“Ayah, apa benar, Ayah akan mencari pengganti bunda?” tanya Shera dengan tatapan lekat. Ada rasa penasaran yang tengah bersemayam di balik tatapan Shera.Fazli hanya tersenyum dan menatap wajah putrinya. Ia bahkan tidak ingin menjawab pertanyaan Shera.“Ayah, kenapa Ayah tidak mau menjawab pertanyaanku? Apa Ayah mau mencari pengganti bunda?” Shera bertanya sekali lagi kepada Fazli mengenai kegelisahan hatinya. Anak itu tidak akan pernah rela mengizinkan wanita manapun untuk menggantikan sosok ibunya.“Shera, kenapa kamu bertanya seperti itu?” Bukannya menjawab, Fazli justru balik bertanya kepada putrinya. Ia tahu betul kegelisahan dan kekhawatiran di hati Shera.“Ayah, berjanjilah untuk tidak mencari pengganti bunda. Shera, yakin kalau bunda pasti akan pulang. Bunda sedang bekerja, kan? Kalau sudah selesai, bunda pasti akan kembali. Iya, kan?” Shera bertanya dengan netra berkaca-kaca. Anak itu sangat takut kalau Fazli akan mencari pengganti ibunya.Fazli hanya tersenyum dan menganggu
Sedangkan di balik pintu, Shera tengah membekap mulutnya. Anak itu menangis tanpa suara setelah mendengar pertengkaran Nadia dengan ayahnya.“A-apa benar, bunda sudah meninggal dan Tante Nadia, akan menjadi ibuku?” lirih Shera dengan air mata yang berjatuhan membasahi wajahnya.Fazli yang masih marah, kini tengah mengusap wajahnya dengan kasar. Ia benar-benar menyesal karena sudah berteriak-teriak dan membuat kegaduhan di rumahnya.Tiba-tiba, laki-laki itu mengingat putrinya yang tengah beristirahat di kamar. Apa, Shera baik-baik saja? Jangan sampai Shera tahu mengenai peristiwa yang telah menimpa Erlita.Fazli segera berlari ke kamar Shera dan menemukan putrinya tengah terduduk di atas lantai dengan air mata yang menetes.“Shera, kamu sudah bangun?” Fazli mengatur nada bicaranya selembut mungkin. Ia menyadari kalau Shera sedang tidak baik-baik saja.“Ayah, apa bunda sudah meninggal? Kenapa bunda begitu cepat meninggalkan Shera? Kenapa, Ayah jahat dan akan mencari pengganti bunda?” Sh
Savina memeluk Shera dan berusaha menenangkannya. Sesekali ia mengusap puncak kepala Shera dan membiarkannya sesenggukan di pelukan wanita itu.“Sus, aku tidak mau punya bunda baru. Aku tidak mau ayah menikah lagi dengan Tante Nadia.” Shera kembali merengek dengan air mata yang berlinang.“Shera, lebih baik kita istirahat saja, ya. Sus, tahu kalau kamu sedang lelah.” Savina membujuk Shera untuk beristirahat di kamarnya. Ia tahu betul mengenai perasaan Shera.“Sus, katakan kalau bunda belum meninggal. Katakan kalau bunda pasti akan pulang.” Shera berbicara dengan nada penuh kepiluan.“Shera, tidak semua yang kita inginkan akan sesuai dengan kenyataan. Sus, pernah bermimpi akan memeluk dan menggendong anak, Sus. Namun, ternyata Allah lebih sayang dengannya. Jadi, Sus hanya belajar untuk ikhlas. Sama halnya seperti Shera, kamu harus ikhlas dengan apa yang menimpa bunda.” Savina berbicara dengan penuh kelembutan. Wanita itu tampak menitikkan air mata sambil memeluk Shera.“Sus, apa bunda
