Share

10

Penulis: Disi77
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-04 10:00:05

Sore hari saat Jason hendak pulang, Alex masuk ke ruangan kerjanya dengan wajah kesal. Dia langsung mencecar Jason.

“Ada apa denganmu, Jason?” tanyanya tanpa berbasa basi.

“Aku? Memangnya aku kenapa?” jawab Jason menaikan pandangannya.

Jason bahkan menunjuk dirinya. Alex pun menghela napas panjang, mengendalikan kekesalannya. Sepupunya itu tak mengerti arah tujuannya atau memang pura-pura tak mengerti.

“Kenapa kamu menjadi acuh pada Tina?” Alex langsung berkata pada intinya. “Kamu tahu? Tina menangis saat mengadu padaku karena kamu acuh padanya.

Jason menaikkan alisnya. Dia menatap bingung pada Alex. “Benarkah? Apa yang dikatakan Tina padamu?”

“Kamu tidak merasa kalau sudah membuat Tina bersedih?” Suara Alex melemah menahan kesal.

“Aku merasa tak melakukan hal yang salah. Tina hanya berlebihan,” sahut Jason diakhiri decak malas.

Kemudian Jason meraih tas kerjanya dan bersiap untuk pulang. Hari ini dia benar-benar lelah dan ingin segera beristirahat.

Namun, Jason terhenti lalu menepuk pundak sepupunya. “Alex, sebaiknya kamu jangan terlalu memanjakan Tina! Kenapa dia mengadu padamu … apa dia anak kecil yang sedang memohon bantuan?”

“Apa maksudmu?” ucap Alex. Dia lantas menatap heran pada Jason. “Jason, aku adalah saksi bagaimana kamu dan Tina saling mencinta sejak dulu.”

“Aku juga tahu bagaimana hubungan kalian kandas. Tapi, sekarang Tina sudah kembali dan datang untuk mengobati sakit hatimu! Jangan kamu siksa dia seperti itu. Aku sangat yakin Tina sangat mencintaimu.”

“Aku sedih melihat Tina bersedih.” Alex menambahkan dengan raut wajah iba.

Jason terdiam. Ia meresapi ucapan Alex. Entahlah, kenapa dia merasa hatinya sudah tak lagi berdebar saat berada di dekat Tina.

Sungguh, Jason tidak berniat acuh. Hanya saja saat melihat Tina, hatinya tak lagi bergetar. Jason tahu, bagaimana Alex sangat peduli padanya dan juga pada Tina.

“Baiklah, akan aku renungkan ucapanmu.” 

Setelah berkata Jason lalu  mengajak Alex untuk segera pulang. “Ah, Alex. Kamu mau menemaniku minum malam ini? Aku sudah berjanji pada Lisa untuk bercerai besok pagi. Aku ingin merayakannya denganmu.”

Mata Alex langsung berbinar. “Benarkah?” 

“Kalau begitu, aku akan menghubungi Tina. Kita rayakan berita menggembirakan ini.”

“Sebaiknya hanya kita berdua saja!”

“Kenapa?” 

Alex bingung. Ucapan Tina sepertinya benar. Setelah makan siang dengan Jason, siang tadi, Tina mengadukan semuanya pada Alex.

Tentu saja Alex yang selalu mendukung kebersamaan mereka tak terima. Sungguh, Alex tidak menyukai Lisa. Wanita cacat itu tak pantas untuk Jason.

Bagi Alex Tina dan Jason adalah pasangan paling serasi. Dia harus membuat Jason semakin dekat dengan Jason. Jadi, Alex harus mencari tahu penyebabnya.

“Tina sedang banyak tawaran foto shoot. Aku cemas nanti dia mabuk dan mempengaruhi kesehatannya.” Jason beralasan. Sadar, Alex melihatnya curiga. “Lagi pula aku takut nanti dia terkena skandal. Sekarang Tina adalah model terkenal, pasti banyak paparazi yang mengikutinya. Jika tidak hati-hati, karirnya bisa hancur.”

