Share

Bab 2. Bertahan

Penulis: Hertibilkis
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-30 22:18:54

Ternyata perasaan lega menyuat di dalam hati Bella, keluar dari rumah yang selama ini mengurungnya. Mungkin semasa hidup bertiga bersama limpahan kelembutan Rafa cukup memberi kenyamanan. Tapi kenyataannya, pria itu hanya membuat cangkang yang kokoh tanpa memberikan arti hidup yang sebenarnya kepada Bella. Mantan suaminya itu bahkan tidak meninggalkan harta apapun untuknya.

"Kita kemana Bu?" pertanyaan Aria membuyarkan lamunan Bella. Melihat mata indah anak gadisnya cukup memberi Bella semangat lagi.

"Pertama, kita cari tempat makan dengan uang ini!" seru Bella menarik putrinya mempercepat langkahnya.

Aria tersenyum bersemangat mendengar ajakan ibunya. Dia tahu, jika ibunya sedang dalam kebingungan, dia akan menghabiskan beberapa makanan untuk memuaskan perutnya dulu baru berpikir langkah selanjutnya.

Alih-alih makan di pinggir jalan, Bella mengajak Aria datang ke sebuah restauran yang belum sempat dia datangi bersama Rafa. Dia pikir cukup jika hanya sekedar makan di sana, Bella bersama anaknya masuk memesan makanan enak. Dilihat dari cara Aria makan cukup lahap dan menikmatinya, padahal pagi tadi mereka baru saja pergi ke pemakaman ayahnya sempat membuat Bella khawatir kesedihan putrinya.

Melihat Aria yang menikmati makanannya, Bella menyadari kalau putrinya begitu pengertian padahal mereka seharusnya sedang dalam keadaan berduka. Rafa yang meninggal, orang tuanya yang tiba-tiba mengusir mereka seharusnya membuat Bella dan Aria sedih ataupun terpuruk. Meski alasan kuat Bella melawan orang tua Rafa tentang harta yang ada. Tapi kenyataan tentang isi rumah itu memang hasil dari uang ketika dia resign dari pekerjaannya.

Tapi Bella harus bertahan hidup apalagi ada putrinya yang juga harus melanjutkan sekolahnya. Dia tidak pandai berdebat lama bersama orang-orang serakah seperti orang tua Rafa, tapi demi putrinya Bella akan melakukan banyak cara untuk mereka bertahan dengan baik.

"Apa kamu sedih, kenapa ibu merasa Aria tidak terlihat menangis?" tanya Bella sambil menopang dagu.

"Ayah mengatakan jangan menangis selagi dia pergi bertemu Tuhan. Bagi Aria, selama ada Ibu, itu sudah jauh dari cukup untuk Aria bisa makan enak," penjelasan Aria terdengar sederhana.

Meski tersenyum mendengarnya, tapi Bella ingat Aria tidak akan pernah mengatakan keluhan apapun meski ada Rafa yang selalu memanjakannya. Memiliki anak yang hampir sama tangguhnya seperti dia membuat Bella merasa tenang. Tapi dia juga merasa khawatir Aria memendamnya tanpa mau terbuka.

"Makan yang banyak, kita masih harus cari tempat tinggal." Ucapan Bella dibalas anggukan Aria.

Bella dan Aria sedang asik menikmati makanannya, tiba-tiba seseorang menepuk punggungnya membuat Bella menoleh ke arah seorang wanita berpakaian mewah mencolok membuat dia mengerutkan dahi menatapnya. Ternyata ada beberapa wanita lainnya juga ikut berdiri di sampingnya.

"Wah! Lihat siapa ini? Bukankah ini kakak iparku, eh mantan kakak ipar yah. Masih ada uangkah untuk bisa makan makanan restaurant?" Sindi tiba-tiba saja muncul mengejutkan Bella dan Aria yang sedang makan.

