Setelah kembali tinggal di Sunset Summit, Kanaya jarang keluar rumah, dan sebagian besar waktunya dihabiskan bersama Baby K dan Bastian. “Bukannya kamu ingin bertemu dengan Ibu dan Bude Laila? Aku pikir keadaan sekarang sudah cukup aman, dan aku ingin membawamu dan Baby K menemui mereka.”“Bas, kamu serius?” kedua mata Kanaya berbinar-binar mendengar berita itu. Ia memang sudah sangat merindukan ibu dan budenya itu. Apalagi ia tidak tahu bagaimana keadaan mereka saat ini.Saat tinggal bersama Reno, Reno mengatakan bahwa mereka berada dalam penjagaannya, namun ia belum bisa bertemu dengan mereka untuk alasan keselamatan.Dan Bastian pun mengatakan hal yang kurang lebih sama, bahwa mereka berada dalam penjagaannya. Akan tetapi ia harus memastikan keamanan mereka terlebih sebelum Ravioli berhasil diringkus.“Buat apa aku bercanda mengenai hal ini? Sudah waktunya kalian bertemu. Dan aku yakin mereka pun tidak sabar untuk bertemu dengan kalian,” jawab Bastian sambil menyelipkan anak ram
Apa Bastian mengatakan Kenzo? Pikir Kanaya khawatir ia salah mendengarnya. Bastian menoleh merasakan respon terkejut Kanaya itu. Dan saat melihat ekspresi wajah Kanaya , ia baru menyadari sesuatu. Dalam hati ia mengumpat dirinya yang tidak pernah memberitahu Kanaya siapa nama anak mereka. Selama ini semua orang termasuk dirinya memang memanggilnya Baby K. Nama apa yang ada dalam pikiran Kanaya? Pikir Bastian sambil menyalahkan dirinya sendiri. Bastian merendahkan kepalanya dan berbisik di telinga Kanaya. “Maaf Sayang, seharusnya aku memberitahukanmu lebih dahulu.” “Kenzo? Apa benar?” tanya Kanaya pelan sambil menatap Bastian. Bastian tersenyum. “Nama apa lagi yang pantas kuberikan padanya? Apalagi nama itu sangat disukai ibunya,” jawab Bastian sambil melirik penuh arti pada Kanaya. Senyum terkembang di wajah Kanaya saat ia memeluk Bastian dengan erat. “Terima kasih, Bas…” Ayunda tersenyum melihat keduanya. “Kalian ini kenapa? Namanya bagus. Kenzo… ibu suka sekali.” “Naya y
Elsie menyalami Miranda dengan canggung. Sikap dan ekspresi wajah ibu mertuanya itu membuatnya salah tingkah. “Em.. Mama sudah makan? Biar Elsie minta chef menyiapkan makanan ya Ma?” “Tidak perlu. Aku hanya kangen cucuku,” jawab Miranda sambil kembali menatap foto keluarga di dinding. “Di mana Kenzo?” Miranda melirik pintu kamar bayi di lantai dua. “Kenzo… oh.. dia.. dia sudah tidur Mah,” jawab Elsie beralasan. Dalam hati ia bertanya-tanya, kemana Bastian membawa Kenzo jika Kenzo tidak berada di rumah orang tuanya? “Tidur? Benarkah?” tanya Miranda dengan senyum mencibir, seakan ia mengetahui bayi itu tidak ada di sana. “Iya Ma, dia baru saja tidur. Begini saja, besok Elsie bawa Kenzo ke rumah mama, bagaimana?” “Boleh. Tapi Mama ingin melihatnya sebentar…”Miranda melangkah hendak naik ke lantai dua di mana kamar Kenzo berada, namun Elsie menghentikannya. “Ma-mama…. Maaf Ma…” Elsie segera menahan Miranda. Ia menjadi salah tingkah, tidak tahu bagaimana harus bereaksi. Apakah M
