Setelah selesai mandi, Kanaya duduk menunggu Bastian di atas birthing ball miliknya sembari menghubungi Laila, budenya, untuk menanyakan keadaan Ayunda.Sejak keluar dari rumah sakit, Laia dan Ayunda tinggal di sebuah apartemen yang berdekatan dengan rumah sakit ERC. Hal ini untuk mempermudah cek up yang masih harus dilakukan oleh Ayunda untuk beberapa bulan ke depan.“Bude yakin?” Kanaya bertanya dengan nada khawatir.“Iya. Televisi di rumah Bude matikan. Ibumu tidak tahu mengenai berita itu.” Laila membicarakan mengenai berita meninggalnya Felix Gunawan. Laila menghela nafas. “Untuk sekarang, bude memang masih bisa menutupinya. Tetapi… entah sampai kapan—” Laila tidak meneruskan ucapannya. Yang ia maksudkan adalah identitas Bastian serta hubungan antara Kanaya dan Bastian yang mereka tutupi dari Ayunda.Sebab jika Ayinda melihat berita itu, dia pasti akan terkejut dan bertanya-tanya mengenai identitas Bastian sebagai suami Elsie dan menantu Felix.Hal ini karena mereka masih mengkh
“You are late.” Indra melirik Bastian dari tempatnya duduk dengan tatapan kesal.Ia tidak melakukan hal itu pada Kanaya. Hanya pada Bastian.“Tidak perlu membesar-besarkan. Kami hanya terlambat 2 menit!” jawab Bastian dengan acuh tak acuh.Melihat kedua pria itu saling beradu mulut, Kanaya masuk dengan canggung.Indra mendengus mendengar bantahan Bastian. Ia beranjak dari duduknya, menghampiri Kanaya sembari bercetus, “Kalau tidak bisa mengantar, bilang saja. Biar aku kirimkan mobil untuknya!”Bastian berdecak hampir sama cepat dengan dengan gerakannya. “Jangan rewel seperti nenek-nenek! Lagipula siapa bilang aku tidak bisa mengantar? Buktinya aku ada di sini kan?” Bastian yang tadinya menanggapi dengan acuh tak acuh mulai terdengar kesal. Ia bahkan merubah posisi yang tadinya dibelakang Kanaya menjadi di depannya, menghalangi Indra dari berdekatan dengan Kanaya.Indra hampir saja menabrak Bastian jika ia tidak berhenti mendadak. Ia berdecak sengan kesal dan membuka mulitnya hendak
“Vitamin yang biasa tetap dikonsumsi. Nanti aku akan minta ahli gizi untuk buatkan menu baru untukmu. Lebih banyak mengandung kalsium, vitamn C, D, zat besi dan omega 3,” ujar Indra sembari mengetik rekam medis Kanaya di komputernya.Mereka sudah selesai pemeriksaan USG 4 dimensi dan Indra sedang membuat catatan pada rekam medis Kanaya “Ada keluhan lain? Bagaimana dengan tidurmu? Bisa tidur kalau malam?”“Jangan kuatir, Naya tidur sangat baik.” Bastian mendahului menjawab sambil melirik Kanaya, dan mengaitkan jari tangan mereka.Kanaya berusaha melepaskannya, namun Bastian sengaja menggenggamnya erat.Tatapan Indra langsung tertuju pada Bastian. Ekspresinya berubah melihat tatapan nakal mata temannya itu serta kaitan tangan mereka. “Aku tanya Kanaya. Kenapa kamu yang jawab?” seloroh Indra dengan nada kesal.Bastian menoleh ke arah Indra. “Kenapa tidak boleh? Aku tahu persis bagaimana Kanaya tidur.” Bastian menaikkan satu alisnya dengan bangga memamerkan pada Indra.Indra berdecak. “
