Tina dapat merasakan tatapan keraguan Alex padanya. Dia sadar jika Alex sedang mengujinya. Kemudian Tina menghela napas panjang dan menunjukkan wajah sedih.Dia harus memiliki cara untuk mengalihkan keraguan Alex. Tina lantas berkata dengan tegas. “Maksudmu, kamu ragu jika orang yang menyelamatkan kamu dulu itu adalah aku?” “Kamu tahu, Alex. Aku mengorbankan nyawaku untuk menyelamatkanmu, lalu sekarang? Tiba-tiba kamu meragukanku? Apa ini?” Alex terkejut. Tina memasang wajah kecewa dan marah. Dia lantas bangkit dan pergi begitu saja.“Kenapa Alex tak mengejar dan membujukku?” Tina berkata dalam hati dengan wajah cemas.Namun, dia menahan dirinya untuk memutar atau melihat Alex. Biasanya Alex sudah seperti adiknya yang akan membujuk jika marah. Tina sengaja pura-pura marah berharap dibujuk.Hingga Tina sudah keluar dari kafe, Alex tetap tak mengejarnya. Dia menoleh ke dalam, Alex masih dan sedang berbincang dengan ponselnya. “Apa sebenarnya yang sedang dicari tahu oleh Alex? Kenapa
Alex langsung mendatangi Jason, tetapi dia mendapatkan tatapan heran dan curiga. Dia bahkan sengaja membawa kotak makan siang. Yakin, Jason pasti belum makan, apa lagi dia sulit dihubungi dan sekretarisnya mengatakan kalau dia jarang keluar dari ruangan kerjanya. “Kenapa kamu melihatku seperti itu?” tanya Alex khawatir.“Aneh saja, hari ini kamu mengunjungi dua kali dan membawakan makanan. Apakah aku ini kekasihmu?” ucap Jason terdengar bercanda.“Astaga! Aku kira apa yang sedang kamu pikirkan. Memangnya aku tidak boleh perhatian padamu, sepupuku?”“Justru itu menggelikan dan membuatku curiga.” Jason berkata santai sekali.Kemudian Jason berkata lagi saat Alex duduk di sofa ruang kerjanya. “Apa Tina yang menyuruhmu kemari dan memintamu memberikan perhatian lebih?” tebaknya.Alex menggeleng. Dia lantas menunduk sedih, hingga Jason mengerutkan dahinya. Jason tak bisa disalahkan, karena dulu Alex seperti itu.Dulu, Alex selalu bersedia dengan senang hati jika Tina memintanya untuk melih
“Kamu bertemu ibuku? Di mana?” tanya Lisa mencoba menyembunyikan wajah cemasnya.Tentu saja Lisa tahu kalau Clark sangat dekat dengan ibu dan mendiang ayahnya dulu. Clark mengangguk dan tersenyum.“Aku bertemu dengan ibumu di area perkantoran sipil. Katanya, dia sedang mengantar putri sambungnya bertemu dengan produser di sana,” jawab Clark terdengar santai.Lisa memaksakan senyumannya. Dalam hati, dia yakin kalau ibunya pasti sedang mengurus berkas untuk mengeluarkan namanya dari daftar keluarga. Namun, Clark tak menunjukkan ekspresi aneh.Wajahnya sedikit bingung. Lisa tahu Clark sangat menyayanginya, bahkan dulu dia selalu merasa punya dua ayah dan Gaia—putrinya Clark seperti saudari. Sepertinya dia belum tahu kalau Lisa dan ibunya tidak memiliki hubungan baik.“Ah, ngomong-ngomong. Sedang apa kamu di sini?” tanya Clark pada Lisa, lalu menoleh pada Ryan. “Apakah dia ...”“Dia Ryan Lohan, teman baikku, Paman.” Lisa menjawab langsung tanpa menunggu Clark menyelesaikan pertanyaannya.