“Aaarrggghhh!” Prang! Elsie meluapkan kekesalannya dengan meraih sebuah asbak di atas meja, dan melemparnya ke sembarang arah. Asbak itu melayang dan menghantam foto yang ada di dinding sebelum akhirnya jatuh dalam keadaan terbelah di atas lantai. Nafas Elsie yang memburu tiba-tiba saja tertahan saat tatapan matanya melihat ke satu arah. Foto keluarga yang tadi menjadi fokus perhatian Miranda, kini juga menjadi fokusnya. Ia tidak menyangka jika luapan kekesalannya itu tepat mengenai foto itu. Foto keluarga yang dibuat dengan estetik dan dibayar dengan harga mahal itu, sekarang memliki garis retakan yang menyebar di bagian tengah foto karena terjangan asbak yang dilempar dengan penuh emosi. Dan yang membuatnya tercengang, garis retakan itu seakan membagi dua, memisahkan foto dirinya dengan Bastian yang sedang menggendong Kenzo. Bagaimana mungkin itu terjadi padahal ia tidak sengaja melakukannya? Elsie menatap foto itu hingga matanya terpaku pada sosok bayi dalam gendonga
“Siapa bilang itu yang Bastian inginkan?” Azhar melirik Agni yang sejak tadi bersikukuh mengatakan nama itu keinginan Bastian. Melihat Azhan ikut campur dalam pemberian nama bayi itu, Elsie merasa sudah saatnya ia angkat bicara mempertahankan argumennya. Sebagai istri Bastian dan ibu dari bayi itu, ia lebih berhak memutuskan. Bahkan Azhar tidak seharusnya menentangnya. Dengan merajuk Elsie berkata, “Kakek, apa nama itu kurang cocok menurut Kakek? Padahal Bastian sangat menyukainya. Tapi kalau kakek keberatan—” “Tentu saja aku keberatan! Sebab Bastian pun akan keberatan!” Azhar memotong ucapan Elsie seperti angin lalu saja. “Papa, apa Bastian pernah mengatakan nama yang ia inginkan untuk putranya?” Miranda langsung mendekati Azhar. Ia menjadi penasaran sebab Azhar tidak akan bersikukuh jika dia tidak yakin akan suatu hal. “Tentu saja!” jawab Azhar dengan meyakinkan. Kali ini Elsie terkejut. Tidak mungkin! Kapan Bastian memberitahu Azhar nama yang sudah pilih pada Azhar? Seda
“Bas, punya waktu?” Bastian mengangkat wajahnya dan menemukan Haidar, Papanya berdiri di depan pintu kantornya. “Papa? Tentu Pa!” Bastian beranjak dari duduknya dan menghampiri papanya itu. Kedatangan Haidar yang tanpa kabar tentu mengejutkannya, akan tetapi Bastian selalu menyisihkan waktu untuk kedua orang tuanya. “Kita pergi ke luar? Sudah lama kita tidak berjalan-jalan,” ajak Haidar saat jarak Bastian sudah dekat. Bastian mengerutkan keningnya. Sudah menjadi rahasia umum diantara mereka berdua jika Haidar mengajak Bastian berbicara berdua sambil beraktifitas keluar, ada sesuatu yang ingin dibicarakan Haidar dengannya. Sesama lelaki, antara ayah dan anak. Meski Bastian masih memiliki banyak pekerjaan dan merasa heran dengan ajakan papanya yang tiba-tiba itu, Bastian tetap menyanggupinya. “Tentu Pah. Papa ingin ke mana?” Ia pun mengarahkan Papanya berjalan keluar begitu saja tanpa berpikir dua kali, dan meninggalkan hal lainnya untuk sementara waktu. “Mau pergi ke taman k
Kanaya sedang menidurkan Baby K ke atas ranjang bayi saat Bastian datang dan merangkulnya dari belakang. Ia terkekeh pelan saat bibir lembut dan hangat pria itu mendarat di tengkuk dan lehernya. Bastian tidak melepaskan pelukannya bahkan saat Kanaya lanjut menyelimuti Baby K, memastikan putra mereka tidur dengan nyaman. Tubuh Kanaya meremang saat Bastian kembali mendaratkan kecupan dibelakang telinganya. Ia bisa merasakan tidak hanya hembusan nafas hangat Bastian, namun juga saat hidung Bastian menghisap permukaan kulitnya dengan lembut, mengalirkan beribu satu rasa melalui ujung syaraf yang disentuh Bastian di permukaan indera perabanya. Beberapa malam terakhir sangat berat ia rasakan. Gairah yang timbul setiap kali mereka sedang bersama, rasanya sulit sekali untuk dibendung. Bastian kerap mandi di tengah malam untuk meredakan gairah yang ia rasakan. Dan bukan hanya Bastian, Kanaya pun merasakan tubuhnya menginginkan hal yang sama padahal ia masih harus berpuasa. Namun, tidak