Hanya itu alasan yang tepat menurut Jason. Dan bagi Alex itu sangat masuk akal. Mereka pun memutuskan minum hingga pagi untuk merayakan kebebasan Jason dari Lisa.

“Seharusnya kalian bercerai sejak dulu, Jason. Atau membatalkan pernikahan.”

“Tidak bisa seperti itu, Alex! Dulu, nama baik keluargaku sedang dipertaruhkan. Jika aku membatalkan pernikahan, akan sulit menemukan investor yang mau menanamkan saham di perusahaanku. Keluarga Anderson cukup berpengaruh.”

“Ya, aku bisa mengerti. Tapi, setelah ini. Kamu akan mendapatkan Tina. Dia lebih berpengaruh dan bisa mengharumkan nama baik perusahaanmu. Jika Tina menjadi brand ambassador perusahaanmu, itu adalah teknik marketing yang bagus.” Kata Alex, kemudian dia memuji Tina dengan bangga.

Namun, hati Jason tak sependapat dengan ucapan Alex. “Tina memang sudah menjadi model terkenal dan diincar banyak perusahaan. Tapi, kenapa aku masih ragu pada kemampuannya.” Jason berkata dalam hati. Dia tahu jika Alex mendengarnya, pasti tidak akan setuju.

Esok paginya, Lisa bangun dengan telinga dan kepala kesakitan. Tangannya memegangi kepalanya berusaha bangun dari kasur. Lisa merasakan dari telinganya mengeluarkan sesuatu.

Lisa merabanya dan melihat darah keluar banyak. Bantal tidurnya pun berlumuran darah. Kepalanya pun semakin berdenyut hebat.

“Benar juga. Kemarin aku lupa minum obat karena begitu bersemangat bekerja direstorannya Tuan Damon.” 

Ya, kemarin siang Lisa keluar tanpa membawa obat dan dia langsung bekerja. Lisa pun langsung bergegas ke kamar mandi, membersihkan darah dari telinga dan mencuci tangan. Kemudian ia kembali ke kamar, membuka lemari kecil di samping mengeluarkan obat.

Lisa langsung meminum obatnya. Ia kembali memegangi kepalanya seraya memijat lembut agar rasa sakitnya segera berkurang. Obat dan pijatannya sangat luar biasa, pikirnya. 

Setelah tak terlalu sakit, Lisa langsung bergegas mandi dan mencuci sarung bantal yang kotor karena darah. Lisa ingat pagi ini dia akan pergi ke kantor sipil untuk mengurus perceraian dengan Jason. Mengingat hal itu, Lisa menjadi bersemangat dan tak sabar.

“Semoga saja tak ada halangan.” Lisa berdoa sepenuh hati.

Selesai mandi. Ia langsung bergegas membuka lemari kayu berukuran kecil. Wajahnya sedikit murung, tak banyak baju bagus yang dimilikinya. 

“Gaun warna cerahku kotor. Padahal aku ingin menunjukkan jika hari ini sedang bahagia.”

Akhirnya Lisa memilih gaun selutut dengan warna pastel. Ia melengkapinya dengan kardigan warna senada. Tubuhnya harus tetap hangat, musim hujan akan segera tiba.

Lisa bercermin sebenar sebelum bersiap pergi. Wajahnya sangat pucat. Ini tak boleh dibiarkan, tetapi bagaimana cara menutupinya.

Lisa tak punya perlengkapan make up. Dulu Lisa selalu berdandan untuk Jason. Dia berharap suaminya akan senang jika melihat istrinya cantik.

Namun, Jason tak pernah menganggapnya istri. Jason justru meledeknya saat menyambutnya dengan make up yang cantik. “Badut lebih baik dari wajahmu.” Kata Jason menghina.

Akhirnya Lisa memutuskan untuk tak membeli make up. Dia hanya memiliki pelembab agar wajahnya tak terlalu kering. Namun saat ini Lisa sadar, make up bisa menutupi wajah pucatnya. 

