Ardyan menyodorkan amplop putih panjang kepada Bastian, lalu menyandarkan punggungnya ke dinding.Mereka berdua telah bergeser ke pinggir, mencari tempat lebih sepi untuk bicara.Bastian membuka amplop itu dan membaca isinya.“Itu rambutmu bukan Bas?” tanya Ardyan sambil memperhatikan raut wajah temannya itu saat melihat hasil positif pada laporan lab yang dibacanya.Bastian tidak menjawab. Ia menarik nafas dalam sembari melipat kembali kertas itu dan memasukkannya ke dalam amplop.Walaupun Bastian tidak menjawabnya, Ardyan tahu pasti jika rambut itu milik Bastian. Sebab ia memiliki database DNA Bastian. Dan DNA pada rambut itu cocok dengan milik Bastian.“Dari kadar obat yang terdeteksi, kelihatannya sudah beberapa kali kamu mengkonsumsi obat itu. Apa kamu tahu siapa yang meng-spike minumanmu?”Ardyan langsung menembak. Ia yakin Bastian tidak dengan sengaja meminum obat itu. Pasti ada seseorang yang dengan sengaja mencampur obat tidur itu dalam minuman sahabatnya.“Aku yakin kamu sud
Hari bertambah malam dan mereka semakin asik mengobrol. Samar terdengar suara lagu-lagu berkumandang dari olat list milik Fariz.Bastian, Kanaya, Ardyan, Fariz dan Clara. Indra tidak datang karena ia sedang bertugas.Untungnya Alea sudah tertidur sehingga mereka bisa dengan leluasa mengobrol.“Kalian sudah kemana saja tadi?” Clara melirik ke arah Bastian yang sedang mengobrol bersama suaminya dan Ardyan.Ia dan Kanaya sedang mengambil makanan dan minuman di atas meja.Kanaya menoleh sesaat mengikuti arah pandangan Clara, dan ia tersenyum.“Nonton,” jawab Kanaya pendek. Kedua bagian pipinya tampak bersemu merah muda saat menjawab.“Cie… kencan dong?” goda Clara sambil menyenggol bahu Kanaya.Kanaya mengulum senyum. “Bukan, hanya nonton saja.” “Bajunya udah couple-an masa bukan kencan? Ayolah!” ledek Clara lagi. Ia tertawa melihat wajah Kanaya yang semakin merona setiap kali ia menggodanya.Kanaya menyentuh jaket putih yang ia kenakan. Ia sampai lupa masih mengenakan jaket itu. Tapi ya
Atmosfir malam itu begitu syahdu. Ditambah suara musik yang mengalun merdu, membuat Bastian dan Kanaya merasakan desir-desir di tubuh mereka.“Kita pulang?” Suara berat Bastian terdengar diantara deru nafas yang mulai memburu. Tatapan matanya menghitam bulat penuh dengan hasrat terpendam.Kanaya tidak jauh berbeda. Ia merasa tubuhnya menghangat dan kedua matanya hanya fokus pada pria di hadapannya.Ia menjawab dengan anggukan.Melihat jawaban itu, Bastian menggenggam tangan Kanaya dan mengajaknya berjalan menemui Fariz dan Clara.“Sori Riz, Ra. Kami pamit pulang. Ini sudah malam.” Bastian bicara to the point.Fariz melirik jam tangannya. “Kok cepat-cepat? Belum juga jam 9.”Plok! Clara menepuk pundak suaminya. “Ngomong apa kamu Yang? Perempuan hamil itu perlu banyak istirahat!” Ia lalu memberi Kanaya yang wajahnya sedikit memerah, kedipan mata. Ia lalu berjalan menghampiri Kanaya. “Pulang dan bersenang-senanglah,” bisik Clara sambil ia cipika-cipiki dengannya. Kanaya tersipu dan ia
