yang sepadan dengan kebutuhannya. Sebuah ketukan dibalik pintu terdengar membuat Bella mengerutkan dahi, apalagi ada banyak aktivitas malam di luar. Dia tidak berpikir untuk keluar malam setelah berhenti mengambil shif malam di cafe.Tapi ketukan itu berulang membuat Bella takut putrinya akan terbangun dan membuatnya harus membujuk anak gadis yang banyak pertanyaan itu.Bella mengerutkan dahi melihat seorang pria berdiri tepat di depan pintu."Ada apa?" tanya Bella."Nyonya memanggil Anda."Meski Bella tidak tahu apa tujuan Mona memanggilnya, dia mengangguk dan pergi setelah mengunci pintu berharap Aria ridak terbangun dari tidurnya. Langkah kakinya memasuki rumah setelah melewati orang-orang yang memperhatikannya, Bella duduk sambil melihat beberapa pria yang pernah dia lihat ada duduk di sana tanpa bicara padanya.Bella duduk diam menunggu tantenya datang setelah tahu dia masih di dalam berbicara dengan seseorang dibalik telepon."Dia bicara dengan siapa, lama sekali?" gumam Bella mengerutkan dahi setelah lama duduk di sana.Mona datang sambil tersenyum bersemangat sudah melihat Bella ada di sana menunggunya."Kau sudah tidak ambil shif malam lagi?" tanya Mona."Ada apa Kau memanggilku?" tanya Bella tanpa menanggapi pertanyaan Mona terlebih dahulu."Kau ini, selalu terburu-buru dalam banyak hal," gerutu Mona.Bella terdiam menatap Mona tanpa bicara."Bekerja denganku Kau mau?Bayarannya lebih dari tempat Kamu bekerja sekarang?" Mona langsung ke inti pembicaraan."Kau pikir menjadi wanita penghibur lebih baik dati bekerja di shif malam di cafe?" tatap Bella."Kau tidak akan banyak melakukan pekerjaan, hanya menemui klienku yang mau bertemu denganmu. Tapi dia memintamu ada setiap kali dia minta," jelas Mona."Oh, aku tidak mau," tegas Bella.Mona tertegun mendengar jawaban Bella tanpa banyak bertanya padanya."Hei, ini kesempatan bagus bekerja tanpa lelah dan menguras waktu!" seru Mona."Waktu yang terbuang justru melelahkan, Tante," balas Bella.Mona berpikir keras mencari cara agar Bella patuh padanya. "Bagaimana dengan Aria?"Bella mengerutkan dahi mendengar Mona mengatakan tentang Aria. "Apa maksudmu dengan putriku?" tatap Bella."Dia sekolah dan sedang dalam masa pertumbuhan yang tidak boleh kekurangan apapun," jelas Mona."Jangan lupa, Aria justru tidak akan menyukainya jika aku menggunakan cara itu untuk mendapatkan kehidupan lebih baik," ucap Bella."Darimana Kau akan mendapatkan biaya semester dan juga alat peraga dia di sekolahnya?" tanya Mona lagi.Bella terdiam, dia memang sedang kekurangan dana untuk permintaan Aria yang mengatakan akan ada banyak kebutuhan dan alat yang harus dia beli dan gunakan untuk kegiatan sekolahnya. Meski maaih punya simpanan tapi itu tidak akan cukup untuk Aria."Aku akan memikirkannya nanti," ucap Bella."Tidak ada waktu untuk berpikir La! Malam ini juga Kau harus menemuinya," tegas Mona."Kau terlalu memaksakan dan aku tidak akan melakukannya," tatap Bella."Apalagi yang Kamu pikirkan, biar aku yang mengatasi Aria!" tegas Mona."Cukup Mona, jangan melewati batas."Penegasan Bella membuat Mona berhenti bicara, Bella sudah pergi sekarang tanpa memberikan jawaban yang pasti untuk Mona."Sialan, kenapa harus wanita ini sih yang dia mau?" rutuk Mona berbalik pergi masuk ke kamar dengan perasaan kesalnya.Bella berjalan perlahan dengan banyak hal yang dipikirkannya. Apalagi perkataan Mona benar tentang kondisi keuangan dia untuk putrinya sangat tidak membaik jika dia terus seperti itu. Padahal ada begitu banyak orang