“Lebih baik aku beli make up dulu dan memakainya saat perjalanan ke kantor sipir di dalam taksi.” 

Benar, Lisa tak bisa berlama-lama. Dia tak ingin terlambat, lalu Jason mengiranya tak ingin bercerai. Tak perlu lengkap, hanya bedak, lipstik, pemerah pipi dan maskara. Tiba-tiba saja Lisa ingin terlihat cantik. 

Lisa tak terlalu bodoh. Dia pandai merias wajahnya menjadi cantik. Tak perlu make up tebal, yang terpenting wajahnya terlihat segar dan tidak pucat seperti pagi tadi.

“Pak, bagaimana penampilanku?” tanya Lisa pada sopir taksi saat yang ditumpanginya sudah berhenti di gedung sipil.

Entahlah, Lisa tiba-tiba merasa gugup. Setidaknya dia harus yakin jika wajahnya tak terlihat pucat. Sopir taksi itu tersenyum takjub.

“Luar biasa, Nona. Kamu terlihat berbeda sebelum naik taksiku,” kata sopir itu memuji.

“Benarkah? Aku jadi malu.”

“Sungguh! Aku berkata jujur, Nona. Kamu sangat cantik.”

Sopir itu bahkan tersenyum dan menunjukkan wajah yakin. “Apakah kamu ingin membuat mantan suamimu menyesal telah menceraikanmu?” tanyanya tiba-tiba.

Tentu saja sopir itu mengerti tujuan Lisa. Bukankah dia berhenti di depan kantor persidangan yang mengurus perceraian. “Aku harap proses percerianmu berjalan dengan baik dan mantan suamimu menyesal sudah menyia-nyiakanmu, Nona.”

Bab terkait

  • Ketika Istri Billionaire Pergi   11

    “Terima kasih banyak, Pak.” Lisa berterima kasih dengan tulus.“Tunggu, Nona!” Lisa yang hendak mendorong pintu mobil langsung menoleh pada si sopir. “Ada apa, Pak?” tanyanya heran, tetapi sopir itu tersenyum lalu memberikan sebuah jeruk segar berukuran sedang untuknya.“Terimalah ini! Kemarin mertuaku datang membawakan hasil panennya. Istriku memintanya untuk berbagi dengan penumpangku agar mereka puas dengan pelayananku,” jelas sopir itu ramah. “Ayah mertuaku menanam jeruk dengan tangannya sendiri dan merawatnya dengan sepenuh hati. Percayalah rasa jeruk ini sangat manis dan bisa membuat suasana hatimu selalu ceria.”Jeruk itu pun diterima Lisa dengan senang hati. “Oh Tuhanku, Anda baik sekali, Pak. Sampaikan terima kasih pada mertua dan istrimu, Pak. Semoga Tuhan memberkati kebaikan Anda dan keluarga.”“Amin.”Suasana hati Lisa benar-benar lebih baik. Dia merasa ini semua adalah dukungan untuknya. Langkah Lisa terhenti saat ia baru saja melangkah. Mobil Lamborghini Aventador, memb

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-05
  • Ketika Istri Billionaire Pergi   12

    Tak pernah sekalipun Lisa membenci Alex, meskipun dia tak pernah tahu alasan lelaki itu membenci dirinya. Jika melihatnya, selalu mengingatkannya pada Fedro, mendiang adiknya yang tewas saat kecelakaan bersamanya dulu. Lisa selalu bersyukur Alex bisa selamat hal itu seolah mengobati rasa bersalahnya pada Fedro.Tentunya Lisa tahu kalau meninggalnya Fedro bukan karena kesalahannya. Kendaraan yang ditumpanginya bersama ayah dan adik lelakinya mengalami kecelakaan. Namun, hanya Lisa yang selamat, sehingga semua orang menyangka dialah penyebab kecelakaan tersebut.Alex tak pernah tahu saat dia sudah dirawat di rumah sakit setelah kecelakaan, Lisa selalu berdoa dengan tulus memohon kesembuhan untuk dirinya. Bahkan Lisa selalu meletakan bunga krisan di atas nakas ranjang rawatnya Alex. Sayangnya saat itu, setiap Alex membuka mata, yang dilihatnya adalah Tina.Lisa tak pernah tahu, tetapi dia selalu berpikiran baik. Mungkin sama seperti yang lainnya, Alex tak menyukai dirinya hanya karena d