Bastian dan Kanaya sampai di Sunset Summit. Kanaya masuk ke dalam kamar dan meletakkan tasnya di atas meja. Ia lalu berbalik badan menghadap Bastian yang baru saja menutup pintu.“Bas, aku senang sekali malam ini. Terima kasih sudah mengajakku pergi.”Bastian mengerutkan keningnya dan berjalan menghampiri. “Kenapa mengatakan hal seperti itu?”Kanaya tersenyum, mengabaikan sekelebat rasa rasa sakit yang sempat ia rasakan di hatinya.Kanaya memberi Bastian kerlingan dan berbicara sembari mengulum senyuman. “Tidak boleh kalau aku berterima kasih?”Bastian meraih pinggang Kanaya dan mendekatkan dirinya dalam jarak yang intim.“Boleh, tapi aku tidak suka caramu mengatakannya.” Suara Bastian yang rendah itu terdengar serak, dan berkesan seksi di telinga Kanaya. Kanaya merasa ujung-ujung syarafnya berdesir. Bagaimana mungkin ia bisa merasakan hal itu hanya dengan mendengar suaranya saja? Apakah ini kerja hormon estrogen yang berlebih, ataukah daya pikat Bastian yang begitu besar terhadap
Pagi harinya, Elsie bangun dengan posisi tengkurap dan kepala berdenyut hebat. Ia meringis, merasakan pening di kepalanya akibat efek alkohol yang diminumnya tadi malam.Elsie benci hangover. Namun begitu ia tidak bisa berhenti sama sekali dari mengkonsumsi minuman beralkohol.Karena dengan meminum minuman beralkohol, ia merasa lebih lepas dan bebas.Perlahan Elsie mengangkat tubuhnya, bertumpu pada kedua siku sebelum memutar kepalanya ke arah berlawanan.“Aaarrgghh…” rintih Elsie sambil memijat kepalanya yang terasa berat, sembari menutup matanya dari sinar matahari pagi yang menembus tirai jendela.Perlahan ia mulai membuka matanya dan memperhatikan tempat di mana ia berada. Tidak hanya mengenali kamar itu sebagai apartemen Rico, ia juga mengenali pria yang tidur di sampingnya.Rico, selingkuhannya itu sedang terlelap, tidur hanya dengan menggunakan celana boxer miliknya.Tidak jauh berbeda dengan Rico, Elsie pun tidur hanya dengan menggunakan pakaian dalamnya saja.Perlahan, Elsie
Mobil yang ditumpangi mereka berhenti di depan sebuah rumah besar. Dan Elsie tahu benar rumah siapa itu.Dua orang pria memegang tangan Elsie, dan Elsie langsung menghempaskannya. Ia memberi mereka pelototan mata sebelum dengan sukarela berjalan masuk ke dalam rumah itu.Elsie tahu mereka tidak berani berbuat macam-macam padanya selama bos mereka tidak mengeluarkan perintah.Bagaimanapun Elsie sadar bos mereka punya kepentingan padanya. Itu sebabnya mereka membawanya ke rumah itu.“Elsie! Lihatlah dirimu!” seru Ravioli sambil tertawa lepas saat melihat penampilan seksi Elsie.Perempuan di hadapannya itu bisa berubah 180 derajat dari gaya kesehariannya sebagai Nyonya Bastian yang anggun, menjadi perempuan yang bergaya hidup bebas, sarat dengan dunia malam.Elsie berhenti di depan pria empat puluh tahunan itu, tidak menghiraukan ucapannya. “Apa maumu?”Ravioli tertawa. “Tidak perlu bersikap galak seperti itu Elsie. Bukankah kamu sudah bersenang-senang tadi malam?” Ravioli berjalan men
Pagi harinya, Kanaya terbangun, dan hal pertama yang dilihatnya adalah Bastian. Suami sirinya itu tidur di sampingnya dengan nafas yang tenang.Kanaya menatap wajah tampan Bastian. Berapa kali pun ia menatapnya, atau dalam keadaan apa pun, bahkan saat rambutnya berantakan tak beraturan sepeerti pagi ini, ia tidak pernah bosan.Namun ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Ia merasa ada sesuatu yang aneh, sesuatu yang membuatnya cemas, namun ia tidak tahu apa.Bastian tidur di sampingnya, masih memejamkan mata. Suasana minggu pagi di rumah mereka pun masih sunyi, tentram dan damai. Jika bisa berkata jujur, pagi ini begitu sempurna. Apa yang perlu untuk ia cemaskan?Bahkan, semalam begitu luar biasa.Berhubungan suami-istri dengan Bastian terasa selalu menggairahkan bagi Kanaya. Terlepas dari sikap Bastian yang lebih berhati-hati dan lebih menahan diri sejak kandungannya memasuki trisemester ketiga.Tetapi tadi semalam, mereka berdua teramat sangat bergairah, bahkan ia merasa jika ia sa