Bukan Bella jika dia menanggapi omongan orang. Dia tetap makan tanpa menanggapi Sindi, hingga gadis itu merasa kesal hampir menggebrak meja makan.

"Anjing yang menggonggong tidak merusak barang orang lain."

Sindi berhenti sejenak tanpa melancarkan aksinya menggebrak meja, dia tampak kesal mendengar ucapan pedas Bella. Terlebuh lagi ada begitu banyak temannya yang ikut mendengar ucapan Bella.

"Oh, masih bisa bicara sekarang ya?" sahut Sindi.

Bukan hanya teman-temannya tapi pengunjung lain juga melihat ke arah mereka.

"Pelayan?" panggil Bella.

Segera seorang pelayan pria menghampirinya. "Anda perlu sesuatu, Nona?" tanya nya.

"Hmm, setauku kenyamanan pelanggan di utamakan disini. Apa Anda akan membiarkan seseorang mengusik kenyamanan kami?" ucap Bella mendelik pada Sindi yang tertegun mendengarnya.

"Maaf Nona, silahkan Anda pergi dari sini!" ucap Pelayan.

"Nah, pergi sana. Kau tidak layak datang kesini!" seru Sindi keras.

"Bukan Nona ini, tapi Anda!" tegasnya.

"Hei, aku akan makan di sini ada hak apa Kau mengusirku?" teriak Sindi.

"Maaf Nona, Anda bahkan belum duduk dan memesan makanan. Jadi belum menjadi pelanggan kami, silahkan Anda mencari tempat Anda sendiri."

"Aku akan duduk jika wanita ini pergi!" tegas Sindi.

"Haha, bodoh," tawa Bella pelan.

"Kau ...."

"Silahkan Nona!" Pelayan menunjukan jalan termasuk teman-teman Sindi menariknya ke tempat duduk.

"Sialan, hanya wanita sampah tapi berani mengusirku!" rutuk Sindi.

"Sudahlah, Kau tidak malu di liatin banyak orang?" balas temannya menarik Sindi pergi dari meja Bella.

Melihat Sindi yang dibawa paksa oleh temannya membuat Aria khawatir akan perasaan ibunya. "Bu, apa tidak apa-apa?" tanya Aria.

"Kenapa, makananmu tidak enak?" balas Bella.

"Bukan itu, tapi tante ...."

"Dia tidak layak di panggil tante, mereka yang baik patut di panggil dengan sebutan yang baik. Bukankah istilah anjing menggonggong sangat pas?" ucap Bella tersenyum tipis di depan Aria.

Aria hanya mengangguk, dia tahu ibunya tidak pernah tahan dengan orang yang selalu memprovokasinya. Hal yang tidak mungkin jika menang melawan ibunya yang berbintang cancer itu juga istilah yang sempat diberikan ayahnya dulu.

Seingat Aria, tidak jarang baginya melihat ibunya bercerita menggerutu di hadapan ayahnya dulu. Tapi kali ini, sosok ibunya berubah setelah ayah pergi. Bagi Aria, ibu adalah sosok yang kuat tanpa membiarkan orang lain mengusik kehidupannya terutama sang anak.

Memilih bersama ibu adalah pilihan Aria, dia tahu ayahnya meninggalkan uang simpanan ke orang tuanya untuk Aria. Dia sempat di beritahu oleh ayahnya, tapi melihat kondisi ibu dan neneknya tidak baik, Aria memilih diam dan hanya ikut dengan ibunya dalam kondisi apapun. Akan terasa tidak adil jika seorang suami hanya menyisihkan harta untuk orang tuanya tanpa sepengetahuan istri dan anak.

Bella juga berpikir keras hingga dia meninggalkan restaurant yang sudah tidak berselera karena kehadiran mantan adik iparnya. Dia memilih pergi dan kembali mencari tempat tinggal. Di tengah jalan, Bella malah bertemu dengan keluarganya yang sangat jauh dari dugaan bertemu dengannya di jalan.