yang melihat Bella berjalan mengabaikan mereka, tapi wanita itu kembali ke rumahnya tanpa menjawab seseorang bertanya padanya.Pagi harinya seperti biasa Bella sudah menyiapkan sarapan dan melihat Aria sudah siap untuk berangkat sekolah. Dalam pikirnya jika Aria bersama ayahnya dan juga banyak hartanya mungkin mereka tidak akan kesulitan memikirkan seperti iuran sekolah. Tapi dia tersadar lagi mengingat mantan suaminya itu bahkan tidak mengingat dia memiliki anak dan istri tanpa harta peninggalan."Apa yang sedang dipikirkan Ibu?" tanya Aria."Apa yang diperlukan Aria di sekolah?""Mungkin belajar dengan baik," jawab Aria menahan diri untuk membahas tentang iuran yang selalu di tanyakan oleh wali kelas dan menambah beban sang ibu."Kalau begitu, sekolah yang baik dan lakukan apapun menurut Aria benar!" seru Bella dibalas anggukan Aria.Aria sudah berniat membatalkan mengikuti kegiatan sekolah yang harus merogoh kantong ibunya dengan sangat kritis. Dia tidak berpikir ibunya memiliki uang sebanyak itu hanya untuk biaya sekolahnya."Jangan menahan diri jika mau mengikutinya, lakukan saja. Aku akan berusaha untukmu," tegas Bella.Aria tertegun setiap kali memikirkan banyak hal dan ibunya mengetahui apa yang sedang dipikirkannya membuat Aria penasaran bagaimana Bella bisa tahu isi hatinya.Setelah membiarkan Aria pergi sekolah, Bella keluar rumah berjalan-jalan. Rencana Mona pergi hari ini juga membuat dia kebingungan. Bella pergi ke cafe dengan pikiran yang kacau setiap kali mengingat Aria dan ucapan Mona."Apa yang terjadi, Bella?" tanya Manager."Saya mau ambil cuti sehari apa boleh?" tanya Bella."Pergilah, kalau ada hal yang harus Kamu kerjakan!""Apa Anda sungguhan mengizinkan saya?" Bella ingat dia masih baru bekerja di sana."Atau Kamu mau aku tidak mengizinkanmu?""Tidak, biar saya pergi!" seru Bella.Si tengah Mona yang sibuk dengan anak buahnya dan juga berniat pergi kesibukan dan juga panggilan telepon dari seseorang membuatnya terlihat repot melakukannya. Mobil sidah siap begitupun dua anak buahnya dan juga beberapa gadis. Mona mengerutkan dahi melihat Bella berdiri di hadapannya."Kenapa?" tanya Mona."Aku akan pergi denganmu," tegas Bella."Astaga, itu baru benar! Cepat Kamu masuk jangan khawatir tentang Aria. Lisa akan menanganinya dan mengurusnya dengan baik!" Mona terlihat bersemangat kali ini, dia pikir hari akan suram karena dia tidak berhasil mengajak Bella untuk ikut pergi ke dermaga menuruti permintaan kliennya yang tidak masuk akal menginginkan seorang wanita yang sudah memiliki anak untuk melayaninya.Perasaan tak tentu dirasakan Bella ketika dia dalam perjalanan kali ini bersama lima wanita lainnya yang sibuk mempercantik diri, dia duduk di mobil berbeda dengan tantenya, bersama mereka yang biasa melayani pria. "Apa aku salah melakukan ini? Bagaimana kalau aku malah mengacaukan putriku," batin Bella bersandar sambil melihat jalanan yang asing baginya.Tidak ada yang mengajak Bella untuk berbicara, mereka hanya melontarkan tatapan merasa asing dengan kehadiran Bella diajak oleh Mona ke tempat penting kali ini. Sebenarnya dalam pikiran Bella hanya ada tentang putrinya dan segala resiko yang akan dihadapi jika anak gadisnya itu tahu tentang apa yang sudah diambil langkahnya kali ini.Perjalanan yang cukup panjang membuat dia merasa lelah, para wanita yang sudah dari 1 jam lalu berdandan dan mempercantik diri juga merasa kebosanan dan tidak jarang dari mereka yang merutukii perjalanan hingga harus mengoles ulang riasan mereka. Saat Bella melihat ke arah jendela mobil dia merasa kendar