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-06
  • Ketika Istri Billionaire Pergi   13

    Tuan Damon, pemilik restoran tempat Lisa bekerja menyapa Ryan dengan hangat, bahkan memberikan senyuman. Lisa tahu Tuan Damon jarang keluar dari ruangannya, apa lagi menyapa pelanggan semenjak dia bekerja. Bahkan mengizinkannya menemani Ryan dengan alasan restoran sedang sepi pelanggan.Bahkan Tuan Damon mengambil alih pekerjaannya. Tentu saja wanita canggung. Sementara Ryan terlihat santai dengan perlakuan majikannya.“Kenapa Tuan Damon kelihatan seperti sangat menghormatimu? Apa aku melewatkan sesuatu?” tanya Lisa sambil tersenyum kecil. Nadanya sedikit bergurau, mengingatkan masa-masa dulu.Ryan tertawa ringan. Ada sedikit rasa gugup yang bersembunyi di balik tawanya. “Ah, mungkin karena aku sering datang ke sini. Mereka sudah hafal dengan pelanggan setia,” jawabnya santai.Lelaki itu seolah menyembunyikan sesuatu, seakan Lisa tak boleh mengetahuinya. Ya, sebenarnya Ryan adalah pemilik gedung restoran itu dan tak ingin Lisa tahu. Bagi Ryan, lebih baik sahabatnya itu menganggapnya s

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-06
  • Ketika Istri Billionaire Pergi   14

    Tina menyeringai, lalu menatap pada Tuan Damon. “Aku sungguh kecewa dengan karyawanmu. Padahal sedang mencari restoran untuk mentraktir teman-teman kru pemotretanku dan kukira restoran ini adalah tempat yang tepat,” ucapnya.“Sungguh sangat disayangkan.” Tina melanjutkan.Tuan Damon terkejut. Dia masuk perangkap jebakan Tina. Tentu saja dia tidak ingin membuat kesan yang buruk untuk Tina, yang merupakan model internasional. Kehadiran Tina bisa memberikan keberuntungan untuk restoran, pikirnya.“Katrina Wilde, tolong maafkan kesalahanku. Karyawanku lalai … itu sungguh hal yang memalukan,” ucap Tuan Damon seraya menundukkan wajahnya. Dia memohon dengan sangat hati-hati.Kemudian Tuan Damon melirik Lisa dan mendesis. “Nona Lisa, apa yang sedang kamu lakukan? Cepat minta maaf pada Nona Wilde!” “Apa? Kenapa aku harus meminta maaf? Aku tidak melakukan kesalahan?” sahut Lisa menolak.“Oh Lisa, aku tahu kamu pasti merasa sungkan padaku. Kamu kabur dari rumah suamimu karena malu, benarkan?” c

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-06
  • Ketika Istri Billionaire Pergi   15

    “Tidak mau? Lupakan saja!” “Baiklah. Aku menerimanya.”Tina tersenyum puas saat Lisa menjawab dengan panik. Ia mempunyai kesempatan untuk menyiksa saudara tirinya. Kemudian Tina langsung menghubungi teman-temannya. Wajah Lisa terlihat lemas, tetapi dia sedang mempersiapkan diri agar bisa kuat. Lisa harus terlihat bersemangat dan memastikan tak membuat kesalahan. Dia tahu jika Tina sengaja membuatnya menderita.Benar saja, Lisa hampir kewalahan menyiapkan pesanan dari 50 orang teman-temannya Tina. Dia dipaksa cekatan dan cepat. Hanya seorang diri, sangat menguras tenaganya.Tina bahkan sengaja memberikan pesan pada mereka untuk membuat Lisa terlihat bodoh. Bahkan mereka tak segan meneriaki Lisa dan memaki jika dirasa lambat. Sungguh, mereka tak melihat wajah lelahnya Lisa.“Hei, kenapa kamu lambat sekali. Aku sudah kelaparan.”“Pesananku mana?”“Aku tak mau yang ini, ganti pesananku!”Hingga salah satu dari temannya melihat alat bantu dengar yang tersemat dalam telinganya Lisa. Tiba-

