“Vin, ini yang membuat Bu Erlita meninggalkan Pak Fazli dan Shera,” ucap Mbok Nah dengan netra berkaca-kaca.DEG!Savina tampak terdiam sambil mengamati sesuatu di tangan Mbok Nah. Ia mengambil sebuah surat kabar yang diberikan kepadanya.“Apa ini, Mbok?” tanya Savina dengan tatapan keheranan. Ia bahkan tidak paham dengan sikap Mbok Nah.“Di situ ada berita yang memuat menghilangnya Bu Erlita. Mungkin kamu akan paham, kenapa Pak Fazli selalu saja tampak sedih ketika membahas mendiang istrinya.” Mbok Nah meminta Savina untuk mengamati baik-baik berita yang ada di sana.Savina membaca berita yang dimaksud oleh Mbok Nah, wanita tampak terdiam dengan tangan bergetar. Seketika lidahnya kelu ketika melihat sebuah nama yang tertera di sana.“Pesawat Flying Air dinyatakan hilang kontak setelah dua puluh menit mengudara. Kemungkinan seluruh penumpang dan crew tewas, setelah pesawat diperkirakan jatuh di laut jawa.” Savina terdiam dengan netra berkaca-kaca ketika membaca kalimat demi kalimat
“Syarat? Syarat apa?” tanya Shera dengan tatapan lekat. Sepertinya anak itu mulai tertarik dengan permainan yang akan ditawarkan oleh Savina.Savina tersenyum kecil dan mulai mengatur siasat. Ia tidak boleh kalah oleh Shera. Mungkin selama ini, para pengasuh yang lain akan menyerah dengan kenakalan yang Shera ciptakan. Namun, hal itu tidak berlaku untuknya.“Tunggu sebentar!” ucap Savina sambil mengeluarkan sesuatu dari kantong bajunya.Shera terkejut ketika melihat sebuah koin yang terletak di genggaman tangan Savina. Anak itu bahkan mengernyitkan keningnya dan menatap wajah Savina dalam-dalam.“Sus, koin itu untuk apa?” tanya Shera dengan tatapan lekat.“Sus akan melakukan permainan, sekarang kamu pilih gambar ini, kamu pilih angklung atau gambar garuda?” Savina menyodorkan koin yang berada di telapak tangannya kepada Shera. Wanita itu meminta Shera untuk memilih.“Kalau aku memilih gambar garuda, bagaimana?” Shera menujuk sisi koin yang akan dipilihnya.“Kalau kamu memilih gambar g
“Sus Vina, aku tidak akan membiarkanmu menggantikan posisi bunda. Sampai kapanpun, bunda akan tetap menjadi ibuku!” lirih Shera dengan tatapan yang begitu tajam.Shera menatap lekat ke arah Savina yang tengah berlalu dari hadapan mereka. Ada rasa marah yang tersimpan di dalam dadanya.“Yah, apa Ayah, akan mengganti bunda?” Shera bertanya kepada Fazli yang masih duduk di sampinya.“Shera, maksud kamu apa? Kenapa kamu bertanya seperti itu?” Fazli hanya tersenyum kecil mendapat pertanyaan seperti itu dari putrinya. Laki-laki itu bahkan hanya terkekeh mendengar pertanyaan yang cukup menggelikan baginya.“Apa Ayah, sudah tidak mencintai bunda?” Shera kembali melontarkan pertanyaan yang membuat Fazli mengernyitkan keningnya.“Shera, kamu bicara apa?” Fazli mencubit pipi putrinya yang tampak menggemaskan. Luka hatinya saja belum sembuh karena kehilangan Erlita, mana mungkin dirinya akan sanggup mencari pengganti wanita itu? Rasa cintanya kepada Erlita begitu besar dan sampai kapanpun, posis
Part 34“Shera, siapa wanita yang tadi mengantarmu? Apa dia pengganti bundamu?” tanya Lana dengan tatapan polosnya.DEG!Shera terdiam dengan tatapan terkejut. Senyumnya seketika menghilang dan sirna dari wajahnya. Kata-kata Lana membuat jantung Shera berdetak lebih cepat.“Kenapa kamu diam? Apa kamu sudah siap memiliki bunda baru?” Lana kembali menegaskan pertanyaannya kepada Shera.“Tidak, dia bukan bundaku. Sus Vina, itu pengasuhku. Selama bunda belum pulang, Sus Vina yang akan membantu dan menemaniku.” Shera berbicara dengan nada setengah berteriak. Ia merasa tidak rela, kalau Savina akan menggantikan posisi bundanya.Lana hanya terdiam dengan wajah ketakutan. Anak itu tampak terkejut dengan sikap Shera. Ibu guru yang mendengar suara Shera, segera mendekati anak itu dan berusaha menenangkannya.“Shera, ada apa? Kenapa kamu berteriak?” Bu Rita bertanya dengan tatapan penuh kelembutan. Wanita itu seakan tahu kalau Shera memang memerlukan perhatian.“Lana mengejek, katanya Sus Vina,