Berdua di dalam kamar bersama dengan seorang pria yang memiliki reputasi besar di kota, membuat Bella berpikir keras duduk di samping Noah yang juga ikut duduk terdiam tanpa berbicara mendengarkan penegasan Bela. Dia menunjukkan sebuah plastik obat di tangannya lalu menoleh ke arah Noah yang juga memperhatikan tangan Bella."Apakah Kamu tahu obat apa ini, apa yang harus aku lakukan dengannya?" tanya Bella.Noah meraih plastik obat yang dipegang oleh Bella lalu memperhatikannya. "Mungkin Kamu harus meminumnya," ucap Noah."Kamu tahu, seumur hidup aku tidak pernah minum obat. Meskipun aku sakit sekalipun, bolehkah aku tidak meminumnya?" "Kalau begitu, jangan meminumnya buang saja," tegas Noah."Bagaimana kalau Kamu yang meminumnya?" tanya Bella lagi."Aku tidak suka minum obat tanpa segelas susu hangat dihadapanku," ucap Noah.Bella mengerutkan dahi dia menyesal tidak mendengarkan dengan jelas perkataan Mona tadi, dia berpikir keras hal apa yang harus dia lakukan. Bella menoleh kembali
Di dalam kapal, Mona panik mengetahui jika Bella tidak ada di ruangannya. Malah tuan muda Ivanov kedua juga tidak ada di sana membuatnya kehilangan kesempatan untuk mendapat klien besar kali ini. "Apa wanita itu kabur sebelum bekerja?" tanya salah satu pria. "Dia buta arah, tidak mungkin punya keberanian kabur! Makanya aku berani ajak dia karena dia tidak akan berani jauh dariku." Mona kesal dengan penjaga yang bertugas di ruangan Bella. Mereka sibuk mencari keberadaan Bella sampai memeriksa bagian kamera pengawas tidak ada tanda Bella keluar dari sana. Lama mencari juga membuat Mona kelelahan dan memilih pergi dari sana setelah pesta selesai. "Apa tuan muda kedua Ivanov ada?" tanya Mona. "Dia tidak datang, Nyonya." Mona mengerutkan dahi, dia pikir sempat mendengar kalau Ivanov kedua datang dan pergi bermain dengan teman-temannya atas perintah tuan besar. Tapi bagaimana bisa kamera pengawas tidak tahu kedatangannya. Mereka memutuskan untuk pulang meski tidak ada Bella bersama ke
Di lain tempat, Noah terdiam kesal saat mendengar dari Leo tentang Bella yang dikabarkan tidur dengan seorang pria dari keluarga Ivanov sudah tersebar dikalangan anggota mafia terutama keluarga Ivanov sendiri. Padahal Noah tidak merasa tidur apalagi menyentuhnya sama sekali. "Mereka mengatakan jika Nona Bella bersama tuan muda kedua Ivanov, Tuan," jelas Leo lagi. "Apa!" Noah semakin kesal mengetahuinya. Dia berpikir keras ternyata pria yang di siapkan untuk Bella adalah Arjan Ivanov adiknya yang reputasinya begitu terkenal di dunia gelap dan pemain wanita. Semakin memikirkannya malah membuat Noah kesal apalagi jika benar Bella bertemu dengannya malam itu dan bukan dengannya membuat darahnya bergejolak dengan amarah yang tidak bisa dia kendalikan membuang berkas si atas meja. "Apa gunanya anak buah yang Kau tempatkan di sana jika seorang pria keranjang saja tidak bisa mencegahnya!" teriak Noah. Leo terkejut mendengarnya, mata yang memerah dengan amarah yang kuat membuat Noah terlih