Bastian duduk di kursi kantornya. Baru saja menyelesaikan serangkaian rapat yang sempat tertunda selama masa cutinya.Ia baru punya waktu bersantai sejenak siang itu.Tangan Bastian meraih saku jas bagian dalam, dan ia mengeluarkan buku panduan yang diberikan Indra. Bersama buku itu, foto USG 4 Dimensi anaknya ikut terbawa.Bastian tersenyum melihat foto itu. Ia mengangkatnya dan memperhatikan sekali lagi penampakan wajah putranya. Meskipun berupa foto USG, namun sudah terlihat jelas bagaimana bentuk wajahnya. Dan yang membuat senyumnya bertambah lebar adalah kedua mata itu. Ya, putranya itu memiliki bentuk mata yang sama dengan Kanaya. Kedua mata ekspresif itu berbentuk seperti kacang almond, cenderung lancip di bagian sudut-sudutnya. Selama ini Bastian selalu penasaran, bentuk fisik apa yang Kanaya turunkan pada putranya itu. Dan sekarang ia tahu. Bastian mengecup wajah putranya itu sebelum ia menyimpan foto itu di laci meja kerjanya.Ia laku membuka buku panduan yang diberika
“Kamu jadi datang ke rumah?” Kanaya sedang berada di dapur, menulis pesan singkat kepada Bastian.Bastian yang sedang mendengarkan laporan salah satu menejer perusahaannya, merasakan telepon di sakunya bergetar.Tidak banyak orang yang mengetahui nomor telepon pribadi miliknya itu, sehingga siapa pun yang mengirim pesan padanya adalah salah satu circle terdekatnya.Bastian meraih telepon genggamnya itu dan melihat siapa pengirimnya. Seketika itu juga ia tersenyum dan tanpa ragu membalas pesan itu.“Tentu Naya. Miss me already?”Kanaya membaca balasan Bastian dan seperti menularkan virus, balasan itu membuat ujung bibir Kanaya melengkung ke atasIa menoleh ke luar jendela, melihat Sifa dan Emran yang tengah membuat sesuatu di sana, sebelum membalas pesan Bastian.“Sedikit,” tulisnya sambil tertawa kecil. Entah bagaimana ia tidak ingin terang-terangan mengatakan jika ia merindukan Bastian.Ia lalu lanjut menulis. “Naya mau siapin makanan untuk makan malam. Kamu makan malam di sini kan?”
Bastian merasakan angin menerpa tubuhnya. Lalu sedikit rasa hangat dari sesuatu di dekatnya. Ia begitu penasaran dan ingin membuka matanya, saat ia mendengar suara Kanaya, “Kamu boleh membuka matamu.” Bastian membuka matanya perlahan. Hal pertama yang dilihatnya adalah Kanaya. Kanaya, gadis itu berdiri di hadapannya. Dia tersenyum dengan wajah yang diterpa cahaya berwarna kuning hangat dan temaram. Merasa sedikit aneh dengan pencahayaan yang ada di sana, ia melihat ke sekelilingnya. Taman yang biasanya terang benderang oleh lampu di setiap sudut taman itu, saat ini tampak temaram. Semua lampu taman dalam keadaan mati, diganti dengan lampu gantung kecil-kecil yang cahayanya tidak terlalu terang, namun memberikan kesan romantis dan syahdu. Dan cahaya kuning hangat yang mereka berdua rasakan berasal dari perapian yang ada tidak jauh dari mereka. Dan bukan itu saja. Saat Bastian menoleh, dibelakangnya berdiri sebuah tenda dengan alas piknik yang nyaman dan hangat! Kanaya menga
“Hm… “ Bastian mendesah merasakan burger itu di mulutnya. Masih dengan mengunyah, ia menoleh. “Ini enak, Naya. Bumbunya pas, dan dagingnya hm… juicy!” puji Bastian. Ia lalu menyodorkan burger di tangannya ke mulut Kanaya. “Kamu pasti belum mencobanya. Cobalah.” Kanaya hendak menggigit burger itu saat Bastian mengatakan, “Buka mulutmu lebih lebar… ya, seperti itu…” Kanaya membuka mulutnya lebih lebar dan menggigit burger itu dengan malu-malu. Ia dan Bastian tertawa kecil oleh cara mereka menyantap burger yang tebal itu. Mungkin kali berikut, ia harus membuat burger yang lebih tipis, batin Kanaya sambil menertawakan mulutnya yang menganga lebar saat menggigitnya. “Enak?” tanya Bastian masih menyisakan tawa kecil sambil ibu jarinya membersihkan noda mayonaise di ujung bibir Kanaya dengan lembut. Kanaya mengangguk sembari mengunyah makanan di mulutnya. Kanaya memang belum mencobanya burger buatannya itu. Ia sengaja menunggu Bastian agar mereka menikmatinya bersama-sama. “Lagi?