“Lisa, kamu yakin akan ke rumah ibumu dengan Clark?” tanya Ryan setelah mereka berdua tanpa Clark.Lisa hanya mengangguk dan tersenyum tipis. Ryan tersenyum senang. Dia melihat ada sebuah keberanian di wajah sahabatnya itu.“Ibuku tampaknya mengatakan kalau dia memperlakukanku dengan baik dan sepertinya Tina tak bisa berkutik mengikuti semua ucapan ibuku. Aku penasaran ingin melihat sendiri kebenarannya,” kata Lisa terdengar getir menahan rasa sakit hatinya.Ya, itu adalah tujuannya. Lisa menambahkan. “Aku sangat mengenal seperti apa Paman Clark, Ryan.”“Apapun yang kamu lakukan, asalkan tak menyakiti hatimu, aku akan mendukungmu, Lisa,” kata Ryan mendukung.“Terima kasih, Ryan.”Lisa tersenyum senang. Ada sebuah harapan jauh di lubuk hatinya. Dia berharap kehadiran Clark bisa memperbaiki hubungannya dengan Nania.Sebenci dan sesakit luka di hati Lisa, dia masih berharap ibunya sadar dan mau menyayanginya seperti dulu. Itulah alasan Lisa meminta bantuan Clark untuk mengatur waktu maka
Nania terkejut saat melihat Clark keluar dari mobil bersama Lisa. Dia panik dan ketakutan, serta pikirannya melayang. Rasanya seperti hendak disidang, apa lagi melihat keakraban keduanya.“Kenapa Lisa tak memberi kabar akan datang bersama Clark,” ucap Nania dalam hati.Setengah mati dia panik memikirkan alasan jika Clark datang dan Lisa tak ada di rumah. Dia bahkan sudah berdiskusi dengan suaminya, Tina dan semua pekerja rumahnya agar tak menunjukkan tanda jika mereka memperlakukan Lisa buruk. Semua pegawai rumahnya harus bisa memuji putrinya.Bahkan Nania meminta Tina mengganti foto-foto di kamarnya dengan foto putrinya. Tentu saja, Nania cemas jika Clark berniat mengunjungi kamar Lisa. Tina menempati kamar yang seharusnya menjadi milik Lisa. Tina dan Mike—ayahnya Tina, lebih terkejut dari Nania. Sementara Clark dan Lisa berjalan semakin dekat dengan senyuman bahagia. Nania ingin marah pada Lisa, merasa dipermainkan, tetapi tidak mungkin. Clark pasti akan curiga, jika selama ini sud
Kata-kata Lisa terucap dengan nada lembut, namun Nania bisa merasakan setiap sindiran yang terkandung di dalamnya. Ada rasa perih yang terpendam, luka lama yang sengaja diungkit kembali, seolah Lisa ingin membalas dendam kecil untuk semua yang ia alami selama ini.“Sayang, kenapa kalian terus berbincang di depan? Bawa masuk mereka ke dalam! Makanan di atas meja akan segera dingin.” Mike menyela berusaha mengalihkan semua pembahasan tentang Lisa.“Oh Tuhanku. Aku terlalu gembira dengan kedatangan Lisa dan Clark, hingga lupa kalau tujuan kalian datang untuk makan malam,” sahut Nania mencoba tetap terdengar hangat. Kemudian dia menoleh pada Lisa dan Clark. “Ayo masuk dan kita makan malam. Aku sendiri yang memasaknya, spesial untuk kalian.”Nania lantas merangkul Lisa dan membawanya masuk. Tentu saja, dia harus bisa menunjukkan kesan hangat pada putrinya di hadapan Clark. Sayangnya, tujuan Nania mencari celah untuk membisikkan kata-kata yang mungkin saja mewakili kekesalannya atas permai
Lisa mengangguk, lalu tersenyum sinis. Tina menyelamatkan ibunya dan mencari cara aman. Dia melirik Clark yang menatapnya penuh dukungan.“Ya, kamu benar, Tina. Mengingatnya hanya membuat rasa sakitku semakin mendalam. Hingga rasanya aku ingin mencabik-cabik wajah suamiku dan wanita itu hingga hancur.” Lisa berkata seraya menghancurkan makanan miliknya di atas piring.Suara dentingan garpu dan sendok beradu sangat keras sekali. Makanannya hancur dan tak berbentuk lagi. Kemudian Lisa tersenyum kaku, menyadari semua mata tertuju padanya.“Oh, maaf. Aku terlalu kesal jika mengingatnya,” ucap Lisa seraya menatap wajah mereka satu persatu.Suasana di meja makan terasa panas dan menegangkan. Wajah Tina bahkan terlihat merah padam, tetapi dia tak bisa berkutik. Bahkan Nania hanya bisa menelan salivanya.Clark lantas menggenggam tangan Lisa dan tersenyum tulus. “Aku tahu perasaanmu, Lisa. Memang itu yang harus kamu lakukan agar mereka tak lagi menyakitimu,” ucapnya dengan tatapan mendukung.“