Tenggorokan Bastian tercekat. Apa yang tadi Kanaya katakan? Bastian merasa telinganya salah mendengar. “Naya… apa kamu tadi mengatakan…” Kanaya mengangguk, dan sebelum Bastian menyadarinya, Kanaya telah beranjak dari duduknya. Ia berjalan mundur sambil memberi isyarat agar Bastian mengikutinya. Ekspresi wajah Bastian berubah tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Ia seperti tidak percaya dengan apa yang Kanaya coba katakan padanya, tetapi sangat berharap ajakan Kanaya itu nyata. “Kamu—sudah bersih? Serius?” Bastian bertanya dengan gugup untuk memastikan kembali. Kanaya kembali menjawabnya dengan senyuman dan terus melangkah mundur ke arah kamar mandi. Menyadari arti jawaban Kanaya, Bastian langsung beranjak dari duduknya dan berteriak, “YES!!” Kanaya tertawa melihat reaksi Bastian dan terus berjalan masuk ke dalam kamar mandi sambil memberi isyarat dengan jarinya. Bastian segera mengikuti Kanaya masuk ke dalam kamar mandi. Dan saat ia masuk ke dalam kamar mandi, Kanaya sed
“Freya,” ucap Bastian dengan senyum di wajahnya. “Freya Jacinta Dwipangga.” Miranda dan Ayunda saling bertukar pandang sebelum tersenyum dan mengangguk. “Freya. Nama yang Indah,” gumam keduanya menyetujui. Hari itu semua yang ada di Alpine Nest menyambut baik kehadiran bayi mungil bernama Freya Jacinta Dwipangga. Begitu pula Kenzo yang begitu senang ketika diperbolehkan melihat langsung adiknya itu. Mulai hari itu, ia telah menjadi seorang kakak. Apalagi, adiknya itu hadir sebagai hadiah ulang tahun terindah baginya. Keluarga besar Dwipangga hari itu sangat berbahagia. Bukan hanya karena ulang tahun pertama Kenzo, namun juga hadirnya Freya dalam keluarga mereka. Berita kelahiran Freya langsung tersebar ke seantero Emerald City, meskipun sosok bayi tersebut masih dirahasiakan dan belum di perlihatkan kepada publik. Publik ikut merasa senang dan tidak sabar untuk segera melihat sosok putri keluarga Dwipangga yang diberitakan memiliki paras yang rupawan. Berita persalinan Kanaya p
“Ama… Ama.. atit?” tanya Kenzo pada Haidar, kakeknya. Tampak ia mengkhawatirkan mamanya.Apalagi ia melihat Papanya begitu panik saat membawa mamanya pergi masuk ke dalam ruangan dengan kolam besar yang ada di dekat mereka. Haidar tersenyum dan menggeleng. Ia berusaha untuk tidak tampak gelisah atau khawatir. “Mama tidak sakit, tapi saat ini sedang melahirkan adiknya Kenzo,” terangnya pada cucu kesayangannya itu.“Kenzo di sini dulu ya sama Kakek. Nanti kalau adik sudah keluar dari perut mama, Kenzo bisa ketemu sama adik.” Haidar pun duduk dan memangku Kenzo di sofa.Kanaya sudah pernah menceritakan pada Kenzo mengenai adik bayi yang ada di dalam perutnya, sehingga Kenzo tidak terlalu bingung atau panik saat mengetahui Kanaya akan melahirkan. “Sini, Kenzo boboan di sini.” Haidar menepuk ruang kosong diantara dirinya dan Azhar, agar cucunya itu bisa beristirahat dan tidur. Ia tahu Kenzo tidak akan mau pergi tidur ke kamarnya mengetahui mamanya tengah melahirkan adiknya.Akan tetapi