Ketika laki-laki itu tengah memperhatikan keakraban mereka berdua, tiba-tiba ponselnya berbunyi nyaring. Laki-laki itu segera menerima panggilan yang masuk ke ponselnya.“Aku harus bicara apa?” gumam Fazli sambil menggenggam erat ponsel yang terus berbunyi di tangannya.Cukup lama Fazli membiarkan ponselnya terus-menerus berdering sehingga menarik perhatian putrinya.“Ayah, siapa yang menelepon Ayah? Apa dia bunda?” tanya Shera dengan tatapan penuh harap. Anak itu masih terus berharap kalau keajaiban terjadi kepada ibunya.Fazli tampak tergagap dan segera menerima panggilan yang masuk ke ponselnya. Laki-laki itu segera menerima panggilan dari ibunya.“Assalamualaikum, Fazli. Bagaimana dengan rencana pernikahan kalian? Apa Nadia sudah memberitahu, kalau Ibu sudah tidak sabar melihat kalian bersama di pelaminan?” Bu Hanifa berbicara dengan nada penuh harap. Wanita itu bahkan sudah tidak sabar ingin melihat Fazli bahagia.“Waalaikumussalam,” cukup lama Fazli berdiam diri dan tidak menjaw
“Shera, hari ini Sus Vina tidak dapat ikut bersama kita. Mbok Nah, memerlukan bantuannya di rumah!” Fazli berbicara dengan nada yang begitu lembut, namun memberikan efek yang luar biasa kepada putrinya.“K-kenapa? Aku tidak mau pergi ke sekolah, kalau bukan Sus Vina yang mengantarku!” Shera berbicara dengan nada tinggi. Ia merasa kecewa ketika Fazli melarang Savina ikut bersamanya.“Shera, tolong dengarkan Ayah. Besok, kita bisa mengajak Sus Vina untuk pergi ke sekolah. Sekarang, ayo kita berangkat!” Fazli mencoba merayu putrinya. Laki-laki itu tampak gelisah ketika Shera tidak kunjung merespon permintaannya.Savina segera mendekat dan membujuk Shera. Wanita itu tampak berbicara dengan penuh kelembutan. Ia juga sesekali mengusap lembut pipi Shera yang telah basah oleh air mata yang mengalir di pipinya.“Shera, dengarkan Sus, sekarang pergilah ke sekolah. Sus, akan buatkan kue kesukaan Shera. Bagaimana?” tanya Savina dengan tatapan penuh kasih.Setelah berdiam cukup lama, akhirnya Sher
“Mas, apa kamu tidak curiga kepada Shera? Bagaimana kalau Savina adalah pengaruh buruk untuk Shera?” ucap Nadia dengan tatapan menyelidik.“Maksudmu apa Nadia? Aku tidak paham.” Fazli tampak menatap lekat Nadia yang tengah duduk di hadapannya.“Bisa saja, Savina memiliki maksud lain di rumah ini!” ucap Nadia dengan nada setengah berbisik. Ia melirik kepada Savina yang tengah membawakan dua gelas orange juice di atas nampan.“Maksud lain?” lirih Fazli dengan kening mengernyit. Laki-laki itu tidak paham dengan apa yang dicapkan oleh Nadia.“Ya, maksud lain. Atau jangan-jangan, kamu tidak sadar?” Nadia berbisik dengan nada sepelan mungkin.“Tolong jangan berbasa-basi, aku ingin kamu menjelaskan maksudmu!” Fazli tampak kesal karena Nadia seolah-olah ingin membuat Fazli merasa kesal.“Mas, aku merasa Savina ingin berniat buruk kepada kalian. Apalagi, dia tahu kalau kamu seorang duda. Jangan-jangan, dia menaruh hati padamu, Mas.” Nadia berbicara dengan penuh penekanan. Ia merasa Savina dapa
“Mas Fazli, Shera Mas, Shera!” teriak Nadia dengan wajah panik. Wanita itu bahkan berteriak dengan suara lantang dan membuat Fazli segera berlari ke arah kolam renang.Fazli sudah sampai di tepi kolam renang, netranya terbelalak dengan wajah pias. Laki-laki itu segera menceburkan diri ketika melihat putrinya tengah menggapai-gapaikan tangannya dan hampir tenggelam.“Byur!” Fazli segera terjun ke kolam renang dan meraih tubuh putrinya. Ia bahkan terlihat sangat panik dan memeluk erat tubuh Shera.“Uhuk! Uhuk! Uhuk!” Shera terbatuk-batuk dan memeluk tubuh Fazli. Anak itu dapat bernapas dengan lega karena Fazli datang di saat dan waktu yang tepat.“Shera, apa kamu baik-baik saja?” ucap Fazli dengan nada cemas. Laki-laki itu memeluk erat putrinya yang kini tengah berada di dalam pelukan.Shera hanya mengangguk dan masih berusaha mengatur napasnya. Ia bahkan masih memilih diam ketika Fazli tampak mengkhawatirkan dirinya.“Mas, Savina itu memang tidak becus mengurus Shera. Bagaimana bisa di