"Astaga Bella, apa ini kamu! Aku tidak mengira Kamu ternyata tinggal di kota besar. Apa yang sedang kamu lakukan di sini. Ini anakmu?"

Tiba-tiba seorang wanita duduk di kursi kosong tanpa permisi, bahkan deretan pertanyaannya membuat Bella terdiam mengingat wanita yang ada di hadapannya itu. Berpakaian sedikit terbuka juga riasan yang merona memang tepat mendapatkan julukan wanita penghibur untuk Mona. Hanya saja Bella bertanya bagaimana bisa adik ibunya itu ada di sana bahkan mengenalinya setelah tidak pernah bertemu untuk sekian lama.

Mona tersenyum tanpa ragu meraih makanan yang ada di atas meja tanpa menghiraukan Bella yang sedari tadi menatapnya tajam.

"Emm, makanan di restaurant ini memang yang terbaik. Meski masih banyak yang lebih bagus sih! Tapi kenapa kalian ada di sini, apa ada tempat yang mau kalian tuju dengan beberapa barang bawaan yang cukup banyak di samping kalian?"

Bab terkait

  • Ketika Mafia Terjerat Janda   Bab 3. Salah Rumah

    Meski Mona terus bertanya dan berbicara, Bella terlihat tenang menghabiskan makanannya. Dia juga membiarkan pelayan membersihkan meja memastikan putrinya kenyang baru melihat ke arah wanita yang masih duduk di hadapannya menunggu dia berbicara. "Ada apa, Kau menemuiku?" pertanyaan pertama Bella mengejutkan Mona. "Aku sudah bicara panjang lebar bertanya semuanya, bahkan tidak ada yang kamu jawab?" protes Mona. "Kalau begitu aku pergi." "Eh tidak tunggu dulu, La?" cegah Mona menghentikan Bella yang hendak pergi. Bella duduk mencoba mendengarkan apa yang akan dikatakan Mona. Sekarang wanita itu malah menjadi ragu, dia tidak mengira jika bicara pada Bella membuatnya sesulit itu merangkai kata hanya sekedar menyapanya saja. "Bagaimana kabarmu, orang rumah dan kamu sedang apa di sini?" "Seperti yang kamu lihat, aku baik-baik saja. Orang rumah yang mana kau maksud, tidak kah kamu lihat kalau kami sefang makan datang ke sini?" balas Bella. "Ah iya, maksudku ... Kamu minggat?" Mona meli

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-30
  • Ketika Mafia Terjerat Janda   Bab 4. Khawatir

    Bella khawatir tentang putrinya yang tinggal di lingkungan yang salah jika harus melewati hari dan malam yang sulit seperti sekarang. Dia berpikir keras sambil keluar dari rumah tantenya. Wanita tua itu memang sangat merepotkan jika Bella tidak waspada. "Apa Kau keponakan mami?" pertanyaan dari seorang gadis yang hanya mengenakan celana pendek dan kaos ketat berjalan mendekat. "Hmm." "Perkenalkan, aku Lisa." Dia mengulurkan tangan untuk berkenalan dengan wajah cerianya."Bella," sahut Bella. "Kau tinggal di sebelah tempat tinggalku, jangan sungkan ya!" seru Lisa. "Tentu." Bella berlalu pergi menuju kontrakannya. Meski di jawab dengan lugas, tapi Lisa tampak menyukai Bella dari raut wajah yang bersemangat tersenyum mengikuti Bella. Sadar diikuti, Bella berhenti berjalan. "Aw!" rintih Lisa menabrak punggung Bella. "Apa yang sedang Kau lakukan?" tanya Bella. "Aku kan juga mau ke tempatku." "Hmm, jalan di depan," tegas Bella. Lisa berjalan melewati Bella sambil mengamati setiap

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-30
  • Ketika Mafia Terjerat Janda   Bab 5. Anjing Kecil