Kanaya tertidur tidak lama setelah mereka bercinta di dalam tenda malam itu.Perlahan Bastian menggendong Kanaya masuk ke dalam rumah, kemudian membaringkannya dengan hati-hati di atas ranjang. Kanaya tidak terbangun, dia hanya bergerak sedikit, dan kembali lelap saat tangannya menemukan maternity pillow miliknya.Bastian tersenyum melihat tingkah polos gadis itu. Ia lalu menyelimuti, mengecup perut serta kening Kanaya dengan perlahan, berusaha untuk tidak membangunkannya. Setelah itu, dengan tanpa suara ia berjalan keluar dari kamar.Bastian tidak menginap di Sunset Summit malam itu. Meskipun ia ingin menginap di sana, namun Ia harus pulang ke Sunnyside Estate.Dalam perjalanan pulang, Bastian tidak banyak bicara. Ia terus memikirkan apa yang Kanaya katakan padanya malam ini. Setelah selesai bercinta, mereka berdua berbaring menyamping saling berhadapan di dalam tenda itu, saling memandang dengan hanya mengenakan selimut yang menutupi tubuh mereka.Tiba-tiba saja Kanaya berkata pa
“Freya,” ucap Bastian dengan senyum di wajahnya. “Freya Jacinta Dwipangga.” Miranda dan Ayunda saling bertukar pandang sebelum tersenyum dan mengangguk. “Freya. Nama yang Indah,” gumam keduanya menyetujui. Hari itu semua yang ada di Alpine Nest menyambut baik kehadiran bayi mungil bernama Freya Jacinta Dwipangga. Begitu pula Kenzo yang begitu senang ketika diperbolehkan melihat langsung adiknya itu. Mulai hari itu, ia telah menjadi seorang kakak. Apalagi, adiknya itu hadir sebagai hadiah ulang tahun terindah baginya. Keluarga besar Dwipangga hari itu sangat berbahagia. Bukan hanya karena ulang tahun pertama Kenzo, namun juga hadirnya Freya dalam keluarga mereka. Berita kelahiran Freya langsung tersebar ke seantero Emerald City, meskipun sosok bayi tersebut masih dirahasiakan dan belum di perlihatkan kepada publik. Publik ikut merasa senang dan tidak sabar untuk segera melihat sosok putri keluarga Dwipangga yang diberitakan memiliki paras yang rupawan. Berita persalinan Kanaya p
“Ama… Ama.. atit?” tanya Kenzo pada Haidar, kakeknya. Tampak ia mengkhawatirkan mamanya.Apalagi ia melihat Papanya begitu panik saat membawa mamanya pergi masuk ke dalam ruangan dengan kolam besar yang ada di dekat mereka. Haidar tersenyum dan menggeleng. Ia berusaha untuk tidak tampak gelisah atau khawatir. “Mama tidak sakit, tapi saat ini sedang melahirkan adiknya Kenzo,” terangnya pada cucu kesayangannya itu.“Kenzo di sini dulu ya sama Kakek. Nanti kalau adik sudah keluar dari perut mama, Kenzo bisa ketemu sama adik.” Haidar pun duduk dan memangku Kenzo di sofa.Kanaya sudah pernah menceritakan pada Kenzo mengenai adik bayi yang ada di dalam perutnya, sehingga Kenzo tidak terlalu bingung atau panik saat mengetahui Kanaya akan melahirkan. “Sini, Kenzo boboan di sini.” Haidar menepuk ruang kosong diantara dirinya dan Azhar, agar cucunya itu bisa beristirahat dan tidur. Ia tahu Kenzo tidak akan mau pergi tidur ke kamarnya mengetahui mamanya tengah melahirkan adiknya.Akan tetapi