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Ketika Istri Billionaire Pergi   16

    “Memangnya apa yang sudah kulakukan?” Lisa berteriak pada ponselnya.Suaranya terdengar lantang oleh Nania di balik telepon. Lisa benar-benar tak tahan dengan semua ini. Dia sudah dibully dan dipermalukan oleh Tina, tetapi ibunya justru mengatakan dia sudah membuat malu.“Anak bodoh! Tina mengadukan padaku kalau kamu bekerja menjadi pelayan di restoran kecil. Bagaimana kalau ada yang melihat kalau kamu bekerja di sana?” Nania berbicara lantang dari teleponnya. “Sungguh, kamu adalah orang yang tahu diri.”“Memangnya kenapa kalau aku bekerja di restoran kecil? Aku tak menyusahkanmu dan tak ada yang mengenaliku,” kata Lisa dengan suara lemas.Air mata Lisa mengalir deras. Dia tak peduli banyak orang yang mendengar teriakannya atau merasa terganggu. Lisa memekik dan menangis, meluapkan isi hatinya. “Lagi pula siapa yang mau kenal denganku, Melisa Anderson yang cacat ... dibuang oleh Ibu dan keluarganya.”“Kalau begitu kamu menghilang saja sekalian dari dunia ini! Aku benar-benar malu pun

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Ketika Istri Billionaire Pergi   17

    Matahari siang menyusup melewati tirai tipis jendela motel tempat Lisa tinggal. Cahaya yang masuk tak mampu mengusir kelam yang masih menyelimuti hatinya. Lisa terbangun dari tidurnya, kepalanya terasa berat seolah terhimpit oleh semua beban yang ia rasakan. Matanya sembab, sisa tangis yang tiada hentinya mengalir sepanjang malam. Kesedihan, rasa malu, dan kekecewaan menggerogoti hatinya, terutama setelah dipermalukan oleh Tina, saudara tirinya.Dia menarik napas dalam, menatap kosong ke arah langit-langit. Pikirannya dipenuhi rasa bersalah yang tak semestinya ia pikul. Kata-kata ibunya, Nania, terus terngiang di telinganya."Kamu selalu menjadi beban, Lisa! Kamu mempermalukan keluargamu sendiri!"Air mata mulai menggenang lagi di matanya. Sungguh, dia tak bersalah. Kecelakaan itu bukanlah kehendaknya. Dan sekarang, bukan hanya kehilangan orang-orang yang dicintai, Lisa juga harus menanggung beban menjadi tuli. Akan tetapi, kenapa ibunya tidak pernah melihatnya sebagai korban? Kenap

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Ketika Istri Billionaire Pergi   18

    “Astaga, aku lupa kalau kamu pintar menguasai banyak bahasa sejak kita masih tinggal di panti asuhan ini.” Ryan berkata dengan wajah tak percaya. “Bagaimana bisa aku melupakan hal penting seperti ini.”“Lisa, kamu harus membantuku dan aku tak menerima penolakan!”“Oh tidak, Ryan. Kamu belum tahu kemampuanku sekarang?”Tiba-tiba dia merasa tak percaya diri. Namun, Ryan sangat percaya jika kemampuan Lisa tak akan hilang semudah itu. Dia tahu bagaimana wanita di hadapannya sangat jenius dan itulah yang membuatnya begitu tertarik pada Lisa.“Tapi, Ryan. Kamu bilang itu adalah acara besar. Bagaimana kalau aku mengacaukannya.” Lisa mengungkapkan rasa cemasnya.“Oh Tuhanku, Lisa! Hentikan omong kosongmu itu! Aku percaya kamu tak akan melakukan kesalahan apa pun. Aku percaya padamu!”Lisa ragu, tetapi Ryan terus meyakinkannya. “Lisa, kamu punya kemampuan yang sangat luar biasa dan itu bisa menghasilkan uang. Percayalah padaku! Kamu akan mendapatkan gaji yang jauh lebih besar dari pekerjaanmu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08