Indra keluar dari dalam kamar Kanaya dengan langkah cepat. Tanpa sepatah kata, ia langsung menghampiri Bastian di teras belakang rumah.Bastian beranjak dari duduknya melihat berjalan ke arahnya. Ia telah menunggu Indra sejak tadi, ingin mennayakan keadaan Kanaya dan bayi mereka. Namun sebelum Bastian sempat membuka mulut untuk bertanya, Indra mengayunkan tinjunya dan sebuah kepalan menghantam wajah Bastian!“Uughh!”Bastian terjengkang ke belakang, terhuyung, dan ia hampir terjatuh. Namun Bastian berhasil menyeimbangkan tubuhnya, sehingga ia tidak benar-benar roboh. Masih terkejut, ia menatap Indra dengan bingung.Jika dalam keadaan berbeda, Bastian sudah pasti akan membalasnya. Namun ada yang lebih dikhawtirkannya saat it“Apa yang—”Indra menghardiknya dengan nada penuh amarah. “Berengsek kamu, Bas! Egois! Kamu sadar nggak kalau kamu membahayakan nyawanya dan anak yang dikandungnya? Dia hampir keguguran karena ulahmu!”Bastian mengusap pipinya yang memerah. Ia mencerna ucapan Ind
“Freya,” ucap Bastian dengan senyum di wajahnya. “Freya Jacinta Dwipangga.” Miranda dan Ayunda saling bertukar pandang sebelum tersenyum dan mengangguk. “Freya. Nama yang Indah,” gumam keduanya menyetujui. Hari itu semua yang ada di Alpine Nest menyambut baik kehadiran bayi mungil bernama Freya Jacinta Dwipangga. Begitu pula Kenzo yang begitu senang ketika diperbolehkan melihat langsung adiknya itu. Mulai hari itu, ia telah menjadi seorang kakak. Apalagi, adiknya itu hadir sebagai hadiah ulang tahun terindah baginya. Keluarga besar Dwipangga hari itu sangat berbahagia. Bukan hanya karena ulang tahun pertama Kenzo, namun juga hadirnya Freya dalam keluarga mereka. Berita kelahiran Freya langsung tersebar ke seantero Emerald City, meskipun sosok bayi tersebut masih dirahasiakan dan belum di perlihatkan kepada publik. Publik ikut merasa senang dan tidak sabar untuk segera melihat sosok putri keluarga Dwipangga yang diberitakan memiliki paras yang rupawan. Berita persalinan Kanaya p
“Ama… Ama.. atit?” tanya Kenzo pada Haidar, kakeknya. Tampak ia mengkhawatirkan mamanya.Apalagi ia melihat Papanya begitu panik saat membawa mamanya pergi masuk ke dalam ruangan dengan kolam besar yang ada di dekat mereka. Haidar tersenyum dan menggeleng. Ia berusaha untuk tidak tampak gelisah atau khawatir. “Mama tidak sakit, tapi saat ini sedang melahirkan adiknya Kenzo,” terangnya pada cucu kesayangannya itu.“Kenzo di sini dulu ya sama Kakek. Nanti kalau adik sudah keluar dari perut mama, Kenzo bisa ketemu sama adik.” Haidar pun duduk dan memangku Kenzo di sofa.Kanaya sudah pernah menceritakan pada Kenzo mengenai adik bayi yang ada di dalam perutnya, sehingga Kenzo tidak terlalu bingung atau panik saat mengetahui Kanaya akan melahirkan. “Sini, Kenzo boboan di sini.” Haidar menepuk ruang kosong diantara dirinya dan Azhar, agar cucunya itu bisa beristirahat dan tidur. Ia tahu Kenzo tidak akan mau pergi tidur ke kamarnya mengetahui mamanya tengah melahirkan adiknya.Akan tetapi