Ardyan dan Aliya telah menikah sejak 6 bulan yang lalu, dan sekarang kandungan Aliya telah menginjak 3 bulan.Mereka berdua memang tidak menunda kehamilan dan berharap segera diberikan keturunan. Selain itu, Ardyan juga sudah berusia lebih dari 30 tahun, sehingga dia tidak ingin lagi menunda.Dan meskipun kehamilan Aliya masih muda dan belum terlihat benar, namun jika diperhatikan dengan seksama, akan terlihat benjolan kecil di perutnya.Saat ini, Aliya masih bekerja di LiveTV, namun ia tidak lagi bekerja di lapangan untuk mencari berita setelah mengetahui kehamilannya. Ia memilih bertugas di dalam studio untuk sementara waktu. Sedangkan Ardyan, dia masih menjalani hari-harinya sebagai the best neurosurgeon di Emerald City, sekaligus Direktur Emerald Restorative Centre, Rumah Sakit terbesar dan tercanggih di Emerald City.“Bagaimana kehamilanmu kali ini? Ah, Kenzo pasti senang sekali akan segera memiliki seorang adik!” Aliya memegang perut besar Kanaya dan mengelusnya.“Untuk yang
Acara ulang tahun berlangsung dengan sangat meriah. Anak-anak panti yang diundang untuk datang tampak sangat senang. Berbagai macam permainan, hiburan bahkan hadiah-hadiah yang dibagikan membuat mereka tertawa sepanjang acara.Tamu undangan lainnya, keluarga, dan kerabat yang membawa anak-anak mereka juga menikmati acara itu. Mereka membawa berbagai macam hadiah, dari mainan anak-anak yang sangat populer dan diminati, hingga hadiah yang bernilai fantastis.Berbagai macam hidangan disajikan. Dari mulai hidangan berbentuk lucu bertemakan kerajaan untuk anak-anak hingga hidangan estetik dan lezat dari chef terkemuka yang menggunakan bahan-bahan berkualitas premium.Dan Kenzo, bocah berulang tahun yang memiliki paras rupawan perpaduan antara Kanaya dan Bastian, menjadi pusat perhatian di acara itu. Tidak hanya parasnya, tingkah polah anak berusia 1 tahun itu selain menggemaskan juga telah membuat decak kagum tamu undangan. Di usia yang masih sangat kecil, Kenzo telah menunjukkan sikap
Hari itu, di Alpine Nest ramai dengan banyak orang yang datang. Azhar, Haidar, Miranda, Ayunda, Laila, dan Fadly—sepupu Kanaya. Tidak lupa Alea, Fariz dan Clara juga sudah hadir di sana.Mereka semua datang untuk menghadiri ulang tahun pertama Kenzo yang hanya dihadiri oleh orang-orang terdekat, keluarga dan teman serta anak yatim yang sengaja diundang untuk memeriahkan acara itu.Acara dilangsungkan di halaman belakang rumah mereka, dengan mengusung tema Royal Prince. Sesuai dengan tema, maka di dekat danau itu dibangun sebuah miniatur kastil kerajaan, dengan dekorasi balon dan hiasan lainnya yang berwarna emas, biru dan putih.Makanan yang dihidangkan pun dibuat sesuai tema. Mewah, namun dengan bentuk yang lucu dan menggemaskan sesuai dengan usia baby Kenzo yang baru berulang tahun pertama.“Apa semua sudah siap? Di mana Kenzo?” Kanaya baru selesai berpakaian, dan ia memastikan kembali persiapan mereka untuk acara itu.Ia dan Bastian juga ikut mengenakan kostum Royal King dan Queen
“Bos, itu orangnya!” Seorang pria dengan banyak tato di tangannya melapor pada seorang pria yang duduk di dalam sebuah mobil SUV.Jendela mibil SUV itu diturunkan dan tampaklah wajah seorang pria. Dia mengenakan jaket hitam dan kaca mata hitam. Rambut panjangnya yang diikat ke belakang, dicepol kecil dibagian atas, sehingga menampakkan potongan rambut pendek undercut dibagian bawah yang rapi.Pria itu membuka kaca matanya dan melihat ke luar pada sosok dua orang pria yang sedang berdiri membelakangi mereka yang berjarak cukup jauh. Kedua orang itu berpakaian parlente, kemeja rapi dengan sepatu kulit yang mengkilap.“Hanya berdua saja?” tanya Jono—pria berjaket hitam di dalam mobil.“Hanya mereka dan supir di dalam mobil.” Anak buah Jono menunjuk sebuah mobil Mercedes Benz S class berwarna hitam terparkir di ujung bagian jalan itu.Jono tidak mengetahui siapa orang itu. Mereka berpenampilan rapi dan parlente, namun mereka berdua bukan berasalah dari Emerald City.Jono memberi isyarat