    Bella masuk ke dalam rumah sambil memegang dadanya yang berdegup kencang akibat berlari, bahkan dia tidak mengkhiraukan orang-orang yang melihatnya berlari begitu saja. "Aku malah bertemu pria mesum yang lebih mengerikan," rutuk Bella menghela nafas. "Apa Ibu tidak tidur?" suara Aria mengejutkannya, dia berjalan mendekati anak gadisnya yang terbangun mendengar ibunya masuk sambil menutup pintu dengan keras. "Apa ibu membangunkanmu?" balas Bella. "Aku hanya kaget saja ibu menutup pintu." "Kembali tidur, besok masih harus sekolah kan?" Aria mengangguk kembali tidur meski ibunya masih duduk di hadapannya. Bella merutuki pria yang menariknya tadi, padahal dia berniat untuk melihat apa saja yang dilakukan tantenya hingga ada begitu banyak pelanggan pria berdatangan dan juga para wanita yang ikut berpasangan keluar masuk membuat dia merasa risih mengetahuinya. "Apa dia masih waras membuka tempat seperti ini apalagi ada anakku di sini?" rutuk Bella menyesal setuju untuk tinggal di tem

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-30
  • Ketika Mafia Terjerat Janda   Bab 6. CEO Yang Gila Bersih?

    Suasana menjadi aneh dirasakan Bella ketika dia berada di dalam satu ruangan dengan pria yang membuatnya tidak nyaman saat ini. Selain keberadaan Noah yang tidak dia sukai, ada juga tatapan dari wanita tadi yang sempat di tolak Noah tergantikan olehnya."Apa si tukang menggigit hanya bisa menggigit?" pertanyaan Noah membuat Bella kesal. Ingat Bella sedang bekerja, kenyamanan pelanggan adalah tugas utama yang harus dijaga olehnya. Bella menarik nafas mencoba untuk mengabaikan Noah setelah menaruh minumam dia berencana untuk kembali keluar tanpa harus berurusan dengan Noah. Ketika diabaikan, Noah mengerutkan dahi sambil merasa heran ada wanita yang bahkan menolak bertatapan dengannya. "Kau wanita apa bukan hah?" teriak Noah. "Mungkin Anda rabun jika tidak tahu jenis apa saya, Tuan," cetus Bella. "Hah, rabun? Kau ...." "Saya permisi," sela Bella pamit. "Hei, siapa yang menyuruhmu keluar hah!" teriak Noah mulai kesal. bella berhenti berjalan menoleh ke aah Noah yang tertegun mendapa

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-14
  • Ketika Mafia Terjerat Janda   Bab 7. Gila Bersih?

    Di lain tempat dalam perjalanan pulang, Noah memikirkan apa yang dikatakan Bella selama masuk dan duduk di kursi mobil. Dia tidak menghiraukan apalagi menjawab pertanyaan sekretarisnya. Leo kebingungan apa yang terjadi dengan tuan mudanya padahal belum lama dia pergi dan Noah berada di bar ruang privat yang sudah dia sediakan, tapi Noah keluar sambil mendengys kesal dan terdiam setelahnya. "Apa menurutmu aku gila kehormatan?" Mendengar pertanyaan Noah yang tiba-tiba, Leo menoleh sambil memikirkan maksud dari tuan mudanya. "Bukan Anda yang gila hormat, Tuan. Tapi mereka yang merasa harus menghormati Anda karena Anda layak mendapatkannya," jelas Leo. "Apa hal itu penting?" Leo mengerutkan dahi, pertanyaan Noah semakin membuatnya kebingungan dari mana Noah mendapatkan deretan pertanyaan itu, padahal dia baru saja bersenang-senang dengan para wanita. "Untuk Anda yang sukses, itu harus Tuan." Leo berusaha mengimbangi pertanyaan Noah. "Apa Kau menyukai hal itu?" tanya Noah lagi. Leo