Ardyan dan Aliya telah menikah sejak 6 bulan yang lalu, dan sekarang kandungan Aliya telah menginjak 3 bulan.Mereka berdua memang tidak menunda kehamilan dan berharap segera diberikan keturunan. Selain itu, Ardyan juga sudah berusia lebih dari 30 tahun, sehingga dia tidak ingin lagi menunda.Dan meskipun kehamilan Aliya masih muda dan belum terlihat benar, namun jika diperhatikan dengan seksama, akan terlihat benjolan kecil di perutnya.Saat ini, Aliya masih bekerja di LiveTV, namun ia tidak lagi bekerja di lapangan untuk mencari berita setelah mengetahui kehamilannya. Ia memilih bertugas di dalam studio untuk sementara waktu. Sedangkan Ardyan, dia masih menjalani hari-harinya sebagai the best neurosurgeon di Emerald City, sekaligus Direktur Emerald Restorative Centre, Rumah Sakit terbesar dan tercanggih di Emerald City.“Bagaimana kehamilanmu kali ini? Ah, Kenzo pasti senang sekali akan segera memiliki seorang adik!” Aliya memegang perut besar Kanaya dan mengelusnya.“Untuk yang
Acara ulang tahun berlangsung dengan sangat meriah. Anak-anak panti yang diundang untuk datang tampak sangat senang. Berbagai macam permainan, hiburan bahkan hadiah-hadiah yang dibagikan membuat mereka tertawa sepanjang acara.Tamu undangan lainnya, keluarga, dan kerabat yang membawa anak-anak mereka juga menikmati acara itu. Mereka membawa berbagai macam hadiah, dari mainan anak-anak yang sangat populer dan diminati, hingga hadiah yang bernilai fantastis.Berbagai macam hidangan disajikan. Dari mulai hidangan berbentuk lucu bertemakan kerajaan untuk anak-anak hingga hidangan estetik dan lezat dari chef terkemuka yang menggunakan bahan-bahan berkualitas premium.Dan Kenzo, bocah berulang tahun yang memiliki paras rupawan perpaduan antara Kanaya dan Bastian, menjadi pusat perhatian di acara itu. Tidak hanya parasnya, tingkah polah anak berusia 1 tahun itu selain menggemaskan juga telah membuat decak kagum tamu undangan. Di usia yang masih sangat kecil, Kenzo telah menunjukkan sikap
Hari itu, di Alpine Nest ramai dengan banyak orang yang datang. Azhar, Haidar, Miranda, Ayunda, Laila, dan Fadly—sepupu Kanaya. Tidak lupa Alea, Fariz dan Clara juga sudah hadir di sana.Mereka semua datang untuk menghadiri ulang tahun pertama Kenzo yang hanya dihadiri oleh orang-orang terdekat, keluarga dan teman serta anak yatim yang sengaja diundang untuk memeriahkan acara itu.Acara dilangsungkan di halaman belakang rumah mereka, dengan mengusung tema Royal Prince. Sesuai dengan tema, maka di dekat danau itu dibangun sebuah miniatur kastil kerajaan, dengan dekorasi balon dan hiasan lainnya yang berwarna emas, biru dan putih.Makanan yang dihidangkan pun dibuat sesuai tema. Mewah, namun dengan bentuk yang lucu dan menggemaskan sesuai dengan usia baby Kenzo yang baru berulang tahun pertama.“Apa semua sudah siap? Di mana Kenzo?” Kanaya baru selesai berpakaian, dan ia memastikan kembali persiapan mereka untuk acara itu.Ia dan Bastian juga ikut mengenakan kostum Royal King dan Queen
“Bos, itu orangnya!” Seorang pria dengan banyak tato di tangannya melapor pada seorang pria yang duduk di dalam sebuah mobil SUV.Jendela mibil SUV itu diturunkan dan tampaklah wajah seorang pria. Dia mengenakan jaket hitam dan kaca mata hitam. Rambut panjangnya yang diikat ke belakang, dicepol kecil dibagian atas, sehingga menampakkan potongan rambut pendek undercut dibagian bawah yang rapi.Pria itu membuka kaca matanya dan melihat ke luar pada sosok dua orang pria yang sedang berdiri membelakangi mereka yang berjarak cukup jauh. Kedua orang itu berpakaian parlente, kemeja rapi dengan sepatu kulit yang mengkilap.“Hanya berdua saja?” tanya Jono—pria berjaket hitam di dalam mobil.“Hanya mereka dan supir di dalam mobil.” Anak buah Jono menunjuk sebuah mobil Mercedes Benz S class berwarna hitam terparkir di ujung bagian jalan itu.Jono tidak mengetahui siapa orang itu. Mereka berpenampilan rapi dan parlente, namun mereka berdua bukan berasalah dari Emerald City.Jono memberi isyarat