Lisa menatap Tina dengan penuh amarah. Kata-kata yang baru saja keluar dari mulut saudara tirinya itu seperti racun yang mengalir dalam tubuhnya, membakar setiap emosi yang berusaha ia kendalikan. Namun, dia tahu Tina ingin melihatnya hancur. Membalas dengan kemarahan hanya akan memberikan kepuasan pada wanita di hadapannya. Senyuman sinis adalah balasan yang tepat untuk Tina, seraya menenangkan amarahnya. Dia tidak akan memberikan Tina kemenangan. Wanita licik di hadapannya pandai mencari celah kekurangannya untuk menyerang."Tina," seru Lisa dengan suara rendah nan sinis. "Kamu benar, kematian mungkin saja menjadi hadiah bagiku. Tapi, tahukah kamu apa yang lebih baik daripada kematian? Hidup cukup lama untuk menyaksikan wajahmu yang penuh kekalahan saat rencanamu gagal total."Tina melotot terkejut mendengar balasan Lisa. Bibirnya bergerak seolah ingin mengatakan sesuatu, tapi tidak ada yang keluar. Suara giginya yang beradu menunjukkan dia terbakar amarah.Lisa melangkah mendekat,
Lisa hendak membuka mulutnya, tetapi Ryan menggeleng, isyarat dia belum selesai dengan ucapannya. Namun, Jason menyela. “Ryan, kamu tak perlu melakukan ini semua! Kamu berlebihan dan hanya akan membuat semua ini tak nyaman. Kita juga pernah membahas ini, bukan? Jangan membebani Lisa!”“Tidak, Jason! Justru aku harus melakukan ini semua. Kalian masih saling mencintai dan aku tak ingin terjebak dengan rasa bersalah di sisa hidupku.” Suara Ryan tegas tanpa keraguan.“Aku sadar, kalau kalian sebenarnya saling berkorban, menjaga hati agar orang yang kalian cintai tak terluka. Namun, itu tidak benar! Aku tak ingin terlihat egois, Jason. Lisa tak akan bahagia jika terus bersamaku. Di dalam hatinya Lisa hanya ada kamu ... Jason Abraham!” Ryan menambahkan dengan tegas dan penuh keyakinan. “Kamu tahu kebahagiaanku adalah me
Ryan terdiam dan termenung setelah Alexandra pergi. Tentu saja semua ucapan Alexandra memang benar. Beberapa ingatan mencuat seolah memberikan dukungan dengan semua ajakan Alexandra.Terutama tentang Lisa. Ryan menemukan sebuah obat yang merupakan alat kontrasepsi darurat. Saat itu dia berpikir Lisa memang belum siap untuk hamil atau memang karena mereka belum menikah.“Sepertinya itu alasan hatinya Lisa. Dia pasti masih belum melangkah maju dari Jason,” gumam Ryan mencoba menyimpulkan.Dulu, dirinya dirundung ambisi yang tinggi untuk mendapatkan Lisa. Apa lagi saat tahu jika Lisa yang selama ini dicintainya, ternyata disakiti oleh lelaki lain. Tujuan awalnya yang hanya ingin melindungi berubah menjadi ambisi.Semuanya berubah setelah melihat bagaimana Lisa m
“Biarkan dia masuk!”Ryan yang sudah berada di kantornya terlihat ragu dan bingung saat sekretarisnya mengatakan seorang wanita ingin bertemu dengannya. Wanita itu mengatakan ingin membahas tentang Lisa. Dia pun melihat rupa wanita itu dari CCTV, tetapi tak mengenalnya.“Mungkin itu teman masa kecil Lisa atau memang dulu mengenalnya?” gumam Ryan meyakinkan dirinya.Bukan tanpa alasan, sejak Lisa tinggal di panti asuhan, dia selalu terbuka padanya. Wajar saja jika Ryan mengenal siapa saja yang mengenal Lisa dengan baik. Seingatnya, Lisa tak banyak memiliki teman.“Silahkan masuk!” seru Ryan mendengar pintu ruangan kerjanya diketuk.Wanita cantik anggun dan berkelas melangkah tanpa ragu
“Bukan tentang Sean, tetapi tentang kamu.” Olivia menjawab dengan wajah serius.Lisa tampak terkejut dan bingung. Namun, dia tak punya pilihan untuk menolak mendengar penjelasan Olivia. Mereka berbincang sebentar di dalam mobil sesuai permintaan Olivia.“Sejujurnya ini semua berawal dari keegoisanku, Lisa. Seharusnya aku memperlakukanmu dengan baik dan lebih sering memberikan ucapan terima kasih,” kata Olivia memulai pembahasan berat.Olivia terdiam sejenak, menghirup napas dalam, mengingat pembahasan dengan Lisa akan sangat panjang. Lisa pun hanya diam dan menyimak. Dia memberikan kesempatan pada Olivia menjelaskan semua isi hatinya.Tak tahu apa intinya perbincangannya, yang jelas Lisa merasa was-was. Jantungnya terasa berdebar kencang, te