“Mas, kamu jangan gila dan berusaha menutup mata. Savina itu berbahaya dan jangan sampai kamu menyesal karena sudah mempertaruhkan nyawa putrimu sendiri. Jangan sampai kamu menyesal karena tidak mampu menjaga amanah dari Mbak Erlita. Savina bukan siapa-siapa dan kenapa kamu masih terus berusaha mempertahankannya? Apa jangan-jangan, kamu sudah jatuh cinta kepada perempuan kampung itu?” ucap Nadia dengan tatapan yang begitu lekat.DEG!“Nad, aku mohon tinggalkan aku. Aku ingin sendiri dan fokus menemani Shera. Pulanglah, hari sudah sore dan rasanya tidak enak kalau kamu masih berada di sini.” Fazli meminta Nadia meninggalkan kediamannya. Ia tidak ingin berdebat dengan wanita yang berstatus tunangannya.“Mas, kenapa kamu mengusirku? Apa sebegitu penting Savina di dalam hidupmu? Sampai-sampai kamu tega berbicara seperti itu kepadaku.” Nadia berbicara dengan tatapan terluka. Ada kesedihan yang tergambar di wajahnya.“Nadia, tolong mengerti posisiku. Jangan membuatku semakin merasa bersalah
Savina membuka matanya ketika mendengar suara yang sangat di kenalnya. Ya itu suara Shera."Shera?"Shera meminta turun dari pangkuan ayahnya, Fazlipun menurunkan sang putri di samping Savina.Shera menghambur kedalam pelukan Savina, membuat wanita itu kelagapan karena baru bangun."Sus Savina kenapa pergi?"tanya Shera."Sus tidak pergi Shera, Sus hanya pulang sebentar," jawab Savina sambil merapikan rambutnya yang berantakan."Kata Tante Nadia, Sus pergi dan tidak mau bermain denganku lagi,"balas Shera dengan wajah yang mulai mendung."Tidak Shera, buktinyan sekarang Sus ada di sini,"jawab Savina memeluk tubuh Shera hangat.Shrera yang sudah berkaca-kaca melepaskan tangisnya di dada Savina.Fazli hanya terdiam melihat putrinya saat melepas rindu dengan pengasuhnya."Ya Allah, berikanlah aku jodoh yang mampu menyayangi Shera sepenuh hati,'doa Fazli di dalam hati. Ia berharap calon istrinya nanti bisa menyayangi Shera dengan baik."Sus jangan pergi lagi,''ucap Shera penuh harap."
Firman dan Nayra terkejut mendengar pertanyaan dari Bu Leni. Sebenar hal ini sudah sering di tanyakan Bu Leni kepada mereka.Sampai saat ini belum ada tanda-tanda Nayra hamil."Firman, Nayra, kenapa kalian diam? Apa kalian tidak ingin memiliki keturunan?"sambung Bu Leni menatap tajam putranya.''Bu, kami ingin sekali memiliki seorang anak, tapi sampai saat ini kamibelum di beri rezeki,"jawab Firman dengan suara pelan.Sementara Nayra hanya tertunduk diam di samping suaminya."Kamu berusaha dong Man. Masa menbuat Nayra hamil saja tidak bisa,"jawab Bu Leni dengan nada suara penuh penekanan."Bu, kenapa Ibu berkata begitu?""Firman Ibu sudah tidak sabar menggendong seorang cucu. Nayra bagaimana kalau kamu periksa kondisi kamu? Maaf bukannya Ibu menuduh, tapi sebagai salah satu usaha kita tidak ada salahnya,"ucap Bu Leni meminta menantunya untuk memeriksakan kondisinya apakah bisa hamil atau tidak.Bagaikan di sambar petir, ucapan mertuanya seakan menghakiminya tidak bisa memberikan ket