Mobil Rolls Royce limited edition itu, memasuki halaman rumah besar dan luas bernama Alpine Nest, dan berhenti tidak jauh dari pintu utama rumah itu.Kanaya dan Bastian turun dari dalam mobil dan masuk ke dalam rumah. Rumah yang kali pertama Kanaya datangi belum memiliki furnitur yang lengkap, saat ini telah berubah menjadi sebuah rumah yang indah dengan berbagai kelengkapan yang memberi kesan tersendiri.Kanaya sengaja memilih furnitur, korden, wallpaper serta berbagai aksesoris rumah lainnya dengan warna dan model yang memberi kesan homy, sebuah tempat tinggal yang hangat dan nyaman untuk ditinggali keluarga mereka.Saat memasuki rumah itu, tidak terasa suasana kaku ataupun asing. Ruangan demi ruangan seakan membuat siapa pun merasa di nyaman berada di sana. Dari mulai ruang tamu, ruang keluarga, dapur, hingga setiap kamar tidur di rumah itu, memberi kesan hangat. “Kenzo mana Bi?” Kanaya bertanya saat ia bertemu Sifa di ruang keluarga.Perempuan yang menjadi pengasuhnya saat menga
“Maaf… maaf, aku tidak sengaja…” ucap orang itu dengan segera. Ia kemudian tampak terkejut ketika melihat Bastianlah yang ia tabrak.“Lain kali jalanlah dengan hati-hati.” tegur Bastian sambil mengingatkan dengan nada dingin.Untung saja dia tidak menabrak Kanaya! Jika sampai itu terjadi, ia akan sangat marah.“Tentu, lain kali saya akan jalan dengan hati-hati.” Mahasiswi yang menabrak Bastian itu tampak tersipu malu. Ia melirik Bastian dengan tatapan menggoda sembari menyelipkan anak rambut ke belakang telinga.Bastian bersikap acuh tak acuh pada perempuan itu dan sibuk merapikan kemeja yang dikenakannya.Lain halnya dengan Bastian, Kanaya justru menangkap gestur perempuan yang dengan sengaja menggoda Bastian. Dan ini membuat Kanaya kesal.Jelas, bukan hanya dirinya saja yang menyadari betapa menariknya Bastian.Selama ia menjadi istri Bastian, tidak sedikit wanita lain yang mengagumi Bastian, bahkan ada yang dengan berani dan terang-terangan berusaha mendekati suaminya itu.Mahasis
“Kulit lebih bersinar, atau di sebut dengan pregnancy glowing…” Bastian membaca sebuah artikel melalui telepon genggamnya. Ia tampak berpikir sebelum bergumam, “Sepertinya benar.”Ia membayangkan kulit istrinya itu memang terlihat lebih glowing di kehamilan kedua. Jadi, apakah semua mitos itu benar?Bastian kembali membaca lanjutan artikel itu.“Payudara sebelah kiri lebih besar dari yang kanan…” Bastian mengerutkan keningnya. Ah, ada-ada saja. Apa iya perbedaan kehamilan bayi perempuan dan laki-laki bisa dilihat dari besarnya payudara kanan dan kiri?Ujung-ujungnya, Bastian geleng-geleng kepala dan lanjut membaca. “Sifat lebih moody, sensitif dan cerewet…” Bastian terkekeh pelan. Mungkin untuk yang satu ini ada benarnya. Sejak kehamilan kedua, Kanaya menjadi sangat perasa dan sensitif, bahkan sebelum mereka mengetahui jenis kelamin anak yang dikandungnya.Walau begitu, Bastian tidak pernah mempermasalahkannya. Apalagi ia memang tidak keberatan direpotkan oleh istrinya itu.“Ehem…