Bella masih di toko swalayan mencari bahan makanan yang akan dia simpan untuk stok makanan selama dia belum mendapat pekerjaan. Dia mau mengambil sesuatu yang di tata lebih tinggi darinya hingga harus berjinjit untuk meraihnya, tapi dia tidak berhasil malah seseorang dari belakangnya mengambilnya, membuat Bella mengerutkan dahi berbalik melihat seseorang berdiri dihadapannya sangat dekat dengan jarak wajah saling bertemu satu sama lain ketika Noah lebih tinggi darinya membuat Bella menengadah menatapnya. "Kau membutuhkannya?" Noah memberikan itu pada Bella. "Kamu ada disini?" balas Bella mengambilnya begitu saja. "Kebetulan aku diminta datang oleh seseorang." Noah mengikuti Bella yang lebih dulu berjalan sembari mendorong troli belanjaannya. "Kalau begitu selamat bertemu seseorang," pamit Bella. Noah menghadangnya. "Bukankah Kau seseorang itu?" tatap Noah. "Aku?" Bella melihat pelanggan lain memperhatikan mereka,
Ramai sekali sekolah di pagi hari, Aria juga sedang bersiap denga kelompoknya untuk menyiapkan praktek membuat makanan yang dapat di rekomendasikan dari para juri yang sudah di siapkan yang akan menentukan nilai tambahan bagi siswanya juga menentukan nilai dari masakan yang dapat membuat semua orang menikmatinya. Aria mencari kesembarang arah berharap keberadaan ibunya benar datang ke sekolah. Tapi tadi saat mereka berniat datang bersama, Bella di panggil Mona tampak mencurigakan niatnya. "Sebenarnya apa yang membuat ibu lama datang, apa tujuan nenek menahannya?" gumam curiga Aria. "Apa ibumu benar datang menjadi pengarah kita?" tanya teman Aria bernama Eka. "Tunggu saja ibuku sebentar lagi." Aria masih berusaha meminta waktu pada teman-temannya. "Santai saja, kita belum mulai kan!" seru Eka dibalas anggukan dua temannya yang lain. Ramai sekali di sekolah ketika semua orang berkerumun ke arah pintu masuk sekolah melihat deretan mobil meeah terparkir di depan menyambut kedatangan
Noah tersenyum melihat kebahagiaan Bella dan anaknya yang memenangkan perlombaan. Dia hanya berpikir untuk membuat wanita itu mendapatkan apa yang dia mau. Setelah itu Noah berlalu pergi diikuti bersama sekretaris dan anak buahnya pergi dari sekolah tanpa disadari oleh Bella.Meski sempat Bella melihat seseorang yang hampir pernah dia lihat tapi ternyata itu bukan Noah melainkan seorang guru yang memiliki postur tubuh yang sama tinggi dengan Noah. Di sepanjang perjalanan Noah hanya memikirkan tentang wanita bernama Bella juga memiliki seorang anak yang bahkan sudah remaja."Bagaimana bisa seorang wanita yang berkaki pendek seperti dia bisa memiliki anak gadis yang tinggi, apakah menurutmu dia memiliki seorang pria?" Pertanyaan Noah membuat Leo ingat tentang apa yang dia cari beberapa hari ini. "Dari kehidupannya beberapa bulan lalu kehilangan suaminya yang meninggal. Bukankah Saya pernah mengatakannya tapi sepertinya nona Bella tidak diterima dengan terbuka oleh keluarganya termasuk
"Apakah menurutmu ini bisa dimakan?" tatapan curiga Noah melihat makanan yang hanya dalam porsi sedikit di dalam rantang kecil. "Jika Anda tidak menyukainya, nona Bella akan menolak membuatkannya lagi. Tapi bila itu habis, dia berjanji akan membuatkannya setiap hari khusus untuk Anda," jelas Leo setengah mengarang. "Apa dia benar mengatakannya?" tatap Noah curiga. "Anda bisa bertanya pada kepala sekolah juga di sana, Tuan." "Hmm." Perlahan Noah mencicipi makanan itu hingga dia tertegun saat mengunyah setiap suapan, padahal dia memperhatikan makanan itu tidak ada yang menarik hingga membuatnya harus memakan makanan itu. Meski merasa tidak ada yang istimewa tapi seorang pelayan terkejut untuk pertama kalinya melihat Noah makan dengan sangat baik hingga tidak menyisakan sedikitpun makanan di sana."Apa yang dimakan oleh Tuan Muda sampai-sampai dia sama sekali tidak terganggu dengan kehadiran Tuan Leo di saat dia sedang makan. Kenapa terlihat dia menikmatinya?" gumam pelayan itu pena