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-17
  • Ketika Mafia Terjerat Janda   Bab 8. Keinginan Pria Aneh

    Bella sedang menghitung jumlah tabungan miliknya, dia memikirkan pengeluaran dan juga kebutuhan Aria yang semakin besar. Dia kebingungan harus mencari pekerjaan tambahan kemana lagi, sedangkan satu kerjaan saja belum ada yang membantunya. Seketika ingat masa di mana Rafa selalu tahu apa yang sedang dipikirkan Bella, dia melihat lagi ke arah putrinya yang sudah tidur pulas di atas tempat tidur kecil meski cukup untuk berdua, tapi itu jauh berbeda dari dulu. "Bagaimana aku bisa membuat ini lebih baik dari sebelumnya?" gumam Bella.Merasa kesulitan menghadapi hari yang berat dengan pekerjaan yang sudah dia lalui. Menjadi pelayan cafe tidak sulit, tapi yang membuat dia berat ketika ada banyak tamu yang memperlakukannya dengan tidak baik. Terlebih lagi, dia juga takut jika putrinya tahu dan akan merasa malu jika ibunya bekerja sebagai pelayan di tempat hiburan.Bella mengela nafas tidak tahu harus melakukan apalagi agar dia bisa dapat penghasilan yang sepadan dengan kebutuhannya. Sebuah ket

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-01
  • Ketika Mafia Terjerat Janda   Bab 9. Terpaksa

    Perasaan tak tentu dirasakan Bella ketika dia dalam perjalanan kali ini bersama lima wanita lainnya yang sibuk mempercantik diri, dia duduk di mobil berbeda dengan tantenya, bersama mereka yang biasa melayani pria. "Apa aku salah melakukan ini? Bagaimana kalau aku malah mengacaukan putriku," batin Bella bersandar sambil melihat jalanan yang asing baginya.Tidak ada yang mengajak Bella untuk berbicara, mereka hanya melontarkan tatapan merasa asing dengan kehadiran Bella diajak oleh Mona ke tempat penting kali ini. Sebenarnya dalam pikiran Bella hanya ada tentang putrinya dan segala resiko yang akan dihadapi jika anak gadisnya itu tahu tentang apa yang sudah diambil langkahnya kali ini.Perjalanan yang cukup panjang membuat dia merasa lelah, para wanita yang sudah dari 1 jam lalu berdandan dan mempercantik diri juga merasa kebosanan dan tidak jarang dari mereka yang merutukii perjalanan hingga harus mengoles ulang riasan mereka. Saat Bella melihat ke arah jendela mobil dia merasa kendar

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-21
  • Ketika Mafia Terjerat Janda   Bab 10. Obat Apa?

    Berdua di dalam kamar bersama dengan seorang pria yang memiliki reputasi besar di kota, membuat Bella berpikir keras duduk di samping Noah yang juga ikut duduk terdiam tanpa berbicara mendengarkan penegasan Bela. Dia menunjukkan sebuah plastik obat di tangannya lalu menoleh ke arah Noah yang juga memperhatikan tangan Bella."Apakah Kamu tahu obat apa ini, apa yang harus aku lakukan dengannya?" tanya Bella.Noah meraih plastik obat yang dipegang oleh Bella lalu memperhatikannya. "Mungkin Kamu harus meminumnya," ucap Noah."Kamu tahu, seumur hidup aku tidak pernah minum obat. Meskipun aku sakit sekalipun, bolehkah aku tidak meminumnya?" "Kalau begitu, jangan meminumnya buang saja," tegas Noah."Bagaimana kalau Kamu yang meminumnya?" tanya Bella lagi."Aku tidak suka minum obat tanpa segelas susu hangat dihadapanku," ucap Noah.Bella mengerutkan dahi dia menyesal tidak mendengarkan dengan jelas perkataan Mona tadi, dia berpikir keras hal apa yang harus dia lakukan. Bella menoleh kembali

