Share

Bulan Madu

Malam setelah seluruh tamu pulang, aku dan Mas Emiel berada di kamar yang bertabur bunga mawar putih. Rasanya masih tak percaya lelaki baik ini adalah suamiku. Dia tersenyum melihatku gugup. Dan Jingga pun ikut tidur bersama kami.

"Kita tak perlu melakukannya sekarang, Lintang. Kau tidak boleh kelelahan."

Aku hanya mengangguk. "Iya."

Ujarnya setelah kami menunaikan sholat isya berjamaah. Aku memang lelah sekali kendati kepalaku rasanya sedang tidak baik baik saja.

Mas Emiel melipat sajadahnya, lalu naik ke tempat tidur. Aku masih berdiri dengan canggung, menyadari kini hanya berdua dengan lelaki asing.

Ah, tapi dia suamiku kan?

Mas Emiel menarik tanganku perlahan, menyuruhku berbaring di sisinya. Dia menyediakan lengannya sebagai bantalku. Aku tak mampu menolak, lalu masuk ke dalam pelukan suamiku yang hangat.

"Sekarang kau punya aku. Aku tak akan membiarkanmu menangis lagi, Lintang." Bisiknya merdu.

Hingga suara azan menggema di ruangan kanar tidur Mas Emiel. Kami beringsut dan meng
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status