Tina ditemukan meninggal esok harinya. Dia bunuh diri menegak cairan pembersih toilet. Tak ada yang menangisi kematiannya.Mike, ayahnya bahkan merutuki perbuatan bodoh Tina. “Kenapa kamu menjadi lemah, Tina? Seharusnya kamu berpikir mencari cara agar bisa bebas.”“Sepertinya aku terlalu memanjakannya sehingga Tina tak bisa menjadi pintar.”Namun, Mike tetap berpura-pura merasa sedih dan menangis kencang saat polisi mengizinkan melihat jasad Tina untuk yang terakhir. Mike meminta agar kematian Tina diusut dan mencari penyebab bunuh dirinya, tetapi permintaannya tak dikabulkan. Padahal dia berpikir, mungkin saja bisa meringankan hukuman untuknya.“Tak ada keanehan pada Katrina Wilde. Dia pasti merasa tertekan dan putus asa karena semua kejaha
“Untuk apa kau menemuiku? Apa belum puas melihatku menderita?” Suara Tina sinis dan ketus. Wajahnya lemas dan penuh keputusasaan.Jenifer menuntut Tina menipu dan menapuasi kontrak. Tentu saja Jenifer bisa melakukannya sebab uang pembayaran untuk Tina sudah diterima. Dengan bukti yang tersiar secara langsung saat jumpa pers Tina, membuat tuntutan kuat dan tak terbantahkan.Tina juga terjerat tuntutan Nania, sebagai kaki tangan Mike pada kasus penipuan. Semuanya membuat Tina tak akan bisa lolos dari jerat hukum. Dia juga dibenci dan dihujat para penggemarnya.Nama Tina langsung meredup. Semua usahanya sia-sia dan dia kini sendirian dalam kesengsaraan. Nania pun memastikan Tina tak berada dalam gedung yang sama di penjara. Terakhir dari Ryan.Sesuai yang direnc
“Jasmine Walley pelakunya. Sekretarismu, Nania.”Nania sangat terkejut mendengar penjelasan Clark. Dia baru saja tiba di kantor polisi, tetapi Clark memilih menjelaskan semuanya. Clark berpikir, Nania harus bisa menenangkan dirinya dahulu sebelum menemui pelaku tersebut.“Berani sekali dia mengkhianatiku, Clark? Jasmine sudah bekerja padaku lebih dari 20 tahun dan aku sangat percaya padanya. Aku memberikan apapun yang dia mau, bahkan aku mengenal baik seluruh keluarganya,” kata Nania kecewa. “Bagiku, karyawanku sudah seperti keluarga. Kami mencari uang di tempat yang sama dan keluarga harus saling membantu.”Air mata Nania mengalir deras. Dia sungguh tak menyangka dengan pengkhianatan ini. Clark menepuk pundaknya, mencoba menenangkan dan memberikan dukungan.
“Dia cucuku, benarkan?” Christian menunjuk Sean dengan tatapan menuntut.Wajah Lisa semakin cemas dan kesal. Dia menatap pada mantan ayah mertuanya marah. Alex tak tinggal diam, dia menahan tubuh Christian yang hendak mengejar Sean.“Paman, kendalikan dirimu! Jangan membuat keributan di sini!” Suara Alex tegas dan lugas.Kemudian Alex menoleh pada Lisa dan memberinya isyarat untuk segera pergi. “Jangan hiraukan aku! Biarkan aku yang menangani ayahnya Jason!” ucapnya penuh pengertian.“Terima kasih, Alex! Aku menghargai bantuanmu,” kata Lisa tulus.Lisa langsung berbalik dan langsung menghampiri Ryan yang menggenggam tangan Sean. Mereka mengabaikan Christian yang berteriak
Ini bukan wewenangnya menjawab pertanyaan Sean, pikir Ryan. Dia lantas tersenyum mencoba memberikan ketenangan . Sean pasti akan terus merasa penasaran jika pertanyaannya tak mendapatkan jawaban yang tepat.“Bagaimana jika kamu memiliki dua ayah? Aku dan paman baik yang menjadi ayahmu ... jadi, kamu bisa memanggilku dan paman baik dengan sebutan ayah.” Ryan menjelaskan dengan lembut, menyembunyikan rasa cemasnya. Dia mencoba memberi pengertian dan mengalihkan rasa penasaran Sean.Melihat Sean yang tumbuh dengan baik, Ryan merasa tak rela jika dia ditinggalkan. Ryan ingin menjadi bagian dari hidup Sean dan juga Lisa, walaupun tahu jika yang pantas di posisi itu adalah Jason. Bukankah dia yang dulu merawatnya?Kali ini dia tak membenci Jason. Apalagi dengan semua perjuangan Jason Ryan hanya ingin Sea