Ardyan dan Aliya telah menikah sejak 6 bulan yang lalu, dan sekarang kandungan Aliya telah menginjak 3 bulan.Mereka berdua memang tidak menunda kehamilan dan berharap segera diberikan keturunan. Selain itu, Ardyan juga sudah berusia lebih dari 30 tahun, sehingga dia tidak ingin lagi menunda.Dan meskipun kehamilan Aliya masih muda dan belum terlihat benar, namun jika diperhatikan dengan seksama, akan terlihat benjolan kecil di perutnya.Saat ini, Aliya masih bekerja di LiveTV, namun ia tidak lagi bekerja di lapangan untuk mencari berita setelah mengetahui kehamilannya. Ia memilih bertugas di dalam studio untuk sementara waktu. Sedangkan Ardyan, dia masih menjalani hari-harinya sebagai the best neurosurgeon di Emerald City, sekaligus Direktur Emerald Restorative Centre, Rumah Sakit terbesar dan tercanggih di Emerald City.“Bagaimana kehamilanmu kali ini? Ah, Kenzo pasti senang sekali akan segera memiliki seorang adik!” Aliya memegang perut besar Kanaya dan mengelusnya.“Untuk yang
Acara ulang tahun berlangsung dengan sangat meriah. Anak-anak panti yang diundang untuk datang tampak sangat senang. Berbagai macam permainan, hiburan bahkan hadiah-hadiah yang dibagikan membuat mereka tertawa sepanjang acara.Tamu undangan lainnya, keluarga, dan kerabat yang membawa anak-anak mereka juga menikmati acara itu. Mereka membawa berbagai macam hadiah, dari mainan anak-anak yang sangat populer dan diminati, hingga hadiah yang bernilai fantastis.Berbagai macam hidangan disajikan. Dari mulai hidangan berbentuk lucu bertemakan kerajaan untuk anak-anak hingga hidangan estetik dan lezat dari chef terkemuka yang menggunakan bahan-bahan berkualitas premium.Dan Kenzo, bocah berulang tahun yang memiliki paras rupawan perpaduan antara Kanaya dan Bastian, menjadi pusat perhatian di acara itu. Tidak hanya parasnya, tingkah polah anak berusia 1 tahun itu selain menggemaskan juga telah membuat decak kagum tamu undangan. Di usia yang masih sangat kecil, Kenzo telah menunjukkan sikap
Hari itu, di Alpine Nest ramai dengan banyak orang yang datang. Azhar, Haidar, Miranda, Ayunda, Laila, dan Fadly—sepupu Kanaya. Tidak lupa Alea, Fariz dan Clara juga sudah hadir di sana.Mereka semua datang untuk menghadiri ulang tahun pertama Kenzo yang hanya dihadiri oleh orang-orang terdekat, keluarga dan teman serta anak yatim yang sengaja diundang untuk memeriahkan acara itu.Acara dilangsungkan di halaman belakang rumah mereka, dengan mengusung tema Royal Prince. Sesuai dengan tema, maka di dekat danau itu dibangun sebuah miniatur kastil kerajaan, dengan dekorasi balon dan hiasan lainnya yang berwarna emas, biru dan putih.Makanan yang dihidangkan pun dibuat sesuai tema. Mewah, namun dengan bentuk yang lucu dan menggemaskan sesuai dengan usia baby Kenzo yang baru berulang tahun pertama.“Apa semua sudah siap? Di mana Kenzo?” Kanaya baru selesai berpakaian, dan ia memastikan kembali persiapan mereka untuk acara itu.Ia dan Bastian juga ikut mengenakan kostum Royal King dan Queen
“Bos, itu orangnya!” Seorang pria dengan banyak tato di tangannya melapor pada seorang pria yang duduk di dalam sebuah mobil SUV.Jendela mibil SUV itu diturunkan dan tampaklah wajah seorang pria. Dia mengenakan jaket hitam dan kaca mata hitam. Rambut panjangnya yang diikat ke belakang, dicepol kecil dibagian atas, sehingga menampakkan potongan rambut pendek undercut dibagian bawah yang rapi.Pria itu membuka kaca matanya dan melihat ke luar pada sosok dua orang pria yang sedang berdiri membelakangi mereka yang berjarak cukup jauh. Kedua orang itu berpakaian parlente, kemeja rapi dengan sepatu kulit yang mengkilap.“Hanya berdua saja?” tanya Jono—pria berjaket hitam di dalam mobil.“Hanya mereka dan supir di dalam mobil.” Anak buah Jono menunjuk sebuah mobil Mercedes Benz S class berwarna hitam terparkir di ujung bagian jalan itu.Jono tidak mengetahui siapa orang itu. Mereka berpenampilan rapi dan parlente, namun mereka berdua bukan berasalah dari Emerald City.Jono memberi isyarat