Mobil Rolls Royce limited edition itu, memasuki halaman rumah besar dan luas bernama Alpine Nest, dan berhenti tidak jauh dari pintu utama rumah itu.Kanaya dan Bastian turun dari dalam mobil dan masuk ke dalam rumah. Rumah yang kali pertama Kanaya datangi belum memiliki furnitur yang lengkap, saat ini telah berubah menjadi sebuah rumah yang indah dengan berbagai kelengkapan yang memberi kesan tersendiri.Kanaya sengaja memilih furnitur, korden, wallpaper serta berbagai aksesoris rumah lainnya dengan warna dan model yang memberi kesan homy, sebuah tempat tinggal yang hangat dan nyaman untuk ditinggali keluarga mereka.Saat memasuki rumah itu, tidak terasa suasana kaku ataupun asing. Ruangan demi ruangan seakan membuat siapa pun merasa di nyaman berada di sana. Dari mulai ruang tamu, ruang keluarga, dapur, hingga setiap kamar tidur di rumah itu, memberi kesan hangat. “Kenzo mana Bi?” Kanaya bertanya saat ia bertemu Sifa di ruang keluarga.Perempuan yang menjadi pengasuhnya saat menga
“Maaf… maaf, aku tidak sengaja…” ucap orang itu dengan segera. Ia kemudian tampak terkejut ketika melihat Bastianlah yang ia tabrak.“Lain kali jalanlah dengan hati-hati.” tegur Bastian sambil mengingatkan dengan nada dingin.Untung saja dia tidak menabrak Kanaya! Jika sampai itu terjadi, ia akan sangat marah.“Tentu, lain kali saya akan jalan dengan hati-hati.” Mahasiswi yang menabrak Bastian itu tampak tersipu malu. Ia melirik Bastian dengan tatapan menggoda sembari menyelipkan anak rambut ke belakang telinga.Bastian bersikap acuh tak acuh pada perempuan itu dan sibuk merapikan kemeja yang dikenakannya.Lain halnya dengan Bastian, Kanaya justru menangkap gestur perempuan yang dengan sengaja menggoda Bastian. Dan ini membuat Kanaya kesal.Jelas, bukan hanya dirinya saja yang menyadari betapa menariknya Bastian.Selama ia menjadi istri Bastian, tidak sedikit wanita lain yang mengagumi Bastian, bahkan ada yang dengan berani dan terang-terangan berusaha mendekati suaminya itu.Mahasis
“Kulit lebih bersinar, atau di sebut dengan pregnancy glowing…” Bastian membaca sebuah artikel melalui telepon genggamnya. Ia tampak berpikir sebelum bergumam, “Sepertinya benar.”Ia membayangkan kulit istrinya itu memang terlihat lebih glowing di kehamilan kedua. Jadi, apakah semua mitos itu benar?Bastian kembali membaca lanjutan artikel itu.“Payudara sebelah kiri lebih besar dari yang kanan…” Bastian mengerutkan keningnya. Ah, ada-ada saja. Apa iya perbedaan kehamilan bayi perempuan dan laki-laki bisa dilihat dari besarnya payudara kanan dan kiri?Ujung-ujungnya, Bastian geleng-geleng kepala dan lanjut membaca. “Sifat lebih moody, sensitif dan cerewet…” Bastian terkekeh pelan. Mungkin untuk yang satu ini ada benarnya. Sejak kehamilan kedua, Kanaya menjadi sangat perasa dan sensitif, bahkan sebelum mereka mengetahui jenis kelamin anak yang dikandungnya.Walau begitu, Bastian tidak pernah mempermasalahkannya. Apalagi ia memang tidak keberatan direpotkan oleh istrinya itu.“Ehem…