Bab terbaru

  • Ketika Istri Billionaire Pergi   82.

    Sean pun bersedia memaafkan Ryan. Kemudian mereka langsung pulang ke apartemen milik Ryan. Sebuah penthouse yang disiapkan untuk tinggal dengan Lisa dan Sean.Bahkan Ryan sudah mendekorasi kamar Sean dengan karakter kartun kesukaannya. Tentu saja Sean sangat menyukainya dan perlahan rasa marahnya menghilang.“Kamu suka dengan kamarmu?” tanya Ryan.“Tentu saja, Ayah. Ini sangat luar biasa,” jawab Sean antusias.Dia berjingkrak girang. Lisa yang melihat wajah ceria Sean, langsung tersenyum senang. Kebahagiaan Sean adalah segalanya untuknya.“Terima kasih, Ryan,” ucap Lisa tulus.“Sama-sama, Lisa,” balas Ryan langsung. “Biarkan Se

  • Ketika Istri Billionaire Pergi   81

    “Jangan cemas, Bibi! Aku pasti bisa mengatasi ini semua,” ucap Ryan meyakinkan. “Percayakan semuanya padaku!”Maria hanya menatapnya cemas. Namun, dia hanya mengangguk dan menepuk pundak Ryan seraya berkata. “Semoga saja kami masih tahu batasannya dan bisa menghargai semua ini, Nak. Aku selalu mendoakan yang terbaik untukmu.”“Amin. Terima kasih, Bibi.” Ryan berkata tulus.Kemudian dia bangkit. “Aku akan menemui Lisa dan Sean, meminta maaf. Mereka pasti ketakutan karena ulahku tadi,” ucapnya dengan wajah sesal.Sementara telinga Lisa sudah lebih baik, tetapi tatapan cemas Nania dan Sean belum mereda. Melihat perhatian Nania, Lisa benar-benar tersentuh. Ibunya kembali seperti dulu, penuh cinta dengan tatapannya.

  • Ketika Istri Billionaire Pergi   80.

    Ryan terkejut. Dia akhirnya sadar sudah membuat keributan karena rasa takutnya yang berlebihan. Wajahnya panik dan bingung.“Ryan, apa yang kamu lakukan?” Maria muncul dengan tatapan tak percaya.“Maaf, aku lepas kontrol,” ucap Ryan menyesali tindakannya.Kemudian Maria menoleh pada Lisa yang masih memegangi telinganya. Lisa mengeluarkan alat bantu dengarnya, berhadap bunyi dengungnya menghilang. Sedikit lebih baik.“Kamu tidak apa-apa, Sayang?” tanya Nania panik muncul di belakang tubuhnya.Lisa hanya mengangguk. Maria meminta Nania dan Sean untuk membawa Lisa ke dalam. Dia lantas menatap Ryan yang masih terdiam dengan raut wajah bersalah.“Ada apa denganmu, Ryan? Kenapa kamu menjadi arogan dan emosional?” tanya Maria dengan tatapan marah. Ryan menunduk. Bibirnya bergetar dan air mata penyesalannya mengalir deras. “Aku ... aku tak tahu, Bibi Maria. Tiba-tiba saja aku merasa sangat takut, hingga tak bisa mengendalikan diriku,” jawabnya jujur.Maria menoleh ke belakang. Lisa sudah tak

  • Ketika Istri Billionaire Pergi   79.