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-21

Bab terbaru

  • Ketika Mafia Terjerat Janda   Bab 28. Masa Sulit Hilang

    Sudah berapa hari Noah melakukan perjalanan yang melelahkan berhadapan dengan para tetua besar dengan segala ambisi mereka yang membuat kepalanya sakit. Malam hari ketika dia sampai rumah dengan badan yang lelah, masih seperti biasa. Para pelayan sudah berbaris siap menyambut kedatangannya, awalnya Noah mengabaikan hal itu. Namun seketika dia teringat kalau di kediamannya ada Bella yang juga ikut menyambut kedatangannya. Panik sambil tertegun, Noah ingat Bella tidak menyukai rutinitas itu apalagi harus ikut melakukannya. "Bubar!" Sontak mereka yang mendengar penegasan nyaring dari Noah saling pandang keheranan. "Apa aku perlu mengulangnya?" tatapan tajam Noah membuat semuanya ketakutan berlalu pergi setelah membungkuk mendahului Noah kecuali Bella. Melihat Noah berjalan ke arahnya, Bella mulai memperbaiki pakaiannya. "Kenapa dia tiba-tiba menyeramkan, malah mendekat kesini!" rutuk batin Bella. Senyum simpul di wajah Noah mengejutkan Leo yang masih penasaran alasan tuan m

  • Ketika Mafia Terjerat Janda   Bab 27. Cara Mendekat

    Sampai di depan mobil, Bella berjalan mendekat meihat Noah masih berwajah dingin acuh tak menghiraukannya. Duduk di samping Noah, Bella memikirkan cara agar bisa mengembalikan suasana antara dia dengan Noah. "Aku harus apa?" batin Bella kesulitan mengawali perbincangan. Akhirnya, sampai di rumahpun tidak ada perbincangan di antara Bella dan Noah. Padahal Noah berharap Bella akan membujuknya dengan baik. Tapi malah mengabaikannya seakan tindakannya adalah hal biasa dan tidak ada yang terjadi. "Wanita ini memang tidak berperasaan!" rutuk batin Noah. Disambut Aria ketika turun dari mobil, Bella tersenyum masam sambil berbalik melihat kepada Noah yang sudah pergi begitu saja masuk ke dalam rumah. Aria menarik tangan ibunya yang terdiam, Bella masih kebingungan harus mengatakan apa pada Noah. Langkah kakinya pelan berharap Noah berbalik dan mengajaknya bicara lagi seperti sebelumnya. Aria penasaran apa yang terjadi antara Noah dan ibunya. "Apa sesuatu terjadi, Bu?" tanya Aria. "Tidak

  • Ketika Mafia Terjerat Janda   Bab 26. Salah Orang

    Di suasana yang cukup tenang, Bella merasa dirinya jauh lebih baik setelah banyak bicara dengan Noah. Padahal selama ini, tidak pernah ada hal untuknya berbicara pada seseorang apalagi tentang kehidupannya. Terlebih Noah yang baru dia kenal. "Aku mau pergi ke suatu tempat dulu," pamit Bella setelah merasa harus segera ke toilet dengan perasaan yang dia tahan. "Apa mau aku temani?" sahut Noah. Pertanyaannya membuat Bella terkejut sambil menggelengkan kepala malu. Bella berbalik pergi membiarkan Noah melihatnya melangkah pergi ke arah toilet. Dia bergumam membicarakan pria yang tanpa ragu menawarkan diri untuk menemaninya hanya untuk pergi ke toilet. "Apa dia sedang mengujiku atau memang dia tidak tahu batasan antara wanita dan pria?" Di tengah perjalanan, Bella malah berpapasan dengan orang-orang yang tidak pernah dia harapkan untuk bisa bertemu apalagi sampai berbicara dengannya. Mereka saling menatap, Bella yang mencoba mengabaikan.