Fazli memijit kepalanya yang berdenyut, laki-laki itu menghela napas panjang setelah kepergian Nadia. Akhir-akhir ini, Nadia kerap memaksa dirinya untuk segera melanjutkan ke jenjang pernikahan. Namun, dirinya masih sangat mencintai Erlita. Ia bahkan tidak pernah berniat untuk menikah lagi setelah kepergian istrinya.“Erlita, meski kamu sudah pergi meninggalkan aku dan Shera, rasa cinta ini tidak pernah berubah. Aku masih berharap, kalau ini hanyalah sebuah mimpi buruk saja. Kamu akan kembali, meski kemungkinan itu terasa sangat kecil.” Fazli berbicara dengan tatapan menerawang. Pria itu benar-benar tertekan dengan tuntutan Nadia dan keluarganya.Ia mengingat dengan baik setelah enam bulan kepergian Erlita. Keluarga mereka sepakat untuk menjodohkan Nadia dengan dirinya. Meski Fazli menolak, mereka tetap memaksa. Orang tua Fazli mengatakan, kalau Nadia adalah calon ibu pengganti yang sesuai untuk cucunya. Dengan seiring waktu, Fazli pasti akan melupakan kepergian istrinya.Apalagi, kel
“Ayah, apa benar, Ayah akan mencari pengganti bunda?” tanya Shera dengan tatapan lekat. Ada rasa penasaran yang tengah bersemayam di balik tatapan Shera.Fazli hanya tersenyum dan menatap wajah putrinya. Ia bahkan tidak ingin menjawab pertanyaan Shera.“Ayah, kenapa Ayah tidak mau menjawab pertanyaanku? Apa Ayah mau mencari pengganti bunda?” Shera bertanya sekali lagi kepada Fazli mengenai kegelisahan hatinya. Anak itu tidak akan pernah rela mengizinkan wanita manapun untuk menggantikan sosok ibunya.“Shera, kenapa kamu bertanya seperti itu?” Bukannya menjawab, Fazli justru balik bertanya kepada putrinya. Ia tahu betul kegelisahan dan kekhawatiran di hati Shera.“Ayah, berjanjilah untuk tidak mencari pengganti bunda. Shera, yakin kalau bunda pasti akan pulang. Bunda sedang bekerja, kan? Kalau sudah selesai, bunda pasti akan kembali. Iya, kan?” Shera bertanya dengan netra berkaca-kaca. Anak itu sangat takut kalau Fazli akan mencari pengganti ibunya.Fazli hanya tersenyum dan menganggu
Sedangkan di balik pintu, Shera tengah membekap mulutnya. Anak itu menangis tanpa suara setelah mendengar pertengkaran Nadia dengan ayahnya.“A-apa benar, bunda sudah meninggal dan Tante Nadia, akan menjadi ibuku?” lirih Shera dengan air mata yang berjatuhan membasahi wajahnya.Fazli yang masih marah, kini tengah mengusap wajahnya dengan kasar. Ia benar-benar menyesal karena sudah berteriak-teriak dan membuat kegaduhan di rumahnya.Tiba-tiba, laki-laki itu mengingat putrinya yang tengah beristirahat di kamar. Apa, Shera baik-baik saja? Jangan sampai Shera tahu mengenai peristiwa yang telah menimpa Erlita.Fazli segera berlari ke kamar Shera dan menemukan putrinya tengah terduduk di atas lantai dengan air mata yang menetes.“Shera, kamu sudah bangun?” Fazli mengatur nada bicaranya selembut mungkin. Ia menyadari kalau Shera sedang tidak baik-baik saja.“Ayah, apa bunda sudah meninggal? Kenapa bunda begitu cepat meninggalkan Shera? Kenapa, Ayah jahat dan akan mencari pengganti bunda?” Sh
Savina memeluk Shera dan berusaha menenangkannya. Sesekali ia mengusap puncak kepala Shera dan membiarkannya sesenggukan di pelukan wanita itu.“Sus, aku tidak mau punya bunda baru. Aku tidak mau ayah menikah lagi dengan Tante Nadia.” Shera kembali merengek dengan air mata yang berlinang.“Shera, lebih baik kita istirahat saja, ya. Sus, tahu kalau kamu sedang lelah.” Savina membujuk Shera untuk beristirahat di kamarnya. Ia tahu betul mengenai perasaan Shera.“Sus, katakan kalau bunda belum meninggal. Katakan kalau bunda pasti akan pulang.” Shera berbicara dengan nada penuh kepiluan.“Shera, tidak semua yang kita inginkan akan sesuai dengan kenyataan. Sus, pernah bermimpi akan memeluk dan menggendong anak, Sus. Namun, ternyata Allah lebih sayang dengannya. Jadi, Sus hanya belajar untuk ikhlas. Sama halnya seperti Shera, kamu harus ikhlas dengan apa yang menimpa bunda.” Savina berbicara dengan penuh kelembutan. Wanita itu tampak menitikkan air mata sambil memeluk Shera.“Sus, apa bunda