    “Terima kasih atas informasinya.”Jason berkata seraya menyerahkan ponsel tersebut. Tentu saja Tina terkejut, Jason tak menunjukkan rasa tertarik. Padahal sebelumnya, pria beraang tegas itu bereaksi sangat terkejut.“Kamu bisa pergi dan tak perlu lagi ke sini,” ucap Jason lagi seraya melirik pintu gerbang yang terbuka.“Apa? Kamu mengusirku?” tanya Tina dengan wajah syok. “Aku memberikanmu informasi yang sangat penting dan kamu hanya mengatakan terima kasih. Yang benar saja?”“Lalu kamu mau aku harus bertindak seperti apa?” Tina berdecak seraya mengusap rambutnya. Jason benar-benar berbeda dan ini tak sesuai dengan harapannya. “Kita bisa bekerja sama menangkap pelakunya, Jason,” katanya mencoba kembali tenang.“Tidak perlu, Tina! Aku bisa menangani masalahku sendiri. Kamu urus saja masalahmu,” jawab Jason langsung, tanpa ragu. “Aku tak ingin terlibat dengan hidupmu lagi.”Tanpa menunggu reaksi dari Tina, Jason langsung menarik handle pintu dan segera masuk. Dia meninggalkan Tina tanp

  • Ketika Istri Billionaire Pergi   78.

    “Paman baik!” Suara anak lelaki memanggil Jason dan langsung membuatnya menolah. Dia adalah salah satu anak panti asuhan yang sering bermain dengan Jason. “Paman kembali lagi? Ayo kita main lagi,” ajaknya.“Oh, maaf, Sayang. Aku harus segera pergi. Aku kembali untuk memberikan ini.” Jason berkata seraya memberikan dua box donat yang masih dipegangnya.Jason sangat dekat sekali dengan mereka. Anak itu pun tersenyum girang menerima pemeriannya. “Bagikan dengan teman-temanmu yang adil, ya!” pesannya.“Terima kasih, Paman baik,” jawabnya girang.Jason mengangguk tersenyum pada anak tersebut sebelum dia kembali masuk ke dalam. Sejujurnya dia penasaran dengan anaknya Lisa, tetapi ini bukan waktu yang tepat, menurutnya. Dia cemas jika Ryan akan bangun dan akan menimbulkan kesalahpahaman dengan Lisa.Setidaknya Jason sudah cukup tenang dan lega melihat Lisa jauh lebih baik. Ya, Jason bisa melihat Lisa kini banyak tersenyum, tak lagi banyak diam dan murung seperti dulu.Lebih baik dia bergega

  • Ketika Istri Billionaire Pergi   77.

    “Aku tahu, kalau penyesalanku ini terlambat. Sudah terlalu banyak luka yang kuberikan padamu, Lisa. Mungkin saja aku tak pantas untuk mendapatkan maaf darimu,” ucap Nania dengan air mata yang mengalir deras.Dia sungguh menunjukkan rasa penyesalan yang paling dalamnya. “Tapi, aku harap kamu mau memaafkanku, Lisa,” katanya lagi.“Setiap hari aku selalu berdoa agar Tuhan memberikanku kesempatan untuk memperbaiki kesalahanku dan menebus dosaku padamu. Aku menunggumu di sini dan aku berharap Tuhan mengabulkan doaku.” Suara Nania penuh harap dan ketulusan.Lisa terdiam. Dia melihat kesungguhan ibunya, hingga air matanya pun ikut menetes. Namun, ia merasa bingung harus bagaimana.“Ibu, dia siapa?” Sean bertanya seraya menarik lengannya dan langsung mengalihkan fokusnya.Sebelum Lisa menjawab, Nania sudah bertanya. “Lisa apakah dia?” Namun, Nania langsung terdiam. Dia menahan rasa penasarannya. Sadar, Lisa belum memberikan jawabannya. Nania menunduk, tak berani menebak jawaban Lisa. Air ma

  • Ketika Istri Billionaire Pergi   76.