  • Ketika Mafia Terjerat Janda   Bab 25. Di luar Kendali

    Bella merasa heran bagaimana bisa Noah mengajaknya ke sebuah sekolah elit yang terkenal di kota besar, mereka masuk disambut dengan baik malah tanpa ada kesulitan apapun. "Apa Aria akan menyukainya?" Bella masih memperhatikan area sekolah termasuk deretan fasilitas yang kemungkinan jauh lebih memadai di sekolah itu. "Dia pasti menyukainya," balas Bella."Itu bagus." Pembicaraan Noah bersama pemimpin sekolah juga memperkenalkan Bella padanya tentang anak mereka yang akan sekolah di sana. Walau tanpa ragu Noah mengatakan kalau mereka keluarga, tapi Bella merasa itu jauh lebih baik dibanding harus menutupinya dengan banyak hal yang akannmempersulit mereka. Setelah dapat persetujuan dan juga mendapat kelas yang bagus untuk Aria, Noah dan Bella berencana kembali ke rumah sekarang. Namun, saat di perjalanan Noah sengaja mengurangu kecepatan mobil untuk mencari moment bicara pada Bella. "Jadi itu yang Kamu maksud sesuatu yang membuatku senang?" tanya Bella tiba-tiba. "Lalu bagaimana?"

  • Ketika Mafia Terjerat Janda   Bab 24. Dekati Anaknya Dulu

    Penegasan Noah tentang pekerjaannya, membuat Bella berpikir keras. Apalagi sudah ada perjanjian kontrak kerja di hadapan mereka sekarang. "Entah sejak kapan Leo membuatkan surat kerja sedetail itu? Apa hidupku akan jauh lebih baik dari penjara jika ada di sini?" geruru batin Bella. Bella berpikir lama sebelum dia menandatangani perjanjian kontrak kerja itu, apalagi tujuannya hanyalah kebaikan dan masa depan Aria yang sampai saat ini masih belum kembali sekolah. "Leo akan mengurus sekolah baru untuk Aria, tidak perlu memikirkan apapun lagi," ucap Noah lagi. "Bagaimana dengan sekolah yang sebelumnya?" tanya Bella. "Sudah aku bilang, Leo akan mengurusnya. Apa yang membuatmu khawatir sekarang?" balas Noah. "Aku ... Seharusnya Kamu tanyakan dulu padaku dan kita berbicra dengan putriku," ucap Bella ragu-ragu. "Bukankah ini sedang kita bicarakan?" balas Noah. Bella merasa tidak bisa banyak bicara lagi, dia membaca isi kontrak satu sama lain. Meski Noah tidak mengatakan apapun tentang

  • Ketika Mafia Terjerat Janda   Bab 23. Kesepakatan

    "Sayangnya wanita itu sama sekali tidak menyadari semua perkataanku, seharusnya dia mengerti tentang apa yang ku katakan bahwa dia adalah wanitaku tadi. Tapi ternyata wanita itu sangatlah tidak peka sampai membuat aku malah ingin menariknya dan menegaskan tentang keberadaannya di sini."Noah berbicara sendiri di dalam hati dan pikirannya, tanpa menghiraukan Leo yang sedari tadi memperhatikannya."Kalau saja aku tidak ditekan mungkin aku tidak akan mengikuti kencan buta yang dibuat oleh nenek," ucap Noah membuang nafas berat. Leo yang mendengarnya berpikir sejenak hingga Dia berbicara. "Bukankah Nona Bella sudah ada di sini Tuan! Kenapa anda tidak melakukan seperti rencana Anda sebelumnya?"Ucapan Leo sejenak membuat Noah berpikir keras, dia tidak tahu kalau pernah membicarakan tentang Bella yang akan menjadi wanita pura-pura di hadapan keluarganya."Bukankah itu akan jauh lebih baik jika itu sungguhan?" ucap Noah tersenyum menyeringai."Anda tidak perlu berlebihan Tuan, bukankah nona