"Mbok katakan sekali lagi kepadakum kalau Mas Fazli mau menjemput pembantu itu!"perintah Nadia berapi-api, ia ingin meyakinkan sekali lagi kalau tunangannya sedang pergi menemui wanita yang lain. Orang yang ingin ditemui Fazli hanya seorang bekas pembantu ."B-benar Mbak, Pak Fazli sedang ke Purwokerto menjemput Savina,"jawab Mbok Nah bergetar, ia belum pernah melihat Nadia murka seperti sekarang."Cukup Mbok, kamu temani saja Shera, mungkin nanti dia butuih sesuatu,"ucap Nadia memerintahkan Mbok Nah menjauh dari hadapannya.Mbok Nah menurut saja, wanita itu kemudian pamit dan berlalu dari hadapan Nadia.Nadia meraih ponselnya dan menghubungi Fazli, ia ingin mengetahui langsung dari tunangannya itu apa benar dirinya pergi menjemput Savina."TUUUUT, TUUUUT, TUUUUT,""Mas, kamu keterlaluan! Panggilanku kamu tidak gubris,"Nadia semakin murka ketika Fazli tidak menerima panggilannya. Wanita itu menautkan gerahamnya dengan kuat.Nadia tidak menyangka Fazli ingin kembali memperkerjakan
"Baik Pak, aku bersedia kembali ke Jakarta,''ucap Savina bersedia untuk kembali bekerja di rumah Fazli. Setelah memikirkan dengan matang akhirnya Savina menerima ajakan Fazli.''Terima kasih Savina, aku sangat berterima kasih kepadamu karena bersedia kembali ke Jakarta,"ucap Fazli berbinar, ia sangat berbahagia karena keputusan yang diambil oleh Savina. Inilah yang diharapkan oleh laki-laki itu, Shera sangat membutuhkan kehadiran Savina.Setelah beristirahat sebentar, siang itu juga Fazli dan Savina bersiap untuk berangkat ke Jakarta. Mereka ingin secepatnya sampai di Jakarta karena Shera sudah menunggu kedatangan keduanya terutama Savina.''Bu Aku dan Savina, berangkat dulu,''ucap azli berpamitan kepada ibun Sarmah sambil memberikan sebuah amplop berisikan sejumlah uang. Awalnya Bu Sarmah menolak pemberian Fazli, tapi laki-laki terus memberikannya."Bu sampaikan salamku kepada Bapak,''lanjut Fazli.“Baik Pak, hati-hati di jalan,”jawab Bu Sarmah membantu memasukan barang bawaan
"Apa Ibu tidak salah mendengar?"ucap Savina masih belum percaya dengan kedatangan Fazli ke rumahnya. Menurutnya dirinya sudah tidak ada masalah lagi dengan mantan majikannya itu sejak Fazli memintanya berhenti bekerja. "Vina, Ibu memang sudah tua, tapi belum terlalu pikun. Orangnya sedang duduk di kursi, kamu temui saja sendiri, nanti kamu akan tahu sendiri apa itu Pak Fazli atau bukan,''jawab Bu Sarmah meminta putrinya menemui laki-laki yang datang pagi ini ke rumah mereka. Savina awalnya tampak ragu untuk menemui laki-laki yang mengaku sebagai Fazli. Wanita itu merasa khawatir jika benar itu Fazli, pasti ada sesuatu yang membuatnya datang jauh-jauh ke desa ini. Tapi apa masalahnya?Bu Sarmah mendesak putrinya agar menemui Fazli, ia merasa kasihan karena tamunya itu sudah menempuh perjalanan jauh dari Jakarta. Savina lalu memperbaiki jilbabnya dan dengan hati yang penuh tanda tanya, wanita itu kemudian melangkahkan kakinya meninggalkan dapur. Benar saja saat sampai di ruang
"Nadia, untuk sementara waktu sebaiknya kita tidak bertemu dulu, sekarang aku ingin fokus dengan kesembuhan Shera,"ucap Fazli ingin mengakhiri pembicaraannya dengan Nadia lewat ponselnya. Wanita itu ingin datang ke rumah sakit untuk menjenguk Shera."Tapi Mas, aku mau meringankan beban kamu,"protes Nadia, ia merasa keberatan dengan keputusan Fazli."Nadia, cobalah mengerti keadaanku,"potong Fazli cepat.Walaupun Nadia bersikeras dan keberatan dengan keputusan sepihak Fazli namun, laki-laki itu tetap memutuskan untuk tidak mengizinkan Nadia bertemu dengan Shera sementara waktu. Saat ini baginya kesembuhan Shera adalah yang utama, jika Nadia masih menemui sang putri ia khawatir ini akan memperburuk keadaan.Setelah mengakhiri pembicaraannya dengan Nadia, Fazli meletakkan ponselnya di atas meja. Laki-laki itu kemudian mengedarkan pandangannya keluar dari jendela kaca rumah sakit. Suasana langit ibu kota tampak sudah mulai gelap.Jika hatinya sekarang tidak sedang bersedih pa