    “Ada apa, Ryan? Sepertinya kamu mencemaskan sesuatu?” Pertanyaan Lisa langsung menyadarkan Ryan dari rasa cemasnya. Tampaknya dia terlalu berlebihan memikirkan rasa takutnya. Dia lantas tersenyum mencoba mencoba terlihat tenang.“Tidak ada. Mungkin aku merasa lelah saja. Sudah lama ku tak melakukan perjalan jauh,” jawab Ryan berbohong.“Oh, aku kira kamu sedang menghadapi masalah serius,” kata Lisa terdengar lega. “Kalau begitu, istirahatlah dulu. Perjalanan kita masih jauh, cukup untukmu beristirahat.”Ryan tertegun sejenak. Dia menatap Sean yang masih tertidur pulas dalam pangkuan Lisa. “Jangan cemaskan aku dan Sean. Kamu juga perlu beristirahat,” kata Lisa lagi memastikan.“Tapi, bagaimana denganmu?” tanya Ryan menjadi cemas dan sungkan.“Aku baik-baik saja, Ryan!” jawab Lisa langsung.Sejujurnya, Ryan ingin protes. Namun, dia memilih menyandarkan tubuhnya dan pura-pura tertidur. Dengan begini, dia bisa menenangkan diri dan memikirkan apa yang harus dilakukannya selanjutnya.Yang

  • Ketika Istri Billionaire Pergi   75

    Handphone milik Raymond berdering. Hampir saja Tina berteriak dan menjatuhkan karena terkejut. Matanya menyipit melihat nama pemanggil di sana.Hanya sebuah inisial saja. Tampaknya Raymond tetap menjaga rahasia tersebut. Itu adalah nomor yang memberinya perintah. Jantung Tina berdebar semakin cepat, dia bahkan lupa jika tujuannya hendak membuang tubuh Raymond.“Aku harus mencari tahu siapa yang menelpon Raymond dan yang memberinya perintah.”Tina lantas menjawab panggilan telepon itu. Namun, Tina tak bersuara. Dia menunggu si penelepon bersuara agar bisa menebak siapa pelakunya.Sayangnya hingga 30 detik berlalu, tak ada suara dari seberang sana. Tina menyimpulkan jika si penelepon tahu kalau ponsel itu tak lagi di tangan Raymond. Dia pasti sangat berhati-hati, pikir Tina yakin.Panggilan telepon berakhir. Tina tertegun dan terdiam dengan pikiran banyak tanya. Kemudian handphone itu berbunyi lagi, pesan masuk.Segera saja Tina membuka dan membacanya. “Siapa kamu? Bagaimana handphone i

  • Ketika Istri Billionaire Pergi   74

    “Apa maksudmu?” tanya Tina pura-pura tak mengerti.Raymond tersenyum sinis. Dia lantas melirik gelas berisi jus di tangannya. Tina pun menghela napas panjang dengan wajah seolah mengerti isi pikiran lelaki di hadapannya.“Kamu pikir, aku menaruh racun pada minumanmu?” “Siapa yang tahu?”Tina lantas meraih gelas di tangan Raymond. Dia lantas meminumnya tanpa jeda dan tak menyisakan sedikit pun. Kemudian Tina menunjukkan gelas kosongnya, seolah membuktikan dirinya tak seperti yang dituduhkan.“Puas?” tanyanya sengaja memasang wajah kesal.Raymond tercengang. Tentu saja itu adalah rencana Tina. Wanita itu tahu, Raymond tak bisa langsung ditipu.“Apa yang ada dalam pikiranmu, Ray? Kamu masih meragukanku? Padahal selama ini aku menurut padamu, walaupun kamu memperbudakku,” ucap Tina lagi dengan wajah kesal.“Maaf, Tina. Aku tak bermaksud,” sahut Raymond dengan wajah penuh sesal.Reaksi Raymond saat ini pun sudah Tina duga. Dalam hati, dia bersorak riang. Tina sudah hafal benar bagaimana ta

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status