Isvara menonton saja bagaimana Gaska memberikan pelajaran kepada nanny sembari memakaikan Meysha seragam sekolah. Meysha juga seperti tidak peduli, dia terlalu bersemangat untuk bersiap ke sekolah karena akan di antar Isvara hari ini. “Ini dasinya dipasang seperti ini?” Isvara bertanya kepada Meys
“Ih bukan ituuuu … tadi nanny bilang ingin jadi maminya Caca juga,” ceplos Meysha polos membuat sang Nanny yang mendapat toleh dari Gaska dan Isvara menjadi kalang kabut. Nanny langsung menarik langkah pergi menyembunyikan dirinya di dapur. *** “Nanti Caca dijemput nanny sama supir ya … Papi sama
“Bu Isvara, bisa ke ruangan saya?” Widya menghubungi Isvara melalui Line telepon. “Baik Bu.” Walau bagaimana pun wanita itu CMO-nya jadi Isvara harus menghormati beliau. Isvara langsung pergi ke ruangan Widya meninggalkan pekerjaaannya. “Selamat siang Bu,” sapa Isvara sopan saat langkahnya memasu
Mood Gaska jadi buruk, dia tidak banyak bicara semenjak memasuki mobil yang dia kemudikan menuju arah pulang. Isvara ikut bersama Gaska karena tadi pagi meninggalkan mobil di rumahnya untuk bisa mengantar Meysha ke sekolah. “Ada apa Gaska?” Isvara bertanya sembari mengusap lengan berotot Gaska. G
Gaska sudah mengurus pernikahan di Pengadilian Tinggi Agama Bandung. Dia tidak main-main saat mengatakan ingin menikahi Isvara padahal Isvaranya sendiri begitu santai malah fokus mengembalikan kejayaan JP Corp. Jadi weekend ini Gaska ke Bandung membawa Isvara dan Meysha untuk berkunjung ke rumah p
Gaska tersenyum menanggapi celotehan putrinya kemudian mendongak menatap mami Aruna dan papi Adrian. Pria itu menarik langkah mendekat untuk bersalaman dengan kedua orang tua yang sudah Isvara anggap sebagai orang tua kandungnya sendiri. Sebelumnya dia sudah bersalaman dengan papa Galih dan mama T
“Katanya kamu mau bantu aku dapetin hak asuh Caca, mana buktinya? Kamu belum utus Pengacara untuk urus ini.” Cindya menuntut dengan wajah memberengut saat suaminya baru saja sampai di rumah. Ricky mengembuskan nafas panjang, dia raih tengkuk sang istri untuk melabuhkan kecupan di kening. Suami Cin
Papa kembali lagi mengembuskan nafas jengah, beliau jadi tidak berselera makan. “Paaaa.” Cindya merengek. “Cindya, jangan cari masalah lagi … sudahlah, kamu sudah bahagia bersama Ricky,” tegur papa menggunakan suara rendah karena Cindya tidak bisa diperlakukan keras apalagi kasar. “Betul, tapi ak