Mobil Rolls Royce limited edition itu, memasuki halaman rumah besar dan luas bernama Alpine Nest, dan berhenti tidak jauh dari pintu utama rumah itu.Kanaya dan Bastian turun dari dalam mobil dan masuk ke dalam rumah. Rumah yang kali pertama Kanaya datangi belum memiliki furnitur yang lengkap, saat ini telah berubah menjadi sebuah rumah yang indah dengan berbagai kelengkapan yang memberi kesan tersendiri.Kanaya sengaja memilih furnitur, korden, wallpaper serta berbagai aksesoris rumah lainnya dengan warna dan model yang memberi kesan homy, sebuah tempat tinggal yang hangat dan nyaman untuk ditinggali keluarga mereka.Saat memasuki rumah itu, tidak terasa suasana kaku ataupun asing. Ruangan demi ruangan seakan membuat siapa pun merasa di nyaman berada di sana. Dari mulai ruang tamu, ruang keluarga, dapur, hingga setiap kamar tidur di rumah itu, memberi kesan hangat. “Kenzo mana Bi?” Kanaya bertanya saat ia bertemu Sifa di ruang keluarga.Perempuan yang menjadi pengasuhnya saat menga
“Maaf… maaf, aku tidak sengaja…” ucap orang itu dengan segera. Ia kemudian tampak terkejut ketika melihat Bastianlah yang ia tabrak.“Lain kali jalanlah dengan hati-hati.” tegur Bastian sambil mengingatkan dengan nada dingin.Untung saja dia tidak menabrak Kanaya! Jika sampai itu terjadi, ia akan sangat marah.“Tentu, lain kali saya akan jalan dengan hati-hati.” Mahasiswi yang menabrak Bastian itu tampak tersipu malu. Ia melirik Bastian dengan tatapan menggoda sembari menyelipkan anak rambut ke belakang telinga.Bastian bersikap acuh tak acuh pada perempuan itu dan sibuk merapikan kemeja yang dikenakannya.Lain halnya dengan Bastian, Kanaya justru menangkap gestur perempuan yang dengan sengaja menggoda Bastian. Dan ini membuat Kanaya kesal.Jelas, bukan hanya dirinya saja yang menyadari betapa menariknya Bastian.Selama ia menjadi istri Bastian, tidak sedikit wanita lain yang mengagumi Bastian, bahkan ada yang dengan berani dan terang-terangan berusaha mendekati suaminya itu.Mahasis
“Kulit lebih bersinar, atau di sebut dengan pregnancy glowing…” Bastian membaca sebuah artikel melalui telepon genggamnya. Ia tampak berpikir sebelum bergumam, “Sepertinya benar.”Ia membayangkan kulit istrinya itu memang terlihat lebih glowing di kehamilan kedua. Jadi, apakah semua mitos itu benar?Bastian kembali membaca lanjutan artikel itu.“Payudara sebelah kiri lebih besar dari yang kanan…” Bastian mengerutkan keningnya. Ah, ada-ada saja. Apa iya perbedaan kehamilan bayi perempuan dan laki-laki bisa dilihat dari besarnya payudara kanan dan kiri?Ujung-ujungnya, Bastian geleng-geleng kepala dan lanjut membaca. “Sifat lebih moody, sensitif dan cerewet…” Bastian terkekeh pelan. Mungkin untuk yang satu ini ada benarnya. Sejak kehamilan kedua, Kanaya menjadi sangat perasa dan sensitif, bahkan sebelum mereka mengetahui jenis kelamin anak yang dikandungnya.Walau begitu, Bastian tidak pernah mempermasalahkannya. Apalagi ia memang tidak keberatan direpotkan oleh istrinya itu.“Ehem…