  • Ketika Mafia Terjerat Janda   Wanitaku

    Noah berhenti sejenak, dia menyimpan dokumen yang sedang dibicarakan bersama Leo. "Dia membuatkan sesuatu yang membuat indera penciumanku menjadi tajam," ucap Noah melihat ke arah pintu dapur. Leo ikut melihat ke arah dapur, dia memastikan ucapan Noah hingga Bella keluar dari dapur berjalan ke arah mereka. Noah terpesona melihat Bella yang mengenakan celemek di tubuhnya setelah dia memasak. Sejenak ternyata wanita itu sudah berdiri di hadapannya. "Kau mau makan sesuatu?" tanya Bella. "Apa yang Kamu buat?" balas Noah. "Makan di meja makan, Leo juga boleh," ajak Bella. Noah mengerutkan dahi, tatapannya tajam disadari Leo. "Terimakasih Nona, tapi saya sudah makan tadi." Leo mengerti Noah tidak pernah mau berbagi apapun yang membuatnya senang. "Kamu makan, tapi kenapa dia tidak mau makan?" tanya Bella. "Ini aku mau makan!" seru Noah mengejutkan semua orang. "Cepatlah," ajak Bella. Leo heran ketika melihat perubahan tingkah Noah di hadapan Bella, selama itu bisa membuat Bella ya

  • Ketika Mafia Terjerat Janda   Juru Masakku

    Melihat dirinya di depan cermin, Bella memang terlihat jauh lebih baik mengenakan gaun sekarang. Di banding dengan pakaian yang tadi dia kenakan, dia berbalik meski ragu tetap keluar dari ruang ganti. "Waw, Ibu cantik sekali!" seruan Aria membuat Noah berhenti melihat ponselnya beralih ke arah Bella yang tersipu malu mendengarnya. Noah melihat lekat Bella sambil memperhatikan perlahan. "Ayo!" ajak Noah. Bella terdiam heran dengan respon Noah, dia ingat biasanya pria itu akan bersemangat jika mengenai dirinya. Tapi kali ini selain mengajak dan memerintah dia untuk memilih beberapa pakaian dan mencobanya Noah terlihat hanya melakukan apa yang dia perintahkan. Selebihnya Noah sibuk dengan ponselnya dengan suasana pikir aja terlihat sedang banyak mengganggunya. Bella juga terkejut ketika beberapa pria yang ikut dengannya ternyata membawa begitu banyak bingkisan padahal pakaian yang mereka pilih adalah pakaian yang sudah dikenakan saat ini. Tapi dia bertanya-tanya apa yang Noah beli s

  • Ketika Mafia Terjerat Janda   Akhirnya

    Di bandara ramai dengan perbincangan orang-orang yang mengatakan tentang seorang wanita yang hilang dan di cari oleh beberapa pria yang berjaga sepanjang hari di depan bandara. Noah yang baru saja kembali dari rumah keluarganya, merasa penasaran apa yang sedang dibicarakan sekelompok orang di sana. "Padahal gadis ini cantik ya!" seru seorang pria melihat poster wanita. Noah berjalan perlahan melihat sekilas poster yang di pegang pria itu hingga dia tertegun melihatnya. Dia mengambil poster wajah Bella yang di buat asal hingga membuatnya kesal. Leo juga memperhatikan hampir semua orang di bandara memegang poster itu. "Pastikan tidak ada di antara mereka menyimpan poster itu!" tegas Noah menahan amarahnya. "Kalau membutuhkannya, Kau hanya perlu meminta bagian petugas depan yang membaginya. Malah mengambil punyaku." Tatapan tajam Noah membuat pria itu tidak berani bicara lagi, dia kesal dengan perbuatan seseorang menyebar wajah Bella dengan sembarangan. Apalagi mendengar pria lain

DMCA.com Protection Status