Pagi ini Fazli baru saja membuka matanya ketika sinar matahari menembus masuk kedalam ruang perawatan Shera. Laki-laki itu merapikan rambut tebalnya dengan jari-jarinya.Fazli membasahi kerongkongannya dengan beberapa teguk air mineral, sejenak ia menatap tubuh mungil Shera yang masih meringkuk di balik selimut.Fazli menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi, sepanjang malam Shera selalu memanggil nama Savina.'Shera apa Ayah salah? Mengusir Sus Savina dari rumah kita,'bisik batin Fazli.Laki-lakimitu mengusap wajahnya dengan kedua tangannya.Setiap sang putri memanggil nama Savina, hati laki-laki itu merasa sedih. Sebagai seorang ayah, Fazli dapat merasakan arti dari semua panggilan penuh kerinduan.'Tapi aku tidak bisa menerima sikap Shera kepada Nadia,'bisikan lain di dalam hati Fazli. Seketika laki-laki itu merasa bimbang, menuruti kata hati atau mendengarkan pendapat dari Nadia wanita yang sebentar lagi akan menjadi istrinya.Fazli mengusap wajah putrinya lembut, selama ini b
"Tidak, aku mau Sus Savina yang menggantikan Bunda!"jawab Shera sambil bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan Nadia yang terdiam di kamar. "Shera, kamu mau kemana?"ucap Fazli bertemu dengan putrinya. "Ayah, aku mau menyusul Sus Vina,"jawab Shera berlutut di hadapan ayahnya. Seakan anak kecil itu memohon Fazli mau mengabulkan keinginannya untuk bertemu dengan Savina. "Shera, rumah Sus Vina jauh dari sini, lagi pula ayah tidak tahu alamatnya di mana. Shera sekarang kamu masih memiliki Ayah, Ayah berjanji akan membuatmu bahagia Nak,"bujuk Fazl sekuat tenaga menenangkan Shera yang terus menangis. Shera mengatakan ia tidak mau Nadia sebagai pengganti ibunya, dirinya ingin Savina. Fazli menghela napas panjang, permintaan yang tidak mungkin dikabulkannya. Sekarang dirinya sudah bertunangan dengan Nadia. Nadia mendekati keduanya, tapi Shera menunjukkan sikap penolakannya. "Nadia, sebaiknya kamu pulang dulu, sepertinya Shera belum bisa menerima ini semua,''ucap Fazli meminta Nadia
"Shera, Sus Savina sudah tidak di sini,''ucap Nadia sambil memeluk tubuh mungil Shera dari arah belakang. Wanita itu mengecup puncak kepala Shera lembut.Shera menangis sejadinya, ia tidak percaya orang yang begitu disayanginya selama ini pergi begitu saja tanpa memberitahunya.Shera menjatuhkan tubuhnya di lantai, isak tangis gadis kecil itu semakin kencang. Suaranya yang memanggil nama Savina memenuhi ruangan itu."Sus, jangan tinggalkan aku!"Shera bangkit dan berlari menuju lemari pakaian Savina. Tangis anak kecil itu semakin kencang ketika membuka pintu dan mengetahui lemari itu sudah kosong. Savina benar-benar sudah pergi meninggalkan dirinya.Shera terduduk di pangkuan Nadia, ia menumpahkan semua air matanya sambil terus memanggil nama Savina."Shera kamu jangan bersedih, sekarang ada tante. Tante sangat menyayangi kamu,''ucap Nadia seraya kembali mengecup puncak kepala Shera lembut serta membelai rambut Shera.Entah mendapatkan kekuatan dari mana, Shera dengan kuat mendoro